Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CHITOMEGALOVIRUS KONGENITAL

Di Susun Oleh:

NURMA JUNIATI
NIM. 2311102412037

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2023/2024
A. Definisi
Chitomegalovirus (CMV) ialah penyebab utama infeksi virus kongenital
pada janin dan neonatus dan merupakan infeksi yang paling sering
menyebabkan retardasi mental (Bobak, Lowdermik, & jensen,
2004).Sitomegalovirus (CMV) merupakan anggota dari family herpes yang
sama-sama membawa sifat laten, persisten dan reaktivasi dengan anggota
virus lain dari family tersebut.Infeksi CMV ialah infeksi oleh pathogen
kongenital dan oportunistik pada banyak orang, secara luas namun tidak
sering menimbulkan penyakit. CMV termasuk didalam kelompok infeksi yang
menghasilkan kompleks gejala dan tanda pada fetus atau neonates disebut
TORCH singkatan dari Toxoplasma, virus rubella, cytomegalo virus, virus
herpes simplex (Pringgoutomo, Himawan, & Tjarta, 2002).

Klasifikasi CMV adalah sebagai berikut :

1. CMV netritis (Ginjal)


2. CMV hepatitis (Hati)
3. CMV myocarditis (Jantung)
4. CMV pneumonitis (Paru-paru)
5. CMV retinitis (Mata)
6. CMV gastritis (Lambung)
7. CMV colitis (Usus)
8. CMV encephalitis (Otak)

B. Etiologi
Chitomegalovirus (CMV) merupakan virus DNA yang tergolong dalam
genus vurus Herpes.Virus yang spesifik menyerang manusia disebut sebagai
human CMV dan merupakan human herpesvirus 5, anggota family dari 8
virus herpes manusia dubgup beta-herpes-virus.Chitomegalavirus dapat
membuat sel yang terinfeksi membesar hingga dua kali lipat.CMV merupakan
parasit yang hidup didalam sel atau intrasel yang sepenuhnya tergantung pada
sel inang untuk replikasi.Replikasi virus tergantung dari kemampuan untuk
menginfeksi sel inang yang permissive, yakni suatu kondisi dimana sel tidak
mampu melawan invasi dan replikasi dari virus.CMV tidak menghasilkan
endotoksin maupun eksotoksin (Sari, 2014).
Struktur CMV terdiri dari bagian tegument, capsid dan envelope yang
kaya akan lipid. Virus mengandung genom DNA (deoxybonucleic acid) untai
ganda berukuran besar yang mampu mengkode lebih dari 227 macam protein
dengan 35 macam protein structural dan protein nonstructural yang tidak jelas
fungsinya.
CMV menginfeksi sel dengan cara terikat pada reseptor pada permukaan
sel iang, kemudian menembus membrane sel, masuk kedalam vacuole di
sitoplasma, kemudian selubung virus terlepas dan nucleocapsid cepat menuju
nucleus sel inang. Ekspresi gen immediate erly (IE) spesifik RNA (ribonucleic
acid) atau transkrip gen alfa terjadi setelah nucleus sel inang terinfeksi dan
dapat dijumpai tanpa ada sintesis protein virus de novo atu replikasi DNA
virus.
Infeksi primer.Infeksi primer terjadi pada saat pejamu pertama kali
terinfeksi oleh virus.Rute infeksi biasanya kontak dengan membrane mukosa,
sekresi oral, atau sekresi seksual.Kemudian aktivitas yang berhubungan
dengan penularan virus meliputi berciuman, kontak seksual, dan melahirkan
anak. Intervensi medis seperti transfuse darah dan transplantasi organ dapat
membawa virus dalam cairan tubuh.
Pejamu (host) jarang menunjukkan gejala pada saat pertama kali
terinfeksi.Ketika gejala timbul, gejala ini sering diduga mengalami infeksi
virus biasa seperti flu atau mononucleosis.Jarang pada pejamu dengan
kekebalan yang baik tetapi sering pada pejamu yang kekebalannya
tertekan.Infeksi awal diakui dengan gejala infeksi local dalam bentuk
pnomonia, meningitis, hepatitis atau infeksi organ lain, atau infeksi umum
sistemik.
Masa laten. Setelah infeksi awal, yang sering tidak parah, pejamu
umumnya membawa virus tanpa gejala seumur hidup mereka. Meskipun tidak
ada gejala, pejamu mungkin membawa virus dalam urine, saliva dan sekresi
lain. Keberadaan virus yang tidak dikenali ini memudahkan prevalensi luas
organisme dan pejanannya mungkin sangan umum.
Reaktivasi.Reaktivasi gejala dapat terjadi pada saat pertahanan kekebalan
menjadi lemah karena stressor kimia, emosi dan fisiologik.Infeksi CMV
adalah komplikasi utama dari transplantasi organ dan penyebab utama
kematian akibat transplantasi.
Penularan.Seperti rute penularan yang umum, risiko untuk terinfeksi
sitomegalovirus paling besar pada bayi, masa kanak-kanak awal, dan masa
dewasa awal.Namun, beberapa resiko tetap ada selama hidup, maka saat ini
lansia juga dapat terinfeksi, dengan perkiraan mendekati 100%.Bayi mungkin
lahir dengan sitomegalovirus yang didapat dari ibu utero atau perinatal pada
saat lahir (Smeltzer & Bare, 2013).
Penularan CMV melalui kontak langsung dengan sekresi cairan yang
terinfeksi, termasuk saliva, darah, urin, semen, sekresi serviks dan air susu ibu
(Pringgoutomo, Himawan, & Tjarta, 2002).

