OLEH:
NUNUNG SAFITRI
019.02.0979
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga unit
terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia–sia jika
tidak menjadi tidak dilanjutkan oleh keluarga di rumah. Secara empiris dapat dikatakan
bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan
atau sangat signifikan.
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat memperoleh pengalaman secara nyata dalam merawat pasien atritis
reumatoid dan mendapat gambaran yang jelas terhadap Asuhan Keperawatan yang
diberikan kepada pasien
2. Tujuan Khusus
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan askep (asuhan keperawatan) ini adalah :
1. Wawancara
Tujuannya adalah untuk memperoleh data secara langsung dari sumber data.
Alasan digunakan teknik wawancara :
- Observasi merupakan teknik langsung yang dapat dipakai untuk meneliti berbagai
gejala atau keluhan pasien
- Dari segi pencatatan hasil observasi merupakan media yang lebih praktis
3. Studi Kepustakaan
3
Dapat dilakukan dengan membaca buku-buku dan catatan-catatan yang ada
hubungannnya dengan masalah yang ada atau diteliti.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengambil data
dari status atau test pasien.
D. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan :
Berisikan latar belakang yang memuat alasan penulis mengangkat kasus artritis
reumatoid serta data-data yang mendukung sehingga menarik untuk dikaji, tujuan
penulisan disesuaikan dengan proses keperawatan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan
Berisikan konsep dasar (masalah utama) pada kelayan, konsep dasar asuhan
keperawatan yang terdiri dari proses keperawatan (Pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Berisikan data–data kelayan yang menderita artritis reumatoid mulai dari hasil
pengkajaian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
Bab IV Pembahasan :
Berisi tentang perbandingan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus dengan
melihat dari segi proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran :
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI
a) WHO (1969)
Anggota RT yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau
perkawinan
b) Depkes RI (1988)
Unit terkecil masyarakat terdiri, KK, beberapa orang yang terkumpul disatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
c) DUVALL (1977)
Sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran
yang bertujuan untuk meciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
mempertahankan perkembangna fisik, mental, dan emosional dan sosial dari tiap
anggota.
d) BURGES (1963)
- Terdiri dari kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan
darah, adopsi
- Anggota keluarga hidup bersama dalam satu rumah tangga dan hidup terpisah
mereka dianggap sebagai keluarga
- Anggota keluarga berinteraksi sebagai komunitas dalam peran sosial
- Mempunyai kebiasaan yang berasaldari masyarakat tetapi mempunyai
keunikan sendiri
e) UU No.10 Tahun 1992
Unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan
anaknya, atau ayah dan anknya, atau ibu dan anaknya.
f) Friedman (1988)
5
Kumpulan 2 orang atau lebih secara bersama, karena sudah ikatan lahir dan
emosional dan setiap individu mempunyai peran masing masing yang merupakan
bagian dari keluarga.
Dari kedua definisi diatas dapat ditarik seuatu kesimpulan bahwa keluarga adalah:
2. STRUKTUR KELUARGA
Struktur keluarga terdiri dari bermacam macam diantaranya adalah:
a.Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui garis ayah
b.Matrilinel : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudar sedarah
beberapa generasi diman hubungan disusun melaui jalur garis ibu
c.Matrilkal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri
d.Patri Lokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersamaan keluargadari
suami
e.Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karna adanya
hubungan menjadi bagian keluarga adanya hubungan dengan suami istri
6
3. CIRI-CIRI STRUKTUR KELUARGA (ANDERSON CARTER)
a.Teroganisir
b.Ada keterbatasan
6. PERAN KELUARGA
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan stuasi tertentu, peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.
7
Berbagai peran yang terdapat didalam keluarga sebagai berikut:
a. Peranan ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak. Berperanan sebaai
pencari nafkah. Pendidik, pelindng, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai amggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu: Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagi anggoa masyarakat dari lingkungannya. Disamping itu juga
ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peran anak: Anak-anak melaksanakan peranan psiko sosial spritual sesuai dengan
perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
7. FUNGSI KELUARGA
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut:
a. Fungsi Biologis
- Untuk meneruskan keturunan
- Memelihara dan membesarkan anak
- Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
- Memeilahara dan merwat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
- Memberikan asih sayang dan rasa aman
- Memberikan perhatian diantar anggota keluarga
- Memberikan identitas keluarga
- Membina kedewasaan dan kepribadian anggota keluarga
c. Fungsi sosialisasi
- Membina sosialisasi pada anak
- Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak
- Meneruskan nlai-nilai budaya kluarga
d. Fungsi Ekonomi
- Mencari sumber-sember penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
- Mengatur penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
8
- Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya
e. Fungsi Pendidikan
- Menyekolahkananak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan
memberntuk sesuai dengan bakat dan mina yang dimilikinya
- Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
- Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
Ahli lain menbagi keluarga sebagai berikut
Dari berbagai fungsi diatas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap keluarga-
keluarganya adalah:
a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, rasa aman, kehangatan kepada anggota
keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan
usia dan kebutuhannya.
b. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menadikan meraka anak-
anak yang sehat fisik, mental, sosial, dan spiritual.
c. Asah,kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang
mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
8. TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN KELUARGA
Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvalladalah sebagai berikut:
a. Tahap pembentukan keluarga: tahap ini dimuai dari pernikhan yang dilanjutkan
dalam membentuk rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak : tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan
keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggan bagi
keluarga yang merupakan sat-saat yang sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi: dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik, dan
memberikan kasih sayangkepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya
sangat tergantung kedua orang tuanya.dan kondisi masih sangat lemah.
9
d. Tahap menghadapi anak pra sekolah: pada tahap ini anak sudah mulai mengenal
kehidpan sosialnya sudah mulai bergaul, dengan teman sebaya tetapi sangat rawan
dalam masalah kesehatan karena tidak mengetahui mana yang kotor dan yang
bersih
e. Tahap menghadapi anak sekolah: dalam tahap ini tugas keluarga adalah
bagaimana mendidik anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan
anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan
meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja: tahap ini adalah tahap yang paling rawan karena
dalam ahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk
kepribadiannya, oleh karena itu sri tauladan bagi orang tua sangat di perlukan.
g. Tahap pelepasan anak kemasayarakat: Setelah melalui tahap remaja dan anak
telah dapat menylesaikan pendidikannya maka tahap selanjutnya adalah
melepaskan anak kemasayarakat dalam memulai kehidupannya yang
sesungguhnya dalam tahap ini anak akan mulai kehidupan erumah tangga.
h. Tahap berdua kembali: setelah aak besar dan memenpuh kehdupan keluaga,
sediri-sendiri tinggallah suami istri berdua saja.
i. Tahap masa tua: tahap ini masuk ketahap lanjut usia dan kedua orang tua
mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
9. TUGAS-TUGAS KELUARGA
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
10
naggota keluarga, komunikasi interaksi antar anggta keluarga, tingga dalam satu
rumah.
b. Daerah Perkotaan
Dinamis, rasional, konsumtif, demokratis, individualis, terlibat dalam kehidupan
politik.
Yang termasuk tahap ini adalah: Pengumpulan data, analisa data, Perumusan
masalah, Prioritas masalah,Menegakkan diagnsa masalah.
b. Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Identitas Keluarga
11
2) Riwayat kesehatan eluarga baik yang sedang dialami maupun yang pernah
dialami
3) Anggota keluarga
4) Jarak antara lokasi dengan fasilitas kesehatan masyarakat yang ada
5) Keadaan keluarga meliputi: Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Spiritual,
Lingkungan, dan data penunjang yang lainnya.
c. Analisa Data
Didalam menganalisa data ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam melihat
perkembangan kesehatan keluarga yaiutu:
12
merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi
kesehatan, lingkungan, norma, nilai, kultur yang dianut oleh keluarga tersebut
Dalam Tipelogi masalah keehatan keluarga ada 3 kelompok masalah besar yaitu:
13
k. Emakai peranan yang tidak sesuai, misalnya anak wanita memainkan
peranan ibu karena meniggal, anak laki-laki memainkan peranan
ayah
l. Imunisasi anak tidak lengkap
2. Kurang/tidak sehat:adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan yang
termasuk didalamnya adalah, keadaan sakit, apakah sebelun dan sesudah
didiagnosa, kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang
tdak sesuai dengan pertumbuhan normal.
3. Situasi krisis, adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga
dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga.
Yang termasuk dalam situasi krisis adalah Perkawinan, kehamilan,
persalinan, masa nifas, menjadi orang tua, penambahan anggota keluarga,
misalnya bayi baru lahir, abortus, anak masuk sekolah, anak remaja,
kehilangan pekerjaan, kematian anggota keluarga, pindah rumah.
Ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan
keperawatan
14
k) Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan.
3. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan
karena:
a) Tidak mengetahui keadaan penyakit misalnya sfat, penyebab
penyebaran, gejala dan perawatannya serta pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dbutuhkan
c) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
d) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya
keuangan, anggota keluarga yang bertanggung jawab, fasilitas fidik
untuk perawatan
e) Sikap negatif terhadap yang sakit
f) Komplik individu dan keluarga
g) Perilaku yang mementingkan diri sendiri.
4. Ketidaksanggupan memelihara lingkunga rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga
disebabkan karena:
a) Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan,
tanggungjawab/wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat
b) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat memelihara rumah
c) Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan
d) Konflik personal dalam keluarga
e) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
f) Sikap dan pandangan hidup
g) Ketidakkompakan keluarga karena sikap mementingkan diri sendiri
tidak ada kesepakatan, acuh terhadp anggota keluarga yang
mempunyai masalah.
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara
kesehatan disebabkan karena:
a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehtan ada
b) Tidak memahami euntungan yang diperoleh
c) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan
d) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
15
e) Rasa takut akibat dari tindakan
f) Tidak terjangkau fasilitasyang diperlukan
g) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat
h) Tidak ada fasilitas yang diperlukan
i) Sikap dan falsafah hidup
e. Diagnosa Keperawatan pada tingkat keluarga
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang-tentang faktor-faktor yang
mempertahankan respon/tanggapan yang tidak sehat dan mengalami perubahan
yangdilakukan
f. Perencanaan
Rencana kesehatan keluarga adalah sekumpulan yang ditentukan perawat untuk
melaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan perawatan yang telah
diidentifikasi
Pengkajian
16
2. Dapat diterima oleh keluarga
3. Keluarga menyadari dan mengambil tindakan untuk memecahkannnya
h. Perumusan Tujuan
Bila dilihat dari sudut perhatian, tujuan perawatan dibagi menjadi:
1. Yang berorientasi pada perawat, yaitu tujuan yang dinyatakan dalam kegiatan
kegiatan yang dilakukan perawat
2. Yang berorientasi pada pasien yaitu tujuan yang dinyatakan dari pihak
penerima pasien atau keluarga dalam bentuk hasil baik fisik mental dan
perilaku.
Bila dilihat dari jangka waktu maka tujuan perawatan keluarga dapat dibagi
menjadi:
1. Sumber-sumber keluarga
a. Kekuatan fisik dan psikis dari setiap anggota keluarga
b. Kemampuan keuangan
c. Pasilitas fisik (sarana dan prasrana)
d. Dukuangan dari sanaksaudara
2. Sumber-sumber perawat
a. Pengetahuan atau kemampuan intelektual kemampuan dalam berhubungan
dengan keluarga (komunikasi dan ketermapilan teknis keperawatan)
b. Tersedianya waktu perawat dan dukungan dari suatu sistem pelayanan
3. Sumber-sumber masyarakat
a. Tersedia institusi pelayanan kesehatan dimasyarakat, seperti puskesmas,
posyandu, olindes dan sebagainya.
17
b. Adanya program program kesehatan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat, misal program UPKG, imunisasi, KB, dan sebagainya.
c. Organisasi-organisasi masyarakat, misalnya PKMD. PKK, LKMD dan
sebagainya.
i. Evaluasi
Tolak ukur yang dipergunakan dalam evaluasi adalah
1. Kriteria keberhasilan
2. Standar keperawatan
3. Perubahan perilaku
Penilaian
Kriteria adalah gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang dapat memberi
petunjuk bahwa telah tercapai.
18
1. Observasi langsung, mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam
keluarga. Dari membuang sampah sembarang dengan membuang sampah
ketempat sampah ang dibuat
2. Wwancara, mewawancarai keluarga yang berkaian dengan perubahan sikap
apakah menjalankan anjuran yang diberikan perawat
3. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang
dibuat dari tindakan yang dilaksanakan sesuai denga rencana
4. Latihan simulasi, latihan simulasi berguna dalam menetukan perkembangan
kesanggupan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
19
C. LAPORAN KONSEP DASAER KUSTA
A. DEFINISI
Kusta adalah penyakit kronik yang pertama kali menyerang susunan saraf perifer,
selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernapasan bagian atas,
kemudian dapat keorgan lain kecuali susunan saraf pusat. Penyakit kusta disebut juga Morbus
Hansen, sesuai dengan nama yang menemukannya yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen
pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen. Kusta adalah penyakit yang
menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf
tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.
B. ETIOLOGI
Menurut Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta berdasarkan gambaran klinis,
bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita menjadi :
1. TT : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering dan kadang
dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satudenga yang besar bervariasi. Gejala
berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( –
) dan uji lepramin ( + ) kuat.
2. BT : Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jumlah 1-4
buah, gangguan sensibilitas ( + )
3. Lesi berupa mamakula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gambaran khas lesi
”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak
begitu jelas pada tepi luarnya.
20
Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji
lepromin ( – ).
1. BL : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi
asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/( – ), BTA ( + ) banyak, uji Lepromin ( – ).
2. LL : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat
banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan mukosa
hidung, uji Lepromin ( – ).
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari
penyakit tersebut yaitu:
1. Bercak kulit berbentuk seperti koin di mana pada tempat bercak tersebut hilangnya
atau berkurangnya kemampuan kulit untuk merasakan sensasi sentuhan, nyeri, panas, atau
dingin (mati rasa);
2. Hilangnya kemampuan saraf yang terkena infeksi untuk merasakan sensasi di kulit.
3. Lemas dan kelemahan otot;
4. Foot drop atau clawed hand (tangan seperti mencakar) yang disebabkan nyeri akibat
kerusakan saraf dan kerusakan saraf yang cepat.
5. Luka bergaung umumnya pada tangan dan kaki
6. Perubahan bentuk dari anggota gerak maupun struktur wajah karena rusaknya saraf
7. Berubahnya kulit wajah menjadi lebih tebal (pada kusta lanjut).
Gejala-gejala umum pada kusta, reaksi :
1. Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil.
2. Noreksia
3. Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.
4. Cephalgia.
5. Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis
6. Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis, dan Hepatosplenomegali.
7. Neuritis
E. PATOFISIOLOGI
21
Kuman Mycobacterium leprae masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan (Sel
Schwan) dan kulit yang tidak utuh. Sumber penularan adalah penderita kusta yang banyak
mengandung kuman (tipe multibasiler) yang belum diobati. Kuman masuk ke dalam tubuh
menuju tempat predileksinya yaitu saraf tepi. Saat Mycobacterium leprae masuk ke dalam
tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respons tubuh
setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imunitas pasien. Mycobacterium
leprae berpredileksi di daerah-daerah yang relatif lebih dingin, yaitu daerah akral dengan
vaskularisasi yang sedikit. Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi
karena respons imun pada tiap pasien berbeda.
Setelah mikobakterium leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit kusta
bergantung pada kerentanan seseorang. Respon setelah masa tunas dilampaui tergantung pada
derajat sistem imunitas seluler (celuler midialet immune) pasien. Kalau sistem imunitas
seluler tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkoloid dan bila rendah berkembang kearah
lepromatosa. Mikobakterium leprae berpredileksi didaerah-daerah yang relatif dingin, yaitu
daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit. Derajat penyakit tidak selalu sebanding
dengan derajat infeksi karena imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding
dengan tingkat reaksi seluler dari pada intensitas infeksi oleh karena itu penyakit kusta
disebut penyakit imonologik.
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya.
Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir
hidung . Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:
1. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah
mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.
2. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya
harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan
berulang-ulang.
Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe multi basiler kepada orang
lain dengan cara penularan langsung. Sebagian besar para ahli berpendapat bahwa penyakit
kusta dapat ditularkan melalui saluran pernapasan dan kulit. Masa inkubasinya yaitu 3-5
tahun
22
F. KOMPLIKASI
Komplikasi kusta bergantung pada seberapa cepat penyakit ini didiagnosis dan diobati secara
efektif. Sangat sedikit komplikasi terjadi jika penyakit ini diobati cukup awal, tapi berikut ini
ialah daftar komplikasi yang dapat terjadi ketika diagnosis dan pengobatan baik ditunda atau
mulai terlambat dalam proses penyakit:
Kehilangan sensori (biasanya dimulai pada ekstremitas)
Kerusakan saraf permanen (biasanya di kaki)
Kelemahan otot
Cacat Progresif (misalnya, alis hilang, cacat jari-jari kaki, jari, dan hidung)
Selain itu, kehilangan sensori menyebabkan orang untuk melukai bagian tubuh tanpa
individu menyadari bahwa ada cedera, hal ini dapat menyebabkan masalah tambahan seperti
infeksi dan penyembuhan luka yang buruk.
F. PENATALAKSANAAN
23
Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan sesudah selesai minum
24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan
bakteri positif. Menurut WHO (1998) pengobatan MB diberikan untuk 12 dosis yang
diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT.
Dosis untuk anak
a. Klofazimin:Umur dibawah 10 tahun
- Bulanan 100mg/bulan
- Harian 50mg/2kali/minggu
- Umur 11-14 tahun
- Bulanan 100mg/bulan
- Harian 50mg/3kali/minggu
- DDS:1-2mg /Kg BB
b. Rifampisin:10-15mg/Kg BB
1) Pengobatan MDT terbaru
Metode ROM adalah pengobatan MDT terbaru. Menurut WHO(1998), pasien kusta tipe
PB dengan lesi hanya 1 cukup diberikan dosis tunggal rifampisin 600 mg, ofloksasim
400mg dan minosiklin 100 mg dan pasien langsung dinyatakan RFT, sedangkan untuk tipe
PB dengan 2-5 lesi diberikan 6 dosis dalam 6 bulan. Untuk tipe MB diberikan sebagai obat
alternatif dan dianjurkan digunakan sebanyak 24 dosis dalam 24 jam.
2) Putus obat
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari yang seharusnya
maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe MB dinyatakan DO bila tidak minum
obat 12 dosis dari yang seharusnya.
2. Perawatan Umum
Perawatan pada morbus hansen umumnya untuk mencegah kecacatan. Terjadinya
cacat pada kusta disebabkan oleh kerusakan fungsi saraf tepi, baik karena kuman kusta
maupun karena peradangan sewaktu keadaan reaksi netral.
24
o Perlu direndam setiap hari dengan air dingin selama lebih kurang setengah jam
o Keadaan basah diolesi minyak
o Kulit yang tebal digosok agar tipis dan halus
o Jari bengkok diurut agar lurus dan sendi-sendi tidak kaku
o Tangan mati rasa dilindungi dari panas, benda tajam, luka
Perawatan kaki yang mati rasa
o Penderita memeriksa kaki tiap hari
o Kaki direndam dalam air dingin lebih kurang ½ jam
o Masih basah diolesi minyak
o Kulit yang keras digosok agar tipis dan halus
o Jari-jari bengkok diurut lurus
o Kaki mati rasa dilindungi
Perawatan luka
o Luka dibersihkan dengan sabun pada waktu direndam
o Luka dibalut agar bersih
o Bagian luka diistirahatkan dari tekanan
o Bila bengkak, panas, bau bawa ke puskesmas
o Tanda penderita melaksanakan perawatan diri:
o Kulit halus dan berminyak
o Tidak ada kulit tebal dan keras
o Luka dibungkus dan bersih
o Jari-jari bengkak menjadi kaku
G. PENCEGAHAN
25
penderita, tetangga penderita dan masyarakat (Depkes RI, 2006)
b. Pemberian imunisasi
Sampai saat ini belum ditemukan upaya pencegahan primer penyakit kusta seperti
pemberian imunisasi (Saisohar,1994). Dari hasil penelitian di Malawi tahun 1996
didapatkan bahwa pemberian vaksinasi BCG satu kali dapat memberikan perlindungan
terhadap kusta sebesar 50%, sedangkan pemberian dua kali dapat memberikan
perlindungan terhadap kusta sebanyak 80%, namun demikian penemuan ini belum
menjadi kebijakan program di Indonesia karena penelitian beberapa negara memberikan
hasil berbeda pemberian vaksinasi BCG tersebut (Depkes RI, 2006).
26
Rehabilitasi terhadap penderita kusta meliputi :
a) Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah terjadinya
kontraktur.
b) Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak
mendapat tekanan yang berlebihan.
c) Bedah plastik untuk mengurangi perluasan infeksi.
d) Terapi okupsi (kegiatan hidup sehari-hari) dilakukan bila gerakan normal terbatas pada
tangan.
e) Konseling dilakukan untuk mengurangi depresi pada penderita
27
BAB III
STUDI KASUS
A. PENGKAJIAN
b. Komposisi Keluarga:
Hub
No Nama L/P Umur Pekerjaan Pendidikan
Keluarga
3 An”R” P 7 Anak - SD
4 An”A” L 4 Anak - -
28
c. Genogram:
Keterangan :
: Perempuan/laki-laki meninggal
: Perempuan/laki-laki hidup
: Hubungan perkawinan
: Klien
29
d. Type Keluarga:
a) Jenis type keluarga: Jenis type keluarga Ny. “y” adalah Keluarga Inti (Nuclear
Family), adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak.
b) Masalah yang terjadi dengan type tersebut: tidak ada masalah yang terjadi
dengan type keluarga
e. Suku Bangsa:
1) Asal suku bangsa: Sasak, Indonesia
2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: sebelum keluarga berobat ke
puskesmas keluarga membeli obat di warung yaitu obat yang dijual bebas tetapi
kalau tidak kunjung sembuh baru berobat ke puskemas, air yang diminum
kadang dimasak dan terkadang tidak dimasak dan tempat buang air besar
keluarga di wc.
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan: Ny.”y” mengatakan tidak
ada agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan, karena agama Islam
selalu mengajarkan hidup bersih dan makan-makanan yang halal.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga:
Anggota keluarga yang mencari nafkah yaitu Tn “S” yang merupakan kepala
keluarga dengan rata-rata penghasilan tiap bulan < Rp 1.000.000,-. Upaya lain yang
dilakukan yaitu meminta pada Keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keluarga memiliki rumah sendiri dan kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan tidak
menentu seperti untuk keperluan sandang dan pangan serta tagihan listrik.
30
2) Riwayat penyakit keturunan: Ny“y” mengatakan tidak ada anggota keluarganya
yang menderita penyakit keturunan.
3) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Tindakan
Keadaan Masalah
No Nama Umur BB Imunisasi yang
kesehatan kesehatan
dilakukan
1 Tn. S 30 - Sehat - - -
31
l) Denah rumah
T
Halaman belakang
Kamar Kamar
tidur tidur U S
Kamar Ruang
B
tidur keluarga
Halaman depan
b) Aturan/kesepakatan:
Keluarga Ny “Y” batas bertamu pada malam hari adalah pukul 22.00 Wita.
c) Budaya:
Di Dusun Karanng Temmbe bila ada anggota masyarakat yang menikah secara
bergotong royong masyarakat akan membantunya.
32
IV. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/cara Komunikasi Keluarga
Cara komunikasi keluarga cukup baik dengan pola komunakasi terbuka.
V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Keluarga cukup rukun dan saling mendukung serta saling menghargai antara
anggota yang satu dengan yang lain.
b. Fungsi sosialisasi
1) Kerukunan hidup dalam keluarga:
Keluarga Ny “y” mengatakan kerukunan hidup keluarga terjaga dengan baik.
33
Berkumpul bersama anggota keluarga dan berkumpul bersama tetangga
disekitarnya.
34
2) Pemanfaatan sumber di masyarakat: Tn ”A” mengatakan tidak ada sumber-
sumber penghasilan di masyarakat yang bisa dimanfaatkan.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada : Ny ”S” berharap petugas kesehatan dapat
memberikan pelayanan yang baik dan tepat pada siapa saja yang membutuhkanya.
tidak hanya pada pasien yang di rumah sakit tetap i juga warga masyarakat yang
membutuhkan bantuan pelayanan kesehatan.
35
IX. PEMERIKSAAN FISIK
1 Riwayat penyakit Saat ini Tn “S” sehat saja Saat ini Ny“y” kusta Saat ini An “R” sehat Saat ini An “A” sehat
saat ini saja saja
2 Keluhan yang Saat ini Tn “S” Nampak bercak merah Saat ini An “R” Saat ini An “A”
dirasakan mengatakan tidak ada pada tangan dan kaki mengatakan tidak ada mengatakan tidak ada
keluhan keluhan keluhan
3 Tanda dan gejala Tidak ada tanda dan Tidak bisa beraktivitas Tidak ada tanda dan Tidak ada tanda dan
gejala kurang sehat bila nyerinya kambuh gejala kurang sehat gejala kurang sehat
4 Sistem Terdengar suara S1, S2 Terdengar suara S1, Terdengar suara S1, Terdengar suara S1,
Kardiovaskuler normal, tidak ada suara S2 normal, tidak ada S2 normal, tidak ada S2 normal, tidak ada
tambahan. suara tambahan. suara tambahan. suara tambahan.
5 Riwayat penyakit Pernah menderita pusing, Pernah menderita Pernah menderita Pernah menderita
sebelumnya batuk, pilek pusing, batuk,dan demam, batuk,dan demam, batuk,dan
pilek pilek pilek
36
N:80 x/mt N : 82 x/mt N : 80 x/mt N : 120 x/mt
S:36 oC S : 36,5 oC S : 36 oC S : 36 oC
7. Sistem Respirasi Normal, tidak ada nafas Normal, tidak ada Normal, tidak ada Normal, tidak ada
cuping hidung ataupun nafas cuping hidung nafas cuping hidung nafas cuping hidung
tarikan dinding dada. ataupun tarikan ataupun tarikan ataupun tarikan
dinding dada. dinding dada dinding dada
8. Sistem GI Traktus
9. Sistem Persyarafan Bisa menggerakkan bola Bisa menggerakkan Bisa menggerakkan Bisa menggerakkan
mata ke kiri dan ke kanan, bola mata ke kiri dan bola mata ke kiri dan bola mata ke kiri dan
ke atas dank e bawah, ke kanan, ke atas dank ke kanan, ke atas dank ke kanan, ke atas dank
tampak bias tersenyum, e bawah, tampak bias e bawah, tampak bias e bawah, tampak bias
mengangkat alis, tersenyum, tersenyum, tersenyum,
membuka dan menutup mengangkat alis, mengangkat alis, mengangkat alis,
mulut. membuka dan membuka dan membuka dan
menutup mulut. menutup mulut. menutup mulut.
5 5 5 5 5 5
37
5 5 5 5 5 5
11 Sistem Genitalia Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji
38
X. PENGKAJIAN DATA FOKUS
2. Kurang / tidak sehat Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada Ny. “Y”.
39
ANALISA DATA
1. DS :
DO :
- K/U : Baik
- TD : 110/70 mmHg
- N : 82 x/mt
- RR : 20x/mt
- S : 36,5 oC
40
2. DS :
DO :
41
RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa I
Total skor 3
42
Diagnosa II
Total skor 3½
43
44
A. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Hari/ Diagnosa Tujuan
No Kriteria Standar Intervensi Rasional
tanggal keperwatan Umum Khusus
2. Kamis Gangguan rasa Setelah Setelah Kognitif 1. Keluarga 1. Diskusikan 1. Untuk mengetahui
nyaman : kusta dilakukan dilakukan mampu dengan keluarga apa saja penyebab,
15-4-20
pada Ny.”Y” tindakan tindakan mengidentifikasi tentang hal-hal yang tanda dan gejala
b/d keperawatan keperawatan hal-hal yang memicu terjadinya serta pecegahan
ketidakmampua selama 2 x selama 2 x 30 dapat memicu penyakit kusta rematik pada klien.
n keluarga pertemuan, menit, keluarga terjadinya 2. Agar keluarga
merawat meminimalisi mampu merawat penyakit kusta mengetahui dampak
2. Diskusikan
anggota r tingkat Ny.”y” yang 2. Keluarga yang di timbulkan
dengan keluarga
keluarga yang gatal-gatal mengalami kusta mampu apabila pengobatan
tentang cara
sakit. pada Ny.”y” mengidentifikasi tidak efektif.
perawatan khusus
(menejemen cara perawatan 3. Peran serta anggota
pada tangan dan kaki
regimen khusus pada keluarga sangat
46
terapeutik tangan dan kaki yang mati rasa membantu dalam
efektif). 3. Keluarga proses
mau 3. Jelaskan pada penyembuhan klien.
bekerjasama keluarga bahwa baik
dalam merawat atau buruknya
Afektif
klien kondisi klien sangat
dipengaruhi atas
47
B. CATATAN IMPLEMENTASI
No.
Hari / tanggal Waktu Tindakan keperawatan Paraf
Dx.
2. Sabtu 09.00-11.00 1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang memicu terjadinya
wita penyakit kusta
18-4-2020
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang memicu terjadinya
Kusta Mendiskusikan dengan keluarga tentang tentang cara perawatan
khusus pada tangan dan kaki yang mati rasa
3. Menjelaskan pada keluarga bahwa baik atau buruknya kondisi klien sangat
dipengaruhi atas peran serta keluarga dalam merawat klien
4. Diskusikan dengan klien untuk melakukan perawatan dengan melakukan
rendam kaki
48
C. EVALUASI KEPERAWATAN
No.
Hari / tanggal Evaluasi Paraf
Dx.
1. Minggu, 20-1- S :
2014
1. Keluarga mengatakan sudah mengerti dan mampu mengidentifikasi pengertian,
penyebab, tanda dan gejala kusta
2. Keluarga mengatakan perasaannya sangat senang dapat bekerja sama dengan
perawat dalam merawat anggota keluarga yang sakit
O:
Keluarga mampu menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari kusta
A:
49
Masalah teratasi
P:
Berikan reinforcement terhadap pernyataan dan kegiatan yang dilakukan oleh keluarga
2. Minggu , S:
20-1-2014 1. Keluarga mengatakan sudah mengerti dengan keluarga tentang hal-hal yang
memicu terjadinya penyakit kusta
2. Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang cara perawatan khusus pada tangan
dan kaki yang mati rasa
3. Keluarga mengatakan sudah mengerti melakukan perawatan dengan melakukan
rendam kaki
O:
50
kusta
2. Keluarga mampu menyebutkan cara perawatan khusus tangan dan kaki yang mati
rasa
3. Keluarga mau bekerjasama dalam merawat klien
4. Keluarga mau melakukan merendam kaki klien selama ½ jam
A:
Masalah teratasi
P:
Berikan reinforcement terhadap pernyataan dan kegiatan yang dilakukan oleh keluarga
51
PEMBAHASAN
A. PENGUMPULAN DATA
1. Pengumpulan data dilakukan pada hari Rabu tanggal 13 April 2020, sasarannya
yakni keluarga Ny.”y” Dusun Karang Tembe Desa Penimbung Kecamatan
Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat.
Metode yang digunakan yakni wawancara langsung, observasi fasilitas rumah,
serta pemeriksaan fisik dari anggota keluarga. Adapun pertanyaan -pertanyaan inti
yang diajukan kepada objek pengkajian meliputi :
a. Data umum keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Pengkajian tempat tinggal keluarga
d. Struktur keluarga
e. Fungsi keluarga
f. Stress dan koping keluarga
g. Pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga
2. Kegiatan yang dilakukan
a. Anamnesa untuk mengumpulkan data keluarga, yakni memperoleh data
dengan cara menanyakan langsung kepada keluarga mengenai pertanyaan inti
pada format pengkajian yang tersedia.
b. Observasi terhadap keadaan lingkungan fisik tempat tinggal yakni melakukan
pengkajian untuk memperoleh informasi data objektif dengan cara melihat
secara langsung mulai dari keadaan pasien, keluarga, bangunan fisik,
lingkungan dan masyarakat sekitar tempat tinggal pasien.
c. Pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga dilakukan dengan
variabel
Riwayat penyakit saat ini
Keluhan yang dirasakan
Tanda dan gejala
Riwayat penyakit sebelumnya
TTV
47
Sistem kardiovaskular
Sistem respirasi
Sistem GI
Sistem persarafan
Sistem genitalia
Sistem muskuloskeletal
Kesulitan yang dialami ketika mengkaji yakni bagaimana menyampaikan item-item
pertanyaan agar dapat dimengerti oleh pasien dan bagaimana menyamakan persepsi
antara masing-masing anggota kelompok mengenai maksud dari masing-masing item
pertanyaan yang tersedia.
B. ANALISA DATA
Setelah melakukan pengkajian kemudian dilakukan analisa data dengan mengelompokan
data menjadi data subjektif dan data objektif, kemudian menentukan masalah yang
dialami oleh keluarga dan mengidentifikasi penyebab dari masalah tersebut berdasarkan 5
pokok tugas keluarga. Adapun analisa data yang didapat antara lain :
1. DS :
DO :
48
yang dapat diberikan pada
anggota keluarga yang
menderita kusta
- K/U : Baik
- TD : 110/70 mmHg
- N : 82 x/mt
- RR : 20x/mt
- S : 36,5 oC
2. DS :
DO :
49
sejak lama
- Saat ditanyakan keluarga tidak
dapat menjelaskan pengertian
kusta
- Keluarga tidak dapat
menyebutkan tanda dan gejala
kusta
- TD : 110/80 mmHg, N :82
x/mt, RR : 20 x/mt, S : 36,50C
- Klien mengkonsumsi obat
bebas.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data yang dilakukan sebelumnya dapat diambil 2 diagnosa
keperawatan dengan prioritas masalah yaitu :
D. SKALA PRIORITAS
Dilakukan skoring untuk menentukan diagnosa yang lebih di prioritaskan. Adapun format
yang digunakan yakni menurut bailon dan magiaya (1978):
1 Sifat masalah 1
Ancaman kesehatan 2
50
Keadaan sejahtera 1
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
Skala :Tinggi 3
Sebagian 2
Rendah 1
Menonjolnya masalah 1
51
Rencana tindakan yang akan dilakukan berbeda dengan rencana tindakan secara teoritis.
Rencana yang digunakan disini yaitu berdasarakan diagnosa keperawatan keluarga yang
sebelumnya telah disusun yakni :
G. EVALUASI
Evaluasi keperawatan dilakukan dua hari setelah dilakukannya tindakan keperawatan.
Evaluasi mencakup sejauh mana pengetahuan dan kemampuan keluarga dan klien dalam
memahami pendidikan kesehatan dan mempraktekkannya secara mandiri.
52
DAFTAR PUSTAKA
Adnan dan Daud, 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi 3 FKUI, Jakarta
Doenges, M.E, dkk 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC. Jakarta
53