Anda di halaman 1dari 58

”S” DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA KUSTA

OLEH:

NUNUNG SAFITRI

019.02.0979

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga unit
terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia–sia jika
tidak menjadi tidak dilanjutkan oleh keluarga di rumah. Secara empiris dapat dikatakan
bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan
atau sangat signifikan.

Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat, sehingga dengan


memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan
sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan
kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan,
perawat harus memperhatikan nilai–nilai dan budaya keluarga, sehingga keluarga dapat
menerima.

Pelayanan keperawatan di rumah merupakan pelayanan keperawatan yang


diberikan di tempat tinggal klien dan keluarga sehingga klien tetap memiliki otonomi
untuk memutuskan hal–hal yang terkait dengan masalah kesehatannya. Perawat yang
melakukan keperawatan di rumah bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan
keluarga untuk mencegah penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Namun, di Indonesia
belum ada lembaga ataupun organisasi perawat yang mengatur pelayanan keperawatan di
rumah secara administratif. Perawatan yang diberikan di rumah–rumah khususnya oleh
perawat komunitas masih bersifat sukarela, belum ada pengaturan terhadap imbalan atas
jasa yang diberikan.

Pengalaman belajar klinik memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk


memperoleh pengalaman nyata asuhan keperawatan keluarga pada keluarga yang
mengalami masalah kesehatan dengan penerapan berbagai konsep dan teori keperawatan
keluarga serta proses keperawatan sebagai pendekatan.

2
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis dapat memperoleh pengalaman secara nyata dalam merawat pasien atritis
reumatoid dan mendapat gambaran yang jelas terhadap Asuhan Keperawatan yang
diberikan kepada pasien

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu mengkaji data pasien


b. Penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
c. Penulis mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien
d. Penulis mampu mengimplementasikan tindakan keperawatan yang telah disusun
e. Penulis dapat melakukan evaluasi dterhadap tindakan keperawatan pasien

C. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam pembuatan askep (asuhan keperawatan) ini adalah :

1. Wawancara
Tujuannya adalah untuk memperoleh data secara langsung dari sumber data.
Alasan digunakan teknik wawancara :

- Dapat menggali lebih dalam masalah yang ingin diketahui.


- Wawancara merupakan keterangan langsung dari objek yang diteliti.
2. Observasi
Teknik observasi dalam penulisan ini adalah observasi secara langsung.
Tujuannya agar data yang diperoleh mendekati data yang sebenarnya. Alasan
digunakan observasi :

- Observasi merupakan teknik langsung yang dapat dipakai untuk meneliti berbagai
gejala atau keluhan pasien
- Dari segi pencatatan hasil observasi merupakan media yang lebih praktis
3. Studi Kepustakaan

3
Dapat dilakukan dengan membaca buku-buku dan catatan-catatan yang ada
hubungannnya dengan masalah yang ada atau diteliti.

4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengambil data
dari status atau test pasien.

D. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan :

Berisikan latar belakang yang memuat alasan penulis mengangkat kasus artritis
reumatoid serta data-data yang mendukung sehingga menarik untuk dikaji, tujuan
penulisan disesuaikan dengan proses keperawatan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan

Bab II Tinjauan Teori :

Berisikan konsep dasar (masalah utama) pada kelayan, konsep dasar asuhan
keperawatan yang terdiri dari proses keperawatan (Pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Bab III Tinjauan Kasus :

Berisikan data–data kelayan yang menderita artritis reumatoid mulai dari hasil
pengkajaian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

Bab IV Pembahasan :

Berisi tentang perbandingan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus dengan
melihat dari segi proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran :

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR KELUARGA

1. DEFINISI
a) WHO (1969)
Anggota RT yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau
perkawinan

b) Depkes RI (1988)
Unit terkecil masyarakat terdiri, KK, beberapa orang yang terkumpul disatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

c) DUVALL (1977)
Sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran
yang bertujuan untuk meciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
mempertahankan perkembangna fisik, mental, dan emosional dan sosial dari tiap
anggota.

d) BURGES (1963)
- Terdiri dari kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan
darah, adopsi
- Anggota keluarga hidup bersama dalam satu rumah tangga dan hidup terpisah
mereka dianggap sebagai keluarga
- Anggota keluarga berinteraksi sebagai komunitas dalam peran sosial
- Mempunyai kebiasaan yang berasaldari masyarakat tetapi mempunyai
keunikan sendiri
e) UU No.10 Tahun 1992
Unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan
anaknya, atau ayah dan anknya, atau ibu dan anaknya.

f) Friedman (1988)

5
Kumpulan 2 orang atau lebih secara bersama, karena sudah ikatan lahir dan
emosional dan setiap individu mempunyai peran masing masing yang merupakan
bagian dari keluarga.

g) SALVICION G.GALLON DAN ARACELIS MAGLAYA (1989)


Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan meraka hidup
dalam satu rumah tangga. Berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya
masing masing meciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

Dari kedua definisi diatas dapat ditarik seuatu kesimpulan bahwa keluarga adalah:

1. Unit terkecil masyarakat


2. terdiri atas dua orang atau lebih
3. adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
4. hidup dalam suatu rumah tanggga
5. dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga
6. berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
7. stiap anggota keluarga mempunyai peran masing masing
8. menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan

2. STRUKTUR KELUARGA
Struktur keluarga terdiri dari bermacam macam diantaranya adalah:

a.Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui garis ayah
b.Matrilinel : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudar sedarah
beberapa generasi diman hubungan disusun melaui jalur garis ibu

c.Matrilkal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri

d.Patri Lokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersamaan keluargadari
suami

e.Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karna adanya
hubungan menjadi bagian keluarga adanya hubungan dengan suami istri

6
3. CIRI-CIRI STRUKTUR KELUARGA (ANDERSON CARTER)
a.Teroganisir

Saling berhubungan, aling ketergantungan, antara anggota keluarga

b.Ada keterbatasan

Setiap anggota keluarga emiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai


keterbatasan dalam menjalankan fungsi masing-masing.

c. Ada perbedaan dan kekhususan

Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsi masing-masing.

4. TIPE / BENTUK KELUARGA


a. Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak-anak
b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, msalnya, nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang meikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (Single Family), adalah keluarga yang teradi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Komposite), adalah keluarga perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersamaan.

5. PEMEGANG KEKUASAAN DALAN KELUARGA


a. Patrikal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak
ayah.
b. Matrikal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah di
pihak ibu
c. Equalitarian, yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu.

6. PERAN KELUARGA
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan stuasi tertentu, peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.

7
Berbagai peran yang terdapat didalam keluarga sebagai berikut:

a. Peranan ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak. Berperanan sebaai
pencari nafkah. Pendidik, pelindng, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai amggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu: Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagi anggoa masyarakat dari lingkungannya. Disamping itu juga
ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peran anak: Anak-anak melaksanakan peranan psiko sosial spritual sesuai dengan
perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

7. FUNGSI KELUARGA
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut:

a. Fungsi Biologis
- Untuk meneruskan keturunan
- Memelihara dan membesarkan anak
- Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
- Memeilahara dan merwat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
- Memberikan asih sayang dan rasa aman
- Memberikan perhatian diantar anggota keluarga
- Memberikan identitas keluarga
- Membina kedewasaan dan kepribadian anggota keluarga
c. Fungsi sosialisasi
- Membina sosialisasi pada anak
- Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak
- Meneruskan nlai-nilai budaya kluarga
d. Fungsi Ekonomi
- Mencari sumber-sember penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
- Mengatur penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga

8
- Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya
e. Fungsi Pendidikan
- Menyekolahkananak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan
memberntuk sesuai dengan bakat dan mina yang dimilikinya
- Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
- Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
Ahli lain menbagi keluarga sebagai berikut

Fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi anak, fungsi perlindungan fungsi perasaan,


fungsi religius, fungsi ekonomi, fungsi rekreasi, fungsi biologis.

Dari berbagai fungsi diatas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap keluarga-
keluarganya adalah:

a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, rasa aman, kehangatan kepada anggota
keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan
usia dan kebutuhannya.
b. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menadikan meraka anak-
anak yang sehat fisik, mental, sosial, dan spiritual.
c. Asah,kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang
mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
8. TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN KELUARGA
Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvalladalah sebagai berikut:

a. Tahap pembentukan keluarga: tahap ini dimuai dari pernikhan yang dilanjutkan
dalam membentuk rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak : tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan
keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggan bagi
keluarga yang merupakan sat-saat yang sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi: dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik, dan
memberikan kasih sayangkepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya
sangat tergantung kedua orang tuanya.dan kondisi masih sangat lemah.

