Oleh :
1841312087
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. X DENGAN TUMOR ESOFAGUS
2. Etiologi
Faktor diit menjadi faktor yang paling dihubungkan dnegan etiologi
dari terjadinya kanker esofagus ini. Dugaan lain juga meliputi minum
alkohol, dan merokok.Tumor esofagus belum diketahui penyebabnya
secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi
yang berperan dalam perjalanan penyakit ini bisanya dapat berupa
terjaidnya perpajanan mukso aesofagus dari adanya agen berbahaya atau
adanya stimulus toksik yang selanjutkan menghasilkan disolasias yang
bisa menjadi karsinoma. (Rhodes, 2013).
Menurut Rodes, (2013) terdapat faktor-faktor yang berkontribusi
terbentuknya karsinoma sel skuamosa, diantaranya :
a. Defisiensi vitamin dan mineral. Menurut beberapa studi,
kekurangan riboflavin pada ras China memberikan kontribusi besar
terbentuknya kanker esofagus (Doyle C,2006)
b. Pada faktor merokok sigaret dan penggunaan alkohol secara kronik
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan meningkatnya
risiko kanker esofagus (Edmondso,2008)
c. Infeksi papilomavirus pada manusia dan Helicobacter pylory
disepakati menjadi faktor yang memberi kontribusi peningkatan
resiko kanker esofagus (Fisichella,2009)
Penyakit refluk gastroesofageal menjadi faktor predisposisi utama
terjadinya adenokarsinoma pada esofagus. Faktor iritasi dari bahan
refluks asam dan garam empedu didapatkan menjadi penyebab. Sekitar
10-15 % pasien yang melakukan pemeriksaan endoskopik mengalami
displasia yang menuju ke kondisi adenokarsinoma. Pasien dengan
iritasi refluks gastroesofageal sering berhubungan dengan penyakit
Barret esofagus yang beresiko menjadi keganasan (Thornton,2009)
Menurut Edmondos, (2008), faktor resiko dari tumoe esofagus
meliputi :
a. Umur
Semakin tinggi usia seseorang faktor resiko terkena tumor
esofagsu semakin meningkat. Hanya kurang dari 15% kasus
ditemukan dibawah umur 55 tahun
b. Jenis Kelamin
Pada laki-laki lebih rentan 3 kali lipat terkena tumor esofagus
dibandingkann dengan wanita.
c. Gastroesophageal Reflux Disease(GERD)
Orang dengan GERD mempunyai risiko yang lebih tinggi
untuk mendapat adenokarsinoma esofagus. Risiko meningkat
seiring dengan lamanya kejadian GERD dan keparahan
gejalanya. GERD juga menyebabkan Barret esofagus yang juga
dikaitkan dengan peningkatan risiko.
d. Barret Esofagus
Pasien yang menderita Barret esofagus lebih berisiko untuk
mendapatkan tumor esofagus walaupun tidak semua pasien
Barret esofagus menderita tumor esofagus.
e. Rokok dan Alkohol
f. Obesitas
g. Diet
Diet buah dan sayuran dapat menurunkan risiko terkena tumor
esofagus. Kebalikannya diet tinggi lemak dapat meningkatkan
risiko. Selain itu meminum minuman yang panas terlalu sering
juga dapat meningkatkan risiko kejadian tumor esofagus
h. Akalasia
Pasien dengan kondisi spingter bagian bawah esofagus yang
tidak berelaksasi optimal menyebabkan makanan lama tertahan
di esofagus sehingga menyebabkan iritasi pada esofagus. Hal
ini meningkatkan kejadian tumor esofagus.
i. Paparan Zat Kimia
j. Trauma pada esofagus
k. Bakteri pada lambung
3. Manifestasi Klinis
Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika
pasien mencari bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya
ditandai dengan lesi ulseratif esofagus tahap lanjut.
a. Disfagia
Gejala utama dari tumor esofagus adalah masalah menelan, sering
dirasakan oleh pasien seperti ada makanan yang trsangkut di
tenggorokan atau dada. Ketika menelan menjadi sulit, maka
pasien biasanya mengganti makanan dan kebiasaan makannya
secara tidak sadar, pasien makan dengan jumlah gigitan yang
lebih sedikit dan mengunyah makanan dengan lebih pelan dan
hati-hati. Seiring dengan pertumbuhan kanker yang semakin besar
pasien mulai mekan-makanan yang lebih lembut dengan harapan
makanan dapat dengan lebih mudah masuk melewati esofagus,
hingga akhirnya pasien berhenti mengkonsumsi makanan padat
dan mulai mengkonsumsi makanan cair. Akan tetapi, jika kanker
tetap terus tumbuh, bahkan makanan cair pun tidak bisa melewati
esofagus.
Untuk membantu makanan melewati esofagus biasanya tubuh
mengkompensasi dengan menghasilkan saliva luarkan. Hal ini
juga yang menyebabkan orang yang menderita kanker esofagus
sering mengeluh banyak mengeluarkan mucus atau saliva.
b. Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat
menelan.
c. Nyeri pada dada
Nyeri dada sering di deskripsikan dengan perasaan tertekan atau
terbakar di dada, gejala ini sering sekali diartikan dengan gejala
yang berkaitan denngan organ lain seperti jantung.
d. Kehilangan berat badan
Sekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus
mengalami penurunan berat badan. Hal ini terjadi karena masalah
menelan sehingga pasien mendapat masukan makanan yang
kurang untuk tubuhnya. Penyebab lain dikarenakan berkurangnya
nafsu makan dan meningkatnya proses metabolism kanker yang
diderita oleh pasien.
e. Pendarahan
Pendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel
tumor mampu tumbuh keluar aliran darah, menyebabkan
terjadinya nekrosis dan ulserasi pada mukosa dan meghasilkan
pendarahan di daerah gastrointestinal, jika pendarahan terjadi
dalam jumlah yang banyak maka feses juga bisa berubah menjadi
hitam, tapi hal ini bukan berarti tanda bahwa kanker esofagus
pasti ada.
(Tjandra, 2006)
6. Komplikasi
Terjadi akibat jaringan dan efek kompresi oleh tumor.selain itu
komplikasi dapat timbul karena terapi terhadap tumor.invasi oleh tumor
sering terjadi ke struktur di sekitar mediastinum.invasi ke aorta meng-
akibatkan perdarahan masif,ke perikardium terjadi tamponade jantung
atau sindrom vena superior.invasi ke serabut saraf menyebabkan suara
serak atau disfagia.invasi ke saluran napas mengakibatkan fistula trakeo-
esofageal dan esofagopulmonal,yang merupakan komplikasi serius dan
progresif mempercepat kematian.sering terjadi obstruksi esofagus dan
menimbulkan komplikasi yang paling sering terjadi yaitu pneumonia
aspirasi yang ada giliranya menyebabkan abses paru dan empiema,selain
itu juga dapat terjadi gagal napas yang disebabkan oleh obstruksi mekani
perdarahan.
Perdarahan yang terjadi pada tumornya sendiri dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi sampai perdarahan akut masif.pasien sering
tampak malnutrisi,lemah,emasisi dan gangguan sistem imun yang
kemudian akan menyulitkan terapi.
7. WOC
Predisposisi stimulus iritasi kronik agen iritan, alkohol, tembakau, dan Refluks gastroesofageal kronik
beberapa komponen nitrogen.
Adenokarsinoma esofagus
Karsinoma sel skuamosa esofagus
Kompresi saraf lokal Disfagia Intervensi radiasi dan Respons psikologis Intervensi bedah
kemoterapi transthoraksik
esophagectomy
Nyeri retrosternal Intake nutrisi tidak adekuat Ansietas
Preoperatif
Nyeri akut Ketidakseimbangan nutrisi kurang
Perubahan intake nutrisi Pascaoperasi
dari kebutuhan tubuh
Luka pascaoperasi
Kerusakan jaringan
Respons serabut lokal lunak pascaoperasi Port de entree
pascaoperasi
C Resiko infeksi
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Nama, Umur, No. RM, Tanggal lahir, Jenis kelamin, tanggalmasuk,
diagnosa medis, alamat
2. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Alasan Masuk Rumah sakit
Menanyakan kepada pasien apa yang menyebabklan pasien berobat ke
rumah sakit
Apa yang dirasakan pasien?
Apa masalah atau gejjala yang dirasakan
Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas
b. Riwayat kesehatan sekarang
Apa yang menjadi keluhan kesehatan sekarang pada pasien, apa hal yang
paling di rasakan oleh pasien pada saat di lakukan pengkajian
c. Riwayat kesehatan lalu
Bagaimana riwayat kesehatan pasien gahulu, apasaja penyakit yang
pernahdi derita oleh pasien
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a) Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED
meningkat, terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai
SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang mengalami peningkatan.
b) Imaging Studies
- Barrium Swallow
Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan
melapisi dinding esofagus. Ketika dilakukan penyinaran (sinar X),
barium akan membentuk esofagus dengan jelas. Tes ini dapat
digunakan untuk melihat apakah ada kelainan pada permukaan
dinding esofagus. Tes barium biasanya menjadi pilihan utama
untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan sebagian kecil tumor,
dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat
digunakan untuk menentukan seberapa jauh kanker telah
bermetastase.
c) CT Scan
CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker
esofagus, tetapi CT Scan dapat membantu dalam menentukan
penyebaran dari kanker esofagus. CT Scan dapat menunjukkan lokasi
dimana kanker esofagus berada dan dapat membantu dalam
menentukan apakah pembedahan merupakan tatalaksana terbaik
untuk kanker esofagus. Sebelum gambar diambil, pasien diminta
untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus dapat
terlihat jelas sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.
d) Upper Endoscopy
Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk
mendiagnosis kanker esofagus. Dengan bantuan endoskopi, dokter
dapat melihat kanker melalui selang dan melakukan biopsy terhadap
jaringan kanker maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang
tampak tidak normal. Contoh jaringan yang telah diambil kemudian
dikirim ke laboratorium, dan dengan bantuan mikroskop dapat
ditentukan apakah jaringan tersebut merupakan jaringan yang bersifat
ganas (kanker). Jika kanker esofagus menutupi lumen esofagus, maka
lumen tersebut dengan bantuan alat dan endoskopi dapat dilebarkan
sehingga makanan dan cairan dapat melaluinya.
e) Endoscopic Ultrasound
Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara
untuk melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat
berguna untuk menentukan ukuran dari kanker esofagus dan seberapa
jauh kanker tersebut telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini tidak
memiliki dampak radiasi, sehingga aman untuk digunakan
f) Bronkoskopi dan Mediastinoskopi
Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada
sepertiga tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea
telah terkena dan untuk membantu dalam menentukan apakah lesi
dapat diangkat. Sedangkan mediastinoskopi digunakan untuk
menentukan apakah kanker telah menyebar ke nodus dan struktur
mediastinal lain.
g) Pemeriksaan histopatologi
Untuk menentukan jenis sel yang mengalami dysplasia, dapat berupa
squamus sel karsinoma ataupun adenokarsinoma.
4. Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi Kesehatan
Secara umum, hipertiroid ini adalah akibat dari hiperaktifnya kelenjar tiroid
c. Pola Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, urin encer berwarna pucat dan kuning,
perubahan dalam feses ( diare ), sering buang air besar dan terkadang diare,
palpitasi, nyeri dada, Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental
delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan,
denyut nadi cepat, seringkali sampai lebih dari 100 kali per menit Rasa
capai, Otot lemas, terutama lengan atas dan paha, Ketidaktoleranan panas
agitasi.
(struma nodosa), kurus., kulit yang seperti beludru halus, rambut halus dan
h. Pola Peran-Hubungan
anggota keluarganya.
Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik. Emosi labil
Tergantung pada kebiasaan, ajaran dan aturan dari agama yang dianut oleh
1. De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC.
Jakarta.
2. American Cancer Society.2012.Esophageal Cancer,USA
3. Tjandra, Joe J et al. 2006. Textbook of Surgery. 3rd Edition. Blackwell Publishing.
Oxford, UK.
4. Townsend, Courtney M et al. 2012. Sabiston Textbook of Surgery. 19th Edition.
Elsevier Inc. Canada.