C. Patofisiologi
Chitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus kongenital
di amerika utara. Terdapat sejumlah strain CMV yang berhubungan. CMV
dapat ditularkan dari orang ke orangmelalui kontak langsung dengan cairan
atau jaringan tubuh, termasuk urine, darah, liur, secret servical, semen dan
ASI. Masa inkubasi virus masi belum diketahui; berikut perkiraan masa
inkubasi virus CMV; setelah lahir 3-12 minggu; setelah transfuse 3 sampai 12
minggu; dan setelah transplantasi 4 minggu sampai 4 bulan.
CMV memasuki sel dengan cara terikat pada reseptor yang ada
dipermukaan sel normal, kemudian menembus menbran sel masuk kedalam
vacuole di sitoplasma, kemudian selubung virus terlepas dan nucleocapsid
cepat menuju ke nucleus sel normal.
Terdapat 3 jenis CMV yaitu
1. Kongenital : didapat didalam Rahim melalui plasenta. Kira-kira 40%
bayi yang lahir dari ibu yang menderita CMV selama kehamilan juga
akan terinfeksi CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah
penyakit inklusi sitomegalik.
2. Akut-didapat : didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa.
Gejalanya mirip dengan mononucleosis (malaise,demam, faringitis,
splenomegaly, ruam petekia,gejala pernapasan) pada anak dapat terjadi
akibat transfuse.
3. Penyakit sistemik umum terjadi pada individu yang menderita
imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transplantasi
organ. Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis, hepatitis, dan
leucopenia yang kadang-kadang fatal.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul akibat infeksi CMV kongenital ditentukan
oleh beberapa hal seperti usia kehamilan saat terinfeksi, rute penularan, dan
kemampuan imun individu. Pada bayi dengan infeksi CMV kongenital dapat
ditemukan Cytomegalic Inclusion Disease (CID) yang memiliki tanda dan
gejala klinis berupa Hiperbillurubinemia, BBLR, Hepatomegali, Ikterus,
kejang, pneumonitis, ptekie, trombositopenia dan ruam morbiliform.
Pada 80-90 % bayi yang tidak menunjukkan gejala saat lahir maka pada
masa yang akan datang dapat menyebabkan gangguan pendengaran atau tuli,
retardasi mental, gangguan visual, infeksi ginjal, hepatitis CMV, infeksi dan
inflamasi mukosa saluran cerna, kelelahan, malaise, dan myalgia.
CMV merupakan virus yang paling sering menyebabkan gangguan
perkembangan.Gangguan psikomotor sering kali ditemukan bersama dengan
gangguan neurologic dan mikrosefal.Selain itu, defek pada fungsi motoric,
retardasi mental serta defek pada gigi seringkali ditemukan pada infeksi CMV
kongenital.Hambatan perkembangan tersebut terjadi pada 70% pasien infeksi
CMV kongenital simptomatik yang hidup.
Infeksi CMV kongenital bisa didapatkan melalui infeksi perinatal dimana
seringkali dijumpai prematuritas, hepatosplenomegali, neutropenia,
limfositosis dan trombositopenia.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur virus dari urine. Secret varing dan leukosit perifer.
b. Pemeriksaan mikroskopik pada sedimen urine, cairan tubuh dan jaringan
untuk melihat virus dalam jumlah besar (pemeriksaan urine untuk melihat
adanya iklusi intrasel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi kongenital
harus dilakukan 3 minggu pertama kehidupan.
c. Skrining toksoplasmosism rubella sitomegalovirus, herpes dan lain-lain
(toxoplasmosis, other, rubella, chitomegalovirus, herpes; TORCH)
digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
d. Uji serologi.
1) Titer antibody igG dan igM yang meningkat mengindikasikan pajanan
terhadap virus; igG neonatal yang meningkat mengindikasikan infeksi
yang didapat pada masa prenatal; maternital negative dan igG neonatal
positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada pasca natal.
2) Uji faktor rheumatoid positif (positif pada 35%-45% kasus).
e. Studi radiologist : foto tenggorokan atan CT kepala dengan maksud
mengungkapkan klasifikasi intra cranial.

