Anda di halaman 1dari 16

Laporan Kasus Citomegalovirus (CMV) pada pasien bayi A di

Ruang Perawatan Lontara 4 Atas Belakang RSWS

Oleh :
Ayu Asriyani
R014182043

CI LAHAN CI INSTITUSI

[Hartina, S.Kep.Ns] [ Tuti Seniawati S.Kep., Ns.,M.Kes ]

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

1
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Chitomegalovirus (CMV) ialah penyebab utama infeksi virus kongenital
pada janin dan neonatus dan merupakan infeksi yang paling sering
menyebabkan retardasi mental (Bobak, Lowdermik, & jensen, 2004).
Sitomegalovirus (CMV) merupakan anggota dari family herpes yang sama-
sama membawa sifat laten, persisten dan reaktivasi dengan anggota virus lain
dari family tersebut. Infeksi CMV ialah infeksi oleh pathogen kongenital dan
oportunistik pada banyak orang, secara luas namun tidak sering menimbulkan
penyakit. CMV termasuk didalam kelompok infeksi yang menghasilkan
kompleks gejala dan tanda pada fetus atau neonates disebut TORCH singkatan
dari Toxoplasma, virus rubella, cytomegalo virus, virus herpes simplex
(Pringgoutomo, Himawan, & Tjarta, 2002).

Klasifikasi CMV adalah sebagai berikut :

1. CMV netritis (Ginjal)


2. CMV hepatitis (Hati)
3. CMV myocarditis (Jantung)
4. CMV pneumonitis (Paru-paru)
5. CMV retinitis (Mata)
6. CMV gastritis (Lambung)
7. CMV colitis (Usus)
8. CMV encephalitis (Otak)

B. Etiologi

Penyebab utama dari TORCH sebagian besar adalah hewan-hewan


yang ada di sekitar kita seperti kucing, ayam, burung, tikus, kambing, sapi,
anjing, babi, dan lainnya yang mengandung virus dan parasit TORCH di
dalam darahnya. Hewan-hewan tersebut bisa sebagai pembawa langsung

2
TORCH melalui interaksi dengan manusia, dan bisa juga sebagai perantara
(pembawa tak langsung) TORCH melaui kotorannya.
Kotorannya yang mengandung TORCH bisa mencemari tanah,
sehingga juga bisa mencemari sayuran yang tumbuh di tanah. Kotoran hewan
yang terinfeksi TORCH bisa terbang terbawa bersama lalat, serangga atau
burung dan menempel pada makanan, kemudian makanan tersebut masuk ke
dalam mulut manusia dan hidup dalam darah manusia. (Mulyana S. 2008).
Chitomegalovirus (CMV) merupakan virus DNA yang tergolong
dalam genus vurus Herpes. Virus yang spesifik menyerang manusia disebut
sebagai human CMV dan merupakan human herpesvirus 5, anggota family
dari 8 virus herpes manusia dubgup beta-herpes-virus. Chitomegalavirus
dapat membuat sel yang terinfeksi membesar hingga dua kali lipat. CMV
merupakan parasit yang hidup didalam sel atau intrasel yang sepenuhnya
tergantung pada sel inang untuk replikasi. Replikasi virus tergantung dari
kemampuan untuk menginfeksi sel inang yang permissive, yakni suatu kondisi
dimana sel tidak mampu melawan invasi dan replikasi dari virus. CMV tidak
menghasilkan endotoksin maupun eksotoksin (Sari, 2014).
Struktur CMV terdiri dari bagian tegument, capsid dan envelope yang
kaya akan lipid. Virus mengandung genom DNA (deoxybonucleic acid) untai
ganda berukuran besar yang mampu mengkode lebih dari 227 macam protein
dengan 35 macam protein structural dan protein nonstructural yang tidak jelas
fungsinya.
CMV menginfeksi sel dengan cara terikat pada reseptor pada permukaan
sel iang, kemudian menembus membrane sel, masuk kedalam vacuole di
sitoplasma, kemudian selubung virus terlepas dan nucleocapsid cepat menuju
nucleus sel inang. Ekspresi gen immediate erly (IE) spesifik RNA (ribonucleic
acid) atau transkrip gen alfa terjadi setelah nucleus sel inang terinfeksi dan
dapat dijumpai tanpa ada sintesis protein virus de novo atu replikasi DNA
virus.
Infeksi primer. Infeksi primer terjadi pada saat pejamu pertama kali
terinfeksi oleh virus. Rute infeksi biasanya kontak dengan membrane mukosa,

