Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN CYTOMEGALOVIRUS (CMV)

OLEH:
Muhammad Rizky Asfarada
R014221039
Preceptor Lahan Preceptor Institusi

Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep., Ns., M.Kes.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR
2022
CYTOMEGALOVIRUS (CMV)

A. Definisi
Cytomegalovirus/CMV adalah virus DNA dan merupakan
kelompok dari famili virus Herpes sehingga memiliki kemampuan latensi.
Virus ditularkan melalui berbagai cara antara lain melalui tranfusi darah,
transplantasi organ, kontak seksual, air susu, air seni dan air liur,
transplansental atau kontak langsung saat janin melewati jalan lahir pada
persalinan pervagina. Infeksi Cytomegalovirus /CMV merupakan salah satu
infeksi virus paling umum yang terjadi dan menyebabkan infeksi (Hidayati,
2015). Cytomegalovirus merupakan parasit yang hidup di dalam sel atau
intrasel yang sepenuhnya tergantung pada sel inang untuk perbanyakan diri
(replikasi). Virus tidak memiliki organel metabolik seperti yang dijumpai
pada prokariot misalnya bakteri atau eukariot misalnya sel manusia
(Suromo, 2008).
Infeksi akibat Cytomegalovirus (CMV) merupakan infeksi
kongenital yang terbanyak dan menyebabkan morbiditas yang cukup tinggi
pada bayi baru lahir. Transmisi CMV dapat terjadi secara horizontal
(darisatu orang ke orang yang lain) maupun vertikal (dari ibu ke janin).
Sebagian besar anak yang lahir dengan infeksi CMV kongenital tidak
menunjukkan gejala (asimptomatik) saat lahir. Anak yang menunjukkan
gejala infeksi CMV kongenital saat lahir hanya berkisar antara 7-10%.
CMV yang menginfeksi manusia disebut dengan human Cytomegalovirus.
CMV merupakan virus DNA yang termasuk dalam famili herpesviridae.
Virus ini disebut cytomegalovirus karena sel yang terinfeksi akan membesar
hingga dua kali lipat dibandingkan dengan ukuran sel yang tidak terinfeksi
(Pratama, 2018).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Cytomegalovirus/CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari
famili virus Herpes sehingga memiliki kemampuan latensi. Virus ditularkan
melalui berbagai cara antara lain melalui tranfusi darah, transplantasi organ,
kontak seksual, air susu, air seni dan air liur, transplansental atau kontak
langsung saat janin melewati jalan lahir pada persalinan pervagina. Infeksi
akibat Cytomegalovirus (CMV) merupakan infeksi kongenital yang
terbanyak dan menyebabkan morbiditas yang cukup tinggi pada bayi baru
lahir. Virus ini disebut cytomegalovirus karena sel yang terinfeksi akan
membesar hingga dua kali lipat dibandingkan dengan ukuran sel yang tidak
terinfeksi.

B. Klasifikasi
Menurut Saifuddin (2011), ada beberapa klasifikasi CMV antara
lain:
CMV dapat mengenai hampir semua organ dan menyebabkan hampir
semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
1. CMV nefritis (ginjal)
2. CMV hepatitis (hati)
3. CMV myocarditis (jantung)
4. CMV pneumonitis (paru-paru)
5. CMV retinitis (mata)
6. CMV gastritis (lambung)
7. CMV colitis (usus)
8. CMV encephalitis (otak)

C. Etiologi
Menurut Betz (2012), etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi
3, yaitu:
1. Kongenital
Didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40 % bayi yang lahir
dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi
CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit inklusi
sitomegalik.
2. Akut
Didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala mirip
dengan mononucleosis (malaise,demam,faringitis splenomegali,ruam
petekia, dan gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela,terutama
pada anak-anak yang masih kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.
3. Penyakit sistemik umum terjadi pada individu yang menderita
imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ.
Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang
kadang-kadang fatal. Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan
dan dapat menyebabkan reaktivasi virus.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Ridha (2014), manifestasi klinis CMV bervariasi dapat dibagi
atas infeksi CMV infeksi intrauterus (kongenital) dan infeksi perinatal.
1. Infeksi kongenital adalah penularan dari ibu hamil kepada janin dalam
kandungannya melalui plasenta. Jika penularan terjadi pada usia
kandungan di bawah 16 minggu, akan menyebabkan dampak yang
sangat merugikan seperti hepatomegali, splenomegali, ikterus, ptekie,
mikrosefali, kelainan okuler, kelainan gigi, gangguan pendengaran, dan
kelainan kongenital.
2. Infeksi CMV perinatal, adalah penularan terjadi sewaktu persalinan
hingga satu minggu setelah kelahiran atau terinfeksi melalui cairan
sekresi penderita cytomegalovirus. Penularan perinatal lainnya dapat
melalui air susu ibu, percikan air liur, serta melalui kontak dengan mulut
dan hidung (mencium bayi). Anak juga dapat mengalami batuk, demam
serta pneumonia.

