CHITOMEGALOVIRUS KONGENITAL
Di Susun Oleh:
NURMA JUNIATI
NIM. 2311102412037
2023/2024
A. Definisi
Chitomegalovirus (CMV) ialah penyebab utama infeksi virus kongenital
pada janin dan neonatus dan merupakan infeksi yang paling sering
menyebabkan retardasi mental (Bobak, Lowdermik, & jensen,
2004).Sitomegalovirus (CMV) merupakan anggota dari family herpes yang
sama-sama membawa sifat laten, persisten dan reaktivasi dengan anggota
virus lain dari family tersebut.Infeksi CMV ialah infeksi oleh pathogen
kongenital dan oportunistik pada banyak orang, secara luas namun tidak
sering menimbulkan penyakit. CMV termasuk didalam kelompok infeksi yang
menghasilkan kompleks gejala dan tanda pada fetus atau neonates disebut
TORCH singkatan dari Toxoplasma, virus rubella, cytomegalo virus, virus
herpes simplex (Pringgoutomo, Himawan, & Tjarta, 2002).
B. Etiologi
Chitomegalovirus (CMV) merupakan virus DNA yang tergolong dalam
genus vurus Herpes.Virus yang spesifik menyerang manusia disebut sebagai
human CMV dan merupakan human herpesvirus 5, anggota family dari 8
virus herpes manusia dubgup beta-herpes-virus.Chitomegalavirus dapat
membuat sel yang terinfeksi membesar hingga dua kali lipat.CMV merupakan
parasit yang hidup didalam sel atau intrasel yang sepenuhnya tergantung pada
sel inang untuk replikasi.Replikasi virus tergantung dari kemampuan untuk
menginfeksi sel inang yang permissive, yakni suatu kondisi dimana sel tidak
mampu melawan invasi dan replikasi dari virus.CMV tidak menghasilkan
endotoksin maupun eksotoksin (Sari, 2014).
Struktur CMV terdiri dari bagian tegument, capsid dan envelope yang
kaya akan lipid. Virus mengandung genom DNA (deoxybonucleic acid) untai
ganda berukuran besar yang mampu mengkode lebih dari 227 macam protein
dengan 35 macam protein structural dan protein nonstructural yang tidak jelas
fungsinya.
CMV menginfeksi sel dengan cara terikat pada reseptor pada permukaan
sel iang, kemudian menembus membrane sel, masuk kedalam vacuole di
sitoplasma, kemudian selubung virus terlepas dan nucleocapsid cepat menuju
nucleus sel inang. Ekspresi gen immediate erly (IE) spesifik RNA (ribonucleic
acid) atau transkrip gen alfa terjadi setelah nucleus sel inang terinfeksi dan
dapat dijumpai tanpa ada sintesis protein virus de novo atu replikasi DNA
virus.
Infeksi primer.Infeksi primer terjadi pada saat pejamu pertama kali
terinfeksi oleh virus.Rute infeksi biasanya kontak dengan membrane mukosa,
sekresi oral, atau sekresi seksual.Kemudian aktivitas yang berhubungan
dengan penularan virus meliputi berciuman, kontak seksual, dan melahirkan
anak. Intervensi medis seperti transfuse darah dan transplantasi organ dapat
membawa virus dalam cairan tubuh.
Pejamu (host) jarang menunjukkan gejala pada saat pertama kali
terinfeksi.Ketika gejala timbul, gejala ini sering diduga mengalami infeksi
virus biasa seperti flu atau mononucleosis.Jarang pada pejamu dengan
kekebalan yang baik tetapi sering pada pejamu yang kekebalannya
tertekan.Infeksi awal diakui dengan gejala infeksi local dalam bentuk
pnomonia, meningitis, hepatitis atau infeksi organ lain, atau infeksi umum
sistemik.
Masa laten. Setelah infeksi awal, yang sering tidak parah, pejamu
umumnya membawa virus tanpa gejala seumur hidup mereka. Meskipun tidak
ada gejala, pejamu mungkin membawa virus dalam urine, saliva dan sekresi
lain. Keberadaan virus yang tidak dikenali ini memudahkan prevalensi luas
organisme dan pejanannya mungkin sangan umum.
Reaktivasi.Reaktivasi gejala dapat terjadi pada saat pertahanan kekebalan
menjadi lemah karena stressor kimia, emosi dan fisiologik.Infeksi CMV
adalah komplikasi utama dari transplantasi organ dan penyebab utama
kematian akibat transplantasi.
Penularan.Seperti rute penularan yang umum, risiko untuk terinfeksi
sitomegalovirus paling besar pada bayi, masa kanak-kanak awal, dan masa
dewasa awal.Namun, beberapa resiko tetap ada selama hidup, maka saat ini
lansia juga dapat terinfeksi, dengan perkiraan mendekati 100%.Bayi mungkin
lahir dengan sitomegalovirus yang didapat dari ibu utero atau perinatal pada
saat lahir (Smeltzer & Bare, 2013).
Penularan CMV melalui kontak langsung dengan sekresi cairan yang
terinfeksi, termasuk saliva, darah, urin, semen, sekresi serviks dan air susu ibu
(Pringgoutomo, Himawan, & Tjarta, 2002).
C. Patofisiologi
Chitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus kongenital
di amerika utara. Terdapat sejumlah strain CMV yang berhubungan. CMV
dapat ditularkan dari orang ke orangmelalui kontak langsung dengan cairan
atau jaringan tubuh, termasuk urine, darah, liur, secret servical, semen dan
ASI. Masa inkubasi virus masi belum diketahui; berikut perkiraan masa
inkubasi virus CMV; setelah lahir 3-12 minggu; setelah transfuse 3 sampai 12
minggu; dan setelah transplantasi 4 minggu sampai 4 bulan.
CMV memasuki sel dengan cara terikat pada reseptor yang ada
dipermukaan sel normal, kemudian menembus menbran sel masuk kedalam
vacuole di sitoplasma, kemudian selubung virus terlepas dan nucleocapsid
cepat menuju ke nucleus sel normal.
Terdapat 3 jenis CMV yaitu
1. Kongenital : didapat didalam Rahim melalui plasenta. Kira-kira 40%
bayi yang lahir dari ibu yang menderita CMV selama kehamilan juga
akan terinfeksi CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah
penyakit inklusi sitomegalik.
2. Akut-didapat : didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa.
Gejalanya mirip dengan mononucleosis (malaise,demam, faringitis,
splenomegaly, ruam petekia,gejala pernapasan) pada anak dapat terjadi
akibat transfuse.
3. Penyakit sistemik umum terjadi pada individu yang menderita
imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transplantasi
organ. Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis, hepatitis, dan
leucopenia yang kadang-kadang fatal.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul akibat infeksi CMV kongenital ditentukan
oleh beberapa hal seperti usia kehamilan saat terinfeksi, rute penularan, dan
kemampuan imun individu. Pada bayi dengan infeksi CMV kongenital dapat
ditemukan Cytomegalic Inclusion Disease (CID) yang memiliki tanda dan
gejala klinis berupa Hiperbillurubinemia, BBLR, Hepatomegali, Ikterus,
kejang, pneumonitis, ptekie, trombositopenia dan ruam morbiliform.
Pada 80-90 % bayi yang tidak menunjukkan gejala saat lahir maka pada
masa yang akan datang dapat menyebabkan gangguan pendengaran atau tuli,
retardasi mental, gangguan visual, infeksi ginjal, hepatitis CMV, infeksi dan
inflamasi mukosa saluran cerna, kelelahan, malaise, dan myalgia.
CMV merupakan virus yang paling sering menyebabkan gangguan
perkembangan.Gangguan psikomotor sering kali ditemukan bersama dengan
gangguan neurologic dan mikrosefal.Selain itu, defek pada fungsi motoric,
retardasi mental serta defek pada gigi seringkali ditemukan pada infeksi CMV
kongenital.Hambatan perkembangan tersebut terjadi pada 70% pasien infeksi
CMV kongenital simptomatik yang hidup.
Infeksi CMV kongenital bisa didapatkan melalui infeksi perinatal dimana
seringkali dijumpai prematuritas, hepatosplenomegali, neutropenia,
limfositosis dan trombositopenia.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur virus dari urine. Secret varing dan leukosit perifer.
b. Pemeriksaan mikroskopik pada sedimen urine, cairan tubuh dan jaringan
untuk melihat virus dalam jumlah besar (pemeriksaan urine untuk melihat
adanya iklusi intrasel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi kongenital
harus dilakukan 3 minggu pertama kehidupan.
c. Skrining toksoplasmosism rubella sitomegalovirus, herpes dan lain-lain
(toxoplasmosis, other, rubella, chitomegalovirus, herpes; TORCH)
digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
d. Uji serologi.
1) Titer antibody igG dan igM yang meningkat mengindikasikan pajanan
terhadap virus; igG neonatal yang meningkat mengindikasikan infeksi
yang didapat pada masa prenatal; maternital negative dan igG neonatal
positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada pasca natal.
2) Uji faktor rheumatoid positif (positif pada 35%-45% kasus).
e. Studi radiologist : foto tenggorokan atan CT kepala dengan maksud
mengungkapkan klasifikasi intra cranial.
F. Komplikasi
Pada populasi dengan kekebalan tubuh yang baik, adanya CMV umumnya
tidak menimbulkan risiko kesehatan.Namun, perlu perhatian pada adanya
CMV pada wanita hamil dan janin atau bayi.Kenyataannya, CMV kongenital
adalah infeksi virus yang paling serius pada bayi baru lahir di Amerika
Serikat.Sekitar 1% dari semua bayi baru lahir terinfeksi, dan sekitar 20% dari
infeksi menunjukkan gejala pada awalnya atau dalam bulan pertama
kelahiran.Saat muncul, variasi gejala bermacam-macam.Manifestasi klinis
yang umum dari infeksi adalah hematogen dengan petekie, hepatomegaly, dan
terjadi plenomegali.Beberapa komplikasi neurologic permanen dapat
berhubungan dengan komplikasi hematogen.Meskipun aborsi spontan dan
abnormalitas kongenital berhubungan dengan sitomegalovirus relative jarang,
infeksi primer selama kehamilan terdapat pada masyarakat luas dan
obstrettrik. Kesempatan untuk infeksi baru selama kehamilan mungkin
mempunyai kemungkinan yang paling besar untuk wanita yang memiliki anak
yang lain yang dirawat ditempat perawatan karena ada kesempatan untuk
terpajan dengan anak lain yang terinfeksi. Meskipun perhatian pada perawatan
kesehatan selama kehamilan atau pekerja perawatan secara rutin terpajan pada
sekresi dan eksresi dari pasien dan anak, studi epidemiologi tentang pekerjaan
tidak konsisten menunjukkan peningkatan resiko mendapat infeksi ini.Namun,
pekerja yang hamil harus memberi perhatian terhadap risiko penularan diarea
ini (Smeltzer & Bare, 2013).
Pencegahan.Cuci tangan dan penggunaan sarung tangan telah
menunjukkan penurunan penularan yang tinggi dari pasien ke petugas tenaga
kesehatan. Beberapa pasien (terutama pasien transplantasi dan yang
mengalami AIDS) akan mengekskresikan sitomegalovirus pada semua cairan
tubuhnya. Penting bagi perawat yang hamil memahami bahwa pajanan pada
CMV dapat dihindari dengan seleksi pasien, meskipun dengan cuci tangan dan
penggunaan sarung tangan yang konsisten.
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penderita CMV adalah :
a. Kehilangan pendengaran yang bervariasi
b. Gangguan penglihatan
c. Mikrosefaliti
d. Gangguan sensorineural.
Bobak, Lowdermik, & jensen, &. (2004). Buku Ajar keperawatan Meternitas.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Pringgoutomo, S., Himawan, S., & Tjarta, A. (2002). Buku Ajar Patologi I
(Umum) Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.