TUMOR ESOFAGUS
OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi Penyakit
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung.
Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga
kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu leher (pars
servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna
vertebralis, dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di
mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang
utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta
thorakalis bawah dan abdomen (pars abdominalis), masuk ke rongga perut
melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung,
panjang berkisar 2-4 cm (Sherwood,2011).
Fungsi dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring ke
lambung. Refluks gastrik ke esofagus dicegah oleh sfingter bawah esofagus
dan masuknya udara ke esofagus pada saat inspirasi dicegah oleh sfingter atas
esofagus, sfingter atas normalnya selalu tertutup akibat kontraksi tonik otot
krikofaringeus. Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong
ke lambung oleh gerakan peristaltik. Kekuatan kontraksi peristaltik
tergantung kepada besarnya bolus makanan yang masuk ke esofagus.
Esofagus dipisahkan dari rongga mulut oleh sfingter esofagus proksimal atau
sfingter atas esofagus (upper esopaheal spinchter/ UES), dan dipisahkan
dengan lambung oleh sfingter esofagus distal atau sfingter bawah esofagus
(lower esophageal spinchter/ LES).
Tumor esofagus merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi di dalam
sel yang melewati dinding kerongkongan. Tumor esofagus ada yang bersifat
jinak dan ada yang bersifat ganas. Tumor jinak yang paling sering terdapat
pada esofagus adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut
dengan leiomioma. Sedangkan tumor yang bersifat ganas sering dikenal
dengan kanker esophagus (Fisichella,2009)
.
B. Epidemiologi
1. Umur
Kejadian tumor esofagus cenderung lebih rendah pada usia muda dan
meningkat seiring peningkatan usia. Hanya kurang dari 15% kasus
ditemukan dibawah umur 55 tahun
2. Jenis Kelamin
D. Patofisiologi
Secara fisiologis jaringan esofagus distratafikasi oleh epitel non keratin
skuamosa. Karsinoma sel skuamosa yang meningkat dari epitel terjadi
akibat stimulus iritasi kronik agen iritan, alkohol, tembakau, dan beberapa
komponen nitrogen diidentifikasi sebagai karsinogenik iritan
(Fischella,2009). Penggunaan alkohol dan tembakau secara prinsip
menjadi faktor resiko utama terbentuknya karsinoma sel skuamosa.
Nitrosamina dan komponen lain netrosil didalam acar (asinan), daging
bakar, atau makanan ikan yang diasinkan memberikan kontribusi
peningkatan karsinoma sel skuamosa pada esofagus (Thornton,2009).
Metaplasia pada stratifikasi normal epitelium skuamosa bagian distal akan
terjadi dan menghasilkan epitelium glandular yang berisi sel-sel goblet
yang disebut epitel Barret. Perubahan genetik pada epitelium
meningkatkan kondisi displasia dan secara progresif membentuk
adenokarsinoma pada esofagus (Papineni,2009). Adenokarsinoma
esofagus sering terjadi pada bagian tengah dan bagian bawah esofagus.
Peningkatan abnormal mukosa esofageal sering dihubungkan dengan
refluks gastroesofageal kronik. Penyakit refluks gastroesofageal
merupakan faktor penting terbentuknya epitel Barret. Pada pasien dengan
penyakit refluks gastroesofageal, sekitar 10% menghadirkan epitel Barret
dan pada pasien dengan adanya epitel Barret sekitar 1% akan terbentuk
adenokarsinoma esofagus.
E. Gejala Klinis
1. Disfagia
Gejala utama dari tumor esofagus adalah masalah menelan, sering
dirasakan oleh penderita seperti ada makanan yang tersangkut di
tenggorokan atau dada. Ketika menelan menjadi sulit, maka penderita
biasanya mengganti makanan dan kebiasan makannya secara tidak sadar.
Penderita makan dengan jumlah gigitan yang lebih sedikit dan mengunyah
makanan dengan lebih pelan dan hati-hati. Untuk membantu makanan
melewati esophagus biasanya tubuh mengkompensasi dengan
menghasilkan saliva lebih banyak. Hal ini juga yang menyebabkan orang
yang menderita kanker esofagus sering mengeluh mengeluh banyak
mengeluarkan mukus atau saliva
2. Nyeri dada
Nyeri dada sering dideskripsikan dengan perasaan tertekan atau terbahkar
di dada. gejala ini sering sekali diartikan dengan gejala yang berkaitan
dengan organ lain, seperti jantung, sehingga sering kali orang tidak
menyadari kalau gejala tersebut adalah gejala pada esofagusnya.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis tumor esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan
pemeriksaan penunjang termasuk didalamnya imaging studies dan endoskopi.
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat,
terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT,
ureum dan creatinin yang mengalami peningkatan.
2. Imaging Studies
a. Barrium Swallow
Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi
dinding esofagus. Ketika dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan
membentuk esofagus dengan jelas. Tes ini dapat digunakan untuk melihat
apakah ada kelainan pada permukaan dinding esofagus. Tes barium
biasanya menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan
sebagian kecil tumor, dapat terlihat dengan menggunakan tes ini..
b. CT Scan
CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis tumor atau kanker
esofagus, tetapi CT Scan dapat membantu dalam menentukan penyebaran
dari kanker esophagus apabila telah terjadi. CT Scan dapat menunjukkan
lokasi dimana kanker esofagus berada dan dapat membantu dalam
menentukan apakah pembedahan merupakan tatalaksana terbaik untuk
kanker esofagus. Sebelum gambar diambil, pasien diminta untuk minum
cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus dapat terlihat jelas
sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.
c. Upper Endoscopy
Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk
mendiagnosis tumor esofagus. Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat
melihat tumor melalui selang dan melakukan biopsy terhadap jaringan.
Contoh jaringan yang telah diambil kemudian dikirim ke laboratorium,
dan dengan bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah jaringan tersebut
merupakan jaringan yang bersifat ganas.
d. Endoscopic Ultrasound
Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara untuk
melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna
untuk menentukan ukuran dari tumor esophagus. Uji ini tidak memiliki
dampak radiasi, sehingga aman untuk digunakan
6. Kriteria Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis adanya tumor pada pasien dilakukan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu
menegakkan diagnosis adalah pencitraan, endoskopi, dan pemeriksaan
secara histopatologi. Pemeriksaan imaging dengan thorax x-rays dapat
menunjukkan adanya kanker esofagus, walaupun pada sebagian kasus
hasilnya normal. Adanya air-fluid level pada mediastinum menunjukkan
adanya retensi cairan di esophagus yang dilatasi. Selain itu untuk mencari
adanya metastase ke paru, tulang, infeksi pneumonia, dilatasi trakea,
pneumopericardium, efusi pleura, dan limfadenopati. Kecurigaan pasien
menderita tumor pada esofagus, dilakukan dengan pemeriksaan Barium
esofagogram, dilanjutkan dengan pemeriksaan endoskopi gastroduodenum
(EGD) disertai biopsy untuk pemeriksaan secara patologi anatomi
(Rhodes, 2013).
7. Penatalaksanaan
Sebelum merencanakan dan memberikan terapi pada tumor atau
karsinoma esofagus, perlu dilakukan penentuan stadium (staging) dan
pengelompokan stadium tumor. Penentuan tingkatan tumor ini dimulai
dengan anamnesis dan pemeriksaan jasmani yang teliti, dilengkapi
dengan pemeriksaan laboratorium. Prosedur dilanjutkan dengan
esofagografi memakai suspensi barium, foto dada, CT Scan dada dan
abdomen. Pada kasus-kasus tertentu perlu dilakukan bronkoskopi,
mediastinoskopi, atau sidik tulang.
a. Pembedahan
Pada stadium dini ketika besar tumor kurang dari 2 cm, dilakukan
pembedahan enbloc esophagectomy. Penderita akan merasakan nyeri
pada masa awal setelah operasi. Namun obat-obatan akan membantu
dalam mengurangi rasa sakit tersebut. Efek samping yang ditimbulkan
dari tindakan pembedahan diantaranya adalah meningkatnya resiko
infeksi termasuk pneumoni, pandarahan setelah pembedahan dan
gangguan pernafasan. Esofagektomi merupakan tindakan pembedahan
untuk mengangkat semua bagian dari esofagus, termasuk sebagaian
kecil dari lambung. Saat esofagus diangkat maka limfa nodus yang
berada dekat dengan esophagus juga terangkat. Bagian atas esofagus
sering dihubungkan dengan bagian lambung yang tersisa, bagian
lambung tersebut ditarik ke arah dada atau leher menjadi bagian baru
dari esophagus (Castellanous, 2013).
8. Komplikasi
Komplikasi dapat timbul karena terapi terhadap tumor. Invasi oleh tumor
sering terjadi ke struktur di sekitar mediastinum. Invasi ke aorta
mengakibatkan pendarahan masif, invasi ke perikardium terjadi
tamponade jantung atau sindrom vena kava superior;invasi ke serabut
saraf menyebabkan suara serak atau diasfagia, invasi ke saluran nafas
mengakibatkan fistula trakeosofageal dan esofagopulmonal, yang
merupakan komplikasi serius dan progresif mempercepat kematian.
Sering terjadi adalah pneumonia aspirasi yang pada gilirannya yang akan
menyebabkan abses paru dan epiema. Selain itu, juga dapat terjadi gagal
nafas yang disebabkan oleh obstruksi mekanik atau pendarahan.
Pendarahan yang terjadi pada tumornya sendiri dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi sampai pendarahan akut masif. Pasien sering
tampak malnutrisi, lemah, emasiasi, dan gangguan sistem imun yang
kemudian akan menyulitkan terapi (Wang,2008).
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood. (2011). Fisiologi Manusia dari Sel Sampai Sistem Edisi 8 : Cengage
Learning