Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. X DENGAN TUMOR ESOFAGUS

DI RUANG BEDAH PRIA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

Oleh :

Silvina Esa Putri

1841312087

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. X DENGAN TUMOR ESOFAGUS

DI RUANG BEDAH PRIA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

A. Landasan Teoritis Penyakit


1. Defenisi
Tumor esofagus merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi
di dalam sel yang melewati dinding kerongkongan. Tumor esofagus ada
yang bersifat jinak dan ada yang bersifat ganas. Tumor jinak yang paling
sering terdapat pada esofagus adalah tumor yang berasal dari lapisan otot,
yang disebut dengan leiomioma. Sedangkan tumor yang bersifat ganas
sering dikenal dengan kanker esofagus. Jenis yang paling sering terjadi
pada kanker kerongkongan adalah squamous sel carcinoma dan
adenokarsinoma, Dari kedua tumor tersebut sekitar 95% tumor yang ada
di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.
Menurut American Cancer Society, (2006) menyebutkan bahwa
ktumor esofagus adalah suatu tumor berupa benjolan di area esofagus
dapat bersifat jinak ataupun bersifat ganas. Pendapat lain juga
disampaikan oleh Fisichella, (2009) menyebutkan bhawa
Tumor esophagus yaitu suatu keganasan yang menyerang bagian pada
esofagus. Pertama kali di deskripsikan pada abad ke-19 dan pada tahun
1913 reseksi pertama kali sukses dilakukan oleh Frank Torek, pada
tahun1930-an, Oshawa di Jepang dan Marshall di America Serikat
berhasil melakukan pembedahan pertama dengan metode transtoraks
esofagotomi dengan rekonstruksi ( Fisichella, 2009 ).

2. Etiologi
Faktor diit menjadi faktor yang paling dihubungkan dnegan etiologi
dari terjadinya kanker esofagus ini. Dugaan lain juga meliputi minum
alkohol, dan merokok.Tumor esofagus belum diketahui penyebabnya
secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi
yang berperan dalam perjalanan penyakit ini bisanya dapat berupa
terjaidnya perpajanan mukso aesofagus dari adanya agen berbahaya atau
adanya stimulus toksik yang selanjutkan menghasilkan disolasias yang
bisa menjadi karsinoma. (Rhodes, 2013).
Menurut Rodes, (2013) terdapat faktor-faktor yang berkontribusi
terbentuknya karsinoma sel skuamosa, diantaranya :
a. Defisiensi vitamin dan mineral. Menurut beberapa studi,
kekurangan riboflavin pada ras China memberikan kontribusi besar
terbentuknya kanker esofagus (Doyle C,2006)
b. Pada faktor merokok sigaret dan penggunaan alkohol secara kronik
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan meningkatnya
risiko kanker esofagus (Edmondso,2008)
c. Infeksi papilomavirus pada manusia dan Helicobacter pylory
disepakati menjadi faktor yang memberi kontribusi peningkatan
resiko kanker esofagus (Fisichella,2009)
Penyakit refluk gastroesofageal menjadi faktor predisposisi utama
terjadinya adenokarsinoma pada esofagus. Faktor iritasi dari bahan
refluks asam dan garam empedu didapatkan menjadi penyebab. Sekitar
10-15 % pasien yang melakukan pemeriksaan endoskopik mengalami
displasia yang menuju ke kondisi adenokarsinoma. Pasien dengan
iritasi refluks gastroesofageal sering berhubungan dengan penyakit
Barret esofagus yang beresiko menjadi keganasan (Thornton,2009)
Menurut Edmondos, (2008), faktor resiko dari tumoe esofagus
meliputi :
a. Umur
Semakin tinggi usia seseorang faktor resiko terkena tumor
esofagsu semakin meningkat. Hanya kurang dari 15% kasus
ditemukan dibawah umur 55 tahun
b. Jenis Kelamin
Pada laki-laki lebih rentan 3 kali lipat terkena tumor esofagus
dibandingkann dengan wanita.
c. Gastroesophageal Reflux Disease(GERD)
Orang dengan GERD mempunyai risiko yang lebih tinggi
untuk mendapat adenokarsinoma esofagus. Risiko meningkat
seiring dengan lamanya kejadian GERD dan keparahan
gejalanya. GERD juga menyebabkan Barret esofagus yang juga
dikaitkan dengan peningkatan risiko.
d. Barret Esofagus
Pasien yang menderita Barret esofagus lebih berisiko untuk
mendapatkan tumor esofagus walaupun tidak semua pasien
Barret esofagus menderita tumor esofagus.
e. Rokok dan Alkohol
f. Obesitas
g. Diet
Diet buah dan sayuran dapat menurunkan risiko terkena tumor
esofagus. Kebalikannya diet tinggi lemak dapat meningkatkan
risiko. Selain itu meminum minuman yang panas terlalu sering
juga dapat meningkatkan risiko kejadian tumor esofagus
h. Akalasia
Pasien dengan kondisi spingter bagian bawah esofagus yang
tidak berelaksasi optimal menyebabkan makanan lama tertahan
di esofagus sehingga menyebabkan iritasi pada esofagus. Hal
ini meningkatkan kejadian tumor esofagus.
i. Paparan Zat Kimia
j. Trauma pada esofagus
k. Bakteri pada lambung

3. Manifestasi Klinis
Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika
pasien mencari bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya
ditandai dengan lesi ulseratif esofagus tahap lanjut.
a. Disfagia
Gejala utama dari tumor esofagus adalah masalah menelan, sering
dirasakan oleh pasien seperti ada makanan yang trsangkut di
tenggorokan atau dada. Ketika menelan menjadi sulit, maka
pasien biasanya mengganti makanan dan kebiasaan makannya
secara tidak sadar, pasien makan dengan jumlah gigitan yang
lebih sedikit dan mengunyah makanan dengan lebih pelan dan
hati-hati. Seiring dengan pertumbuhan kanker yang semakin besar
pasien mulai mekan-makanan yang lebih lembut dengan harapan
makanan dapat dengan lebih mudah masuk melewati esofagus,
hingga akhirnya pasien berhenti mengkonsumsi makanan padat
dan mulai mengkonsumsi makanan cair. Akan tetapi, jika kanker
tetap terus tumbuh, bahkan makanan cair pun tidak bisa melewati
esofagus.
Untuk membantu makanan melewati esofagus biasanya tubuh
mengkompensasi dengan menghasilkan saliva luarkan. Hal ini
juga yang menyebabkan orang yang menderita kanker esofagus
sering mengeluh banyak mengeluarkan mucus atau saliva.
b. Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat
menelan.
c. Nyeri pada dada
Nyeri dada sering di deskripsikan dengan perasaan tertekan atau
terbakar di dada, gejala ini sering sekali diartikan dengan gejala
yang berkaitan denngan organ lain seperti jantung.
d. Kehilangan berat badan
Sekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus
mengalami penurunan berat badan. Hal ini terjadi karena masalah
menelan sehingga pasien mendapat masukan makanan yang
kurang untuk tubuhnya. Penyebab lain dikarenakan berkurangnya
nafsu makan dan meningkatnya proses metabolism kanker yang
diderita oleh pasien.
e. Pendarahan
Pendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel
tumor mampu tumbuh keluar aliran darah, menyebabkan
terjadinya nekrosis dan ulserasi pada mukosa dan meghasilkan
pendarahan di daerah gastrointestinal, jika pendarahan terjadi
dalam jumlah yang banyak maka feses juga bisa berubah menjadi
hitam, tapi hal ini bukan berarti tanda bahwa kanker esofagus
pasti ada.
(Tjandra, 2006)

4. Pemeriksaan penunjang dan diagnostik


a. Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan Radiografi
Dengan bubur barium akan terdapat gambaran yang khas pada
sebagian besar kasus dimana akan terlihat tumor dengan
permukaan erosif dan kasar pada bagian esofagus yang terkena.
Bila terdapat penyempitan pada bagian distal oleh penyebaran
tumor ini dari daerah kardia lambung, hal ini harus dapat
dibedakan dengan akalasia.
CT scan untuk melihat derajat pembesaran tumor pada rongga
toraks dan diperlukan untuk mengetahui apakah terdapat
metastasis pada hati.
b) Endoskopi dan Biopsi
Pemeriksaan endoskopi dan biopsi sangat penting untuk
mendiagnosis karsinoma esofagus, terutama untuk
membedakan antara karsinoma epidermal dan adenokarsinoma.
Pada pemeriksaan tersebut diperlukan beberapa biopsi karena
terjadi penyebaran ke submukosa dan adanya kecenderungan
tertutupnya karsinoma epidermal oleh sel epitel skuamosa yang
normal.
c) Sitologi
Pemeriksaan sitologik didapatkan dengan cara bilasan pada
daerah tumor tersebut. Sel tumor juga diperoleh pada ujung
esofagoskop ketika alat ini keluar setelah pemeriksaan
endoskopik. Pemeriksaan tes faal hati dan ultrasonografi
diperlukan untuk mengetahui apakah ada metastasis pada hati.

Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan


pemeriksaan penunjang termasuk didalamnya imaging studies dan
endoskopi.
a) Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED
meningkat, terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari
nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang mengalami
peningkatan.
b) Imaging Studies
- Barrium Swallow
Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium
akan melapisi dinding esofagus. Ketika dilakukan
penyinaran (sinar X), barium akan membentuk esofagus
dengan jelas. Tes ini dapat digunakan untuk melihat apakah
ada kelainan pada permukaan dinding esofagus. Tes barium
biasanya menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab
disfagia. Bahkan sebagian kecil tumor, dapat terlihat
dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat
digunakan untuk menentukan seberapa jauh kanker telah
bermetastase.
c) CT Scan
CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker
esofagus, tetapi CT Scan dapat membantu dalam menentukan
penyebaran dari kanker esofagus. CT Scan dapat menunjukkan
lokasi dimana kanker esofagus berada dan dapat membantu
dalam menentukan apakah pembedahan merupakan tatalaksana
terbaik untuk kanker esofagus. Sebelum gambar diambil,
pasien diminta untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus
dan bagian usus dapat terlihat jelas sehingga tidak terjadi
pembiasan pada daerah sekitarnya.
d) Upper Endoscopy
Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk
mendiagnosis kanker esofagus. Dengan bantuan endoskopi,
dokter dapat melihat kanker melalui selang dan melakukan
biopsy terhadap jaringan kanker maupun jaringan lain yang ada
di sekitar kanker yang tampak tidak normal. Contoh jaringan
yang telah diambil kemudian dikirim ke laboratorium, dan
dengan bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah jaringan
tersebut merupakan jaringan yang bersifat ganas (kanker). Jika
kanker esofagus menutupi lumen esofagus, maka lumen
tersebut dengan bantuan alat dan endoskopi dapat dilebarkan
sehingga makanan dan cairan dapat melaluinya.
e) Endoscopic Ultrasound
Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang
suara untuk melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi
jenis ini sangat berguna untuk menentukan ukuran dari kanker
esofagus dan seberapa jauh kanker tersebut telah menyebar ke
jaringan lain. Uji ini tidak memiliki dampak radiasi, sehingga
aman untuk digunakan
f) Bronkoskopi dan Mediastinoskopi
Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada
sepertiga tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah
trakea telah terkena dan untuk membantu dalam menentukan
apakah lesi dapat diangkat. Sedangkan mediastinoskopi
digunakan untuk menentukan apakah kanker telah menyebar ke
nodus dan struktur mediastinal lain.
g) Pemeriksaan histopatologi
Untuk menentukan jenis sel yang mengalami dysplasia, dapat
berupa squamus sel karsinoma ataupun adenokarsinoma.

5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Penatalaksanaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium (staging)
dan pengelompokan stadium tumor. Penatalaksanaan yang lazim
dilakukan adalah intervensi non operasi dan intervensi operasi.
1. Intervensi non operasi
a. Radiasi
Karsinoma esofagus bersifat radiosensitif. Pada kebanyakan pasien,
radiasi eksternal memberikan efek penyusutan tumor. Komplikasi
akibat radiasi sering berupa striktura, fistula dan perdarahan, selain
itu terkadang juga dijumpai komplikasi kardiopulmunal (Priyanto,
2009)
b. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai pelengkap terapi operasi dan
terapi radiasi. Biasanya digunakan kemoterapi kombinasi Sisplatin
bersama Paclitaxel dan 5 fluorouracil (Priyanto, 2009)
c. Terapi Laser
Pemberian intervensi terapi laser dapat membantu menurunkan
secara sementara kondisi disfagia pada 70% pasien kanker
esofagus. Pelaksanaan secara multipel yang dibagi pada beberapa
sesi dapat meningkatkan kepatenan lumen esofagus (Wang,2008)
d. Photodynamic therapy (PDT)
PDT dapat dilakukan pada pasien dengan keganasan jaringan
displatik. Fotosintesis mentransfer energi ke substrat kimia jaringan
abnormal. Beberapa studi PDT atau terapi laser dengan kombinasi
penghambat asam jangka panjang, menghasilkan terapi endoskopik
yang efektif pada displasia mukosa Barret dan mengeliminasi
mukosa Barret (Fisichella,2009)
2. Intervensi Bedah
Esofagotomi dilakukan memulai insisi abdominal dan sevikal
melewati hiatus esofagus/ THE (transhiatal esophagectomy) atau
dengan cara insisi abdominal dan toraks kanan/ TTE (transhorakcic
esophagectomy). Pada THE rongga dada tidak dibuka. Ahli bedah
melakukan manuver transhiatal dengan mengangkat esofagus secara
manual dari rongga thoraks. Pada TTE bagian tengah dan bawah
esofagus diangkat melalui rongga toraks yang dibuka. Pembukaan
abdomen dilakukan agar dapat memobilisasi lambung untuk
memudahkan reseksi (Mackenzezie, 2004)

6. Komplikasi
Terjadi akibat jaringan dan efek kompresi oleh tumor.selain itu
komplikasi dapat timbul karena terapi terhadap tumor.invasi oleh tumor
sering terjadi ke struktur di sekitar mediastinum.invasi ke aorta meng-
akibatkan perdarahan masif,ke perikardium terjadi tamponade jantung
atau sindrom vena superior.invasi ke serabut saraf menyebabkan suara
serak atau disfagia.invasi ke saluran napas mengakibatkan fistula trakeo-
esofageal dan esofagopulmonal,yang merupakan komplikasi serius dan
progresif mempercepat kematian.sering terjadi obstruksi esofagus dan
menimbulkan komplikasi yang paling sering terjadi yaitu pneumonia
aspirasi yang ada giliranya menyebabkan abses paru dan empiema,selain
itu juga dapat terjadi gagal napas yang disebabkan oleh obstruksi mekani
perdarahan.
Perdarahan yang terjadi pada tumornya sendiri dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi sampai perdarahan akut masif.pasien sering
tampak malnutrisi,lemah,emasisi dan gangguan sistem imun yang
kemudian akan menyulitkan terapi.
7. WOC

Predisposisi stimulus iritasi kronik agen iritan, alkohol, tembakau, dan Refluks gastroesofageal kronik
beberapa komponen nitrogen.

Kontak mukosa esofagus dengan asam lambung dan garan


Kontak dengan agen karsinogenik iritan empedu

Perubahan genetik pada epitel skuamosa, Displasia epitel Barret


Perubahan genetik pada epitelium, Displasia epitel Barret

Adenokarsinoma esofagus
Karsinoma sel skuamosa esofagus

Karsinoma sel skuamosa esofagus


Akalasia, striktur, tumor kepala
dan leher, penyakit Sindrom
Hummer-Vinson, dan terpajan
radiasi. Invasi jaringan dan efek kompresi
oleh tumor

Kompresi saraf lokal Disfagia Intervensi radiasi dan Respons psikologis Intervensi bedah
kemoterapi transthoraksik
esophagectomy
Nyeri retrosternal Intake nutrisi tidak adekuat Ansietas

Preoperatif
Nyeri akut Ketidakseimbangan nutrisi kurang
Perubahan intake nutrisi Pascaoperasi
dari kebutuhan tubuh
Luka pascaoperasi
Kerusakan jaringan
Respons serabut lokal lunak pascaoperasi Port de entree

pascaoperasi

C Resiko infeksi
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Nama, Umur, No. RM, Tanggal lahir, Jenis kelamin, tanggalmasuk,
diagnosa medis, alamat
2. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Alasan Masuk Rumah sakit
Menanyakan kepada pasien apa yang menyebabklan pasien berobat ke
rumah sakit
Apa yang dirasakan pasien?
Apa masalah atau gejjala yang dirasakan
Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas
b. Riwayat kesehatan sekarang
Apa yang menjadi keluhan kesehatan sekarang pada pasien, apa hal yang
paling di rasakan oleh pasien pada saat di lakukan pengkajian
c. Riwayat kesehatan lalu
Bagaimana riwayat kesehatan pasien gahulu, apasaja penyakit yang
pernahdi derita oleh pasien
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama

3. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


a. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Tanda-tanda vital
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan
darah dan pernafasan.
b) Pemeriksaan Kulit
Apakah kulit pasien tampak pucat atau tidak. Kulit akan tampak pucat
karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan cairan maka turgor
kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi kulit terasa
gatal.
c) Pemeriksaan Leher
Apakah terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan
JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.

b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a) Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED
meningkat, terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai
SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang mengalami peningkatan.
b) Imaging Studies
- Barrium Swallow
Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan
melapisi dinding esofagus. Ketika dilakukan penyinaran (sinar X),
barium akan membentuk esofagus dengan jelas. Tes ini dapat
digunakan untuk melihat apakah ada kelainan pada permukaan
dinding esofagus. Tes barium biasanya menjadi pilihan utama
untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan sebagian kecil tumor,
dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat
digunakan untuk menentukan seberapa jauh kanker telah
bermetastase.
c) CT Scan
CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker
esofagus, tetapi CT Scan dapat membantu dalam menentukan
penyebaran dari kanker esofagus. CT Scan dapat menunjukkan lokasi
dimana kanker esofagus berada dan dapat membantu dalam
menentukan apakah pembedahan merupakan tatalaksana terbaik
untuk kanker esofagus. Sebelum gambar diambil, pasien diminta
untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus dapat
terlihat jelas sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.
d) Upper Endoscopy
Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk
mendiagnosis kanker esofagus. Dengan bantuan endoskopi, dokter
dapat melihat kanker melalui selang dan melakukan biopsy terhadap
jaringan kanker maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang
tampak tidak normal. Contoh jaringan yang telah diambil kemudian
dikirim ke laboratorium, dan dengan bantuan mikroskop dapat
ditentukan apakah jaringan tersebut merupakan jaringan yang bersifat
ganas (kanker). Jika kanker esofagus menutupi lumen esofagus, maka
lumen tersebut dengan bantuan alat dan endoskopi dapat dilebarkan
sehingga makanan dan cairan dapat melaluinya.
e) Endoscopic Ultrasound
Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara
untuk melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat
berguna untuk menentukan ukuran dari kanker esofagus dan seberapa
jauh kanker tersebut telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini tidak
memiliki dampak radiasi, sehingga aman untuk digunakan
f) Bronkoskopi dan Mediastinoskopi
Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada
sepertiga tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea
telah terkena dan untuk membantu dalam menentukan apakah lesi
dapat diangkat. Sedangkan mediastinoskopi digunakan untuk
menentukan apakah kanker telah menyebar ke nodus dan struktur
mediastinal lain.
g) Pemeriksaan histopatologi
Untuk menentukan jenis sel yang mengalami dysplasia, dapat berupa
squamus sel karsinoma ataupun adenokarsinoma.
4. Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi Kesehatan

Ketidaktahuan klien tentang informasi dari penyakit yang dideritanya.

Secara umum, hipertiroid ini adalah akibat dari hiperaktifnya kelenjar tiroid

dalam mamproduksi hormone tiroid.


b. Pola Nutrisi Metabolik

Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan

banyak, kurus, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.

c. Pola Eliminasi

Urine dalam jumlah banyak, urin encer berwarna pucat dan kuning,

perubahan dalam feses ( diare ), sering buang air besar dan terkadang diare,

keringat berlebihan, berkeringat dingin.

d. Pola Aktivitas – Latihan

sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat,

palpitasi, nyeri dada, Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental

dan perilaku, seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang,

delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan,

beberapa bagian tersentak – sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).

frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis

tirotoksikosis), Jari tangan gemetar (tremor), Jantung berdebar cepat,

denyut nadi cepat, seringkali sampai lebih dari 100 kali per menit Rasa

capai, Otot lemas, terutama lengan atas dan paha, Ketidaktoleranan panas

Pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat Gemetaran Kegelisahan;

agitasi.

e. Pola Istirahat Dan Tidur

Insomnia sehingga sulit untuk berkonsentrasi.

f. Pola Kognitif Perseptual

Ada kekhawatiran karena pusing, kesemutan, gangguan penglihatan,

penglihatan ganda, gangguan koordinasi, Pikiran sukar berkonsentrasi.

g. Pola Persesdi Diri


Gangguan citra diri akibat perubahan struktur anatomi, mata besar

(membelalak = exophthalmus), keluhan lain pada mata (spt nyeri,peka

cahaya,kelainan penglihatan dan conjunctivitis), kelenjar gondok membesar

(struma nodosa), kurus., kulit yang seperti beludru halus, rambut halus dan

tipis, Rambut rontok.

h. Pola Peran-Hubungan

Nervus, tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung. Bila bias

menyesuaikan tidak akan menjadi masalah dalam hubungannya dengan

anggota keluarganya.

i. Pola Seksualitas – Reproduksi

Penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten, Haid menjadi tidak

teratur dan sedikit, Kehamilan sering berakhir dengan keguguran, Bola

mata menonjol, dapat disertai dengan penglihatan ganda (double vision).

j. Pola Koping – Toleransi stress

Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik. Emosi labil

(euforia sedang sampai delirium), depresi.

k. Pola Nilai Kepercayaan

Tergantung pada kebiasaan, ajaran dan aturan dari agama yang dianut oleh

individu tersebut. Nervus, tegang, gelisah, cemas,


5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(NOC) (NIC)
(NANDA)
Ketidakseimbanga 1) Status nutrisi 1) Manajemen Nutrisi
n Nutrisi : Kurang Defenisi : sejauh mana Aktivitas :
Dari Kebutuhan tingkat nutrisi yang  Mengkaji adanya pasien alergi
Tubuh tersedia untuk dapat terhadap makanan
Definisi : intake memenuhi kebutuhan  Berkolaborasi dengan ahli gizi
nutrisi tidak proses metabolik. untuk menentukan jumlah
mencukupi untuk kalori dan jenis gizi yang
Indikator :
memenuhi dibutuhkan untuk memenuhi
 Intake nutrisi
kebutuhan proses kebutuhan gizi pasien
adekuat
metabolik.  Mengatur pola makan dan
 Intake makanan
Batasan gaya hidup pasien
adekuat
Karakteristik :  Mengajarkan pasien
 Intake cairan dalam
 Nafsu makan bagaimana pola makan sehari-
batas normal
menurun hari yang sesuai dengan
 Energi cukup
 Berat badan kebutuhan
 Indeks masa tubuh
menurun (20%  Memantau dan mencatat
dalam batas normal
atau lebih masukan kalori dan nutrisi
2) Status nutrisi : asupan
dibawah ideal)  Timbang berat badan pasien
makanan dan cairan
 Kelemahan/ dengan interval yang sesuai
Definisi : jumlah
kerapuhan
 Memberikan informasi yang
makanan dan cairan
pembuluh tepat tentang kebutuhan nutrisi
dalam tubuh selama
kapiler
dan bagaimana cara
waktu 24 jam.
 Penurunan berat memenuhinya
badan dengan Indikator :  Membantu pasien untuk
intake makanan  Intake makanan menerima program gizi yang
yang cukup melalui oral adekuat dibutuhkan
 Kurangnya  Intake cairan melalui 2) Therapy nutrisi
informasi oral adekuat Aktivitas :
 Konjungtiva  Intake cairan  Memantau makanan dan
dan membran melalaui intravena minuman yang dimakan dan
mukosa pucat dalam batas normal hitung intake kalori sehari yang
 Tonus otot 3) Status nutrisi : intake sesuai
buruk nutrisi  Memantau ketepatan anjuran
 Melaporkan Definisi : intake nutrisi diet untuk memenuhi
intake makanan yang dibutuhkan untuk kebutuhan nutrisi sehari-
yang kurang memenuhi proses hariyang sesuai
dari kebutuhan metabolic  Berkolaborasi dengan ahli gizi
makanan yang Indikator : untuk menentukan jumlah
tersedia kalori dan jenis gizi yang
 Intake kalori dalam
dibutuhkan untuk memenuhi
batas normal
kebutuhan gizi pasien
 Intake protein
 Memberikan makanan sesuai
dalam batas normal
dengan diet yang dianjurkan
 Intake lemak dalam
 Memantau hasil labor
batas normal
Memberikan
 Intake karbohidrat
 Mengajari kepada keluarga
dalam batas normal
dan pasien secara tertulis
 Intake serat dalam
contoh diet yang dianjurkan
batas normal
3) Monitor Gizi
 Intake mineral
Aktivitas :
dalam batas normal
 Memantau berat badan pasien
 Memantau turgor kulit
 Memantau mual dan muntah
 Memantau albumin, total
protein, Hb, hematokrit, dan
elektrolit
 Memantau tingkat energi,
lemah, letih, rasa tidak enak
 Memantau apakah konjungtiva
pucat, kemerahan, atau kering
 Memantau intake nutrisi dan
kalori

Nyeri akut b.d 1. Kontrol nyeri 1. Manajemen nyeri


proses penyakit
Setelah dilakukan Tindakan :
tindakan asuhan  Lakukan penilaian nyeri.
keperawatan selama ..x  Kaji ketidak nyamanan
24 jam diterapkan klien  Gunakan komunikasi yang
dapat mngontrol nyeri efektif.
dengan criteria hasil :  Pertimbangkan pengaruh
• Menilai lamanya budaya.
nyeri.  Menyediakan informasi
• Menilai factor tentang nyeri.
penyebab.  Control factor lingkungan.
• Penggunaan non  Mengajarkan teknik
Analgesik. tamakologi.
• Melaporkan tanda /
 Ajarkan prinsip manajemen
gejala nyeri.
nyeri.
Menilai gejala nyeri.
 Menyediakan analgesik.
 Kaji tingkat kenyamanan.
2. Manajemen lingkungan
Tindakan :
 Ciptakan lingkungan yang
nyaman.
 Kenali keb.keselamatan klien.
 Hindari lingkungan yang
beresiko.
 Temani pasien dalam
beraktivitas.
 Sediakan tempat tidur naik-
turun.
 Sediakan perlengkapan yang
mudah.
 Sediakan ruangan sendiri.
 Ciptakan kebersihan.
 Sediakan kasur.
 Kurangi rangsangan lingkungan.
3. Administrasi analgesik
Tindakan :
 Tentukan loakasi, kualitas,
karakteristik derajat nyeri.
 Cek instruksi dokter.
 Cek riwayat alergi.
 Tentukan pilihan analgesik.
 Monitor TTV.
 Evaluasi efektifitas analgesik.
 Sebaiknya gunakan infuse terus
menerus.
 Dokumentasi terhadap Respon
tetap Analgesik.
 Kolaborasi dengan dokter jika
ada obat.
 Ajarkan penggunaan analgesik.
Referensi:

1. De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC.
Jakarta.
2. American Cancer Society.2012.Esophageal Cancer,USA
3. Tjandra, Joe J et al. 2006. Textbook of Surgery. 3rd Edition. Blackwell Publishing.
Oxford, UK.
4. Townsend, Courtney M et al. 2012. Sabiston Textbook of Surgery. 19th Edition.
Elsevier Inc. Canada.

5. Rhodes,Terence D, et al.2013.Esophageal Cancer Treatment Protocol USA.


http//emedicine.com
6. Castellanous, Andres E, et al.2013.Gastric Outlet Obstruction.USA.
http // emedicine.com

Anda mungkin juga menyukai