9
d. Tahap menghadapi anak pra sekolah: pada tahap ini anak sudah mulai mengenal
kehidpan sosialnya sudah mulai bergaul, dengan teman sebaya tetapi sangat rawan
dalam masalah kesehatan karena tidak mengetahui mana yang kotor dan yang
bersih
e. Tahap menghadapi anak sekolah: dalam tahap ini tugas keluarga adalah
bagaimana mendidik anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan
anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan
meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja: tahap ini adalah tahap yang paling rawan karena
dalam ahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk
kepribadiannya, oleh karena itu sri tauladan bagi orang tua sangat di perlukan.
g. Tahap pelepasan anak kemasayarakat: Setelah melalui tahap remaja dan anak
telah dapat menylesaikan pendidikannya maka tahap selanjutnya adalah
melepaskan anak kemasayarakat dalam memulai kehidupannya yang
sesungguhnya dalam tahap ini anak akan mulai kehidupan erumah tangga.
h. Tahap berdua kembali: setelah aak besar dan memenpuh kehdupan keluaga,
sediri-sendiri tinggallah suami istri berdua saja.
i. Tahap masa tua: tahap ini masuk ketahap lanjut usia dan kedua orang tua
mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

9. TUGAS-TUGAS KELUARGA
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya


b. Pemeliharaa sumber-sember daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

10. CIRI-CIRI KELUARGA


Diikat dalam suatu perkawinan, ada hubungan darah, ada ikatan bathin, ada tanggung
jawab masing-masing anggtanya, ada pengambilan keputusan, kerja sama antar

10
naggota keluarga, komunikasi interaksi antar anggta keluarga, tingga dalam satu
rumah.

11. CIRI-CIRI KELUARGA INDONESIA


Suami sebagai pengambil keputusan, merupaka satu kesatuan yang utuh, berbentuk
monogram, bertanggungjawab, meneruskan nilai-nilai bangsa, ikatan kekeluargaan
sangat erat, mempunyai semangat gotong royong.

12. POLA KEHIDUPAN KELUARGA INDONESIA


a. Daerah Pedesaan
Tradisional, agraris, tenang, sederhan, akrab, menghormati orang tua

b. Daerah Perkotaan
Dinamis, rasional, konsumtif, demokratis, individualis, terlibat dalam kehidupan
politik.

B. Proses Keperawatan Keluarga


1. Proses Keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untk
mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,
merencanakan asuhan dan melaksanakan intervensi keperawaan terhadap keluarga
sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan
keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga.
2. Tahap-Tahap Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur
keadaan klien (keluarga) dengan memakai orma-norma kesehatan keluarga
maupun sosial, yeng merupakan sistem yang terintegrasi dan kesanggupan
keluarga untuk mengatasinya.

Yang termasuk tahap ini adalah: Pengumpulan data, analisa data, Perumusan
masalah, Prioritas masalah,Menegakkan diagnsa masalah.

b. Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Identitas Keluarga

11
2) Riwayat kesehatan eluarga baik yang sedang dialami maupun yang pernah
dialami
3) Anggota keluarga
4) Jarak antara lokasi dengan fasilitas kesehatan masyarakat yang ada
5) Keadaan keluarga meliputi: Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Spiritual,
Lingkungan, dan data penunjang yang lainnya.
c. Analisa Data
Didalam menganalisa data ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam melihat
perkembangan kesehatan keluarga yaiutu:

1) Keadaan esehatan yang normal dai setiap anggota keluarga, meliputi:


a) Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial, anggota keluarga
b) Keadaan pertumbuhan dan erkembangan anggota keluarga
c) Keadaan gizi keluarga
d) Tats munisai anggota keluarga
e) Kehamilan dan keluarga berencana
2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, meliputi:
a) Rumah meliputi, ventilasi, penerangan, kebersihan, konstruksi, luas rumah
dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga dan sebagainya.
b) Sumber air minum
c) Jamban keluarga
d) Tempat pembuangan air limbah
e) Pemafaatan pekarangan yang ada dan sebagainya.
3) Karakteristik keluarga
a) Sifat-sifat keluarga
b) Dinamika dalam keluarga
c) Komunikasi dalam keluarga
d) Interaksian antara anggota keluarga
e) Kesanggpan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga
f) Kebiasaan dan nilai-nilai yang erlaku dalam keluarga.
d. Perumusan Masalah
Setelah data dianalisa, maka selanjtnyadapat dirumuskan masalah kesehatan
dalam keperawtan keluarga. Rmusan masalah kesehatan keluarga dapat
mengambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena

12
merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi
kesehatan, lingkungan, norma, nilai, kultur yang dianut oleh keluarga tersebut

Dalam Tipelogi masalah keehatan keluarga ada 3 kelompok masalah besar yaitu:

1. Ancaman kesehatan: adalah keadaan-keadaan yang dapt memungkinkan


terjadinya penyaki, kecelakaan, dan kegagalan dalam mencapai potensi
kesehatan. Yang termasuk dalam ancaman kesehatan adalah:
a. Penyakit keturunan, seperti asma bronkial, diabetes melitus, dan
sebagainya
b. Keluarga/anggota keluarga yang menderita penyakit menular, seperti
TBC, Gonorhe, Hepatitis dan sebagainya.
c. Jumlah anggota keluarga yang terlalu besar dan tidak sesuai dengan
kemampuan dan sumber daya keluarga seperti anak terlalu banyak
sedangkan penghasilan keluarga kecil.
d. Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga misalnya, benda tajam
diletakan semabarangan, tangga rumah terlalu curam.
e. Kekurangan atau kelebihan gizi, dari masing-masing anggota
keluarga
f. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan stres antara lain,
hubungan keluarga yang kurang harmonis, hubunga orang tua
dengan anak tegang, orang tua yang tidak dewasa.
g. Sanitasi lingkungan buruk diantaranya, centilasi dan peneranagn
rumah yang kurang baik, tempat pembuangan sampah yang tidak
memenuhi syrat, tepmpat pembuangan tinja mencemari sumber air
minum, selokan/tempat pembuangan air limbah yang tidak
memenuhi syarat, sumber air minum tidak memenhi syarat,
kebisingan, polusi udara.
h. Kebiasan-kebiasan yang merugikan kesehatan antara lain, merokok,
minuman keras, tidak memakai alas kaki, minum bat tanpa resep,
kebiasaan makan daging mentah, higiene personal kurang.
i. Sifat eperibadian yang melekat misalnya pemarah.
j. Riwayat persalinan sulit

13
k. Emakai peranan yang tidak sesuai, misalnya anak wanita memainkan
peranan ibu karena meniggal, anak laki-laki memainkan peranan
ayah
l. Imunisasi anak tidak lengkap
2. Kurang/tidak sehat:adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan yang
termasuk didalamnya adalah, keadaan sakit, apakah sebelun dan sesudah
didiagnosa, kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang
tdak sesuai dengan pertumbuhan normal.
3. Situasi krisis, adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga
dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga.
Yang termasuk dalam situasi krisis adalah Perkawinan, kehamilan,
persalinan, masa nifas, menjadi orang tua, penambahan anggota keluarga,
misalnya bayi baru lahir, abortus, anak masuk sekolah, anak remaja,
kehilangan pekerjaan, kematian anggota keluarga, pindah rumah.
Ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan
keperawatan

1. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga, disebabkan


karena:
a. Kurang pengetahuan/ketidaktahuan fakta
b. Rasa takut akibat masalah yang diketahui
c. Sikap dan falsapah hidup
2. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keptusuan dalam melakukan
tindakan yang tepat, yang disebabkan karena:
a) Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah
b) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
c) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurangnya
pengetahuan dan kurangnya sumber daya eluarga
d) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
e) Ketidak cocokan pendapat dari anggota-anggota keluarga
f) Tidak tahu tentang faslitas kesehatan yang ada.
g) Takut dari akibat tindakan
h) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
i) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
j) Kurang percaya diri terhadap petugas dan lembaga kesehatan

14
k) Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan.
3. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan
karena:
a) Tidak mengetahui keadaan penyakit misalnya sfat, penyebab
penyebaran, gejala dan perawatannya serta pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dbutuhkan
c) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
d) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya
keuangan, anggota keluarga yang bertanggung jawab, fasilitas fidik
untuk perawatan
e) Sikap negatif terhadap yang sakit
f) Komplik individu dan keluarga
g) Perilaku yang mementingkan diri sendiri.
4. Ketidaksanggupan memelihara lingkunga rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga
disebabkan karena:
a) Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan,
tanggungjawab/wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat
b) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat memelihara rumah
c) Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan
d) Konflik personal dalam keluarga
e) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
f) Sikap dan pandangan hidup
g) Ketidakkompakan keluarga karena sikap mementingkan diri sendiri
tidak ada kesepakatan, acuh terhadp anggota keluarga yang
mempunyai masalah.
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara
kesehatan disebabkan karena:
a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehtan ada
b) Tidak memahami euntungan yang diperoleh
c) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan
d) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan

15
e) Rasa takut akibat dari tindakan
f) Tidak terjangkau fasilitasyang diperlukan
g) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat
h) Tidak ada fasilitas yang diperlukan
i) Sikap dan falsafah hidup
e. Diagnosa Keperawatan pada tingkat keluarga
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang-tentang faktor-faktor yang
mempertahankan respon/tanggapan yang tidak sehat dan mengalami perubahan
yangdilakukan

Setelah diketahui masalah kesehatan da keperawatan keluarga langkah selanjutnya


adalah menegakkan diagnosa keperawatan keluarga.

Dalam menetapkan diagnosa keperawatan keluarga, ditetapkan berdasarkan faktor


resiko, dan faktor potensial terjadinya penyakit atau masalah kesehatan keluarga
serta mempertimbangkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya seperti yangtelah diterangkan diatas.Diagnosa keperawatan
ditegakkan denagn menggunakan formulasi PES (Problem,Etiologi, Symptom).

f. Perencanaan
Rencana kesehatan keluarga adalah sekumpulan yang ditentukan perawat untuk
melaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan perawatan yang telah
diidentifikasi

Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana keperawatn:

Pengkajian

Dengan melakukan pengkajian, perawat akan menemukan:

1. Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan kelarga


2. Kebutuhan kesehatan dan keperwatan keluarga
g. Sasaran
Sasaran adalah keadaan atau situasi yang diharapkan setelah tindakan yang
dilaksanakan. Saaran merupakan tujuan dimana segala usaha diarahkan

Prinsip-prinsip dalam menentukan sasaran

1. Ditentukan oleh perawat bersama keluarga

16
2. Dapat diterima oleh keluarga
3. Keluarga menyadari dan mengambil tindakan untuk memecahkannnya
h. Perumusan Tujuan
Bila dilihat dari sudut perhatian, tujuan perawatan dibagi menjadi:

1. Yang berorientasi pada perawat, yaitu tujuan yang dinyatakan dalam kegiatan
kegiatan yang dilakukan perawat
2. Yang berorientasi pada pasien yaitu tujuan yang dinyatakan dari pihak
penerima pasien atau keluarga dalam bentuk hasil baik fisik mental dan
perilaku.
Bila dilihat dari jangka waktu maka tujuan perawatan keluarga dapat dibagi
menjadi:

1. Tujuan jangka pendek, ditetapkan pada keadan yang mngancam kehidupan


misalnya sakit berat, dan sebaginya
2. Tujuan jangka panjang lebih menekankan pada perubahan perilaku dari
perilaku yang merugikan kesehatan menjadi perilaku yang menguntungkan
kesehatan dan mengarah kepada kemampuan mandiri dalam memelihara
kesehatan keluarga dan mengatasinya masalahnya.
Sumber-sumber yang mempengaruhi keputusan perawat dalam mengambil
tindakan:

1. Sumber-sumber keluarga
a. Kekuatan fisik dan psikis dari setiap anggota keluarga
b. Kemampuan keuangan
c. Pasilitas fisik (sarana dan prasrana)
d. Dukuangan dari sanaksaudara
2. Sumber-sumber perawat
a. Pengetahuan atau kemampuan intelektual kemampuan dalam berhubungan
dengan keluarga (komunikasi dan ketermapilan teknis keperawatan)
b. Tersedianya waktu perawat dan dukungan dari suatu sistem pelayanan
3. Sumber-sumber masyarakat
a. Tersedia institusi pelayanan kesehatan dimasyarakat, seperti puskesmas,
posyandu, olindes dan sebagainya.

17
b. Adanya program program kesehatan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat, misal program UPKG, imunisasi, KB, dan sebagainya.
c. Organisasi-organisasi masyarakat, misalnya PKMD. PKK, LKMD dan
sebagainya.
i. Evaluasi
Tolak ukur yang dipergunakan dalam evaluasi adalah

1. Kriteria keberhasilan
2. Standar keperawatan
3. Perubahan perilaku
Penilaian

Kriteria dan standr

Kriteria adalah gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang dapat memberi
petunjuk bahwa telah tercapai.

Standar menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan


pelaksanaan yang sebenaStandar akan memberitahukan apakah tingkat
pelaksanaan yang diterima atau keadaan yang bagaimana agar dapat mengatakan
bahwa tindakan yang dilakukan berhasil atau tujuan tercapai

Pengukuran hasil penilaian

Hasil asuhan keperawatan dapat diukur dalam 3 dimensi:

1. Keadaan fisik, misalnya berat badan anak


2. Psikologis dan sikap anak misalnya perkembangan sikap positif keluarga
terhadap perawat dalam memberikan asuhan dirumah
3. Pengetahuan dan perubahan dengan perawatan payudara sewaktu menyususi
bayi.
Alasan pentingnya penilaian

1. menghetikan tindakan/kegiatan yang tidak berguna


2. untuk mengubah ketepatgunaan tindakan keperawatan
3. sebagai bukti dari tindakan keperawatan
4. untuk mengembangkan dan menyempurnakan praktek keperawatan
Metode penilaian

18
1. Observasi langsung, mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam
keluarga. Dari membuang sampah sembarang dengan membuang sampah
ketempat sampah ang dibuat
2. Wwancara, mewawancarai keluarga yang berkaian dengan perubahan sikap
apakah menjalankan anjuran yang diberikan perawat
3. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang
dibuat dari tindakan yang dilaksanakan sesuai denga rencana
4. Latihan simulasi, latihan simulasi berguna dalam menetukan perkembangan
kesanggupan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

19
C. LAPORAN KONSEP DASAER KUSTA
A. DEFINISI

Kusta adalah penyakit kronik yang pertama kali menyerang susunan saraf perifer,
selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernapasan bagian atas,
kemudian dapat keorgan lain kecuali susunan saraf pusat. Penyakit kusta disebut juga Morbus
Hansen, sesuai dengan nama yang menemukannya yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen
pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen. Kusta adalah penyakit yang
menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf
tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.

B. ETIOLOGI

M. leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obligat intraseluler, menyerang


saraf perifer, kulit, dan organ lain seperti mukosa salurean napas bagian atas, hati, dan
sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.Masa membelah diri M. leprae 12-21 hari dan
masa tunasnya antara 40 hari – 40 tahun. M. Leprae atau kuman Hansen adalah kuman
penyebab penyakit kusta yang ditemukan oleh sarjana dari Norwegia, GH Armouer
Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk batang dengan ukuran 1,8
micron, lebar 0,2-0,5 micron. Biasanya ada yang berkelompok dan ada yang tersebar satu-
satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur dalam
media buatan. Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi sistemik pada binatang Armadillo.
C. KLASIFIKASI

Menurut Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta berdasarkan gambaran klinis,
bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita menjadi :
1.      TT : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering dan kadang
dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satudenga yang besar bervariasi. Gejala
berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( –
) dan uji lepramin ( + ) kuat.

2.      BT : Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jumlah 1-4
buah, gangguan sensibilitas ( + )

3.      Lesi berupa mamakula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gambaran khas lesi
”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak
begitu jelas pada tepi luarnya.

20
         Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji
lepromin ( – ).
1.      BL : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi
asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/( – ), BTA ( + ) banyak, uji Lepromin ( – ).

2.      LL : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat
banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan mukosa
hidung, uji Lepromin ( – ).

         WHO membagi menjadi dua kelompok, yaitu :


1.      Pansi Basiler (PB) : I, TT, BT

2.      Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL

D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari
penyakit tersebut yaitu:
1.          Bercak kulit berbentuk seperti koin di mana pada tempat bercak tersebut hilangnya
atau berkurangnya kemampuan kulit untuk merasakan sensasi  sentuhan, nyeri, panas, atau
dingin (mati rasa);
2.          Hilangnya kemampuan saraf yang terkena infeksi untuk merasakan sensasi di kulit.
3.          Lemas dan kelemahan otot;
4.          Foot drop atau clawed hand (tangan seperti mencakar) yang disebabkan nyeri akibat
kerusakan saraf dan kerusakan saraf yang cepat.
5.          Luka bergaung umumnya pada tangan dan kaki
6.          Perubahan bentuk dari anggota gerak maupun struktur wajah karena rusaknya saraf
7.          Berubahnya kulit wajah menjadi lebih tebal (pada kusta lanjut).
Gejala-gejala umum pada kusta, reaksi :
1.    Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil.
2.    Noreksia
3.    Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.
4.    Cephalgia.
5.    Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis
6.    Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis, dan Hepatosplenomegali.
7.    Neuritis
E. PATOFISIOLOGI

21
Kuman Mycobacterium leprae masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan (Sel
Schwan) dan kulit yang tidak utuh. Sumber penularan adalah penderita kusta yang banyak
mengandung kuman (tipe multibasiler) yang belum diobati. Kuman masuk ke dalam tubuh
menuju tempat predileksinya yaitu saraf tepi. Saat Mycobacterium leprae masuk ke dalam
tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respons tubuh
setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imunitas pasien. Mycobacterium
leprae berpredileksi di daerah-daerah yang relatif lebih dingin, yaitu daerah akral dengan
vaskularisasi yang sedikit. Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi
karena respons imun pada tiap pasien berbeda.
Setelah mikobakterium leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit kusta
bergantung pada kerentanan seseorang. Respon setelah masa tunas dilampaui tergantung pada
derajat sistem imunitas seluler (celuler midialet immune) pasien. Kalau sistem imunitas
seluler tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkoloid dan bila rendah berkembang kearah
lepromatosa. Mikobakterium leprae berpredileksi didaerah-daerah yang relatif dingin, yaitu
daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit. Derajat penyakit tidak selalu sebanding
dengan derajat infeksi karena imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding
dengan tingkat reaksi seluler dari pada intensitas infeksi oleh karena itu penyakit kusta
disebut penyakit imonologik.
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya.
Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir
hidung . Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:
1.    Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah 
mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.
2.    Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya
harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan
berulang-ulang.
Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe multi basiler kepada orang
lain dengan cara penularan langsung. Sebagian besar para ahli berpendapat bahwa penyakit
kusta dapat ditularkan melalui saluran pernapasan dan kulit. Masa inkubasinya yaitu 3-5
tahun

22
F. KOMPLIKASI
Komplikasi kusta bergantung pada seberapa cepat penyakit ini didiagnosis dan diobati secara
efektif. Sangat sedikit komplikasi terjadi jika penyakit ini diobati cukup awal, tapi berikut ini
ialah daftar komplikasi yang dapat terjadi ketika diagnosis dan pengobatan baik ditunda atau
mulai terlambat dalam proses penyakit:
         Kehilangan sensori (biasanya dimulai pada ekstremitas)
         Kerusakan saraf permanen (biasanya di kaki)
         Kelemahan otot
         Cacat Progresif (misalnya, alis hilang, cacat jari-jari kaki, jari, dan hidung)
Selain itu, kehilangan sensori menyebabkan orang untuk melukai bagian tubuh tanpa
individu menyadari bahwa ada cedera, hal ini dapat menyebabkan masalah tambahan seperti
infeksi dan penyembuhan luka yang buruk.

F. PENATALAKSANAAN

1.    Terapi Medik


Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah penyembuhan pasien kusta dan
mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta
terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insiden penyakit.
Jenis-jenis obat kusta:
o  obat primer : dapsone, clofasimin, rifampisin, etionamide, prothionamide.
o  obat sekunder: INH, streptomycine
 Dosis menurut rekomendasi WHO :
a.    Kusta Paubacillary (tipe I, BT, TT)
-       Dapsone : 1 x 100 mg tiap hari
-       Rifampisin : 1 x 600 mg tiap bulan
Ket: Pengobatan harus diberikan 6 bulan berturut-turut atau 6 dosis dalam 9 bulan dan
diawasi selam 2 tahun.
b.    Kusta Multibacillary (tipe BB, BL, LL)
-       Dapsone : 1 x 100 mg tiap bulan
-       Rifampisin : 1 x 600 mg tiap hari
-       Clofazimine : 1 x 300 mg tiap bulan (hari pertama) kemudian dilajutkan dengan 1 x 50
mg/hari
Ket : Pengobatan 24 bulan berturut-turut dan diawasi ± 5 tahun

23
Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan sesudah selesai minum
24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan
bakteri positif. Menurut WHO (1998) pengobatan MB diberikan untuk 12 dosis yang
diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT.
 Dosis untuk anak
a.    Klofazimin:Umur dibawah 10 tahun
-       Bulanan 100mg/bulan
-       Harian 50mg/2kali/minggu
-       Umur 11-14 tahun
-       Bulanan 100mg/bulan
-       Harian 50mg/3kali/minggu
-       DDS:1-2mg /Kg BB
b.    Rifampisin:10-15mg/Kg BB
1)   Pengobatan MDT terbaru
Metode ROM adalah pengobatan MDT terbaru. Menurut WHO(1998), pasien kusta tipe
PB dengan lesi hanya 1 cukup diberikan dosis tunggal rifampisin 600 mg, ofloksasim
400mg dan minosiklin 100 mg dan pasien langsung dinyatakan RFT, sedangkan untuk tipe
PB dengan 2-5 lesi diberikan 6 dosis dalam 6 bulan. Untuk tipe MB diberikan sebagai obat
alternatif dan dianjurkan digunakan sebanyak 24 dosis dalam 24 jam.
2)   Putus obat
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari yang seharusnya
maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe MB dinyatakan DO bila tidak minum
obat 12 dosis dari yang seharusnya.
2.    Perawatan Umum
Perawatan pada morbus hansen umumnya untuk mencegah kecacatan. Terjadinya
cacat pada kusta disebabkan oleh kerusakan fungsi saraf tepi, baik karena kuman kusta
maupun karena peradangan sewaktu keadaan reaksi netral.

  Perawatan mata dengan lagophthalmos


o  Penderita memeriksa mata setiap hari apakah ada kemerahan atau kotoran.
o  Penderita harus ingat sering kedip dengan kuat.
o  Mata perlu dilindungi dari kekeringan dan debu
  Perawatan tangan yang mati rasa
o  Penderita memeriksa tangannya tiap hari untuk mencari tanda- tanda luka, melepuh

24
o  Perlu direndam setiap hari dengan air dingin selama lebih kurang setengah jam
o  Keadaan basah diolesi minyak
o  Kulit yang tebal digosok agar tipis dan halus
o  Jari bengkok diurut agar lurus dan sendi-sendi tidak kaku
o  Tangan mati rasa dilindungi dari panas, benda tajam, luka
  Perawatan kaki yang mati rasa
o  Penderita memeriksa kaki tiap hari
o  Kaki direndam dalam air dingin lebih kurang ½ jam
o  Masih basah diolesi minyak
o  Kulit yang keras digosok agar tipis dan halus
o  Jari-jari bengkok diurut lurus
o  Kaki mati rasa dilindungi
  Perawatan luka
o  Luka dibersihkan dengan sabun pada waktu direndam
o  Luka dibalut agar bersih
o  Bagian luka diistirahatkan dari tekanan
o  Bila bengkak, panas, bau bawa ke puskesmas
o  Tanda penderita melaksanakan perawatan diri:
o  Kulit halus dan berminyak
o  Tidak ada kulit tebal dan keras
o  Luka dibungkus dan bersih
o  Jari-jari bengkak menjadi kaku

G. PENCEGAHAN

1.      Pencegahan primer


Pencegahan primer dapat dilakukan dengan :
a.    Penyuluhan kesehatan
Pencegahan primer dilakukan pada kelompok orang sehat yang belum terkena
penyakit kusta dan memiliki resiko tertular karena berada disekitar atau dekat dengan
penderita seperti keluarga penderita dan tetangga penderita, yaitu dengan memberikan
penyuluhan tentang kusta. Penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan tentang penyakit
kusta adalah proses peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan masyarakat yang
belum menderita sakit sehingga dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya dari penyakit kusta. Sasaran penyuluhan penyakit kusta adalah keluarga

25
penderita, tetangga penderita dan masyarakat (Depkes RI, 2006)
b. Pemberian imunisasi
Sampai saat ini belum ditemukan upaya pencegahan primer penyakit kusta seperti
pemberian imunisasi (Saisohar,1994). Dari hasil penelitian di Malawi tahun 1996
didapatkan bahwa pemberian vaksinasi BCG satu kali dapat memberikan perlindungan
terhadap kusta sebesar 50%, sedangkan pemberian dua kali dapat memberikan
perlindungan terhadap kusta sebanyak 80%, namun demikian penemuan ini belum
menjadi kebijakan program di Indonesia karena penelitian beberapa negara memberikan
hasil berbeda pemberian vaksinasi BCG tersebut (Depkes RI, 2006).

2.      Pencegahan sekunder


Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan :
Pengobatan pada penderita kusta untuk memutuskan mata rantai penularan,
menyembuhkan penyakit penderita, mencegah terjadinya cacat atau mencegah
bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan. Pemberian Multi drug therapy
pada penderita kusta terutama pada tipe Multibaciler karena tipe tersebut merupakan
sumber kuman menularkan kepada orang lain (Depkes RI, 2006).

3.      Pencegahan tertier


a.       Pencegahan cacat kusta
Pencegahan tersier dilakukan untuk pencegahan cacat kusta pada penderita. Upaya
pencegahan cacat terdiri atas (Depkes RI, 2006) :
a)      Upaya pencegahan cacat primer meliputi penemuan dini penderita sebelum cacat,
pengobatan secara teratur dan penangan reaksi untuk mencegah terjadinya kerusakan
fungsi saraf.
b)      Upaya pencegahan cacat sekunder meliputi perawatan diri sendiri untuk mencegah luka
dan perawatan mata, tangan, atau kaki yang sudah mengalami gangguan fungsi saraf.
b.      Rehabilitasi kusta
Rehabilitasi merupakan proses pemulihan untuk memperoleh fungsi penyesuaian diri
secara maksimal atas usaha untuk mempersiapkan penderita cacat secara fisik, mental,
sosial dan kekaryaan untuk suatu kehidupan yang penuh sesuai dengan kemampuan yang
ada padanya. Tujuan rehabilitasi adalah penyandang cacat secara umum dapat
dikondisikan sehingga memperoleh kesetaraan, kesempatan dan integrasi sosial dalam
masyarakat yang akhirnya mempunyai kualitas hidup yang lebih baik (Depkes RI, 2006).

26
Rehabilitasi terhadap penderita kusta meliputi :
a)      Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah terjadinya
kontraktur.
b)      Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak
mendapat tekanan yang berlebihan.
c)      Bedah plastik untuk mengurangi perluasan infeksi.
d)     Terapi okupsi (kegiatan hidup sehari-hari) dilakukan bila gerakan normal terbatas pada
tangan.
e)      Konseling dilakukan untuk mengurangi depresi pada penderita

27
BAB III
STUDI KASUS
A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS UMUM KELUARGA


a. Identitas Kepala Keluarga :

Nama : Tn’S’ Pendidikan : SMP

Umur : 30 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam Alamat : Dusun Karang Tembe

Suku : Sasak Nomor telpon : -

b. Komposisi Keluarga:
Hub
No Nama L/P Umur Pekerjaan Pendidikan
Keluarga

1 TN”S” L 52 Suami Petani SMP

2 Ny”Y” P 24 Istri IRT SD

3 An”R” P 7 Anak - SD

4 An”A” L 4 Anak - -

28
c. Genogram:

Keterangan :

: Perempuan/laki-laki meninggal

: Perempuan/laki-laki hidup

: Hubungan perkawinan

----------------- : Tinggal serumah

: Klien

29
d. Type Keluarga:
a) Jenis type keluarga: Jenis type keluarga Ny. “y” adalah Keluarga Inti (Nuclear
Family), adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak.
b) Masalah yang terjadi dengan type tersebut: tidak ada masalah yang terjadi
dengan type keluarga
e. Suku Bangsa:
1) Asal suku bangsa: Sasak, Indonesia
2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: sebelum keluarga berobat ke
puskesmas keluarga membeli obat di warung yaitu obat yang dijual bebas tetapi
kalau tidak kunjung sembuh baru berobat ke puskemas, air yang diminum
kadang dimasak dan terkadang tidak dimasak dan tempat buang air besar
keluarga di wc.
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan: Ny.”y” mengatakan tidak
ada agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan, karena agama Islam
selalu mengajarkan hidup bersih dan makan-makanan yang halal.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga:
Anggota keluarga yang mencari nafkah yaitu Tn “S” yang merupakan kepala
keluarga dengan rata-rata penghasilan tiap bulan < Rp 1.000.000,-. Upaya lain yang
dilakukan yaitu meminta pada Keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keluarga memiliki rumah sendiri dan kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan tidak
menentu seperti untuk keperluan sandang dan pangan serta tagihan listrik.

h. Aktivitas Rekreasi Keluarga:


Keluarga Ny “y” sering berkumpul bersama di teras rumah sambil berbincang-
bincang bersama tetangganya.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahap pelepasan anak ke masyarakat .
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya: tidak ada,
keluarga saat ini dalam tahap pelepasan anak ke masyarakat dimana keluarga
memiliki anak yang disekolahkan.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti:
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini: Ny “y” menderita penyakit kusta

30
2) Riwayat penyakit keturunan: Ny“y” mengatakan tidak ada anggota keluarganya
yang menderita penyakit keturunan.
3) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Tindakan
Keadaan Masalah
No Nama Umur BB Imunisasi yang
kesehatan kesehatan
dilakukan

1 Tn. S 30 - Sehat - - -

2 Ny. Y Tidak Menderita Membeli


24 - Sehat -
KUSTA obat bebas

3 An. R 7 - Sehat lengkap - -

4 An. A 4 - Sehat lengkap - -

4) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan keluarga Ny “Y” adalah


berobat di dokter praktik yang terdekat yang ada di Dusun Karang Tembe.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya: Keluarga Ny “Y” mengatakan kalau
keluarganya sering sakit hanya nyeri persendian, batuk, pilek, dan pusing, untuk
mengatasinya keluarga Ny “Y” membeli obat bebas, apabila tidak kunjung sembuh
baru berobat ke Puskesmas dan dokter praktik.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


a. Karakteristik Rumah
a) Luas rumah: 8 x 10 m2
b) Type rumah: Semi permanen
c) Kepemilikan: Milik sendiri
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 4 ruangan
e) Ventilasi/cendela: Terdapat 4 jendela yang tiap hari dibuka.
f) Pemanfaatan ruangan: kurang dimanfaatkan sesuai kegunaannya.
g) Septic tank: ada
h) Sumber air minum: Sumur gali.
i) Kamar mandi/WC: ada.
j) Sampah: Kadang dibakar dan kadang di timbun.
k) Kebersihan lingkungan: Keluarga Ny.”Y”mengatakan halaman depan selalu
dibersihkan setiap pagi dan sore hari .

31
l) Denah rumah
T
Halaman belakang

Kamar Kamar
tidur tidur U S

Kamar Ruang
B
tidur keluarga

Halaman depan

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


a) Kebiasaan:
Keluarga Ny “Y” mengatakan dilingkungannya kadang-kadang melakukan
gotong royong untuk membersihkan lingkungan sekitar..

b) Aturan/kesepakatan:
Keluarga Ny “Y” batas bertamu pada malam hari adalah pukul 22.00 Wita.

c) Budaya:
Di Dusun Karanng Temmbe bila ada anggota masyarakat yang menikah secara
bergotong royong masyarakat akan membantunya.

c. Mobilitas Geografis Keluarga:


Keluarga Ny “Y” merupakan warga tetap Dusun Karang Tembe dan sudah lama
tinggal secara turun temurun di Dusun Karang Tembe.

d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat


Keluarga Ny “y” mengikuti perkumpulan yang ada ditempat tinggalnya dan
interaksi dengan masyarakat sangat baik.

e. Sistem Pendukung Keluarga


Ny “y” merupakan anggota masyarakat yang baik dan bisa mengikuti kegiatan yang
ada di masyarakat.

32
IV. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/cara Komunikasi Keluarga
Cara komunikasi keluarga cukup baik dengan pola komunakasi terbuka.

b. Struktur Kekuatan Keluarga:


Keluarga Ny “S” saling mendukung antara anggota keluarga yang lain.

c. Struktur Peran (peran masing/masing anggota keluarga)


Keluarga menjalankan peran masing-masing.

d. Nilai dan Norma Keluarga


Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga diselesaikan dengan nilai dan norma
yang berlaku di masyarakat dan menurut agama yang dianut yakni agama Islam.

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Keluarga cukup rukun dan saling mendukung serta saling menghargai antara
anggota yang satu dengan yang lain.

b. Fungsi sosialisasi
1) Kerukunan hidup dalam keluarga:
Keluarga Ny “y” mengatakan kerukunan hidup keluarga terjaga dengan baik.

2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga:


Interaksi keluarga baik dan keluarga Ny “y” selalu menjaga keharmonisan
dalam hubungan keluarga mereka.

3) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan:


Tn ”S” sebagai kepala keluarga yang mengambil keputusan.

4) Kegiatan keluarga waktu senggang

33
Berkumpul bersama anggota keluarga dan berkumpul bersama tetangga
disekitarnya.

5) Partisipasi dalam kegiatan sosial:


Keluarga ikut serta dalam kegiatan gotong royong kebersihan lingkungan yang
diadakan.

c. Fungsi perawatan kesehatan


1) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan
keluarganya : Keluarga mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit dan
pencegahan yang sering dialami keluarga.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat :
bila ada anggota keluarga yang sakit keluarga membelikan obat bebas terlebih
dahulu setelah tidak bisa sembuh baru dibawa ke Puskesmas atau di bawa ke
dokter praktek.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit: Keluarga
mengatakan kurang mengetahui perawatan yang tepat untuk keluarga mereka
yang sakit
4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan : Keluarga mengatakan bahwa
lingkungan sekitar tempat tinggal suasananya tenang, kebersihan rumah dan
halaman sekitar selalu dibersihkan.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat :
Keluarga membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan
terdekat apabila sudah tidak bisa ditangani sendiri oleh anggota keluarga.
d. Fungsi reproduksi
1) Keluarga Ny ”Y” mengatakan tidak merencanakan punya anak lagi, karena 2
anak cukup
2) Akseptor: -
e. Fungsi ekonomi
1) Upaya pemenuhan sandang pangan: Tn”A” merupakan kepala keluarga dan
mencari nafkah dan sebelum sakit dibantu istrinya dengan berjualan dirumah.

34
2) Pemanfaatan sumber di masyarakat: Tn ”A” mengatakan tidak ada sumber-
sumber penghasilan di masyarakat yang bisa dimanfaatkan.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek: Ny ”y” mengatakan gatal-gatal daerah kulitnya mengeluh
kesakitan
b. Stressor jangka panjang: Ny ”S” mengatakan bahwa semenjak menderita kusta,
aktivitas sehari-hari terganggu.
c. Srategi koping: Keluarga selalu berdiskusi dalam melaksanakan masalah dalam
keluarga.
d. Strategi adaptasi disfungsional: Kadang-kadang keluarga Ny ”y” pasrah bahwa
penyakit yang dideritanya pasti akan kambuh sekalipun tetap berobat.

VII. KEADAAN GIZI KELUARGA


Pemenuhan gizi: Ny”S” mengatakan gizi keluarga cukup terpenuhi untuk saat ini.

VIII. HARAPAN KELUARGA

a. Terhadap masalah kesehatannya : Ny”S” berharap tidak menderita penyakit yang


parah dan penyakitnya sekarang dapat disembuhkan

b. Terhadap petugas kesehatan yang ada : Ny ”S” berharap petugas kesehatan dapat
memberikan pelayanan yang baik dan tepat pada siapa saja yang membutuhkanya.
tidak hanya pada pasien yang di rumah sakit tetap i juga warga masyarakat yang
membutuhkan bantuan pelayanan kesehatan.

35
IX. PEMERIKSAAN FISIK

No Variabel Nama Anggota Keluarga

Tn. S Ny. Y An. R An. A

1 Riwayat penyakit Saat ini Tn “S” sehat saja Saat ini Ny“y” kusta Saat ini An “R” sehat Saat ini An “A” sehat
saat ini saja saja

2 Keluhan yang Saat ini Tn “S” Nampak bercak merah Saat ini An “R” Saat ini An “A”
dirasakan mengatakan tidak ada pada tangan dan kaki mengatakan tidak ada mengatakan tidak ada
keluhan keluhan keluhan

3 Tanda dan gejala Tidak ada tanda dan Tidak bisa beraktivitas Tidak ada tanda dan Tidak ada tanda dan
gejala kurang sehat bila nyerinya kambuh gejala kurang sehat gejala kurang sehat

4 Sistem Terdengar suara S1, S2 Terdengar suara S1, Terdengar suara S1, Terdengar suara S1,
Kardiovaskuler normal, tidak ada suara S2 normal, tidak ada S2 normal, tidak ada S2 normal, tidak ada
tambahan. suara tambahan. suara tambahan. suara tambahan.

5 Riwayat penyakit Pernah menderita pusing, Pernah menderita Pernah menderita Pernah menderita
sebelumnya batuk, pilek pusing, batuk,dan demam, batuk,dan demam, batuk,dan
pilek pilek pilek

6 Tanda-Tanda Vital TD : 120 /80 mmHg TD :110/70 mmhg TD :110/70 mmhg TD :-

36
N:80 x/mt N : 82 x/mt N : 80 x/mt N : 120 x/mt

S:36 oC S : 36,5 oC S : 36 oC S : 36 oC

RR:20 x/mt RR : 20 x/mt RR : 20 x/mt RR : 30x/mt

7. Sistem Respirasi Normal, tidak ada nafas Normal, tidak ada Normal, tidak ada Normal, tidak ada
cuping hidung ataupun nafas cuping hidung nafas cuping hidung nafas cuping hidung
tarikan dinding dada. ataupun tarikan ataupun tarikan ataupun tarikan
dinding dada. dinding dada dinding dada

8. Sistem GI Traktus

9. Sistem Persyarafan Bisa menggerakkan bola Bisa menggerakkan Bisa menggerakkan Bisa menggerakkan
mata ke kiri dan ke kanan, bola mata ke kiri dan bola mata ke kiri dan bola mata ke kiri dan
ke atas dank e bawah, ke kanan, ke atas dank ke kanan, ke atas dank ke kanan, ke atas dank
tampak bias tersenyum, e bawah, tampak bias e bawah, tampak bias e bawah, tampak bias
mengangkat alis, tersenyum, tersenyum, tersenyum,
membuka dan menutup mengangkat alis, mengangkat alis, mengangkat alis,
mulut. membuka dan membuka dan membuka dan
menutup mulut. menutup mulut. menutup mulut.

10 Sistem Pergerakan aktif, Pergerakan sedikit Pergerakan aktif, Pergerakan aktif,


Muskuloskletal kekuatan otot aktif kekuatan otot kekuatan otot

5 5 5 5 5 5

37
5 5 5 5 5 5

11 Sistem Genitalia Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji

38
X. PENGKAJIAN DATA FOKUS

No. Kriteria Pengkajian

1. Mengenal masalah Keluarga mengatakan tidak tahu banyak tentang


kesehatan penyakit yang dialami Ny”Y”. Keluarga
beranggapan bahwa penyakit yang dialami Ny ”Y”
merupakan penyakit yang biasa Dan tidak menular

2. Mengambil Keluarga mengatakan apabila ada salah satu anggota


keputusan keluarga yang sakit biasanya keluarga membeli obat
bebas dari luar, tetapi bila penyakit tidak sembuh
juga, maka keluarga memanfaatkan sumber
pelayanan kesehatan yang ada seperti puskesmas
atau di dokter praktik.

3. Merawat anggota Keluarga mengatakan tidak mengerti cara merawat


keluarga yang sakit Ny. “Y”.

4. Memodifikasi Keluarga mengatakan bahwa lingkungan sekitar


lingkungan tempat tinggal suasananya tenang, kebersihan rumah
dan halaman sekitar selalu dibersihkan Sebelum
Ny”Y” Sakit

5. Memanfaatkan Keluarga mengatakan selama ini sarana yang


sarana kesehatan dimanfaatkan adalah Puskesmas dan dokter praktik.

TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN

No. Daftar Masalah Kesehatan

1. Ancaman Gangguan rasa nyaman pada Ny ”Y”.

2. Kurang / tidak sehat Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada Ny. “Y”.

3. Defisit Pengetahuan inadekuat

39
ANALISA DATA

No. Data Problem Etiologi

1. DS :

- Keluarga mengatakan tidak Gangguan rasa Ketidakmampuan


mengerti cara merawat Ny “y” nyaman keluarga merawat
anggota keluarga
- Saat ini Ny.”y” hanya
yang sakit
mengeluhkan gatal-gatal
pada daerah kulit tangan dan
kaki

- Keluarga mengatakan sangat


berharap penyakit yang
dialami Ny ”y” bisa sembuh

DO :

- Saat ditanyakan keluarga tidak


dapat menyebutkan penangan
yang dapat diberikan pada
anggota keluarga yang
menderita kusta

- K/U : Baik

- TD : 110/70 mmHg

- N : 82 x/mt

- RR : 20x/mt

- S : 36,5 oC

40
2. DS :

- Keluarga mengatakan tidak Defisit Ketidakmampuan


tahu banyak tentang penyakit pengetahuan keluarga dalam
yang dialami Ny.”Y”. mengenal masalah
Keluarga beranggapan bahwa kesehatan.
penyakit yang dialami
Ny.”Y” merupakan penyakit
yang biasa diderita dan tidak
menular

- Keluarga mengatakan apabila


ada salah satu anggota
keluarga yang sakit biasanya
keluarga membeli obat bebas
dari luar, tetapi bila penyakit
tidak sembuh juga, maka
keluarga memanfaatkan
sumber pelayanan kesehatan
yang ada seperti puskesmas.

DO :

- Klien menderita kusta sudah


sejak lama
- Saat ditanyakan keluarga tidak
dapat menjelaskan pengertian
kusta
- Keluarga tidak dapat
menyebutkan tanda dan gejala
kusta
- TD : 110/80 mmHg, N :82
x/mt, RR : 20 x/mt, S : 36,50C
- Klien mengkonsumsi obat
bebas.

41
RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman b/d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota


keluarga yang sakit .
2. Defisit pengetahuan b/d Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan yang dilami oleh anggota keluarganya.

SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa I

No. Kriteria Skor Pembenaran

1. Sifat masalah Saat pengkajian klien merasakan


(2/3) x 1 gatal-gatal pada daerah tangan
Skala : Ancaman = 2/3 sampai kaki.
kesehatan

2. Kemungkinan masalah Kemungkinan keluarga dapat


dapat diubah (1/2) x 2 membantu merawat Ny ”Y”.
=1
Skala : Sebagian

3. Potensial masalah untuk Apabila keluarga tahu cara merawat


dicegah (3/3) x 1 Ny ”Y” secara mandiri, maka
=1 keluarga dapat merawat dan
Skala : Tinggi
menjaga kondisi Ny ”Y”.

4. Menonjolnya masalah Keluarga khawatir dengan keadaan


(1/2) x 1 Ny ”Y” yang sekarang.
skala : Ada masalah tapi =½
tidak perlu ditangani

Total skor 3

42
Diagnosa II

No. Kriteria Skor Pembenaran

1. Sifat masalah Saat pengkajian keluarga tidak


(3/3) x 1
dapat menjelaskan pengertian,
Skala : Kurang sehat =1
penyebab dan penanganan kusta.

2. Kemungkinan masalah Keluarga dilatar belakangi


dapat diubah (1/2) x 2 pendidikan SD,SMP.
=1
Skala : Sebagian

3. Potensial masalah untuk Keluarga kooperatif menayakan


dicegah (3/3) x 1 tentang penyakit yang dialami oleh
=1 anggota keluarganya.
Skala : Tinggi

4. Menonjolnya masalah Ny.”Y” mengatakan menerima


(1/2) x 1 keadaan ini apa adanya, penyakit
Skala : Ada masalah tetapi =½ ini biasa dialami orang seusianya.
tidak perlu ditangani

Total skor 3½

Berdasarkan rumusan prioritas di atas, maka dapat diketahui prioritas


permasalahan pada keluarga Tn.”S” adalah sebagai berikut :

1. Defisit pengetahuan pada Ny.”Y” berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh anggota

2. Gangguan rasa nyaman pada Ny. ”Y” berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

43
44
A. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Hari/ Diagnosa Tujuan
No Kriteria Standar Intervensi Rasional
tanggal keperwatan Umum Khusus

1. Kamis Defisit Setelah Setelah Kognitif Keluarga mampu 1. Diskusikan 1. Untuk


pengetahuan dilakukan dilakukan mengidentifikasi pengertian, mengetahui apa saja
15-4-20
pada Ny.”y” tindakan tindakan pengertian, penyebab, tanda dan penyebab, tanda dan
berhubungan keperawatan keperawatan penyebab, tanda gejala serta gejala serta
dengan selama 2 x selama 2 x 30 dan gejala serta pencegahan kusta pecegahan kusta
ketidakmampua pertemuan, menit, keluarga pencegahan kusta 2. Motivasi keluarga pada klien.
n keluarga pemeliharaan mampu untuk menyebutkan 2. Untuk lebih
dalam kesehatan mengenal kembali pengertian, meningkatkan
mengenal pada Ny.”y” masalah penyebab, tanda dan pemahaman klien
masalah efektif. kesehatan gejala serta tentang penyebab,
kesehatan keluarga dan pencegahan kusta tanda dan gejala
keluarga. mengambil serta pencegahan
keputusan. 3. Jelaskan pada penyakit kusta

keluarga bahwa 3. Keluarga

baik atau merupakan

buruknya kondisi orang paling


klien sangat dekat dengan
dipengaruhi atas klien sehingga
peran serta perawatan dapat
keluarga dalam di lakukan lebih
merawat klien intensif.

2. Kamis Gangguan rasa Setelah Setelah Kognitif 1. Keluarga 1. Diskusikan 1. Untuk mengetahui
nyaman : kusta dilakukan dilakukan mampu dengan keluarga apa saja penyebab,
15-4-20
pada Ny.”Y” tindakan tindakan mengidentifikasi tentang hal-hal yang tanda dan gejala
b/d keperawatan keperawatan hal-hal yang memicu terjadinya serta pecegahan
ketidakmampua selama 2 x selama 2 x 30 dapat memicu penyakit kusta rematik pada klien.
n keluarga pertemuan, menit, keluarga terjadinya 2. Agar keluarga
merawat meminimalisi mampu merawat penyakit kusta mengetahui dampak
2. Diskusikan
anggota r tingkat Ny.”y” yang 2. Keluarga yang di timbulkan
dengan keluarga
keluarga yang gatal-gatal mengalami kusta mampu apabila pengobatan
tentang cara
sakit. pada Ny.”y” mengidentifikasi tidak efektif.
perawatan khusus
(menejemen cara perawatan 3. Peran serta anggota
pada tangan dan kaki
regimen khusus pada keluarga sangat

46
terapeutik tangan dan kaki yang mati rasa membantu dalam
efektif). 3. Keluarga proses
mau 3. Jelaskan pada penyembuhan klien.
bekerjasama keluarga bahwa baik
dalam merawat atau buruknya
Afektif
klien kondisi klien sangat
dipengaruhi atas

4. Keluarga peran serta keluarga 4. Meningkatkan


mampu dalam merawat klien pengetahuan
melakukan tentang
perawatan 4. Diskusikan rendam kaki
dengan dengan klien untuk untuk penyakit
melakukan melakukan kusta
rendam perawatan dengan
kaki melakukan rendam
Psikomotor
selama ½ kaki
jam

47
B. CATATAN IMPLEMENTASI
No.
Hari / tanggal Waktu Tindakan keperawatan Paraf
Dx.

1. Jumat 09.00-11.00 1. Mendiskusikan pengertian, penyebab, tanda dan gejala Kusta


wita 2. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali pengertian, penyebab,
17-4-2020
tanda dan gejala kusta
3. Menjelaskan pada keluarga bahwa baik atau buruknya kondisi klien sangat
dipengaruhi atas peran serta keluarga dalam merawat klien

2. Sabtu 09.00-11.00 1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang memicu terjadinya
wita penyakit kusta
18-4-2020
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang memicu terjadinya
Kusta Mendiskusikan dengan keluarga tentang tentang cara perawatan
khusus pada tangan dan kaki yang mati rasa
3. Menjelaskan pada keluarga bahwa baik atau buruknya kondisi klien sangat
dipengaruhi atas peran serta keluarga dalam merawat klien
4. Diskusikan dengan klien untuk melakukan perawatan dengan melakukan
rendam kaki

48
C. EVALUASI KEPERAWATAN
No.
Hari / tanggal Evaluasi Paraf
Dx.

1. Minggu, 20-1- S :
2014
1. Keluarga mengatakan sudah mengerti dan mampu mengidentifikasi pengertian,
penyebab, tanda dan gejala kusta
2. Keluarga mengatakan perasaannya sangat senang dapat bekerja sama dengan
perawat dalam merawat anggota keluarga yang sakit
O:

Keluarga mampu menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari kusta

A:

49
Masalah teratasi

P:

Berikan reinforcement terhadap pernyataan dan kegiatan yang dilakukan oleh keluarga

2. Minggu , S:

20-1-2014 1. Keluarga mengatakan sudah mengerti dengan keluarga tentang hal-hal yang
memicu terjadinya penyakit kusta
2. Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang cara perawatan khusus pada tangan
dan kaki yang mati rasa
3. Keluarga mengatakan sudah mengerti melakukan perawatan dengan melakukan
rendam kaki

O:

1. Keluarga mampu menyebutkan hal-hal yang dapat memicu terjadinya penyakit

50
kusta
2. Keluarga mampu menyebutkan cara perawatan khusus tangan dan kaki yang mati
rasa
3. Keluarga mau bekerjasama dalam merawat klien
4. Keluarga mau melakukan merendam kaki klien selama ½ jam
A:

Masalah teratasi

P:

Berikan reinforcement terhadap pernyataan dan kegiatan yang dilakukan oleh keluarga

51
PEMBAHASAN

A. PENGUMPULAN DATA
1. Pengumpulan data dilakukan pada hari Rabu tanggal 13 April 2020, sasarannya
yakni keluarga Ny.”y” Dusun Karang Tembe Desa Penimbung Kecamatan
Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat.
Metode yang digunakan yakni wawancara langsung, observasi fasilitas rumah,
serta pemeriksaan fisik dari anggota keluarga. Adapun pertanyaan -pertanyaan inti
yang diajukan kepada objek pengkajian meliputi :
a. Data umum keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Pengkajian tempat tinggal keluarga
d. Struktur keluarga
e. Fungsi keluarga
f. Stress dan koping keluarga
g. Pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga
2. Kegiatan yang dilakukan
a. Anamnesa untuk mengumpulkan data keluarga, yakni memperoleh data
dengan cara menanyakan langsung kepada keluarga mengenai pertanyaan inti
pada format pengkajian yang tersedia.
b. Observasi terhadap keadaan lingkungan fisik tempat tinggal yakni melakukan
pengkajian untuk memperoleh informasi data objektif dengan cara melihat
secara langsung mulai dari keadaan pasien, keluarga, bangunan fisik,
lingkungan dan masyarakat sekitar tempat tinggal pasien.
c. Pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga dilakukan dengan
variabel
 Riwayat penyakit saat ini
 Keluhan yang dirasakan
 Tanda dan gejala
 Riwayat penyakit sebelumnya
 TTV

47
 Sistem kardiovaskular
 Sistem respirasi
 Sistem GI
 Sistem persarafan
 Sistem genitalia
 Sistem muskuloskeletal
Kesulitan yang dialami ketika mengkaji yakni bagaimana menyampaikan item-item
pertanyaan agar dapat dimengerti oleh pasien dan bagaimana menyamakan persepsi
antara masing-masing anggota kelompok mengenai maksud dari masing-masing item
pertanyaan yang tersedia.

B. ANALISA DATA
Setelah melakukan pengkajian kemudian dilakukan analisa data dengan mengelompokan
data menjadi data subjektif dan data objektif, kemudian menentukan masalah yang
dialami oleh keluarga dan mengidentifikasi penyebab dari masalah tersebut berdasarkan 5
pokok tugas keluarga. Adapun analisa data yang didapat antara lain :

No. Data Problem Etiologi

1. DS :

- Keluarga mengatakan tidak Gangguan rasa Ketidakmampuan


mengerti cara merawat Ny “y” nyaman keluarga merawat
anggota keluarga
- Saat ini Ny.”y” hanya
yang sakit
mengeluhkan gatal-gatal
pada daerah kulit tangan dan
kaki

- Keluarga mengatakan sangat


berharap penyakit yang
dialami Ny ”y” bisa sembuh

DO :

- Saat ditanyakan keluarga tidak


dapat menyebutkan penangan

48
yang dapat diberikan pada
anggota keluarga yang
menderita kusta

- K/U : Baik

- TD : 110/70 mmHg

- N : 82 x/mt

- RR : 20x/mt

- S : 36,5 oC

2. DS :

- Keluarga mengatakan tidak Defisit Ketidakmampuan


tahu banyak tentang penyakit pengetahuan keluarga dalam
yang dialami Ny.”Y”. mengenal masalah
Keluarga beranggapan bahwa kesehatan.
penyakit yang dialami
Ny.”Y” merupakan penyakit
yang biasa diderita dan tidak
menular

- Keluarga mengatakan apabila


ada salah satu anggota
keluarga yang sakit biasanya
keluarga membeli obat bebas
dari luar, tetapi bila penyakit
tidak sembuh juga, maka
keluarga memanfaatkan
sumber pelayanan kesehatan
yang ada seperti puskesmas.

DO :

- Klien menderita kusta sudah

49
sejak lama
- Saat ditanyakan keluarga tidak
dapat menjelaskan pengertian
kusta
- Keluarga tidak dapat
menyebutkan tanda dan gejala
kusta
- TD : 110/80 mmHg, N :82
x/mt, RR : 20 x/mt, S : 36,50C
- Klien mengkonsumsi obat
bebas.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data yang dilakukan sebelumnya dapat diambil 2 diagnosa
keperawatan dengan prioritas masalah yaitu :

1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada Ny.”y” berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh
anggota keluargnya.

2. Gangguan rasa nyaman : kusta pada Ny ”y” berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Diagnosa pertama mengarah pada tipologi ancaman kesehatan, sedangkan diagnosa
kedua mengarah pada tipologi kurang sehat

D. SKALA PRIORITAS
Dilakukan skoring untuk menentukan diagnosa yang lebih di prioritaskan. Adapun format
yang digunakan yakni menurut bailon dan magiaya (1978):

No Kriteria Skor Bobot Pembenaran

1 Sifat masalah 1

Skala : Tidak/kurang sehat 3

Ancaman kesehatan 2

50
Keadaan sejahtera 1

Kemungkinan maslah dapat diubah 2

Skala : Mudah 2

Sebagian 1

Tidak dapat 0

Potensial masalah untuk dicegah 1

Skala :Tinggi 3

Sebagian 2

Rendah 1

Menonjolnya masalah 1

Skala : Masalah berat harus segera 2


ditangani

Ada masalah tapi tidak perlu


1
ditangani

Masalah tidak dirasakan


0

Hasil skoring diperoleh diagnosa prioritas yakni :

1. Defisit pengetahuan pada Ny ”y” berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


dalam mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluargnya.

2. Gangguan rasa nyaman : kusta pada Ny ”y” berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
E. RENCANA KEPERAWATAN

51
Rencana tindakan yang akan dilakukan berbeda dengan rencana tindakan secara teoritis.
Rencana yang digunakan disini yaitu berdasarakan diagnosa keperawatan keluarga yang
sebelumnya telah disusun yakni :

Untuk diagnosa pertama rencananya :

1. Diskusikan pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta pencegahan kusta


2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali pengertian, penyebab, tanda dan
gejala serta pencegahan kusta
3. Jelaskan pada keluarga bahwa baik atau buruknya kondisi klien sangat
dipengaruhi atas peran serta keluarga dalam merawat klien

Sedangkan untuk diagnosa kedua :

1. Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang memicu terjadinya penyakit


kusta
2. Diskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan khusus pada tangan dan
kaki yang mati rasa
3. Jelaskan pada keluarga bahwa baik atau buruknya kondisi klien sangat
dipengaruhi atas peran serta keluarga dalam merawat klien
4. Diskusikan dengan klien untuk melakukan perawatan dengan melakukan
rendam kaki
F. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan ini sesuai dengan
rencana keperawatan keluarga yang telah disusun sebelumnya. Tindakan keperawatannya
lebih ditekankan pada pendidikan kesehatan (penyuluhan) yang diberikan pada keluarga
dan klien.

G. EVALUASI
Evaluasi keperawatan dilakukan dua hari setelah dilakukannya tindakan keperawatan.
Evaluasi mencakup sejauh mana pengetahuan dan kemampuan keluarga dan klien dalam
memahami pendidikan kesehatan dan mempraktekkannya secara mandiri.

52
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A.2005.ilmu penyakit dalam dan kelamin.Edisi 4, Jakarta:EGC

Doenges, Marlyn E. 2000. Rencana asuhan keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Adnan dan Daud, 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi 3 FKUI, Jakarta

Doenges, M.E, dkk 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC. Jakarta

Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi 2005-2006

53

Anda mungkin juga menyukai