3
sekresi oral, atau sekresi seksual. Kemudian aktivitas yang berhubungan
dengan penularan virus meliputi berciuman, kontak seksual, dan melahirkan
anak. Intervensi medis seperti transfuse darah dan transplantasi organ dapat
membawa virus dalam cairan tubuh.
Pejamu (host) jarang menunjukkan gejala pada saat pertama kali
terinfeksi. Ketika gejala timbul, gejala ini sering diduga mengalami infeksi
virus biasa seperti flu atau mononucleosis. Jarang pada pejamu dengan
kekebalan yang baik tetapi sering pada pejamu yang kekebalannya tertekan.
Infeksi awal diakui dengan gejala infeksi local dalam bentuk pnomonia,
meningitis, hepatitis atau infeksi organ lain, atau infeksi umum sistemik.
Masa laten. Setelah infeksi awal, yang sering tidak parah, pejamu
umumnya membawa virus tanpa gejala seumur hidup mereka. Meskipun tidak
ada gejala, pejamu mungkin membawa virus dalam urine, saliva dan sekresi
lain. Keberadaan virus yang tidak dikenali ini memudahkan prevalensi luas
organisme dan pejanannya mungkin sangan umum.
Reaktivasi. Reaktivasi gejala dapat terjadi pada saat pertahanan kekebalan
menjadi lemah karena stressor kimia, emosi dan fisiologik. Infeksi CMV
adalah komplikasi utama dari transplantasi organ dan penyebab utama
kematian akibat transplantasi.
Penularan. Seperti rute penularan yang umum, risiko untuk terinfeksi
sitomegalovirus paling besar pada bayi, masa kanak-kanak awal, dan masa
dewasa awal. Namun, beberapa resiko tetap ada selama hidup, maka saat ini
lansia juga dapat terinfeksi, dengan perkiraan mendekati 100%. Bayi mungkin
lahir dengan sitomegalovirus yang didapat dari ibu utero atau perinatal pada
saat lahir (Smeltzer & Bare, 2013).
Penularan CMV melalui kontak langsung dengan sekresi cairan yang
terinfeksi, termasuk saliva, darah, urin, semen, sekresi serviks dan air susu ibu
(Pringgoutomo, Himawan, & Tjarta, 2002).

4
C. Patofisiologi
Chitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus kongenital
di amerika utara. Terdapat sejumlah strain CMV yang berhubungan. CMV
dapat ditularkan dari orang ke orangmelalui kontak langsung dengan cairan
atau jaringan tubuh, termasuk urine, darah, liur, secret servical, semen dan
ASI. Masa inkubasi virus masi belum diketahui; berikut perkiraan masa
inkubasi virus CMV; setelah lahir 3-12 minggu; setelah transfuse 3 sampai 12
minggu; dan setelah transplantasi 4 minggu sampai 4 bulan.
CMV memasuki sel dengan cara terikat pada reseptor yang ada
dipermukaan sel normal, kemudian menembus menbran sel masuk kedalam
vacuole di sitoplasma, kemudian selubung virus terlepas dan nucleocapsid
cepat menuju ke nucleus sel normal.
Terdapat 3 jenis CMV yaitu
1. Kongenital : didapat didalam Rahim melalui plasenta. Kira-kira 40%
bayi yang lahir dari ibu yang menderita CMV selama kehamilan juga
akan terinfeksi CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah
penyakit inklusi sitomegalik.
2. Akut-didapat : didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa.
Gejalanya mirip dengan mononucleosis (malaise,demam, faringitis,
splenomegaly, ruam petekia,gejala pernapasan) pada anak dapat terjadi
akibat transfuse.
3. Penyakit sistemik umum terjadi pada individu yang menderita
imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transplantasi
organ. Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis, hepatitis, dan
leucopenia yang kadang-kadang fatal.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul akibat infeksi CMV kongenital ditentukan
oleh beberapa hal seperti usia kehamilan saat terinfeksi, rute penularan, dan
kemampuan imun individu. Pada bayi dengan infeksi CMV kongenital dapat
ditemukan Cytomegalic Inclusion Disease (CID) yang memiliki tanda dan

