Anda di halaman 1dari 5

CYTOMEGALOVIRUS (CMV)

Infeksi Cytomegalovirus (CMV) tidak harus bergabung dengan infeksi TORCH


(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex), juga tidak terbatas pada ibu hamil
yang mungkin menularkan kepada janin atau anak yang dapat menyebabkan cacat lahir, buta
atau tuli, melainkan dapat menyerang setiap individu.
Infeksi CMV umumnya berjalan simtomatik pada penderita dengan kompetensi system imun
tubuh yang baik, namun apabila individu berada dalam kondisi imun belum matang
(misalnya janin, bayi baru lahir), tertekan (memakai obat immunosupressan), atau lemah
(misalnya menderita kanker, human immunodeficiency virus, dan lain-lain), dapat
menimbulkan gejala klinik yang nyata dan berat. Setelah infeksi primer atau infeksi pertama
kali, CMV hidup menetap (dormant) dalam gel tubuh inang. Infeksi berjalan laten, namun
reaktivasi, replikasi, reinfeksi sering terjadi. Penyebaran dalam tubuh atau endogen dapat
terjadi melalui sirkulasi darah dan dari gel ke gel.
Baru-baru ini kita dikejutkan dengan kabar kematian Diego Mendieta- seorang pemain sepak
bola asal Paraguay- lantaran infeksi virus CMV serta penyakit demam berdarah. Apa itu virus
CMV sehingga akibatnya dapat fatal bagi manusia?
CMV (Cytomegalovirus) merupakan keluarga virus herpes.Cytomegalovirus berkaitan
dengan virus yang menyebabkan cacar air, herpes simpleks dan mononukleosis. Setelah Anda
terinfeksi CMV, virus ini tetap tinggal di dalam tubuh Anda tetapi tidak selalu aktif. CMV
adalah virus yang memiliki sifat oportunistik, karena baru akan menjadi aktif ketika
kekebalan tubuh seseorang menurun. CMV berisiko pada orang dengan sistem kekebalan
rendah, seperti penderita HIV/AIDS, pasien kemoterapi, bayi baru lahir, dan pasien
transplantasi organ.
CMV dapat menular melalui paparan cairan tubuh, termasuk darah, urin, air liur, air susu ibu,
air mata, air mani dan cairan vagina. Penularan virus ini dibawa oleh manusia dan tidak
berkaitan dengan makanan, air maupun hewan.
Kebanyakan orang tidak mengetahui dirinya terserang CMV karena jarang menunjukkan
gejala yang jelas. Pada orang dewasa sehat, CMV biasanya tidak menghasilkan gejala infeksi.
Bila ada gejala, mungkin muncul sebagai pembengkakan ringan kelenjar getah bening,
demam, dan kelelahan. Gejala terserang infeksi Cytomegalovirus pada orang dengan
kekebalan tubuh rendah, antara lain: penurunan daya penglihatan dan kebutaan, pneumonia,
diare, luka atau pendarahan lambung, hepatitis, peradangan otak, kejang, bahkan koma. Saat
reaktivasi, virus ini bisa menyerang ke organ tubuh lainnya. Saat reaktivasi, CMV dapat
menyebabkan infeksi pada organ tubuh penderita, misalnya pneumonitis (paru), retinitis
(retina), nefritis (ginjal), hepatitis (hati), myocarditis (jantung), gastritis (lambung), colitis
(usus), dan encephalitis (otak).

Infeksi CMV bersifat sistemik, menyerang berbagai gel organ tubuh dan dapat meningkatkan
proses inflamasi, memacu respons autoimun, terlibat dalam patogenesis aterosklerosis,
memacu timbulnya dan mempercepat progresivitas keganasan, menyebabkan infertilitas.
Prevalensi infeksi CMV di negara berkembang mencapai 80-90% dari populasi, Lisyani
mendapatkan angka lokal di tahun 2004 sebesar 87,8 %. CMV dijumpai terbanyak dalam
saliva dan urin, ekskresi dapat terjadi berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun, sehingga kemungkinan penularan mudah terjadi. Dengan demikian, transmisi infeksi
selain dari ibu ke janin atau bayi baru lahir, dapat pula terjadi melalui kontak langsung,
kontak dengan barang-barang yang terkontaminasi, kontak seksual, transfusi darah,
transplantasi organ dan sebagainya.
Infeksi CMV melibatkan banyak interaksi antara molekul -molekul yang dimiliki oleh CMV
dengan molekul inang yang sudah ada ataupun yang terbentuk karena pacuan CMV. Respons
imun tubuh sangat berperan untuk meniadakan virus, yang diperantarai gel seperti natural
killer atau gel NK, sel limfosit T CD8+ atau T sitotoksik atau T sitolitik, gel T CD4+ yang
mengaktifkan makrofag, dan yang diperantarai antibodi seperti IgG dan IgM. Eliminasi
ditujukan terhadap protein struktural CMV yang bersifat imunogenik. Mekanisme
penghindaran CMV terhadap respons imun tubuh juga terjadi. Infeksi CMV seringkali
berjalan asimtomatik atau tanpa gejala, oleh karena itu deteksi secara laboratorik sangat
diperlukan. Bahan pemeriksaan atau spesimen yang digunakan ialah serum darah, urin, cairan
tubuh lain. Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan ialah menetapkan kadar
imunoglobulin (Ig) atau antibodi terhadap antigen virus CMV, yaitu IgM, IgG, IgG avidity.
Imunoglobulin yang terdeteksi secara laboratorik ini, bukan merupakan antibodi yang mampu
meneutralkan antigen protein CMV struktural, sehingga hanya dapat dipakai untuk
menunjang diagnosis atau menggambarkan respons tubuh terhadap infeksi CMV. IgM untuk
mendeteksi infeksi primer akut yang terbentuk dalam 3-5 hari pasca infeksi, juga untuk
mendeteksi infeksi fetus atau kongenital.
Pada infeksi primer, IgG mun.cul kira-kira 2 minggu kemudian. Pada reaktivasi, reinfeksi,
IgG muncul lebih cepat disertai kadar yang lebih tinggi dan kekuatan mengikat yang lebih
baik (avidity), sehingga serokonversi dan IgG aviditydipakai untuk membedakan infeksi baru
atau lama. Metoda pemeriksaan laboratorium yang digunakan ialah ELISA (enzyme linked
immunosorbent assay) atau ELFA (enzyme linked immunofuorescent assay).
Di samping itu, kultur virus, pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) kualitatif dan
kuantitatif, dapat dilakukan untuk mengetahui muatan atau pelepasan virus dalam cairan
tubuh. Hasil pemeriksaan mikroskopik sedimen urin rutin pengecatan Sternheimer-Malbin,
yaitu penemuan gel epitel tubulus raksasa (giant cell) yang mengandung benda inklusi
intranukleus, dipakai untuk mengetahui replikasi virus.
Pemeriksaan laboratorium lain untuk menunjang manifestasi klinik infeksi CMV, dapat
dilakukan sesuai indikasi antara lain yaitu terhadap radang secara umum, radang: saluran
kemih, saluran cerna, hati, paru, mata, telinga, pemeriksaan penunjang manifestasi klinik
aterosklerosis, petanda tumor.

CMV DALAM KEHAMILAN


Calon ibu terinfeksi CMV primer akut sebaiknya menunda untuk hamil. Bayi baru
lahir dengan ibu terinfeksi CMV, perlu diperiksa IgM, agar infeksi kongenital dapat
diketahui dan diupayakan minimalisasi timbulnya manifestasi klinik di kemudian hari.
Pemeriksaan sederhana mikroskopik urin rutin perlu dipakai sebagai uji saring untuk
mengetahui infeksi, replikasi, dan mengantisipasi kemungkinan pelepasan virus dalam urin.
Pada pemberian transfusi darah, resipien dengan infeksi CMV negatif idealnya tidak
menerima darah dari donor terinfeksi, namun timbul kendala karena prevalensi infeksi CMV
sangat tinggi. Harga pemeriksaan laboratorium relatif masih mahal, hal ini semua menjadi
tantangan di dalam pemikiran dan pemecahan masalah.

CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari famili virus Herpes sehingga
memiliki kemampuan latensi. Virus ditularkan melalui berbagai cara a.l tranfusi darah,
transplantasi organ , kontak seksual, air susu , air seni dan air liur ; transplansental atau
kontak langsung saat janin melewati jalan lahir pada persalinan pervaginam.
Penularan virus cytomegalovirus dari ibu ke janin melalui :
 Plasenta
 Proses kelahiran
 Air susu
30 – 60% anak usia sekolah memperlihatkan hasil seropositif CMV, dan pada wanita
hamil 50 – 85%. Data ini membuktikan telah adanya infeksi sebelumnya. Gejala infeksi
menyerupai infeksi mononukleosis yang subklinis. Ekskresi virus dapat berlangsung berbulan
bulan dan virus mengadakan periode laten dalam limfosit, kelenjar air liur, tubulus renalis
dan endometrium. Reaktivasi dapat terjadi beberapa tahun pasca infeksi primer dan
dimungkinkan adanya reinfeksi oleh jenis strain virus CMV yang berbeda.
DIAGNOSIS
Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau jaringan tubuh lain.
Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgM yang mencapai kadar puncak 3 – 6 bulan
pasca infeksi dan bertahan sampai 1– 2 tahun kemudian. IgG meningkat secara cepat dan
bertahan seumur hidup.
Masalah dari interpretasi tes serologi adalah :
1. Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan saat infeksi
yang tepat
2. Angka negatif palsu yang mencapai 20%
3. Adanya IgG tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi yang persisten
DAMPAK TERHADAP KEHAMILAN
CMV adalah infeksi virus kongenital yang utama di US dan mengenai 0.5 – 2.5 % bayi lahir
hidup. Infeksi plasenta dapat berlangsung dengan atau tanpa infeksi terhadap janin dan
infeksi pada neonatus dapat terjadi pada ibu yang asimptomatik.
Resiko transmisi dari ibu ke janin konstan sepanjang masa kehamilan dengan angka sebesar
40 – 50%. 10 – 20% neonatus yang terinfeksi memperlihatkan gejala-gejala :
1. Hidrop non imune
2. PJT simetrik
3. Korioretinitis
4. Mikrosepali
5. Kalsifikasi serebral
6. Hepatosplenomegali
7. hidrosepalus
80 – 90% tidak menunjukkan gejala namun kelak dikemudian hari dapat menunjukkan gejala
1. Retardasi mental
2. Gangguan visual
3. Gangguan perkembangan psikomotor

Seberapa besar kerusakan janin tidak tergantung saat kapan infeksi menyerang janin.
CNV rekuren berkaitan dengan penurunan resiko janin dengan angka penularan ibu ke janin
sebesar 0.15% – 1%
Pengobatan :
Sama seperti penyakit lain yang ditimbulkan oleh virus, tidak ada obat khusus yang dapat
diberikan pada orang yang terinfeksi virus cytomegalovirus . Karena infeksi ini akan sembuh
dengan sendirinya jika system imun tubuh bekerja dengan baik, tetapi virus tetap berada
dalam tubuh. . Obat antivirus diberikan untuk memperlambat reproduksi virus, tetapi tidak
bisa menghancurkannya. Saat ini, para peneliti sedang mempelajari obat baru dan vaksin
untuk mengobati dan mencegah infeksi CMV.
Pencegahan :
 Konsumsi makanan bergizi agar system imun tubuh kuat
 Menjaga kebersihan pribadi
 Tidak melakukan transfuse darah
 Menghindari orang yang terjangkit virus Cytomegalovirus
Cara mendiagnoasa infeksi virus Cytomegalovirus pada janin dapat dilakukan dengan
cara :
1. Melakukan pemeriksaan ultrasonography ( USG ) untuk mendeteksi PJT Simetri,
hidrop, asites ( kelainan sistem saraf pusat ).
2. Tes laboratorium dengan cara membiakkan virus cytomegalovirus dalam cairan
amnion.

Daftar Pustaka
 Goodpasture EQ, Talbot FB. Concerning the nature of “protozoan-like” cells in
certain lesions of infancy. Am J Dis Child. 1921;21:415.

 Schleiss M, Stanberry L. Herpesvirus infections of the neonatal CNS: Similarities and
differences between HSV and CMV. Herpes. 1997;4:74.
 Schleiss, MR. Prospects for development and potential impact of a vaccine against
congenital cytomegalovirus (CMV) infection. J. Pediatr. 151:564-70.
 Stagno S, Pass RF, Dworsky ME, et al. Congenital cytomegalovirus infection: The
relative importance of primary and recurrent maternal infection. N Engl J Med. Apr
22 1982;306(16):945-9.
 Yow MD. Congenital cytomegalovirus disease: a NOW problem. J Infect
Dis. Feb 1989;159(2):163-7.
 Weller TH, Hanshaw JB. Virological and clinical observation of cytomegalic
inclusion disease. N Engl J Med. 1962;266:1233.
 Weller TH. The cytomegaloviruses: ubiquitous agents with protean clinical
manifestations. I. N Engl J Med. Jul 22 1971;285(4):203-14.
 Schleiss MR, McVoy MA. Overview of congenitally and perinatally acquired
cytomegalovirus infections: recent advances in antiviral therapy. Expert Rev Anti
Infect Ther. 2004;2 (3):389-403.
 Kimberlin DW, Lin CY, Sanchez PJ. Effect of ganciclovir therapy on hearing in
symptomatic congenital cytomegalovirus disease involving the central nervous
system: a randomized, controlled trial. J Pediatr. 2003;143(1):16-25.
 Dworsky M, Yow M, Stagno S, et al. Cytomegalovirus infection of breast milk and
transmission in infancy. Pediatrics. Sep 1983;72(3):295-9.
 Hamele M, Flanagan R, Loomis CA, Stevens T, Fairchok MP. Severe morbidity and
mortality with breast milk associated cytomegalovirus infection. Pediatr Infect Dis
J. Oct 30 2009;
 Fowler KB, Pass RF. Risk factors for congenital cytomegalovirus infection in the
offspring of young women: exposure to young children and recent onset of sexual
activity. Pediatrics. 2006;118:e286-92.
 [Guideline] Kaplan JE, Masur H, Holmes KK. Guidelines for preventing
opportunistic infections among HIV-infected persons–2002. Recommendations of the
U.S. Public Health Service and the Infectious Diseases Society of America. MMWR
Recomm Rep. Jun 14 2002;51(RR-8):1-52.
 Colugnati FA, Staras SA, Dollard SC, Cannon MJ. Incidence of cytomegalovirus
infection among the general population and pregnant women in the United
States. BMC Infect Dis. 7:71.
 Fowler KB, Dahle AJ, Boppana SB, Pass RF. Newborn hearing screening: will
children with hearing loss caused by congenital cytomegalovirus infection be
missed?. J Pediatr. Jul 1999;135(1):60-4.
 Barton LL, Mets MB. Congenital lymphocytic choriomeningitis virus infection:
decade of rediscovery. Clin Infect Dis. Aug 1 2001;33(3):370-4.
 Gleaves CA, Smith TF, Shuster EA, Pearson GR. Comparison of standard tube and
shell vial cell culture techniques for the detection of cytomegalovirus in clinical
specimens. J Clin Microbiol. Feb 1985;21(2):217-21.
 Demmler GJ, Buffone GJ, Schimbor CM, May RA. Detection of cytomegalovirus in
urine from newborns by using polymerase chain reaction DNA amplification. J Infect
Dis. Dec 1988;158(6):1177-84.
 [Best Evidence] Pass RF, Zhang C, Evans A, Simpson T, Andrews W, Huang ML, et
al. Vaccine prevention of maternal cytomegalovirus infection. N Engl J Med. Mar
19 2009;360(12):1191-9.
 Boppana SB, Rivera LB, Fowler KB, Mach M, Britt WJ. Intrauterine transmission of
cytomegalovirus to infants of women with preconceptional immunity. N Engl J
Med. May 3 2001;344(18):1366-71.
 Demmler GJ. Congenital cytomegalovirus infection and disease. Adv Pediatr Infect
Dis. 1996;11:135-62.
 Demmler GJ. Congenital cytomegalovirus infection treatment. Pediatr Infect Dis
J. Nov 2003;22(11):1005-6.
 Kovacs A, Schluchter M, Easley K, et al. Cytomegalovirus infection and HIV-1
disease progression in infants born to HIV-1-infected women. Pediatric Pulmonary
and Cardiovascular Complications of Vertically Transmitted HIV Infection Study
Group. N Engl J Med. Jul 8 1999;341(2):77-84.
 Plotkin SA. Vaccination against cytomegalovirus, the changeling demon. Pediatr
Infect Dis J. Apr 1999;18(4):313-25; quiz 326.

Anda mungkin juga menyukai