F. Komplikasi
Pada populasi dengan kekebalan tubuh yang baik, adanya CMV umumnya
tidak menimbulkan risiko kesehatan.Namun, perlu perhatian pada adanya
CMV pada wanita hamil dan janin atau bayi.Kenyataannya, CMV kongenital
adalah infeksi virus yang paling serius pada bayi baru lahir di Amerika
Serikat.Sekitar 1% dari semua bayi baru lahir terinfeksi, dan sekitar 20% dari
infeksi menunjukkan gejala pada awalnya atau dalam bulan pertama
kelahiran.Saat muncul, variasi gejala bermacam-macam.Manifestasi klinis
yang umum dari infeksi adalah hematogen dengan petekie, hepatomegaly, dan
terjadi plenomegali.Beberapa komplikasi neurologic permanen dapat
berhubungan dengan komplikasi hematogen.Meskipun aborsi spontan dan
abnormalitas kongenital berhubungan dengan sitomegalovirus relative jarang,
infeksi primer selama kehamilan terdapat pada masyarakat luas dan
obstrettrik. Kesempatan untuk infeksi baru selama kehamilan mungkin
mempunyai kemungkinan yang paling besar untuk wanita yang memiliki anak
yang lain yang dirawat ditempat perawatan karena ada kesempatan untuk
terpajan dengan anak lain yang terinfeksi. Meskipun perhatian pada perawatan
kesehatan selama kehamilan atau pekerja perawatan secara rutin terpajan pada
sekresi dan eksresi dari pasien dan anak, studi epidemiologi tentang pekerjaan
tidak konsisten menunjukkan peningkatan resiko mendapat infeksi ini.Namun,
pekerja yang hamil harus memberi perhatian terhadap risiko penularan diarea
ini (Smeltzer & Bare, 2013).
Pencegahan.Cuci tangan dan penggunaan sarung tangan telah
menunjukkan penurunan penularan yang tinggi dari pasien ke petugas tenaga
kesehatan. Beberapa pasien (terutama pasien transplantasi dan yang
mengalami AIDS) akan mengekskresikan sitomegalovirus pada semua cairan
tubuhnya. Penting bagi perawat yang hamil memahami bahwa pajanan pada
CMV dapat dihindari dengan seleksi pasien, meskipun dengan cuci tangan dan
penggunaan sarung tangan yang konsisten.
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penderita CMV adalah :
a. Kehilangan pendengaran yang bervariasi
b. Gangguan penglihatan
c. Mikrosefaliti
d. Gangguan sensorineural.