5
gejala klinis berupa Hiperbillurubinemia, BBLR, Hepatomegali, Ikterus,
kejang, pneumonitis, ptekie, trombositopenia dan ruam morbiliform.
Pada 80-90 % bayi yang tidak menunjukkan gejala saat lahir maka pada
masa yang akan datang dapat menyebabkan gangguan pendengaran atau tuli,
retardasi mental, gangguan visual, infeksi ginjal, hepatitis CMV, infeksi dan
inflamasi mukosa saluran cerna, kelelahan, malaise, dan myalgia.
CMV merupakan virus yang paling sering menyebabkan gangguan
perkembangan. Gangguan psikomotor sering kali ditemukan bersama dengan
gangguan neurologic dan mikrosefal. Selain itu, defek pada fungsi motoric,
retardasi mental serta defek pada gigi seringkali ditemukan pada infeksi CMV
kongenital. Hambatan perkembangan tersebut terjadi pada 70% pasien infeksi
CMV kongenital simptomatik yang hidup.
Infeksi CMV kongenital bisa didapatkan melalui infeksi perinatal dimana
seringkali dijumpai prematuritas, hepatosplenomegali, neutropenia,
limfositosis dan trombositopenia.

E. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur virus dari urine. Secret varing dan leukosit perifer.
b. Pemeriksaan mikroskopik pada sedimen urine, cairan tubuh dan jaringan
untuk melihat virus dalam jumlah besar (pemeriksaan urine untuk melihat
adanya iklusi intrasel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi kongenital
harus dilakukan 3 minggu pertama kehidupan.
c. Skrining toksoplasmosism rubella sitomegalovirus, herpes dan lain-lain
(toxoplasmosis, other, rubella, chitomegalovirus, herpes; TORCH)
digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
d. Uji serologi.
1. Titer antibody igG dan igM yang meningkat mengindikasikan pajanan
terhadap virus; igG neonatal yang meningkat mengindikasikan infeksi
yang didapat pada masa prenatal; maternital negative dan igG neonatal
positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada pasca natal.
2. Uji faktor rheumatoid positif (positif pada 35%-45% kasus).

6
e. Studi radiologist : foto tenggorokan atan CT kepala dengan maksud
mengungkapkan klasifikasi intra cranial.

F. Komplikasi
Pada populasi dengan kekebalan tubuh yang baik, adanya CMV umumnya
tidak menimbulkan risiko kesehatan. Namun, perlu perhatian pada adanya
CMV pada wanita hamil dan janin atau bayi. Kenyataannya, CMV kongenital
adalah infeksi virus yang paling serius pada bayi baru lahir di Amerika
Serikat. Sekitar 1% dari semua bayi baru lahir terinfeksi, dan sekitar 20% dari
infeksi menunjukkan gejala pada awalnya atau dalam bulan pertama kelahiran.
Saat muncul, variasi gejala bermacam-macam. Manifestasi klinis yang umum
dari infeksi adalah hematogen dengan petekie, hepatomegaly, dan terjadi
plenomegali. Beberapa komplikasi neurologic permanen dapat berhubungan
dengan komplikasi hematogen. Meskipun aborsi spontan dan abnormalitas
kongenital berhubungan dengan sitomegalovirus relative jarang, infeksi
primer selama kehamilan terdapat pada masyarakat luas dan obstrettrik.
Kesempatan untuk infeksi baru selama kehamilan mungkin mempunyai
kemungkinan yang paling besar untuk wanita yang memiliki anak yang lain
yang dirawat ditempat perawatan karena ada kesempatan untuk terpajan
dengan anak lain yang terinfeksi. Meskipun perhatian pada perawatan
kesehatan selama kehamilan atau pekerja perawatan secara rutin terpajan pada
sekresi dan eksresi dari pasien dan anak, studi epidemiologi tentang pekerjaan
tidak konsisten menunjukkan peningkatan resiko mendapat infeksi ini.
Namun, pekerja yang hamil harus memberi perhatian terhadap risiko
penularan diarea ini (Smeltzer & Bare, 2013).
Pencegahan. Cuci tangan dan penggunaan sarung tangan telah
menunjukkan penurunan penularan yang tinggi dari pasien ke petugas tenaga
kesehatan. Beberapa pasien (terutama pasien transplantasi dan yang
mengalami AIDS) akan mengekskresikan sitomegalovirus pada semua cairan
tubuhnya. Penting bagi perawat yang hamil memahami bahwa pajanan pada

7
CMV dapat dihindari dengan seleksi pasien, meskipun dengan cuci tangan dan
penggunaan sarung tangan yang konsisten.
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penderita CMV adalah :
a. Kehilangan pendengaran yang bervariasi
b. Gangguan penglihatan
c. Mikrosefaliti
d. Gangguan sensorineural.

Penularan sitomegalovirus juga terjadi melalui transfusi darah dan


transplantasi organ. Untungnya meningkatnya penyaringan (screening) darah
untuk virus lain (hepatitis B, hepatitis C, dan human immunodeficiency virus)
juga telah menurunkan risiko transfuse yang berhubungan dengan kasus
CMV. Terinfeksi dari infeksi organ transplantasi sebelumnya dengan sumber
baru dari CMV (dari donor) dapat berperan pada terjadinya sakit yang berat
pada pasien dengan supresi imun (Smeltzer & Bare, 2013).

G. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan penatalaknaan CMV tetapi hanya
mengatasi gejala yang mungkin muncul seperti penatalaksanaan demam,
transfusi untuk anemia, dan dukungan pernapasan). Globulin imun-CMV yang
diberikan melalui IV bersama dengan obat gansiklovir dapat mengurangi
beratnya infeksi pada individu dengan system imun yang buruk (mekanisme
imunologiknya kurang/terganggu). Dalam penatalaksanaannya tidak
diperlukan tindakan kewaspadaan khusus, tetapi perawat harus tetap memakai
sarung tangan dan melakukan teknik mencuci tangan dengan baik dan
menggunakan tindakan kewaspadaan umum. (documents, 2017)

8
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan Data
Biodata identitas klien dan penanggung jawab
1. Identitas Klien
Dikaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan
dan lain-lain.
2. Identitas penanggung jawab
Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
(Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat ini)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
(Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien
dibawa ke RS, ditambah dengan keluhan klien saat ini yang
diuraikan dalam konsep PQRST)
1) P : Palitatif /Provokatif
(Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat memperberat
dan menguranginya)
2) Q : Qualitatif /Quantitatif
(Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar, sejauhmana
merasakannya sekarang)
3) R : Region
(Dimana gejala terasa, apakah menyebar)
4) S : Skala
(Seberapa keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10)
5) T : Time
(Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah
tiba-tiba atau bertahap)

9
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
(Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan
atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita klien saat ini.
Termasuk faktor predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
(Mengidentifikasi apakah di keluarga klien ada riwayat penyakit
turunan atau riwayat penyakit menular)
e. Pola Aktivitas Sehari-hari
(Membandingkan pola aktifitas keseharian klien antara sebelum sakit
dan saat sakit, untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan pola
pemenuhan atau tidak)
4. Pemeriksaan Fisik
(Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik
pemeriksaan yang digunakan Head to Toe yang diawali dengan observasi
keadaan umum klien. Dan menggunakan pedoman 4 langkah yaitu
Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
a. Sistem Kardiovakuler
(Misalnya : takikardi, bradikardi, murmur, edema, nadi tidak teraba)
b. Sistem Integument
(Misalnya : bengkak, diaforesis, lembab, prosthesis, atrofi/deformitas)
c. Sistem Pulmoner
(Misalnya : sputum kental , nafas dangkal, pernafasan kusmaul, udem
paru, gangguan pernafasan, asidosis metabolic, pneumonia, nafas
berbau amoniak, sesak nafas)
d. Sistem Gastrointestinal
(Misalnya : distensi, anoreksia, hipoperistaltik, rigiditas, konstipasi,
disfagia)
e. Sistem Neurologi
(Misalnya : konfusi, vertigo, sedasi, tremor, pupil non rekatif, koma,
sakit kepala, letargi, mati rasa, suara sesak)
f. Sistem Muskuloskletal

10
(Misalnya : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop,
osteosklerosis, dan osteomalasia.
g. Sisem Urinaria
(Misalnya : disuria, hesitansi, nokturia, folley, inkontinensia)
h. Sistem Reproduktif
(Misalnya : amenore, atropi testikuler, penurunan libido, infertilitas).
5. Data Psikologis
6. Data Sosial
7. Data Spiritual
8. Data Penunjang
Tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium yang
dijalani klien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal, dituliskan
hanya 3 kali pemeriksaan terakhir secara berturut-turut. Bila hasilnya
fluktuatif, buat keterangan secara naratif
- Kultur virus dari urine. Secret varing dan leukosit perifer.
- Pemeriksaan mikroskopik pada sedimen urine, cairan tubuh dan
jaringan untuk melihat virus dalam jumlah besar (pemeriksaan urine
untuk melihat adanya iklusi intrasel tidaklah bermanfaat; verifikasi
infeksi kongenital harus dilakukan 3 minggu pertama kehidupan.
- Skrining toksoplasmosism rubella sitomegalovirus, herpes dan lain-
lain (toxoplasmosis, other, rubella, chitomegalovirus, herpes; TORCH)
digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
- Uji serologi.
o Titer antibody igG dan igM yang meningkat mengindikasikan
pajanan terhadap virus; igG neonatal yang meningkat
mengindikasikan infeksi yang didapat pada masa prenatal;
maternital negative dan igG neonatal positif mengindikasikan
didapatnya infeksi pada pasca natal.
o Uji faktor rheumatoid positif (positif pada 35%-45% kasus).
f. Studi radiologist : foto tenggorokan atan CT kepala dengan maksud
mengungkapkan klasifikasi intra cranial.

11
9. Program dan Rencana Pengobatan
Tentang seluruh rencana pengobatan yang akan dilakukan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang dapat di angkat berdasarkan Herdman & Kamitsuru


(2015) NANDA 2018-2020 adalah :
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan penurunan energy/kelelahan
2. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi inadekuat
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit.
5. Risiko infeksi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan dan kriteria hasil berdasarkan Moorhead,
Jhonson, Maas, & Swanson (2013). dan Bulechek, Butcher, Dochterman, &
Wagner, (2013) adalah sebagai berikut:

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection
- Prosedur Infasif control
 Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan jaringan dan  Risk control  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
peningkatan paparan Setelah dilakukan tindakan tindakan keperawatan
lingkungan keperawatan selama……  Gunakan baju, sarung tangan sebagai
- Malnutrisi pasien tidak mengalami alat pelindung
- Peningkatan paparan infeksi dengan kriteria hasil:  Ganti letak IV perifer dan dressing
lingkungan patogen  Klien bebas dari tanda sesuai dengan petunjuk umum
- Imonusupresi dan gejala infeksi
- Tidak adekuat pertahanan  Menunjukkan
 Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
sekunder (penurunan Hb, kemampuan untuk
Leukopenia, penekanan mencegah timbulnya  Tingkatkan intake nutrisi
respon inflamasi) infeksi  Berikan terapi antibiotik
- Penyakit kronik  Jumlah leukosit dalam  Monitor tanda dan gejala infeksi
- Imunosupresi batas normal sistemik dan lokal
- Malnutrisi  Menunjukkan perilaku  Pertahankan teknik isolasi k/p
- Pertahan primer tidak hidup sehat  Inspeksi kulit dan membran mukosa

12
adekuat (kerusakan kulit,  Status imun, terhadap kemerahan, panas, drainase
trauma jaringan, gangguan gastrointestinal,  Monitor adanya luka
peristaltik) genitourinaria dalam  Dorong masukan cairan
batas normal  Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi makanan


nutrisi kurang dari a. Nutritional status: Adequacy of  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : food and dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk Fluid Intake  Yakinkan diet yang dimakan mengandung
memasukkan atau c. Weight Control tinggi serat untuk mencegah konstipasi
mencerna nutrisi oleh Setelah dilakukan tindakan  Ajarkan pasien bagaimana membuat
karena faktor biologis, keperawatan selama….nutrisi catatan makanan harian.
psikologis atau ekonomi. kurang teratasi dengan indikator:  Monitor adanya penurunan BB dan gula
DS:  Albumin serum darah
- Nyeri abdomen  Pre albumin serum  Monitor lingkungan selama makan
- Muntah  Hematokrit  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
- Kejang perut  Hemoglobin selama jam makan
- Rasa penuh tiba-tiba  Total iron binding capacity  Monitor turgor kulit
setelah makan  Jumlah limfosit  Monitor kekeringan, rambut kusam, total
DO: protein, Hb dan kadar Ht
- Diare  Monitor mual dan muntah
- Rontok rambut yang  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
berlebih jaringan konjungtiva
- Kurang nafsu makan  Monitor intake nuntrisi
- Bising usus berlebih  Informasikan pada klien dan keluarga
- Konjungtiva pucat tentang manfaat nutrisi
- Denyut nadi lemah  Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval

13
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakefektifan Pola NOC: NIC:


Napas berhubungan  Respiratory status : Ventilation  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
dengan :  Respiratory status : Airway ventilasi
- Hiperventilasi patency  Pasang mayo bila perlu
- Penurunan  Vital sign Status  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
energi/kelelahan  Keluarkan sekret dengan batuk atau
- Perusakan/pelemahan Setelah dilakukan tindakan suction
muskulo-skeletal keperawatan selama  Auskultasi suara nafas, catat adanya
- Kelelahan otot ………..pasien menunjukkan suara tambahan
pernafasan keefektifan pola nafas, dibuktikan  Berikan bronkodilator :
- Hipoventilasi sindrom dengan kriteria hasil:  Atur intake untuk cairan
- Nyeri  Mendemonstrasikan batuk
mengoptimalkan keseimbangan.
- Kecemasan efektif dan suara nafas yang
 Monitor respirasi dan status O2
- Disfungsi bersih, tidak ada sianosis dan
 Bersihkan mulut, hidung dan secret
Neuromuskuler dyspneu (mampu mengeluarkan
trakea
- Obesitas sputum, mampu bernafas dg
- Injuri tulang belakang mudah, tidakada pursed lips)  Pertahankan jalan nafas yang paten
 Menunjukkan jalan nafas yang  Observasi adanya tanda tanda
DS: paten (klien tidak merasa hipoventilasi
- Dyspnea tercekik, irama nafas, frekuensi  Monitor adanya kecemasan pasien
- Nafas pendek pernafasan dalam rentang terhadap oksigenasi
DO: normal, tidak ada suara nafas  Monitor vital sign
- Penurunan tekanan abnormal)  Informasikan pada keluarga tentang
inspirasi/ekspirasi  Tanda Tanda vital dalam tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola
- Penurunan pertukaran rentang normal (tekanan darah, nafas.
udara per menit nadi, pernafasan)  Monitor pola nafas
- Menggunakan otot
pernafasan tambahan
- Orthopnea
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat
lama
- Penurunan kapasitas
vital
- Respirasi: < 11 – 24 x
/mnt