E. Patofisiologi
CMV adalah penyebab utama infeksi virus kongenital di
Amerika Utara. Infeksi ini terjadi sekitar 30.000-40.000 bayi dilahirkan
dengan infeksi kongenital sitomegalovirus setiap tahun. Virus tersebut
adalah salah satu anggota dari famili herpes, yang meliputi virus herpes
simpleks tipe 1 dan 2, virus varicella zoster (penyebab cacar air), dan virus
Epstein-Barr (penyebab mononucleosis yang menular). Kira-kira 10% dari
penderita CMV ini memiliki gejala awal seperti demam, kerusakan pada
limpa, dan terlihat lelah/malaise. CMV dapat ditularkan dari orang ke orang
melalui kontak langsung dengan cairan, termasuk jaringan tubuh, termasuk
urine, darah, ASI, juga bisa menular melalui hubungan seksual dari semen
dan sekresi cairan vagina (Betz, 2012).
Cytomegalovirus biasanya ditemukan pada kelenjar saliva. Bila
seorang dewasa tertular, penderita menderita penyakit mirip mononukleosis
(Betz, 2012). Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat
tinggal secara laten di dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu
penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin karena virus Cytomegalo
dapat melewati plasenta dan merusak hati janin. Jika ibu hamil terinfeksi,
maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami
gangguan, misalnya pembesaran hati, kuning, pengapuran otak, ketulian,
retardasi mental, dan lain-lain. Pasien dapat mengalami infeksi kapan saja
selama kehamilan. Jika selama kehamilan menimbulkan gejala, maka
kemungkinan 90% bayinya akan mengalami komplikasi. Transmisi vertikal
dari ibu ke bayi melalui transplacental (Betz, 2012).
Infeksi CMV pada ibu hamil bisa secara primer atau rekuren. Infeksi
primer pada ibu hamil ditandai dengan terjadinya serokonversi dari IgG
antibodi CMV selama kehamilan atau didapatkan IgG dan IgM CMV
bersama-sama selama kehamilan. Sedangkan infeksi rekuren ditandai
adanya antibodi CMV pada fase sebelum terjadinya pembuahan. Pada
infeksi primer, transmisi infeksi ke bayi sebesar 40%. Adanya IgG anti
CMV pada ibu hamil tidak memberi perlindungan kepada bayi, sehingga
kelainan kongenital mungkin terjadi (Betz, 2012).
Infeksi kongenital dan luasnya penyakit pada bayi baru lahir
tergantung pada status kekebalan ibu. Jika infeksi primer ibu terjadi selama
kehamilan, tingkat rata-rata transmisi ke janin adalah 40%, sekitar 65% dari
bayi ini memiliki penyakit sitomegalovirus saat lahir. Dengan infeksi ibu
berulang yaitu, cytomegalovirus infeksi yang terjadi dalam konteks
kekebalan prakonseptual, risiko penularan pada janin lebih rendah, berkisar
0,5-1,5%, sebagian besar bayi tampak normal saat lahir. Berikut ini adalah
perkiraan masa inkubasi Betz (2012), yaitu:
a. Setelah lahir (3-12 minggu)
b. Setelah transfusi (3- 12 minggu), dan
c. Setelah transplantasi (4 minggu sampai 4 bulan).

Urine sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa


tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh
seseorang dan masih dapat diaktifkan kembali. Saat ini belum ada
imunisasi untuk mencegah infeksi virus.

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ratnasari (2010), pemeriksaan penunjang CMV adalah:
1. Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
2. Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan
jaringan untuk melihat vius dalam jumlah besar(pemeriksaan urin untuk
mengetahui adanya iklusi intra sel tidaklah bermanfaat; verifikasi
infeksi congenital harus dilakukan dalam 3 minggu pertama dari
kehidupan).
3. Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain-lain
(toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes). TORCH
digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
4. Uji serologis
a) Titer antibody IgG dan IgM, IgM yang meningkat mengindikasikan
pajanan terhadap virus, IgG neonatal yang meningkat
mengindikasikan infeksi yang didapat pada masa prenatal, IgG
maternital negative dan IgG neonatal positif mengindikasikan
didapatnya infeksi pada saat pascanatal.
b) Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)
5. Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan
maksud mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.
6. Pemeriksaan Diagnostik.

G. Penatalaksanaan
Obat – obatan infeksi virus yaitu acyclovir, gancyklovir, dapat
diberikan untuk infeksi CMV. Untuk pengobatan gancyklofir pada bayi
diberikan pada dosis 6-12mg/kg berat badan/ hari (IV drip), diberikan setiap
12 jam selama 6 minggu (Akhter, 2010).
Pencegahan yang paling penting untuk menunda kehamilan apabila
secara laboratorik dinyatakan terinfeksi CMV primer akut. Bayi baru lahir
dari ibu yang menderita infeksi CMV, perlu di deteksi IgM anti CMV untuk
mengetahui infeksi kongenital. Hygine dan sanitasi lingkungan perlu
diperhatikan untuk mencegah penularan atau penyebaran. Infeksi CMV
tidak menimbulkan keluhan apabila individu berada dalam kondisi
kompetensi imun yang baik, oleh karena itu pola hidup sehat dengan makan
minum yang sehat dan bergizi, sangat diperlukan agar sistem imun dapat
bekerja dengan baik untuk mengatasi CMV. Istirahat yang cukup juga
sangat diperlukan. Pencegahan infeksi primer yang lain melalui hubungan
seksual, transfusi darah dan tranplantasi jaringan juga perlu dipikirkan
(Akhter, 2010).

H. Komplikasi
Komplikasi Cytomegalovirus umumnya bervariasi dan dapat terjadi
pada siapa saja, tergantung kesehatan pasien ketika terinfeksi dan kondisi
pasien secara keseluruhan. Komplikasi biasanya muncul pada penderita
infeksi CMV dengan sistem imunitas lemah, antara lain hilangnya
penglihatan, gangguan sistem pencernaan (peradangan usus besar,
esofagits, dan hepatitis), gangguan sistem saraf (ensefalitis), serta
pneumonia (Akhter, 2010).
Komplikasi juga mungkin terjadi pada bayi dengan infeksi CMV
bawaan. Bentuk komplikasi yang dapat terjadi, antara lain kehilangan
pendengaran, gangguan penglihatan, kejang, kurangnya koordinasi tubuh,
gangguan pada otot, serta penurunan fungsi intelektual. Pada ksus yang
jarang terjadi, cytomegalovirus dapat meningkatkan risiko mononukleosis
pada orang dewasa yang sehat. Jenis komplikasi lain yang mungkin terjadi
pada orang sehat, antara lain gangguan pada sistem pencernaan, hati, otak,
dan sistem saraf (Akhter, 2010).

I. Diagnosa yang Mungkin Muncul


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Defisien Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
5. Resiko infeksi ditandai faktor resiko penyakit kronis, prosedur invasif
(IV Line)
6. Risiko keterlambatan perkembangan ditandai faktor resiko nutrisi tidak
adekuat
7. Risiko Jatuh ditandai faktor resiko anak kurang pengawasan
DAFTAR PUSTAKA

Akhter, K dan Wills, T. 2010. “Cytomegalovirus Medicine Infectious Disease”.


http:emedicine.medscape.com/article/215702overview. Diakses pada tanggal
8 Januari 2019

Betz, C. 2012. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC

Hidayati, N. 2015. “Diagnosis Infeksi Cytomegalovirus Pada Anak”. Jurnal


Biomedik, VII(3).

Pratama, B. 2018. “Infeksi Cytomegalovirus Kongenital”. Jurnal Kesehatan


Melayu, Volume 1, p. 115.

Ratnasari, N. 2010. “Cytomegalovirus Pada Anak”. [Online]


Available at: https://www.scribd.com/document/261663412/40005063-
Anak-CMV-doc. diunduh pada tanggal 8 Januari 2018

Ridha, H. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saifuddin, A. 2011. Buku Ajar Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suromo, M. 2008. Kwaspadaan terhadap Infeksi Cytomegalovirus serta kegunaan


deteksi secara laboratik. Bandung: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Bandung

Anda mungkin juga menyukai