Penularan sitomegalovirus juga terjadi melalui transfusi darah dan


transplantasi organ. Untungnya meningkatnya penyaringan (screening) darah
untuk virus lain (hepatitis B, hepatitis C, dan human immunodeficiency virus)
juga telah menurunkan risiko transfuse yang berhubungan dengan kasus
CMV. Terinfeksi dari infeksi organ transplantasi sebelumnya dengan sumber
baru dari CMV (dari donor) dapat berperan pada terjadinya sakit yang berat
pada pasien dengan supresi imun (Smeltzer & Bare, 2013).
G. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan penatalaknaan CMV tetapi hanya
mengatasi gejala yang mungkin muncul seperti penatalaksanaan demam,
transfusi untuk anemia, dan dukungan pernapasan).Globulin imun-CMV yang
diberikan melalui IV bersama dengan obat gansiklovir dapat mengurangi
beratnya infeksi pada individu dengan system imun yang buruk (mekanisme
imunologiknya kurang/terganggu).Dalam penatalaksanaannya tidak
diperlukan tindakan kewaspadaan khusus, tetapi perawat harus tetap memakai
sarung tangan dan melakukan teknik mencuci tangan dengan baik dan
menggunakan tindakan kewaspadaan umum. (documents, 2017)
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat kesehatan
Hal-hal yang perlu ditanyakan/yang biasa ditemukan.
a. Riwayat transfusi
b. Riwayat transplantasi organ
c. Ibu pasien penderita CMV
d. Suami/istri penderita CMV
2. Pemeriksaan Fisik
a. TTV : suhu (demam), pernapasan (takipneu, dyspnea), tekanan darah,
nadi.
b. Kulit : petekia dan ekimosis, lesi berwarna ungu disebabkan oleh
eritripoiesis kulit.
c. Penurunan berat badan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur virus dari urine. Secret varing dan leukosit perifer.
b. Pemeriksaan mikroskopik pada sedimen urine, cairan tubuh dan
jaringan untuk melihat virus dalam jumlah besar (pemeriksaan urine
untuk melihat adanya iklusi intrasel tidaklah bermanfaat; verifikasi
infeksi kongenital harus dilakukan 3 minggu pertama kehidupan.
c. Skrining toksoplasmosism rubella sitomegalovirus, herpes dan lain-
lain (toxoplasmosis, other, rubella, chitomegalovirus, herpes; TORCH)
digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
d. Uji serologi.
1) Titer antibody igG dan igM yang meningkat mengindikasikan
pajanan terhadap virus; igG neonatal yang meningkat
mengindikasikan infeksi yang didapat pada masa prenatal;
maternital negative dan igG neonatal positif mengindikasikan
didapatnya infeksi pada pasca natal.
2) Uji faktor rheumatoid positif (positif pada 35%-45% kasus).
e. Studi radiologist : foto tenggorokan atan CT kepala dengan maksud
mengungkapkan klasifikasi intra cranial.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi infeksi
2. Pola napas tidak efektif berhubungan penurunan energy/kelelahan
3. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi inadekuat; anoreksia
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit.
C. INTERVENSI KEPERAWATA

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif control  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Kerusakan jaringan  Risk control  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
dan peningkatan Setelah dilakukan tindakan  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
paparan lingkungan keperawatan selama……  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
- Malnutrisi pasien tidak mengalami  Tingkatkan intake nutrisi
- Peningkatan infeksi dengan kriteria hasil:  Berikan terapi antibiotik
paparan lingkungan  Klien bebas dari tanda  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
patogen dan gejala infeksi  Pertahankan teknik isolasi k/p
- Imonusupresi  Menunjukkan  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
- Tidak adekuat kemampuan untuk  Monitor adanya luka
pertahanan mencegah timbulnya  Dorong masukan cairan
sekunder infeksi  Dorong istirahat
(penurunan Hb,  Jumlah leukosit dalam
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Leukopenia, batas normal
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
penekanan respon  Menunjukkan perilaku
inflamasi) hidup sehat
- Penyakit kronik  Status imun,
- Imunosupresi gastrointestinal,
- Malnutrisi genitourinaria dalam
- Pertahan primer batas normal
tidak adekuat
(kerusakan kulit,
trauma jaringan,
gangguan
peristaltik)

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakseimbangan nutrisi NOC:  Kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Adequacy of  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
Berhubungan dengan : nutrient nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk b. Nutritional Status : food and Fluid  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
memasukkan atau mencerna Intake mencegah konstipasi
nutrisi oleh karena faktor c. Weight Control  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
biologis, psikologis atau Setelah dilakukan tindakan  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
ekonomi. keperawatan selama….nutrisi kurang  Monitor lingkungan selama makan
DS: teratasi dengan indikator:  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Nyeri abdomen  Albumin serum  Monitor turgor kulit
- Muntah  Pre albumin serum  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar
- Kejang perut  Hematokrit Ht
- Rasa penuh tiba-tiba setelah  Hemoglobin  Monitor mual dan muntah
makan  Total iron binding capacity  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
DO:  Jumlah limfosit  Monitor intake nuntrisi
- Diare  Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
- Rontok rambut yang berlebih  Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan
- Kurang nafsu makan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat
- Bising usus berlebih dipertahankan.
- Konjungtiva pucat  Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
- Denyut nadi lemah  Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:


berhubungan dengan : Respiratory status : Ventilation  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Hiperventilasi Respiratory status : Airway patency  Pasang mayo bila perlu
- Penurunan energi/kelelahan Vital sign Status  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Perusakan/pelemahan  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
muskulo-skeletal Setelah dilakukan tindakan  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Kelelahan otot pernafasan keperawatan selama ………..pasien  Berikan bronkodilator :
- Hipoventilasi sindrom menunjukkan keefektifan pola nafas,
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Nyeri dibuktikan dengan kriteria hasil:
 Monitor respirasi dan status O2
- Kecemasan Mendemonstrasikan batuk efektif
- Disfungsi Neuromuskuler dan suara nafas yang bersih, tidak  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Obesitas ada sianosis dan dyspneu (mampu  Pertahankan jalan nafas yang paten
- Injuri tulang belakang mengeluarkan sputum, mampu  Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
bernafas dg mudah, tidakada pursed  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
DS: lips)  Monitor vital sign
- Dyspnea Menunjukkan jalan nafas yang paten  Informasikan pada keluarga tentang tehnik relaksasi untuk
- Nafas pendek (klien tidak merasa tercekik, irama memperbaiki pola nafas.
DO: nafas, frekuensi pernafasan dalam  Monitor pola nafas
- Penurunan tekanan rentang normal, tidak ada suara nafas
inspirasi/ekspirasi abnormal)
- Penurunan pertukaran udara Tanda Tanda vital dalam rentang
per menit normal (tekanan darah, nadi,
- Menggunakan otot pernafasan)
pernafasan tambahan
- Orthopnea
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung
sangat lama
- Penurunan kapasitas vital
- Respirasi: < 11 – 24 x /mnt

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan : Thermoregulasi  Monitor suhu sesering mungkin
- penyakit/ trauma  Monitor warna dan suhu kulit
- peningkatan metabolisme Setelah dilakukan tindakan  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- aktivitas yang berlebih keperawatan selama………..pasien  Monitor penurunan tingkat kesadaran
- dehidrasi menunjukkan :  Monitor WBC, Hb, dan Hct
Suhu tubuh dalam batas normal  Monitor intake dan output
DO/DS: dengan kreiteria hasil:
 Berikan anti piretik:
 kenaikan suhu tubuh diatas  Suhu 36 – 37C
 Kelola Antibiotik
rentang normal  Nadi dan RR dalam rentang
normal  Selimuti pasien
 serangan atau konvulsi
 Tidak ada perubahan warna  Berikan cairan intravena
(kejang)
kulit dan tidak ada pusing,  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
 kulit kemerahan
merasa nyaman  Tingkatkan sirkulasi udara
 pertambahan RR
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 takikardi
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Kulit teraba panas/ hangat
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kurang Pengetahuan NOC: NIC :


Berhubungan dengan :  Kowlwdge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan keluarga
keterbatasan kognitif,  Kowledge : health Behavior  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
interpretasi terhadap informasi Setelah dilakukan tindakan hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,
yang salah, kurangnya keperawatan selama …. pasien dengan cara yang tepat.
keinginan untuk mencari menunjukkan pengetahuan  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
informasi, tidak mengetahui tentang proses penyakit dengan penyakit, dengan cara yang tepat
sumber-sumber informasi. kriteria hasil:  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara
menyatakan pemahaman yang tepat
DS: Menyatakan secara verbal tentang penyakit, kondisi,  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
adanya masalah prognosis dan program dengan cara yang tepat
DO: ketidakakuratan mengikuti pengobatan
 Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
instruksi, perilaku tidak  Pasien dan keluarga mampu
pasien dengan cara yang tepat
sesuai melaksanakan prosedur yang
 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
dijelaskan secara benar
 Pasien dan keluarga mampu  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
menjelaskan kembali apa yang mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim atau diindikasikan
kesehatan lainnya  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik, & jensen, &. (2004). Buku Ajar keperawatan Meternitas.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

documents. (2017, Agustus 17). Askep Anak Chitomegalovirus. Retrieved


September 20, 2017, from documents.tips:
http://documents.tips/category/askep-anak-cytomegalovirus-2.html

Pringgoutomo, S., Himawan, S., & Tjarta, A. (2002). Buku Ajar Patologi I
(Umum) Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.

Sari, W. P. (2014). Infeksi cytomegalovirus kongenital. Retrieved September 20,


2017, from undip: http://www.eprints.undip.ac.id/44899/.pdf

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai