Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bisitopenia adalah penurunan dua dari tiga komponen sel darah (angka

eritrosit,angka leukosit dan trombosit). Dua dari tiga komponen tersebut dapat

mengalamipenurunan jumlah jika terjadi suatu kelainan hematologi maupun

kelainan organyang berhubungan dengan sel darah. Penurunan dapat terjadi

pada jumlah eritrositdan jumlah trombosit dengan jumlah leukosit yang

normal atau meningkat,penurunan jumlah eritrosit dan leukosit dengan angka

trombosit normal. Bisitopeniadapat menggambarkan suatu proses yang

dilalui sebelum terjadinya pansitopenia. Pansitopenia, yaitu penurunan jumlah

ketiga komponen sel darah. Jadi, bisitopeniadapat berkembang

menjadi pansitopenia.Salah satu penyakit yang murni terdapat bisitopenia

adalah Evans Syndrome. Evans Syndrome merupakan penyakit autoimun

di mana tubuhnya menbentukantibodi yang menyerang sel darah merah dan

trombosit. Secara genetik penyakit inimasih belum bisa diidentifikasi

keterkaitannya. Pada penelitian sindrom ini didapatkan angka harapan hidup 3

tahun pada 42pasien, dan 3 pasien meninggal, 20 pasien menjadi penyakit

aktif dan sedangmenjalani pengobatan, dan 5 pasien memiliki penyakit tetap

selama 1,5 bulansampai 5 tahunPada pasien ini terjadi AIHA (Autoimun

Hemolytic Anemia) dan trombositopenia dengan penyebab yang tidak

diketahui. Autoantibodi secara langsung melawanantigen spesifik dari sel

darah merah, trombosit atau neutrofil. Gejala yang didapatkan tergantung dari

jenis sel darah yang mengalami penurunan. Misalnya purpura, ptekie,


perdarahan sebagai tanda trombositopenia dan sebagai tandaanemia penderita

mengeluhkan lemas dan mudah lelah.Wang et al mengatakan bahwa pada

penderita evan syndrome terjadi penurunan kadar serum IgG, IgM, IgA.

Keadaan penurunan jumlah sel darah pada EvansSyndrome dikaitkan dengan

kelainan pada sel T karena didapatkan penurunan sel Thelper dan peningkatan

sel T supresor. Penatalaksanaan penderita penyakit ini masih sangat

minimal. Pemberian steroid mampu menekan sistem imun karena memang

penyakit ini didasari oleh autoimun. Sehingga dengan pemberian steroid yang

bekerja sebagai imunosupresan diharapkan terjadi penekanan

pada pembentukan autoantibodi.

1.2 RUMUSAN MASALAH`


Berdasarkan pada permasalahan diatas ditemukan rumusan masalah

bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan bisitopenia.


1.3 TUJUAN
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan bisitopenia
1.4 MANFAAT
2. Menambah wawasan mengenai ilmu kesehatan pada umumnya, terutama

ilmu tentang asuhan keperawatan bisitopenia.


3. Sebagai proses pembelajaran bagi tim kesehatan yang sedang melakukan

pembelajaran tentang bisitopenia


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Bisitopenia adalah penurunan dua dari tiga komponen sel darah

(eritrosit, leukosit, dan trombosit).

2.2 ETIOLOGI

Penurunan dua komponen sel darah tersebut dapat terjadi jika terdapat

kelainan hematologi maupun kelainan organ yang berhubungan dengan sel

darah. Bisitopenia dapat menggambarkan suatu proses yang dilalui sebelum

terjadinya pansitopenia.

2.3 MANIFESTASI KLINIS

a. Penurunan Kadar Eritrosit :

- Kelelahan

- Kelemahan

- Pusing

- Penurunan kinerja fisik

b. Penurunan Kadar

Leukosit :

- Rentan mengalami

infeksi

c. Penurunan Kadar

Trombosit :

- Risiko perdarahan
2.4 PEMERIKSAAN

PENUNJANG

- Pemeriksaan

darah lengkap

- Jika penyebab dicurigai berasal dari keganasan dapat dilakukan BMA

(Bone Marrow Aspiration)

2.5 PENATALAKSANAAN

 Penatalaksanaan ditujukan untuk mencari penyebab.

 Transplantasi sel darah

 Pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi

 Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada


BAB 3
ASKEP TEORITIS

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas meliputi nama, umur, dan jenis kelamin

b. Riwayat penyakit sekarang Keluhan utama

c. Riwayat penyakit dahulu

d. Aktivitas/istirahat

 Gejala: keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan produktivitas;

penurunan - semangat untuk bekerja, toleransi terhadap latihan

rendah.

- Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

- Tanda: takikardia/takipneu; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.

- Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.

 Sirkulasi

- Gejala: riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI

kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung

berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi

(takikardia kompensasi).

- Tanda: TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan


nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia: abnormalitas

EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi

gelombang T; takikardia.

- Bunyi jantung: murmur sistolik (DB).

 Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan membrane mukosa

(konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien

kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Pengisian kapiler

melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi

kompensasi) kuku: mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)

(DB).

2. Diagnosa keperawatan

a. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

ketidakefektifan suplai oksigen dalam tubuh

c. Risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan

sekunder (penurunan kadar hemoglobin dan leucopenia).

3. Intervensi

N diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


O
1. Resiko syok setelah dilakukan asuhan 1. Monitor denyut 1. Perubahan
11 hipovolemi keperawatan diharapkan jantung, nadi, denyut
k pasien suhu kulit, jantung, nadi,
1. Nadi dalam batas yang pernafasan suhu dll
diharapkan 2. Monitor tanda merupakan
2. Irama jantung dalam batas awal syok cara cepat
yang diharapkan 3. Lihat dan pelihara mengetahui
3. Frekwensi nafas dalam batas kepatenn jalan syok
yang diharapkan napas 2. Untuk
4. Irama nafas dalam baas yang 4. Pantau nilai mengetahui
diharapkan laborat (HB, HT, lebih awal
AGD, dan syok
elektrolit) 3. Supaya tidak
terjadi syok
maka dijaga
kepatenan
jalan
napasnya.
4. HB,HT,AGD
sangat
mempengaruh
i terjadinya
syok.
Ketidakefek setelah dilakukan asuhan 1. Pantau /catat status 1. Untuk
tifan perfusi keperawatan diharapkan neurologis sesering mengetahui
jaringan pasien mungkin tingkat
perifer 1. Meningkatkan perfusi jaringan 2. Melakukan perawatan kesadaran dan
2. Tingat kesadaran composmetis sirkulasi perifer potensial
3. Fungsi kognitif dan exsample: periksa peningkatan
motorik/sensorik yang nadi perifer, TIK
membaik edema,pengisian 2. Mengetahui
4. Tidak terjadi tanda-tanda kailer, warna dan suhu keefektifan
peningkatan TAK ekstremitas intervensi dan
5. Nadi perifer tidak teraba 3. Tinggikan anggota pengembanga
6. Edema perifer tidak ada badan yang terkena 20 n pasien
derajat atau lebih 3. Meningkatkan
tinggi dari jantung aliran darah
4. Kolaborasi dengan tim balik vena
medis dalam 4. Untuk
pemberian anti meningkatkan
koagulan aliran darah
serebral.

Risiko setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda dan 1. Untuk mengetahui


infeksi keperawatan diharapkan gejala infeksi sejauh mana
pasien 2. Inspeksi kulit dan infeksi yang
1. Bebas dari tanda dan gejala membran mukosa muncul
infeksi terhadap kemerahan, 2. Untuk mengetahui
2. Menunjukkan kemampuan panas, drainase, tanda-tanda infeksi
untuk mencegah timbulnya odeme 3. Untuk
infeksi 3. Anjurkan pasien untuk memperthankan
3. Jumlah leukosit dalam batas masukan nutrisi yang sistem imunitas
normal cukup tubuh
4. Menunjukkan perilaku hidup 4. Berkolaborasi dengan 4. Untuk membunuh
sehat tim medis untuk bakteri penyebab
pemberian antibiotik infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Ackley BJ & Ladwig GB. (2011). Nursing diagnosis handbook ninth

edition: an evidence-based guide to planning care. Mosby Elsevier.


Blackwell W. (2014). Nursing diagnoses: Definitions and classification
2015-2017.

Tim Editor. (2007). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai