Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN URTIKARIA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN

BERINGIN RAYA BENGKULU

PROPOSAL

OLEH :
YOSI ANGREINI
NPM:172426042 DP

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

Program Studi Keperawatan(DIII)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN(DII)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut kaplan, urtikaria adalah lesi kulit yang terdiri atas reaksi

lokal edema intrakutan dan dikelilingi oleh area area kemerahan serta disertai

dengan pruritus.

Pasien dengan urtikaria menempati proporsi besar yang datang ke

klinik alergi. Berdasarkan data World Alergy Organization, prevalensi

urtikaria di dunia berkisar antara 0,05% - 20%. Sedangkan di Indonesia,

prevalensi urtikaria belum diketahui secara pasti. Penelitian di Palembang

tahun 2007 pada 3000 remaja usia 14-19 tahun, mendapatkan prevalensi

urtikaria sebesar 42,78%.

B. Batasan Masalah

Karya Tulis ilmiah ini difokuskan pada keluarga dengan gangguan

urtikaria di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya Bengkulu.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dilakukan asuhan keperawatan keluarga dengan ganguan urtikaria

di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya Bengkulu


2. Tujuan Khusus

a. Diskripsikan pengkajian keperawatan keluarga dengan gangguan

urtikaria di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya

Bengkulu .

b. Diskripsikan diagnosa keperawatan keluarga dengan gangguan

urtikaria di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya

Bengkulu .

c. Direncanakan intervensi keperawatan keluarga dengan gangguan

urtikaria di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya

Bengkulu .

d. Dilakukan implementasi keperawatan keluarga dengan gangguan

urtikaria di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya

Bengkulu .

e. Dilakukan evaluasi keperawatan keluarga dengaan gangguan urtikaria

di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya Bengkulu .

f. Didokumentasian keperawatan keluarga dengan gangguan urtikaria di

wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya Bengkulu .

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan

Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat menjadi bermanfaat

dan menjadi tambahan ilmu untuk Jurusan Keperawatan Universitas


Dehasen Bengkulu dan dapat menjadi acuan dan contoh untuk penelitian

selanjutnya.

2. Bagi Puskesmas Perawatan Beringin Raya Bengkulu

Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi dan

untuk acuan mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan urtikaria .

3. Bagi Akademik

Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau masukan di

jurusan keperawatan dalam upaya meningkatkaan proses pembelajaran

tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan urtikaria .

E. Implikasi Studi Kasus

1. Implikasi Pada Perawat Sebagai Pendidik

Peran perawat pada pasien dengan urtikaria dalam menghindari

faktor pencetus untuk memberikan informasi kepada keluarga

pasien berupa motivasi dan edukasi faktor pencetus pada pasien

urtikaria. Pada kasus ini perawat menjelaska apa saja yang

menjadi pencetus urtikaria, selain menganjurkan untuk

menghindari alergen yang diketahui. Termasuk beberapa

makanan dan penyedap makanan, obat-obatan, dan beberapa

situasi seperti panas, dingin atau stress emosional.


2. Implikasi Perawat Sebagai Advokat

Peran perawat sebagai advokat pada pasien urtikaria dalam upaya

menghindari faktor pencetus adalah perawat bertindak dalam mencegah

kesalahan maupun resiko lebih lanjut yang dapat terjadi pada pasien

saat terjadi urtikaria, disini perawat mengajarkan keluarga secara

bertahap sesuai dengan 5 tahap perkembangan keluarga.

3. Implikasi Perawat Sebagai Care Provaider

Dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada

keluarga dengan utikaria dengan mengguakan energi dan waktu

seminimal mungkin. Serta memberikan informasi sesuai dengan

kemampuan keluarga. Setelah melakukan tindakan perawat selalu

melakukan pengkajian maupun evaluasi terkait tindakan yang akan

dilakukan, disesuaikan dengan kondisi keluarga.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Urtikaria

1. Konsep Keluarga

a. Definisi Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup

bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga

(Padila, 2012: 19).

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,

sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam

interelasi sosial, peran dan tugas (Padila, 2012 : 19).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan


mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan

di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan (Muhlisin, 2012 : 3).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga

adalah beberapa individu yang tinggal dalam sebuah keluarga yang

mempunyai ikatan perkawinan, ada hubungan keluarga, sanak famili,

maupun adopsi yang hidup bersama sesuai dengan tujuan keluarga

tersebut.

b. Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari

berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial

maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan

peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat

perlu mengetahui berbagai tipe keluarga menurut Andarmoyo (2012 : 6),

yakni antara lain sebagai berikut :

1) Tipe Keluarga Tradisional

a) The Nuclear family (Keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri

dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).

b) The dyad family, suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri

tanpa anak.
c) Keluarga usila, keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah

usia lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.

d) The childless, yaitu keluarga tanpa anak karena telambat

menikah, bisa disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.

e) The Extended family, keluarga yang terdiri dari keluarga inti

ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan

lain-lain.

f) “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua

dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan

oleh perceraian atau kematian).

g) Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota dan bisa

berkumpul pada hari minggu atau libur saja.

h) Multigeneration family, beberapa generasi atau kelompok umur

yang tinggal bersama dalam satu rumah.

i) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau

saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan

seperti dapur, sumur yang sama.

j) Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan

membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

k) “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri

dari satu orang dewasa.


2) Tipe Keluarga Non Tradisional

a) The unmarried teenage mother, keluarga yang terdiri dari satu

orang dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa

nikah.

b) The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.

c) Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah

yang hidup serumah.

d) The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang

hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.

e) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex

tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.

f) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar

ikatan perkawinan karena alasan tertentu.

g) Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah

merasa saling menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan

membesarkan anak.

h) Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh

norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan

barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.

i) Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada

hubungan saudara untuk waktu sementara.


j) Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan

yang permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan

mental.

k) Gang, keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang

mencari ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan

kriminal.

c. Struktur Keluarga

Setiawati (2009 : 14), mengidentifikasi bahwa struktur keluarga

terdiri dari 4, yaitu:

1) Struktur peran keluarga

Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam

keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran

formal dan informal.

2) Nilai atau norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini

oleh keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

3) Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah

ibu, orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga

lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.

4) Struktur kekuatan keluarga


Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk

mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah

perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Berdasarkan keempat

elemen diatas, diasumsikan bahwa :

1) Keluarga merupakan sistem sosial yang memiliki fungsi sendiri.

2) Keluarga merupakan system social yang mampu menyelesaikan

masalah individu dan lingkungannya.

3) Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat

mempengaruhi kelompok lain

4) Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari

nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN), ada tingkatan keluarga sejahtera sebagai berikut :

1) Keluarga Pra-sejahtera

Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara

minimal, kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan

dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah

satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.

2) Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara

minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan


sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi

dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan

transportasi. Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I :

a) Melaksanakan ibadah.

b) Makan 2x sehari atau lebih.

c) Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.

d) Lantai rumah bukan dari tanah.

e) Kesehatan (anak sakit/pasangan usia subur ingin ber-KB

dibawa ke sarana kesehatan).

3) Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara

minimal, dan dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial

psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan

pengembangan, yaitu : kebutuhan menabung dan memperoleh

informasi. Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II :

a) Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I (lihat diatas).

b) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

c) Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk, paling kurang 1x

dalam seminggu.

d) Memperoleh pakaian baru dalam 1 tahun terakhir.

e) Luas lantai tiap penghuni rumah 8 M2 per orang.


f) Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir.

g) Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai

penghasilan tetap.

h) Bisa baca tulis latin bagi setiap anggota keluarga yg berumur

10-60 tahun.

i) Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.

j) Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai

kontrasepsi.

4) Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,

kebutuhan sosial psikologisnya, dan dapat memenuhi kebutuhan

pengembangan, tetapi belum dapat memberikan kontribusi yang

maksimal kepada masyarakat secara teratur dalam bentuk material

dan keuangan, juga berperan serta aktif menjadi pengurus lembaga

kemasyarakatan dan lain-lain.Indikator Keluarga Sejahtera Tahap

III:

a) Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II (lihat diatas).

b) Upaya keluarga untuk meningkatkan/menambah pengetahuan

agama.

c) Keluarga mempunyai tabungan.

d) Makan bersama paling kurang sekali sehari.


e) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.

f) Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan.

g) Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televise, dan

majalah.

h) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.

5) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya,

baik yang bersifat dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, maupun

pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang

nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Indikator Keluarga

Sejahtera Tahap III Plus:

a) Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III (lihat diatas).

b) Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan

sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat.

c) Aktif sebagai pengurus yayasan/panti.

Berdasarkan intruksi Presiden Nomor 3 tahun 1996 tentang

Pembangunan Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Peningkatan

Penanggulangan Kemiskinan, Keluarga miskin adalah keluarga

prasejahtera dan keluarga sejahtera I (KS I).

a) Tidak bisa makan 2x sehari atau lebih.


b) Tidak bisa menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk,

paling kurang 1x dalam seminggu.

c) Tidak bisa memiliki pakaian yang berbeda untuk berbagai

keperluan.

d) Tidak bisa memperoleh pakaian baru minimal 1 stel setahun

sekali.

e) Luas lantai tiap penghuni rumah kurang dari 8 M2 perorang.

f) Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas tidak mempunyai

penghasilan tetap.

g) Anak usia sekolah (7-15 tahun) tidak bersekolah.

h) Lantai rumah dari tanah.

i) Kesehatan (anak sakit/pasangan usia subur ingin ber-KB tidak

bisa dibawa ke sarana kesehatan).

d. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1998) dikutip oleh Padila (2012),

mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu:

1) Fungsi afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif

tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota


keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim

yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui

interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga

yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat

mengembangkan konsep diri yang positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi

fungsi afektif adalah :

a) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima,

saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang

mendapatkan kasih sayang dang dukungan dari anggota yang

lain maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang

akan meningkat yang pada akhiranya tercipta hubungan yang

hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam

keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan

dengan orang lain diliar keluarga atau masyarakat.

b) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai

dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta

selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif

akan tercapai.

c) Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat

memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan


melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai

aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus

mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga

anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan

kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau

masalah keluarga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak

terpenuhi.

2) Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir.

Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui

interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan

dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-

norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan

keluarga.

3) Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.


4) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan,

tempat tinggal dan lain sebagainya.

5) Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan

kesehatan, yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau

merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam

memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan

keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan

kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang

dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti

sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :

a) Mengenal masalah

b) Membuat keputusan tindakan yang tepat

c) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

e) Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan

masyarakat.

e. Tugas Perkembangan Keluarga


Tugas perkembangan keluarga menurut Muhlisin (2012 : 40)

yaitu :

1) Tahap I : Keluarga pemula

a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

b) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai

orang tua).

2) Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.

b) Mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga.

c) Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan

dan kebutuhan anggota keluarga.

d) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

e) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran-peran orangtua dan kakek-nenek.

3) Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi, keamanan.

b) Mensosialisasikan anak.

c) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.


d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga

(hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan

diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas).

4) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

a) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan

lingkungan.

b) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.

c) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin

meningkat.

d) Meningkatkan komunikasi terbuka.

5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.

b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

c) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak.

6) Tahap VI : Keluarga dengan melepaskan anak usia dewasa muda

a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

b) Mempertahankan keintiman pasangan.

c) Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan

memasuki masa tua.

d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.


e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

7) Tahap VII : Orang tua usia pertengahan

a) Mempertahankan kesehatan dan mempertahankan hubungan

yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.

b) Meningkatkan keakraban pasangan

8) Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia

a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,

kekuatan fisik dan pendapatan.

c) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.

d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial

masyarakat.

e) Melakukan life review.

f) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas

utama keluarga pada tahap ini.

f. Peran Keluarga

Setiadi (2011), mengemukakan bahwa peranan keluarga antara

lain :

1) Peran sebagai ayah


Ayah sebagai suami dan ayah dari anak-anak berperan mencari

nafkah, pendidikan, pelindung, dan memberi rasa aman, sebagai

kepala keluarga, anggota kelompok sosial, serta anggoat

masyarakat danlingkungan.

2) Peran sebagai ibu

Ibu sebagai istri dan ibu dari anaknya berperan untuk mengurus

rumah tangga, sebagai pengasuh, pendidik, pelindung dan salah

satu anggota keluarga sosial serta sebagai masyarakat dan

lingkungan. Disamping itu dapat berperan pula sebagai pencari

nafkah tambahan keluarga.

3) Peran sebagai anak

Anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisisk, mental, sosial dan spiritual.

2. Konsep Penyakit Urtikaria

1. Pengertian Urtikaria

Urtikaria merupakan suatu reaksi klinis yang memiliki gambaran khas dan

disebabkan oleh berbagai macam faktor

2. Insiden

3. Etiologi

4. Faktor Resiko
5. Anatomi Fisiologi

6. Patofisiologi

7. Pathway

8. Tanda dan Gejala

9. Klasifikasi

10. Test Diagnostik

11. Penanganan

12. Pencegahan

1) Hindari alergen yang diketahui. Termask beberapa makanan dan

penyedap makanan, obat-obatan dan beberapa situasi seperti panas,

dingin atau stress emosional.

2) Membuat catatan. Mencatat kapan dan dimana urtikaria terjadi dan

apa yang kita makan. Hal ini akan membantu anda dan dokter untuk

mencari penyebab urtikaria.

3) Hindari pengobatan yang dapat mencetuskan urtikaria seperti

antibiotik golongan penisilin, aspirin dan lainnya.

13. Rehabilitasi

14. Program Pemerintah Terkait Kasus

3. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga merupakaan proses yang kompleks

dengan mengggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama

dengan keluarga dan individu-individu sebagai anggota keluarga. Tahapan

dari proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian, perumusan

diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan, pelaksanaan asuhan dan

evaluasi (Muttaqin, 2017).

2. Tujuan dan Manfaat Aauhan Keperawatan

Adapun tujuan dan manfaat dalam pemberian asuhan

keperawatan antara lain menurut Muttaqin (2017)

1) Membantu individu untuk mandiri.

2) Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang

kesehatan.

3) Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara

kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain

dalam memelihara kesehatannya.

4) Membantu individu memperoleh derajat kesehtan yang optimal.

3. Tahapan Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat

mengambil data secara terus menerus terhadap keluarga yang

dibinanya.
1) Pengumpulan Data

Hal – hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam

pengkajian keluarga adalah :

a) Data Umum :

Nama kepala keluarga(KK), Alamat dan

telepon, pekerjaaan kepala keluarga, pendidikan

kepala keluarga, komposisi keluarga dan

genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama,

status sosial ekonomi keluarga, aktivitas rekreasi

keluarga.

b) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga:

Tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,

riwayat keluarga inti, riwayat keluarga

sebelumnya.

c) Pengkajian Lingkungan :

Karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan

komunitas RW, mobilitas geografis keluarga,

perkumpulan keluarga dan interaksi dengan

masyarakat.

d) Struktur Keluarga :
Sistem pendukung keluarga, pola komunkasi

keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur

peran, nilai atau norma keuarga.

e) Fungsi keluarga :

Fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi

perawatan kesehatan, fungsi reproduksi, fugsi

ekonomi.

f) Sterssor dan Koping Keluarga :

Stressor jangka pendek dan panjang,

kemampuan keluarga berespon terhadap

stressor, strategi koping yang digunakan,

strategi adaptasi disfungsional.

g) Pemeriksaan Fisik :

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua

anggota keluarga.

h) Harapan Keluarga

b. Diagnosa

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan

masalah keperawatan yang didapat dari data-data pada pengkajian yang

berhubungan dengan etiologi yang berasal dari data-data pengkajian


fungsi perawatan keluarga atau dapat menggunakan pendekatan lima

tugas keluarga (Nursalam, 2013).

Bagan skala prioritas masalah keluarga

No Kriteria Skor Bobot

1. Sifat masalah 1

a. Aktual(tidak/kurang sehat) 3

b. Ancaman kesehatan 2

c. Keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat di ubah 2

a. Mudah 2

b. Sebagian 1

c. Tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk dicegah 1

a. Tinggi 3

b. Cukup 2

c. Rendah 1
c. Intervensi

Perencanaa keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,

mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta

dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan

standar. (Nursalam, 2017).

d. Implementasi

Implementasi atau pelaksanaan adalah serangkaian tindakan

perawat pada keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya.

(Nursalam, 2017).

e. Evaluasi

Untuk penilaian keberhasilan tindakan, maka selanjutnya

dilakukan evaluas. Tindakan – tindakan keperawatan keluarga

mungkin saja tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjunga,

untuk itu dilakukan secara bertahap, demikian halnya dengan

penilaian. Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan

pendekatan SOAP(sukjeltif, objektif, analisa, dan planing).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Urtikuria

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Data umum

a) Nama kepala keluarga


b) Alamat dan telepon

c) Pekerjaan kepala keluarga

d) Pendidikan kepala keluarga

e) Komposisi keluarga dan genogram

Komposisi keluarga

Menjelaskan anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian

dari keluarga mereka. Bentuk komposisi keluarga dengan

mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang sudah dewasa,

kemudian diikuti denga anggota keluarga yang lain sesuai dengan

susunan kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian

mencantumkan jenis kelamin, hubungan setiap anggota keluarga,

umur, pekerjaan dan pendidikan.

Genogram

Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang

menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga). Diagram

ini menggambarkan hubungan vertikal (lintas generasi) dan

horizontal (dalam generasi yang sama) untuk memahami

kehidupan keluarga dihubungkan dengan pola penyakit. Untuk

hal tersebut, maka genogram keluarga harus memuat informasi

tiga generasi (keluaga inti dan keluarga masing-masing orang

tua).
f) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau

masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga tersebut.

g) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan

kesehatan.

h) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan

yang dapat mempengaruhi kesehatan.

i) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik

dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu

status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-

kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang

yang dimiliki keluarga.

j) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga

pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,

namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga

merupakan aktivitas rekreasi.


2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari

keluarga inti.

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaska mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum

terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi.

c) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing angota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan

penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan

yang biasa di gunakan keluarga dan pengalaman terhadap

pelayanan kesehatan.

d) Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari

pihak suami dan istri.

3) Pengkajian lingkungan

a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,

tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank

dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta

dilengkapi dengan denah rumah.

b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau

kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan.

c) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat

kebiasaan keluarga berpindah tempat.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

interaksi keluarga dengan masyarakat.

4) Struktur keluarga

a) Sistem pendukung keluarga

Termasuk sistem pendukukung keluarga adalah jumlah anggota

keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga

untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas


psikologis atu dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial

atau dukungan dari masyarakat setempat.

b) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota

keluarga.

c) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan

mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.

d) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik

secara formal maupun informal.

e) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang di anut oleh

keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

5) Fungsi keluarga

a) Fungsi Afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan

keluarga terhadap anggota lainnya, bagaimana kehangatan

tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.


b) Fungsi Sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh

mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan

perilaku.

c) Fungsi Perawatan Kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.

Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam

melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga

mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan

untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap

anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat

meingkatkan kesehatan dan mampu memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.

d) Fungsi Reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga

adalah:

 Berapa jumlah anak?

 Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah

anggota keluarga?
 Metode yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga?

e) Fungsi Ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fugsi ekonomi keluarga adalah:

 Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan

sandang, pangan dan papan?

 Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang

ada di masyarakat dalam upaya peningkata status

kesehatan keluarga?

6) Stress dan Koping Keluarga

a) Stressor jangka pendek dan panjang

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor dikaji sejauh

mana keluarga berespon terhadap stressor.

c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan/stress.

d) Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan/stress.

7) Pemeriksaan Fisik

8) Harapan Keluarga
BAB III

KERANGKA STUDI KASUS


A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah suatu uraian san visualisasi tentang hubungan atau

kaitan antar konsep-konsep atau variabel yang akan diamati atau diukur

melalui penelitian yang akan dilakukan.(Notoatmojo, 2012). Adapun kerangka

konsep pada penelitian ini sebagai berikut:

Bagan 3.1 kerangka konseptual

Input Proses Output

Urtikaria ditandai Pengkajian: Data Berhasil: Masalah


dengan: lingkungan, struktur teratasi
keluarga, fungsi
 Gatal keluarga, struktur  Keluarga
 Rasa peran. mampu
terbakar mengenal
 Tampak Diagnosa: masalah
eritema & Menegakkan urtikaria
edema diagnosa sesuai  Memutuska
 Bentuk dengan data yang n untuk
popular didapatkan. merawat
 dermograf keuarga
Intervensi: Memnuat
isme dengan
rencana sesuai
urtikaria
dengan kasus.
 Merawat
Implementasi: anggota
Melaksanakan seusai keluarga
dengan rencana. dengan
urtikaria
evaluasi  Memodifika
B. Kerangka Kerja si
lingkungan
Bagan 3.2 kerangka kerja  Memanfaat
kan fasilitas
kesehatan.
Pengkajian
:pengumpulan data,
analisis data,
penentuan masalah
Diagnosa
Intervensi
keperawatan

Tidak berhasil

Evaluasi Implementasi

Berhasil
BAB IV

METODE STUDI KASUS

A. Pendekatan/Desain Studi Kasus

Desain studi kasus adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus

untuk mengeksplorasi masalah pada asuhan keperawatan keluarga dengan

urtikaria di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya Bengkulu.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus yang digunakan dalam penelitian asuhan keperawatan

keluarga dengan urtikaria di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya

Bengkulu adalah individu dalam satu keluarga yang menderita urtikaria. Adapun

subyek penelitian yang akan diteliti berjumlah satu keluarga dengan satu kasus

dengan masalah keperawatan urtikaria.

C. Fokus Studi

Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah urtikaria .

D. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap kegiatan dalam praktik

keperawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai tatanan

pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan ini di lakukan dalam rangka


memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh penerima asuhan keperawtan

(pasien) yang tahapnya terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Pasien dengan urtikaria adalah orang yang menerima perawatan medis atau

asuhan keperawatan yang dipenuhi kebutuhannya dengan tahapan asuhan

keperawatan.

3. Urtikaria adalah

E. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian

Asuhan keperawatan sesuai dengan ketentuan yang ada di Prodi DIII Keperawatan.

F. Metode Pengumpula Data

Wawancara (hasil anamnesis yang harus didapatkan berisi tentang

identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang – dahulu - keluarga,

riwayat psikologis, pola-pola fungsi kesehatan). (Sumber data bisa dari pasien,

keluarga, perawat lainnya).

Observasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum,

pemeriksaan integumen,pemeriksaan kepala leher, pemeriksaan dada, pemeriksaan

abdomen, pemeriksaan inguinal, genitalia, anus, pemeriksaan ekstremitas,

pemeriksaan nuerologis (dengan pendekatan: inspeksi, palpasi, perkusi, dan


auskultasi) pada sistem tubuh pasien. Data fokus yang harus didapatkan adalah

sistem integumen.

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Lokasi studi kasus ini di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin

Raya Bengkulu .

H. Analisis Data dan Penyajian Data

Analisa data dilakukan dengan menyajikan hasil pengkajian yang

dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Selanjutnya hasil

pengumpulan data pengkajian di analisis dengan membandingkan dengan teori

yang telah disusun pada bab sebelumnya (bab 2) untuk mendapatkan masalah

keperawatan yang digunakan untuk menyusun tujuan dan intervensi. Selanjutnya

intervensi dilaksanakan kepada pasien sesuai rencana- rencana yang telah disusun

(implementasi).

Hasil implementasi dianlisis untuk mengevaluasi kondisi pasien apakah

masalah sudah teratasi, teratasi sebagaian, dimodifikasi atau diganti dengan

masalah keperawatan yang lebih relevan. Hasil pengkajian, penegakkan diagnosa,

intervensi, implementasi dan evaluasi di tuangkan dalam bentuk narasi pada bab

pembahasan, yang dibandingkan dengan teori-teori yang sudah yang sudah disusun

sebelumnya untuk menjawab tujuan penelitian. Teknik analisis digunakan dengan

cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan teori yang

ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.


I. Etika Sudi Kasus

Dalam melakukan laporan asuhan keperawatan penulis terlebih dahulu meminta

rekomendasi dari pihak institusi pendidikan setelah mendapat rekomendasi tersebut

peneliti mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal

ini diajukan kepada kepala UPT Puskesmas Perawatan Beringin Raya Kota

Bengkulu atau instansi yang bersangkutan. Setelah mendapatkan persetujuan

barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian

meliputi:

1. Informed Consent

Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti dan

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.

Lembar persetujuan diberikan kepada responden dengan memberi penjelasan

tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, serta menjelaskan

manfaat yang akan diperoleh bila bersedia menjadi responden. Tujuan

responden agar mengetahui dampak yang akan terjadi selama pengumpulan

data. Jika subyek bersedia menjadi responden, maka harus menandatangani

lembar persetujuan.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden melainkan hanya kode nomor atau kode tertentu pada lembar
pengumpulan data yang diisi oleh responden sehingga identitas tidak diketahui

publik.

3. Confidential (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar: Keperawatan Keluarga, Padila Nuha Medika; Yogyakarta,April 2012

Anda mungkin juga menyukai