Anda di halaman 1dari 13

A.

KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Cytomegalovirus (CMV) adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga
virus herpes. CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system
kekebalan tubuh lemah. Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan
anggota keluarga virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering
disebut sebagai virus paradoks karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat
fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya
(Spiritia, 2015).
Infeksi Cytomegalovirus adalah suatu penyakit virus yang bisa menyebabkan
kerusakan otak dan kematian pada bayi baru lahir. Bisa di dapat sebelum lahir
atau setelah lahir, (Harnita Novia, 2011).

2. Etiologi
Etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi yang
lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi
CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit inklusi sito
megalik.
b) Akut: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala mirip
dengan mononucleosis( malaise, demam, faringitis, splenomegali, ruam
petekia, gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama pada anak-
anak yang masih kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.
c) Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita imunosupresi,
terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ. Gejala-gejalanya
termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang kadang-kadang fatal.
Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan dan dapat menyebabkan
reaktivasi virus. (Betz, Cecily L, 2012)

3. Patofisiologi
Cytomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di
amerika utara. Terdapat sejumlah strain CMV yang berhubungan, virus ini adalah
anggota dari ember herpes. CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang melalui
kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur,
secret servikal, semen dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui, berikut ini adalah
perkiraan masa inkubasi: setelah lahir 3 sampai 12 minggu, setelah tranfusi 3
sampai 12 minggu, dan setelah transplantasi 4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering
mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi.
Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat
diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah penyakit
ini. (Akhter, K. 2010).
4. Pathway
5. Klasifikasi
CMV dapat mengenai hampir semua organ dan menyebabkan hampir semua
jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
a) CMV nefritis (ginjal).
b) CMV hepatitis (hati).
c) CMV myocarditis (jantung).
d) CMV pneumonitis (paru-paru).
e) CMV retinitis (mata).
f) CMV gastritis (lambung).
g) CMV colitis (usus).
h) CMV encephalitis (otak).
(Betz, Cecily L, 2012).

6. Manifestasi Klinis
Pada periode bayi baru lahir, bayi yang terinfeksi sitomegalovirus biasanya
bersifat asimtomatik. Awitan infeksi yang didapat secara congenital dapat terjadi
segera setelah lahir atau sampai berusia 12 minggu.
Tidak ada indicator yang dapat diramalkan, tetapi sering dijumpai gejala-
gejala berikut ini:
a) Petekia dan ekimosis
b) Hepatosplenomegali
c) Ikterus neonatorum
d) Hiperbilirubinemia langsung
e) Mikrosefali dengan kalsifikasi periventrikular
f) Retardasi pertumbuhan intrauterine
g) Prematuritas
h) Ukuran kecil menurut usia kehamilan
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
a) Purpura (ruam / bintik-bintik keunguan)
b) Hilang pendengaran
c) Korioretinitis (buta)
d) Demam
e) Pneumonia
f) Takipnea dan dispnea
g) Kerusakan otak
(Gordon et.all, 2012).

7. Komplikasi
Komplkasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
1. Kehilangan pendengaran yang bervariasi
2. IQ rendah
3. Gangguan penglihatan
4. Mikrosefali
5. Gangguan sensorineural
(Akhter, K. 2010).

8. Pemeriksaan Penunjang
a) Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan
untuk melihat vius dalam jumlah besar (pemeriksaan urin untuk mengetahui
adanya iklusi intra sel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi congenital harus
dilakukan dalam 3 minggu pertama dari kehidupan).
b) Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain-lain
(toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes [TORCH]) digunakan
untuk mengkaji adanya virus lain.
c) Uji serologis
Titer antibody IgG dan IgM (IgM yang meningkat mengindikasikan pajanan
terhadap virus, IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan infeksi yang
didapat pada masa prenatal, IgG maternital negative dan IgG neonatal positif
mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat pascanatal.
d) Uji factor rheumatoid positif (positif pada 35%-45% kasus)
e) Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan maksud
mengungkapkan klasifikasi intra cranial.
(Suromo, L. B. 2011).

9. Penatalaksanaan
Gancyclovir 6 mg/KgBB/dosis IV drip dalam 1 jam, diberikan setiap 12
jam selama 6 minggu. Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi asimptomatik karena
resiko ESO, antara lain supresi sumsum tulang dan atrofi testis. Evaluasi bayi
dengan infeksi CMV kongenital meliputi: Klinis: Tinggi badan, Berat Badan,
Lingkar Kepala, Hepar dan lien, Mata Laboratorium: darah lengkap, hapusan
darah tepi, trombosit, SGPT/SGOT, bilirubin direk/indirek, CMV urine dan
CSS. Lainnya: CT scan kepala dan BERA:
a) Perawatan medis Perawatan medis sitomegalovirus (CMV) terdiri dari
dukungan nutrisi yang baik, perawatan dukungan kuat sindromorgan
tertentu terutama pneumonia pada pasien immunocompromised, dan terapi
antivirus dalam keadaan tertentu.
b) Perawatan Bedah Beberapa anakdengan sitomegalovirus kongenital
memerlukan intervensi ortopedi (cerebral palsy) dan penempatan
gastrostomy untuk nutrisi enteral.
c) Konsultasi Tergantung pada pasien dan faktor risiko terkait, penyakit
sitomegalovirus ditemui oleh dokter kandungan, dokter anak, spesialis
penyakit infeksi, onkologi, dokter perawatan kritis, dan penyedia
perawatan kesehatan lainnya. Konsultasi yang tepat dengan dokter bedah,
spesialis perkembangan, patolog, otolaryngologists, dokter mata, ahli
saraf, dan ahli Pencernaan mungkin diperlukan. Pengalaman pemberian
obat antivirus untuk sitomegalovirus (CMV) profilaksis dan terapi
sitomegalovirus dalam anak-anak masih belum banyak dan sangat
terbatas. Pemberian terapi anti sitomegalovirus. diberikan hanya setelah
berkonsultasi dengan seorang ahli yang berpengalaman dengan dosis dan
efek samping. Obat antivirus dapat diberikan terapi untuk penyakit
sitomegalovirus sebagai profilaktik (terapi preemptive) ketika risiko
pengembangan penyakit sitomegalovirus tinggi misalnya, dalam penerima
transplantasi.
d) Antivirus
1) Nukleosida adalah agen antivirus hanya benar aktif terhadap
cytomegalovirus, meskipun imunoglobulin dapat memberikan
beberapa efek antivirus, khususnya dalam kombinasi dengan
agen-agen. Agen ini berbagi target molekul umum, yaitu
polimerase DNA virus. Biokimiawi, gansiklovir adalah analog
nukleosida asiklik sedangkan sidofovir adalah fosfonat nukleosida
asiklik. Masing-masing senyawa harus terfosforilasi ke bentuk
trifosfat sebelum dapat menghambat polimerase sitomegalovirus.
Sebuah produk virus gen, UL97 phosphotransferase, memediasi
langkah monophosphorylation untuk gansiklovir. Berbeda dengan
2 agen, foskarnet bukan analog nukleosida benar tetapi juga bisa
langsung menghambat polimerase virus.
2) Gansiklovir (Cytovene) senyawa pertama lisensi untuk pengobatan
infeksi CMV. Sebuah asiklik sintetis nukleotida struktural mirip
dengan guanin. Strukturnya mirip dengan asiklovir, seperti
asiklovir, memerlukan fosforilasi untuk aktivitas antivirus. Enzim
bertanggung jawab untuk fosforilasi adalah produk dari gen
UL97 virus, kinase protein. Resistensi dapat terjadi dengan
penggunaan jangka panjang, biasanya karena mutasi pada
UL97. Dinyatakan pada anak-anak immunocompromised
(misalnya, infeksi HIV, posttransplant, negara
immunocompromised lainnya) ketika bukti klinis dan virologi
yang spesifik organ akhir penyakit (misalnya, pneumonitis,
enteritis) hadir. Pada bayi, terapi antivirus dengan gansiklovir
mungkin bermanfaat dalam mengurangi prevalensi gejala sisa
perkembangan saraf, dalam gangguan pendengaran
sensorineural tertentu. Sebuah penelitian yang disponsori oleh
Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi menunjukkan
perbaikan pendengaran yang berhubungan dengan hasil pada bayi
dengan CMV bawaan gejala diobati dengan gansiklovir
(Kimberlin, 2003). Oleh karena itu, terapi pada bayi baru lahir
dengan infeksi didokumentasikan harus dipertimbangkan,
namun, hubungi ahli.
3) Sidofovir (Vistide), Nukleotida analog yang selektif
menghambat produksi DNA virus di CMV dan herpes virus
lainnya.Lihat informasi obat penuhFoskarnet (Foscavir) Organik
analog pirofosfat anorganik yang menghambat replikasi virus
herpes dikenal, termasuk CMV, HSV-1, dan HSV-2.
Menghambat replikasi virus pada situs-pirofosfat mengikat
spesifik virus DNA polimerase.
4) Immunoglobulin Obat ini digunakan sebagai imunisasi pasif
untuk pencegahan penyakit sitomegalovirus gejala. Strategi ini
telah berguna dalam pengendalian penyakit sitomegalovirus
pada pasien immunocompromised di era antivirus prenucleoside.
Bukti dalam kehamilan menunjukkan bahwa infus globulin
sitomegalovirus kekebalan pada wanita dengan bukti infeksi
sitomegalovirus primer dapat mencegah penularan dan
memperbaiki hasil pada bayi baru lahir.Immune globulin
intravena (Carimune, Gamimune, Gammagard S / D, Gammar-
P, Polygam S / D) Pengamatan secara acak donor IVIG
tampaknya sama efektifnya dengan hyperimmunoglobulin CMV
menunjukkan bahwa manfaat yang mungkin berasal dari efek
imunomodulator tidak terkait dengan netralisasi virus.Lihat
informasi obat penuh CMV Ig (CytoGam) Sebuah
hyperimmunoglobulin CMV telah terbukti menurunkan
prevalensi penyakit CMV bila diberikan posttransplant untuk
berisiko tinggi penerima transplantasi bila diberikan sendiri
atau dalam kombinasi dengan antivirus nukleosida. Dapat
diberikan terapi untuk penyakit CMV dalam kombinasi dengan
gansiklovir. (Abdul, G. 2016)
10. Prognosis
Prognosis tergantung pada seberapa parah infeksi CMV atau penyakit yang
mendasari orang tersebut. Pemberian obat antivirus pada orang yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah, seperti transolantasi sumsum tulang
akan meningkatkan prognosis tersebut (Spiritia, 2015).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Berikut merupakan pengakjian dasar dari CMV meliputi:
1) Identitas klien
Nama, umur, alamat, agama, suku/kebangsaan, nomor register, diagnose, dll.
2) Riwayat Kesehatan
Hal-hal yang perlu ditanyakan/ yang biasa ditemukan:
a) Adanya riwayat tranfusi.
b) Adanya riwayat transplantasi organ.
c) Ibu pasien penderita infeksi CMV.
d) Suami/istri penderita CMV
3) Pemeriksaan fisik
a) Tanda - tanda vital : Suhu( demam), pernapasan( takipnea, dispnea),
tekanan darah, nadi.
b) Kulit: petekia dan ekimosis, lesi berwarna ungu disebabkan oleh
eritripoiesis kulit.
c) Penurunan berat badan.
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
b) Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan
untuk melihat vius dalam jumlah besar( pemeriksaan urin untuk
mengetahui adanya iklusi intra sel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi
congenital harus dilakukan dalam 3 minggu pertama dari kehidupan).
c) Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain-laia(
toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes[TORCH])-
digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
d) Uji serologis
 Titer antibody IgG dan IgM( IgM yang meningkat mengindikasikan
pajanan terhadap virus; IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan
infeksi yang didapat pada masa prenatal; IgG maternital negative dan
IgG neonatal positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat
pascanatal.
 Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)
e) Studi radiologis: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan
maksud mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan SDKI (2016), maka didapatkan diagnosa keperawatan CMV
sebagai berikut:
1. Hipertermia b.d. penyakit/trauma
2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan energi dalam bernapas
3. Defisit nutrisi b.d factor psikologis (nafsu makan menurun)
4. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
5. Kesiapan peningkatan proses keluarga b.d kondisi kesehatan kronis
6. Diare b.d proses infeksi
7. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan system imun,aspek kronis penyakit
8. Nyeri akut b.d proses penyakit (inflamasi)

3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan SIKI (2018), maka didapatkan intervensi keperawatan CMV
sebagai berikut:
1. Diagnosa I : Hipertermia b.d. penyakit/trauma

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Setelah dilakukan a. Mengigil : sedang- Manajemen Hipertermia
tindakan cukup menurun (3- O :
keperawatan 4) 1. Monitor suhu
selama 2 x 24 jam b. Takikardi : sedang- tubuh
demam turun/ cukup menurun (3- 2. Identifikasi
tidak demam. 4) penyebab
c. Takipnea : sedang- hipertermia
cukup menurun (3- T :
4) 3. Berikan cairan
d. Suhu tubuh : cukup oral
membaik (4) 4. Lakukan kompres
pada dahi
5. Berikan oksigen
E:
6. Anjurkan tirah
baring
K:
7. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena

2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan energi dalam bernapas


Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan a. Batuk efektif : Pemantauan respirasi
tindakan cukup meningkat O :
keperawatan selama (4) 1. Monitor
2 x 24 jam bersihan b. Produksi sputum : frekuensi, irama,
jalan nafas efektif cukup menurun (4) kedalaman, dan
c. Mekonium : cukup upaya nafas
menurun (4) 2. Monitor pola
d. Frekuensi nafas : nafas.
cukup membaik (4) 3. Monitor batuk
e. Pola nafas : cukup efektif
membaik (4) 4. Monitor adanya
produksi sputum
5. Monitor adanya
sumbatan jalan
nafas
6. Auskultasi bunyi
nafas
7. Monitor saturasi
oksigenasi
T:
8. Dokumentasi
hasil
pemantauan
E:
9. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
10. Infomasi hasil
pemantauan, jika
perlu
K:-
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L.2012. Buku Saku Keperawatan Pediatrik Jakarta: EGC


Spiritia, 2015. Lembar Informasi Tentang HIV dan AIDS untuk Orang Yang Hidup
Dengan HIV (ODHA), Australian AID : Fordfondation

Akhter, K., 2010. Cytomegalovirus. E medicine from Web MD


Gordon Et All. 2012. Second Edition. USA: Mosby

Hermawan, A.,2010. Cytomegalovirus, Virus Bandel yang Harus Diwaspadai. Klinik


online
Mulyana, S., 2010. TORCH ( Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes ) .

Anda mungkin juga menyukai