14
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan : Thermoregulasi  Monitor suhu sesering mungkin
- penyakit/  Monitor warna dan suhu kulit
trauma Setelah dilakukan tindakan  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- peningkatan keperawatan selama………..pasien  Monitor penurunan tingkat kesadaran
metabolisme menunjukkan :  Monitor WBC, Hb, dan Hct
- aktivitas yang Suhu tubuh dalam batas normal  Monitor intake dan output
berlebih dengan kreiteria hasil:
 Berikan anti piretik:
- dehidrasi  Suhu 36 – 37C
 Kelola Antibiotik
 Nadi dan RR dalam rentang
 Selimuti pasien
DO/DS: normal
 Berikan cairan intravena
 kenaikan suhu  Tidak ada perubahan warna
tubuh diatas kulit dan tidak ada pusing,  Kompres pasien pada lipat paha dan
rentang normal merasa nyaman aksila
 serangan atau  Tingkatkan sirkulasi udara
konvulsi (kejang)  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 kulit kemerahan  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 pertambahan RR  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 takikardi  Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
 Kulit teraba panas/ kelembaban membran mukosa)
hangat

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kurang Pengetahuan NOC: NIC :


Berhubungan dengan :  Kowlwdge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan keluarga
keterbatasan kognitif,  Kowledge : health Behavior  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
interpretasi terhadap Setelah dilakukan tindakan bagaimana hal ini berhubungan dengan
informasi yang salah, keperawatan selama …. pasien anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
kurangnya keinginan menunjukkan pengetahuan tentang tepat.
untuk mencari informasi, proses penyakit dengan kriteria  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
tidak mengetahui hasil: muncul pada penyakit, dengan cara
sumber-sumber  Pasien dan keluarga yang tepat
informasi. menyatakan pemahaman  Gambarkan proses penyakit, dengan
tentang penyakit, kondisi, cara yang tepat
prognosis dan program  Identifikasi kemungkinan penyebab,
DS: Menyatakan secara pengobatan dengan cara yang tepat
verbal adanya masalah  Pasien dan keluarga mampu  Sediakan informasi pada pasien tentang
DO: ketidakakuratan melaksanakan prosedur yang kondisi, dengan cara yang tepat
mengikuti instruksi, dijelaskan secara benar  Sediakan bagi keluarga informasi
perilaku tidak  Pasien dan keluarga mampu tentang kemajuan pasien dengan cara
sesuai menjelaskan kembali apa yang
yang tepat
dijelaskan perawat/tim
 Diskusikan pilihan terapi atau
kesehatan lainnya
penanganan
 Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat.

15
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L.2012. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016).
Nursing Interventions Classification (NIC), Ed. 6, Edisi Bahasa Indonesia.
Indonesia: CV. Mocomedia.

Bobak, Lowdermik, & jensen, &. (2004). Buku Ajar keperawatan Meternitas.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Documents. (2017, Agustus 17). Askep Anak Chitomegalovirus. Retrieved


September 20, 2017, from documents.tips:
http://documents.tips/category/askep-anak-cytomegalovirus-2.html

Herdman, H., & Kamitsuru, S. (2018). Nanda diagnosis keperawatan. Jakarta:


EGC.
Hermawan, A.,2009. Cytomegalovirus, Virus Bandel yang Harus Diwaspadai.
Klinik online
Moorhead , S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcome Classification (NOC), Ed. 5, Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia:
CV. Mocomedia.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogyakarta: MediAction
Pringgoutomo, S., Himawan, S., & Tjarta, A. (2002). Buku Ajar Patologi I
(Umum) Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.

Sari, W. P. (2014). Infeksi cytomegalovirus kongenital. Retrieved September 20,


2017, from undip: http://www.eprints.undip.ac.id/44899/.pdf

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai