Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.

M
DENGAN MASALAH UTAMA KETIDAKSTABILAN GULA DARAH
DESA BAJING RT 03 RW 04 KROYA-CILACAP

Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Keluarga


Stase Komunitas di Desa Bajing

Disusun Oleh:
RAGIL ANDRIYANI
2022030181

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan keluarga Tn. M dengan masalah utama ketidakstabilan gula


darah sebagai syarat pemenuhan tugas stase komunitas Pendidikan Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Gombong oleh :
Nama : Ragil Andriyani
NIM : 2022030181
Program Studi : Program studi pendidikan profesi ners.

Telah disetujui dan disahkan pada


Hari :
Tanggal : April 2023

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(Ambiyatun, S.Kep.,Ners) (Ernawati, M.Kep)


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Interaksi antar anggota keluarga dalam kondisi sehat dan sakit
juga mempengaruhi tingkat berfungsinya keluarga. Friedman dengan
mengadaptasi Doherti dan Sussman (1998) memberikan gambaran bahwa
terdapat interaksi keluarga dengan rentang sehat sakit dalam bentuk upaya-
upaya yaitu: Upaya keluarga dalam peningkatan (Promosi) Kesehatan,
Penaksiran keluarga terhadap gejala-gejala sakit, Pencarian perawatan,
Perolehan perawatandan rujukan ke pelayanan kesehatan, adaptasi
terhadap penyakit dan penyembuhan. Tahap adaptif adalah tahapan
dimana keluarga memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan dalam
menentukan koping keluarga terhadap sakitnya.
DM merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi). Glukosa secara normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati
dalam makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang
diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan
mengatur produksi dan penyimpanannya.
Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin
dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi
insulin. Keadaan ini dapat menimbulkan hiperglikemia yang dapat
mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti dibetes ketoasidosis dan
sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketotik (HHNK). Hiperglikemia
jangka panjang dapat mengakibatkan komplikasi mikrovaskular yang
kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada
saraf). DM juga meningkatkan insiden penyakit makrovaskuler yang
mencakup insiden infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer.
Berdasarkan hal tersebut maka ners muda ingin mengetahui lebih
dalam lagi tentang penyakit Diabetes mellitus dan Hipertensi melalui
asuhan keperawatan Tn. M di Desa Bajing Kecamatan Kroya Kabupaten
Cilacap.

B. TUJUAN
1. TIU (Tujuan Instruksional Umum)
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit, keluarga
Tn. M mengetahui tentang senam kaki diabetes.
2. TIK (Tujuan Intruksional Khusus)
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit, keluarga
dapat:
a) Mengengetahui pengertian senam kaki diabetes.
b) Menyebutkan manfaat senam kaki diabetes.
c) Mempraktikan senam kaki diabetes.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. KONSEP DASAR KELUARGA

A. Batasan Keluarga

Keluarga adalah satu kelompok kumpulan manusia hidup bersama


sebagai satu unit masyarakat terkecil dan biasanya tidak selalu ada
hubungan darah, ikatan perkawinan, ikatan lainnya, mereka hidup
dalam satu rumah dengan asuhan seorang kepala keluarga dan makan
dalam satu periuk ( Sub Dit Kes Masy Dep Kes RI, 1983).
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam
perkawinan, ada hubungan darah atau adopsi dan tinggal dalam satu
rumah ( Friedman, 1998).
Keluarga adalah suatu system atau unit yang memiliki keterikatan
antar anggota keluarga yang meliputi kewajiban di masa yang akan
dating dengan fungsi keluarga dalam pemberin perawatan meliputi
perlindungan, pemberian nutrisi, dn sosialisasi untuk seluruh anggota
keluarga ( Stuart ICN, 2001).

B. Stuktur Keluarga
1. Ciri-ciri Struktur Keluarga
a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi, dimana masing-
masing anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya
masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai.
Organisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang
kuat antar anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam
mencapai tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki
peran dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam
berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena, tetapi
mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab
masing-masing anggota keluarga.
c. Perbedaan dan Kekhusuhan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan
masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi
yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai
pencari nafkah utama, peran ibu yang merawt anak-anak.
2. Struktur Keluarga
a. Dominasi Jalur Hubungan Darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur
garis ayah. Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan
struktur keluarga patrilineal
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur
garis ibu. Suku padang salah satu suku yang menggunakan
struktur keluarga matrilineal
b. Dominasi keberadaan Tempat Tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal
dengan sedarah dari pihak suami
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal
dengan keluarga sedarah dari pihak istri.
c. Dominasi Pengambilan Keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambil keputusan ada pihak suami
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri
C. Bentuk-Bentuk Keluarga
1. Sussman (1974) dan Maclin (1988)
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti: keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak
2) Pasangan inti: keluarg yng terdiri dari suami dan istri saja
3) Keluarga dengan orang tua tunggal : satu orang yang
mengepalai keluarga sebagai konsekuensi perceraian
4) Buangan yang tinggal sendirian
5) Keluarga besar tiga generasi
6) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lansia
7) Jaringan keluarga besar
b. Keluarga Non Tradisional
1) Keluarg dengan orang tua yang memiliki anak tanpa
menikah
2) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
3) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul
kebo)
4) Keluarga gay
5) Keluarga lesbi
6) Kelurga komuni : kelurga dengan lebih dari satu pasang
monogamy dengan anak-anak yang secara bersama-
bersama menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki
pengalaman yang sama
2. Anderson Carter
a. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak
b. Keluarga besar (ekstended family)
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, nenek, kakek,
keponakan, sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (sereal family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih
dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti
d. Keluarga duda atau janda ( single family)
Keluarga yang terjadi karenaa perceraiaan atau kematian
e. Keluarga berkomposisi
Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama-sama
f. Keluarga kabitas
Dua orang menadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk
satu keluarga.
D. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukkan untuk meneruskan
kelangsungan keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan
anaak dengan gizi yng seimbang, memelihara dan merawat anggota
keluarga juga bagian dari fungsi biologis keluarga.
2. Fungsi Psikologis
Keluarga menjalankan fungsi psikologisnya antara lain untuk
memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian
diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian
anggota keluarga, memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan
batasan-batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak.
Meneruskan nilai-nilai budaya.
4. Fungsi Ekonomi
Keluarga menjalankan fungsi ekonomisnya untuk mencari sumber-
sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penghsilan keluarga, menabung untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang akan datang, misalnya pendidikan anak-
anak dan jaminan hari tua.
5. Fungsi pendidikan
Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan
anak dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan,
membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
E. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga
Siklus tugas dan perkembangan keluarga, menurut Elvin Duval terdiri
dari :
1. Pasangan Pemula atau Pasangan Baru Menikah
Tahapan ini dimulai saat dua insan dewasa mengikat janji melalui
pernikahan dengan landasan cinta dan kasih sayang. Tugas pada
tahapan perkembangan keluarga pemula antara lain saling
memuaskan antar pasangan, beradaptasi dengan keluarga besar dari
masing-masing pihak, merencanakan dengan matangjumlah anak,
memperjelas peran masing-masing pasaangan.
2. Keluarga Dengan Menunggu Kelahiran Anak
Tahapan dan tugas perkembangan keluarga selanjutnya adalah
keluarga dengan menunggu kelahiran anak sebagai salah satu fungsi
biologis yaitu melanjutkan keturunan. Tugas keluarga pada tahapan
ini antara lain : mempersiapkan biaya persalinan, mempersipkan
mental calon orang tua, mempersiapkan berbagai kebutuhan anak.
3. Keluarga Dengan Mempunyai Bayi
Tahapan ini keluarga sudah mempunyai anggota keluarga baru yang
tentunya memiliki tugas antara lain : memberikan ASI sebagai
kebutuhan dasar bayi, memberikan kasih sayang, mulai
mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing
pasangan, pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran
anggota kelurga termasuk siklus hubungan sex, mempertahankn
hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.
4. Keluarga Dengan Anak Prasekolah
Tugas yang dimiliki pada keluarga dengan anak prasekolah
diantaranya : menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan, mulai
menanamkan keyakinan beragama, mengenalkan kultur keluarga,
memenuhi kebutuhan bermain anak, membantu anak dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, menanamkan tanggung
jawab dalam lingkup kecil, memperhatikan dan memberikan
stimulus bagi pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah.
5. Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah
Tugas yang dimiliki keluarga dengan anak usia sekolah antara lain :
memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat sekolah maupun
biaya sekolah maupun biaya sekolah, membiasakan belajar teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya,
memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat penting
untuk masa depan anak, membantu anak dalam bersosialisasi lebih
luas dengan lingkungan sekitarnya.
6. Keluarga Dengan Anak Remaja
Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis,
mengingat anak sudah mulai menurun perhatiannya terhadap orang
tua dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada tahapan in
seringkali ditemukan perbedaan pendapat antara orang tua dan anak
remaja, apabila hal ini tidk diselesaikan akan berdampak pada
hubungan selanjutnya. Tugas keluarga pada tahapan ini antara lain :
memberikan perhatian lebih pada anak remaja, bersama-sama
mendiskusikan tentang rencana sekolah, memberikan kebebasan dan
bertanggungjawab , mempertahankn komunikasi terbuka dua arah
7. Keluarga Dengan Melepaskan Anak Ke Masyarakat
Remaja yang sudah beranjak dewasa harus sudah siap meninggalkan
kedua orang tuanya untuk memulai hidup baru, bekerja dan
berkeluarga, sehingga tugas keluarga pada tahap ini :
mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk
mandiri memperluas hubungan antar orang tua dengan menantu,
menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
8. Keluarga Dengan Tahapan Berdua Kembali
Tugas keluarga setelah ditinggalkan pergi oleh anak untuk memulai
kehidupan baru antara lain: menjaga keintiman pasangan,
merencanakan kegiatan yang akan datang, tetap menjaga komunikasi
dengan anak dan cucu mempertahankan kesehatan masing-masing
pasangan
9. Keluarga Dengan Tahapan Masa Tua
Masa tua bisa dihinggapi perasaan kesepian, tidak berdaya, sehingga
tugas keluarga pada tahapan saling memberikan perhatian yang
menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk
mengisi waktu tua seperti dengan mengasuh cucu. Pada masa tua
pasangan saling mengingatkan akan kehidupan yang kekal setelah
kehidupan ini.
F. Faktor-Faktor Yang Mempengerahui Kesehatan Keluarga
1. Faktor Fisik
Ross, Mirowsaky (1990) memberikan gambaran bahwa ada
hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh
dari hubungan positif tersebut antara lain : seorang suami sebelum
menikah terlihat kurus maka beberapa bulan kemudian setelah
menikah akan terlihat lebih gemuk. Beberapa alasan dikemukakan
dengan menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan
yang lebih teratur begitu juga sebaliknya yang teradi pada istri.
2. Faktor Psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang
besar, perasaan yang nyaman karena saling memperhatikan, saling
memberikan dukungan. Suami akan merasa tentram dan terarah
setelah beristri begitu pula sebaliknya.
3. Faktor Sosial
Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhdap fungsi
kesehtan sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada
kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima
semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya pendapatan yang
diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya
kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana
berespon terhadap masalah kesehatan yang ditemukan dalam
keluarga.
4. Faktor Budaya
a) Keyakinan dan Praktek Kesehatan
b) Nilai-nilai Keluarga
c) Peran dan Pola Komunikasi Keluarga
d) Koping Keluarga
G. Interaksi Keluarga Dalam Rentang Sehat Sakit
Interaksi antar anggota keluarga dalam kondisi sehat dan sakit
juga mempengaruhi tingkat berfungsinya keluarga. Friedman dengan
mengadaptasi Doherti dan Sussman (1998) memberikan gambaran
bahwa terdapat interaksi keluarga dengan rentang sehat sakit dalam
bentuk upaya-upaya sebagai berikut:
1. Upaya Keluarga Dalam Peningkatan (Promosi) Kesehatan
Kegiatan peningkatan kesehatan atau lebih dikenal dengan promosi
kesehatan bias dimulai dalam keluarga, seperti halnya seorang ayah
yang memberikan contoh dengan tidak merokok, minum-
minuman keras tentunya gaya hidup tersebut akan diikuti
oleh anak-anaknya, tetapi jika kondisi sebaliknya maka
yang akan terjadi adalah meningkatnya angka kesakitan
saluran pernapasan pada keluarga tersebut karena keebiasaan
merokok.
2. Penaksiran keluarga terhadap gejala-gejala sakit
Tahapan ini dimulai saat anggota keluarga mengeluhkan gejal-
gejala penurunan kesehatan yang dialami, mencari tahu
penyebabnya, dan ada tidaknya pengaruh bagi anggota keluarga
yang lain. Masyarakat dengan tingkat ekonomi yang lemah akan
merespon lambat mengingat kemampuan ekonominya.
3. Pencarian perawatan
Tahapan ini dimulai pada saat anggota keluarga merasakan sakit
dan anggota keluarga lainnya mengetahui, maka dimulailah upaya
mencari tahu kemana akan dirawat. Upaya ini dilakukan dengan
mencari informasi kepad orang yang terdekat.
4. Perolehan perawatandan rujukan ke pelayanan kesehatan
Tahapan ini dimulai saat kontak pertamaangoota keluarga dengan
pelayanna kesehatan alternatif.
5. Respon akut terhadap pelayanan penyakit oleh klien dan keluarga
Tahapan ini ditandai dengan terjadinya perubahan peran dan
anggotakeluarga yang sakit.
6. Adaptasi terhadap penyakit dan penyembuhan
Tahap adaptif adalah tahapan dimana keluarga memerlukan
bantuan dari tenaga kesehatan dalam menentukan koping keluarga
terhadap sakitnya.
H. Kriteria Kesejahteraan Keluarga Di Indonesia
Tujuan dasar keluarga yang ingin mencapai kesejahteraan setiap
anggota keluarga yang sehat dan sejahterayang ada didalamnya.
Pemerintahan menetapkan tercapainya keluarga yang sejahtera dalam
bentuk perundang-undangan antar lain :
1. Keppres RI no 8 tahun 1970 di bentuk NKKBS
2. UU no 10 tahun 1992 menetapkan gerakan KB menjadi gerakan
pembangunan sejahtera
3. Pasal UU no 12 tahun 1992, tujuan pembangunan keluarga sejahtera
adalah untuk mengembangkan kualitas keluarga agar timbul rasa
aman tantram dan harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin
Tahapan- Tahapan Keluarga Sejahtera :
1. Keluarga Prasejahtera
2. Keluarga sejahtera tahap I
3. Keluarga sejahtera tahap II
4. Keluarga sejahtera tahap III
5. Keluarga sejahtera tahap III
Indikator Keluarga Sejahtera :
1. Keluarga sejahtera tahap I
2. Keluarga sejahtera tahap II
3. Keluarga sejahtera tahap III
4. Keluarga sejahtera tahap IV
2. KONSEPTUAL MODEL KEPERWATAN KELUARGA
A. Konseptual Model Keperawatan Keluarga
1. Imogene King
King memandang keluarga sebagai sekumpulan orang yang memiliki
ikatan bersama dan menjalankan fungsi sosialisasi antar anggota
keluarga. Menurut King keluarga adalah satu sistem sosial dan juga
interpersonal.
2. Sister Kalista Roy
Roy mengembangkan teori adaptasi dengan memandang keluarga
sama halnya dengan individu, kelompok, organisasi social, dan akan
beradaptasi terhadap perubahan baik pada lingkungan internal ataupun
eksternal. Koping dijadikan strategi penyelasaian masalah keluarga.
3. Betty Neuman
Keluarga menurut Neuman dipandang sebagai klien dalam pelayanan
kesehatan, keluarga dipandang sebagai system dengan sub system-sub
system di dalamnya. Perhatian Neuman tertuju pada hiubungan antar
anggota keluarga, dimana masing-masing anggoata keluarga bias saja
terpapar oleh stressor yang dapat mempengaruhi keseimbangan dalam
keluarga tersebut.
4. Dorothe Orem
Orem terkenaldengan self care teori, dimana orem memandang
keluarga bukan sebagai klien tetapi memandang bahwa keluarga
adalah saran memandirikan seseorang dalam pemeliharaan
fungsikesehatan. Perawat saat melaksanakan perannya bersama-sama
dengan keluarga membantu anggota keluarga yang sedang sakit
menuju perawatan mandiri.
B. Teori-teori Ilmu Sosial Keluarga
1. Teori Struktural Fungsional
Keluarga diapandang sebagai system social yang terbuka, dimana
keluarga dijadikan subsistem dalam masyarakat, pendekatan ini
memandang bahwa dalam keluarga terjadi interaksi berkelanjutan
antar anggota keluarga dengan lingkungan eksternal dalam hal afektif,
reproduksi, ekonomi dan pelayanan kesehatan.
Interaksi anggota keluarga dengan lingkungan eksternal/masyarakat
akan saling mempengaruhi. Pada kenyataannya pengaruh masyarakat
jauh lebih besar dibandingkan dengan pengaruh keluarga terhadap
masyarakat.
2. Teori Interaksional
Teori ini memandang bahwa aktivitas yang dilakukan salah satu
anggota keluarga bisa berpengaruh secara keseluruhan. Anggota
keluarga dianggap dapat mempengaruhi satu sama lain secara
bergantian dan pada akhirnya berkontribusi pada pembagian tanggung
jawab.
3. Teori Perkembangan
Teori perkembangan ini memandang siklus kehidupan keluarga yang
diperkenalkan oleh Evlin Duval. Interaksi dalam keluarga akan
mengalami perubahan seiring dengan berubahnya siklus kehidupan.
3. TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus adalah masalah yang mengancam hidup (kasus
darurat) yang disebabkan oleh defisiensi insulin statis dan absolute
(Doenges:726).
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner
& suddarth 2002:1220).
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis metabolisme abnormal yang
memerlukan pengobatan seumur hidup dengan diit, latihan dan obat-
obatan (Carpenito,2000:143).
Diabetes mellitus adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara tuntutan dan suplai insulin yang ditandai oleh
hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, protein (Runnoharbo,1999:100).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetic dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat (price& Wilson:1995:111).
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronis yang komplek yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat protein dan lemak :
berkembangnya komplikasi makrovaskuler, intravaskuler dan
neurologis (Barbara C long,1996:4).
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata ginjal saraf dan pembekuan
darah disertai lesi pada membrane busaki dalam, dengan pemeriksaan
dengan mikroskop electron (Mansjoer, 1999:580).
B. ETIOLOGI
Penyebab dari diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2 golongan besar
1. Diabetes Tipe I meliputi:
a. Faktor genetik
Bahwa ada faktor keturunan pada diabetes melitus sudah lama
diketahui tetapi bagaimana terjadi dari seseorang penderita ke
penderita lain belum diketahui.adanya kecenderungan genetik
pada diabetes Tipe I ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen).
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Adanya respon autoimun dan respon ini merupakan respon
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap
sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Penyelidikan yang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor
eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta.
d. Faktor non genetik
1) Infeksi
2) Nutrisi
3) Stress
4) Penyakit pankreas
Dalam diabetes mellitus yang tergantung insulin (IDDM)
disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
autonium, sedangkan pada diabetes mellitus yang tidak
tergantung insulin (NIDDM) disebakan oleh kegagalan sedatif sel
beta dan resistensi insulin yaitu turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati (Mansjoer,
2000:580).
2. Diabetes tipe II meliputi:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas
65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik (Amerika Serikat: golongan hispanik serta
penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang
lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II disbanding dengan
golongan Afro-Amerika) (Brunner& suddarth, 2002:1224).
C. KLASIFIKASI DIABETES MELITUS
1. Tipe 1: IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Disebabkan oleh destruksi sel beta langerhans akibat proses
autonium penderita tergantung oleh dengan pemakaian insulin
biasanya kurus mudah terjadi koma.biasanya terjadi pada anak dan
dewasa muda.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
Disebabkan oleh kegagalan sedatif sel beta dan eksistensi insulin
3. Tipe lain
a. Diabetes sekunder: diabetes yang terjadi akibat gangguan spesifik
seperti kerusakan pankreas dan faktor genetik
b. Diabetes gestasional: diabetes yang terjadi pada saat kehamilan,
bila pada masa kehamilan glukosa berlebihan, sehingga insulin
tidak cukup untuk mengubah glukosa darah menjadi glikogen,
sehingga kadar glukosa darah tetap tinggi maka suplai glukosa ke
fens akan meningkat sehingga janin akan tubuh menjadi besar.
c. Kerusakan toleransi glukosa
Pasien mempunyai konsentrasi glukosa plasma diantara nilai
normal dan nilai diabetes melitus. Bahkan konsentrasi glukosa
plasma dapat berkembang melebihi nilai diabetes melitus dan
bahkan sama.
D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala khas berupa polipagia, poliuria, polidipsia, umur dan berat badan
menurun. Gejala lain yang mungkin muncul: kesemutan, gatal, mata
kabur, hipotensi. Pada pria serta pruritus vulva pada wanita (Mansjoer,
1999:580).
E. PATOFISIOLOGI
Menurunnya sekresi hormon insulin (seperti pada IDDM) akan
menyebabkan berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel tubuh sehingga
konsentrasi glukosa dalam darah meningkat.meningkatnya mobilisasi
lemak yang abnormal disertai disposisi lemak pada dinding pembuluh
darah yang mengakibatkan timbulnya gejala atherosklerosis.
Terjadinya katabolisme protein dalam jaringan tubuh bila jumlah
glukosa yang memasuki tubulus ini tidak dapat diabsorpsi dan
dikeluarkan melalui urin dalam batas nilai ambang darah diatas 180
mg/cc (glukosa urine).
Osmolaritas filtrat menjadi tinggi yang akan menghalangi absorpsi air
pada tubulus ginjal sehingga jumlah urin yang terbentuk meningkat
(Poli uria). Hal ini yang akan mengakibatkan terjadinya diuresis
osmotik.
Meningkatnya glukosa dalam darah menyebabkan osmolaritas cairan
ekstrasel sehingga cairan berpindah dari intrasel ke ekstrasel yang
menyebabkan volume intrasel menurun dan terjadi dehidrasi yang akan
menimbulkan rangsang kepusat rasa haus dihipotalamus, sehingga
individu mengalami keinginan untuk minum terus-menerus (polidipsi)
dan terjadi penurunan pembentukkan energi sehingga individu akan
menjadi lemas.
Peningkatan glukosa dalam darah menyebabkan glukosa dalam selpun
menurun. Sel mengalami kelaparan dan merangsang pusat rasa lapar
dihipotalamus sehingga individu mengalami keinginan untuk makan
terus (Polipagi).
Bergesernya metabolisme karbohidrat ke metabolisme lemak sebagai
sumber energi yang menyebabkan kadar asam asetat, asam hidrosi
butirat dan aseton dalam darah meningkat dan dapat menimbulkan
asidosis meningkatnya mobilitas lemak dalam darah akan menyebabkan
asam lemak bebas dalam sirkulasi meningkat yang merupakan faktor
resiko atherosklerosis juga mengurangi lapisan lemak tubuh ditambah
dengan peningkatan asam amino dari sel otot yang bisa menyebabkan
penurunan berat badan (Price, 1999:110).
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes Melitus digolongkan
sebagai akut dan kronis.
1. Komplikasi akut: komplikasi ini terjadi sebagai akibat dari
ketidakseimbangan glukosa darah
a. Koma hipoglikemia
b. Ketoasidosis diabetik
c. Koma hiperosmolar non ketolik
2. Komplikasi kronis
a. Makroangiopati (mengenai pembuluh darah besar) pembuluh
darah tepid an pembuluh darah otak
b. Mikroangiopati (mengenai pembuluh darah kecil) mengenai mata
(retinopati), ginjal (nefropati)
c. Neuropati mengenai saraf sensorik motarik dan akan
menyebabkan masalah ulkus dan makrovaskuler
d. Rentan infeksi seperti TBC paru, Infeksi Saluran Kemih,
gingivitis.
(Mansjoer, 2000:582)
G. FOKUS PENGKAJIAN
1. Aktifitas/istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, otot menurun,
gg tidur.
Tanda: takikardi, takipnea pada keadaan istirahat atau aktivitas atau
aktivitas letargi diorientasi koma penurunan otot.
2. Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat hipertensi
Tanda: takikardi, perubahan tekanan darah, nadi menurun, disritmia,
kulit panas, kering, dan kemerahan pada bola mata cekung.
3. Integritas Ego
Gejala: stress, tergantung orang lain, masalah financial yang
berhubungan dengan kondisinya.
Tanda: ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala: Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia,rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih).
Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuria, abdomen keras, asites,
bising usus
5. Makanan/cairan
Gejala: anorexia, mual, muntah, tidak mengikuti diit, peningkatan
pemasukkan glukosa, BB menurun, haus.
Tanda: kulit kering, bersisik, turgor kulit jelek, kekakuan/distensi
abdomen, pembesaran tiroid.
6. Neurosensori
Gejala: pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengamuk, letargi koma, gg.memori aktifitas,
kejang
7. Nyeri
Gejala: abdomen tegang atau nyeri
Tanda : wajah meringis
8. Pernafasan
Gejala: merasa kekurangan O2, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda: lapar udara, batuk dengan atau tanpa sputum, frekuensi nafas
9. Keamanan
Gejala: kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda: demam,diaforesis, kulit rusak, lesi, penurunan kekuatan
umum
10. Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impotensi pada pria,kesulitan orgasme pada
wanita.
11. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala: faktor resiko keluarga Diabetes mellitus, jantung,
stroke,hipertensi, penyembuhan lambat, penggunaan obat seperti
sterad.
(Doenges, 2000:726)

H. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman atau nyeri berhubungan dengan adanya luka
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
glukosa dalam sel menurun
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi pada
penatalaksanaan penyakit
5. Resiko cedera berhubungan dengan perubahan persepsi sensori
(penglihatan).
BAB III
PENGKAJIAN

A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. M
2. Alamat : Bajing 03/04
3. Pekerjaan :-
4. Pendidikan : SD
5. Komposisi keluaraga :
No Nama J Hub dg Umur Pddkn BC polio DPT Hep. Cmpk ket
k keluarga G
1. Tn. M L KK 71th
SD Tidak
2. Ny.S P Istri 60 th
SD tahu
GENOGRAM

Keterengan:
: laki-laki

: perempuan

: Ny. S

: keluarga inti

: laki-laki meninggal

: perempuan meninggal
6. Tipe keluaraga
Keluarga Tn. M termasuk tipe keluarga inti, yaitu terdiri dari Tn. M
selaku kepala keluarga, Ny. S selaku IRT.
7. Suku bangsa
Tn. M dan keluarga berasal dari suku bangsa Jawa.
8. Agama
Keluarga Tn. M beragama Islam.
9. Status social ekonomi keluaraga
Ny. S mengatakan biaya hidup tergantung pada anak anaknya karena
suaminya sudah tidak bisa bekerja. Di rumah terdapat barang-barang
diantaranya televisi, radio, sepeda, sepeda motor. Keluarga tidak
mempunyai asuransi kesehatan.
10. Aktifitas rekreasi kelurga
Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk berekreas. Biasanya
hanya menonton televisi sambil bercerita, atau jalan - jalan di sekitar
rumah.

II. Riwayat tahap perkembangan keluarga


11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Kelurga Tn. M mempunyai sepuluh orang anak, anaknya yang empat
sudah berumah tangga dan yang enam bekerja di luar kota. Tn. M
hanya tinggal berdua dengan istrinya.
12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Kebutuhan keluarga telah terpenuhi, kecuali Ny. S yang harus sering
cek kesehatan dan gula darah.
13. Riwayat keluarga inti
Ny. S terkena penyakit DM. Status imunisasi setiap anggota keluarga
tidak tahu lengkap atau tidak tapi kalau untuk anak - anak mereka
mengatakan status imunisasinya lengkap.
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Dari keluarga Ny. S dilihat secara partilinear tidak ada penyakit
keturunan demikian pula secara martilinear tidak mempunyai penyakit
keturunan DM.

III.Lingkungan
15. Karakteristik rumah:
Rumah yang ditempati keluarga Tn. M adalah milik sendiri dengan
luas rumah dengan ukuran 12 x 7. Jenis rumah permanen lantai dari
keramik dalam keadaan bersih. Penataan peralatan rumah tangga
tertata kurang rapi. Ventilasi dan pencahayaan baik, keluarga memiliki
kamar mandi sendiri dan jamban sendiri, keadaan bersih, sumber air
berasal dari sumur untuk keperluan sehari-hari. Air tidak berasa, tidak
berbau, dalam keadaan bersih. Jumlah ruangan ada 7, semua ruangan
berfungsi dengan baik. Septic tank kedap air dan jarak 10 m, tempat
pembuangan limbah berjarak 7 m, dan tidak mempunyai kandang.
Denah

Ruang Tamu

Gudang
Ruang Keluarga terbuka

Kamar 1 L Kamar 2
o
r
o
n
g

Dapur Kamar Mandi

16. Karakteristik tetangga dan komunitas


Tetangga keluarga Tn. M sebagian besar petani, walaupun ada yang
bekerja sebagai pegawai dan guru. Tidak ada industri dan lingkungan
bebas air limbah. Kehidupan antar keluarga terjalin akrab dan saling
mengunjungi.
17. Mobilitas geografis keluarga
Keluaraga Tn. M tidak pernah pindah rumah karena merupakan
keluarga asli di desa tersebut.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. M rutin mengikuti kegiatan perkumpulan RT, Ny. S sejak sakit
hanya mengikuti kegiatan perkumpulan yang dekat dengan rumah saja.
19. System pendukung keluaga
Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat, kecuali Ny. S terkena
DM, saat diperiksa 2 hari yang lalu 269 mg/dl.
a. Keluarga selalu mendengarkan keluhan Ny. S
b. Jika diperlukan, keluarga akan pergi ke pelayanan kesehatan jika
ada keluhan tentang kesehatan terutama jika Ny. S ingin
memeriksakan gula darah.
IV. Struktur keluarga
20. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi antara Tn. M dan Ny. S terjalin baik, setiap ada masalah
mereka selalu membicarakan bersama atau bersama anak - anak
mereka.
21. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Tn. M saling menghargai satu sama lain, saling membantu,
serta saling mendukung. Apabila Ny. S ingin berobat di antar oleh
anak - anaknya secara bergantian, hanya saja mereka belum
menyadari betul kalau Ny. S harus kontrol dan minum obat secara
rutin sehingga pada saat pengkajian ditemukan kalau Ny. S obatnya
sudah habis dan belum berobat lagi.
22. Struktur peran (formal dan informal)
a. Tn. M adalah kepala keluarga.
b. Ny. S adalah seorang ibu rumah tangga.
23. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn. M menerapkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran
Agama Islam.
Nilai dan norma dalam keluarga ini dan aturan dalam kelurga setiap
hari:
a. Sebelum makan cuci tanagan
b. Setiap habis makan piring dicuci dan dirapikan
c. Setiap mau tidur membersihkan diri dengan cuci kaki
d. Merapikan tempat tidur
e. Saling tolong menolong satu sama lain
f. Sholat berjamaah
V. Fungsi keluarga
24. Fungsi afektif
Semua anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain. Apabila
ada yang sakit saling membantu. Setiap anggota keluarga tahu hak dan
kewajiban masing-masing, merasa saling memiliki dan mendukung.
25. Fungsi social
Keluarga Tn. M menekankan perlunya berhubungan dengan orang
lain. Setiap anggota keluarga selalu disiplin mentaati peraturan yang
ada. Berperilaku baik dalam masyarakat.
26. Fungsi perawatan kesehatan
a. Keluarga mampu menyediakan makanan yang bersih dan sehat.
b. Memberikan pakaian yang layak
c. Jika ada keluarga yang sakit keluarga mampu memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada.
27. Fungsi reproduksi
Jumlah anak dalam keluarga ini ada 10. Ny. S sudah tidak KB karena
sudah menopause.
28. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibantu oleh kiriman dari
anak-anaknya di luar kota.
VI. Stress dan koping keluarga
29. Stress jangka pendek dan stress jangka panjang
a. Stressor jangka pendek
Setiap hari harus menjaga pola makan dan gaya hidup keluarga
terutama Ny. S yang terkena DM.
b. Stressor jangka panjang
Mempertahankan kesehatan seluruh keluarga terutama Ny. S
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Keluarga Tn. M selalu berusaha untuk berespon adaptif untuk
menyelesaikan masalah.
31. Strategi koping
Keluarga selalu bermusyawarah untuk menghadapi masalah.
32. Strategi adaptasi disfungsional
Ny. S kadang memilih diam dulu jika ada perasaan yang tidak
nyaman/khawatir.

VII. Harapan keluarga


Keluarga berharap keluarganya selalu diberi kesehatan, terutama Ny. S
yang harus rutin berobat.

VIII. Pemeriksaan fisik


Pemerikasaan Tn. M Ny. S
Kepala Rambut sudah Bentuk mesosepal,
beruban, bersih, rambut beruban
bentuk mesocephal panjang lurus
TTV TD:140/100 N:80, TD:162/98
R:20, N:92, R: 22
BB/TB 58/160 74/152
Mata, Tidak anemis, tdk Anemis, tdk ada
ada iritasi, simetris iritasi, simetris, ada
tanda-tanda katarak
Hidung Tdk ada sekret Tdk ada sekret
Mulut Mukosa lembab, Mukosa lembab
Leher Tdk ada pembesaran Tdk ada pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar, tiroid dan
limfe. limfe.
Dada Simetris, suara Simetris, suara
jantung normal, tdk jantung normal, tdk
ada pembesaran ada pembesaran paru
paru jantung. jantung.
Abdomen Tdk kembug,bising Tdk kembug,bising
10x/mnt. 12x/mnt.
Tangan Tdk ada lesi, tdk Tdk ada lesi, tdk
lumpuh, kulit lumpuh,kulit agak
keriput keriput
Kaki Tdk ada lesi, ada Tampak bengkak
benjolan bekas
fraktur
KU Baik Lemah
B. ANALISA DATA
No Data Daignosa Keperawatan
1 Ds: Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan
 Ny. S mengatakan badannya dengan ketidakmampuan keluarga merawat
lemah, sering merasa haus, kaki anggota keluarga yang sakit.
terasa sakit dan sering
kesemutan.
 Ny. S mengatakan mempunyai
penyakit diabetes melitus.
 Ny. S mengatakan tidak rutin
berobat.
 Keluarga Tn. M takut jika
sewaktu – waktu kondisi Ny. S
memburuk.
Do:
 Kaki Ny. S tampak bengkak.
 GDS tanggal 07 April 2023 269
mg/dl
C. SCORING DIAGNOSA
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
Sifat masalah Skala: Keluarga mengatakan masih
 tdk / kurang 3 1 2/3 x 1 bingung dengan cara merawat
sehat = 2/3 kaki Ny. S.
 ancaman 2
kesehan
 keadaan 1
sejahtera

Kemungkinan Keluarga Ny S tidak mampu


masalah dpt diubah, melakukan perawatan kaki DM.
Skala:
 Mudah 2 2 2/2 x 2
 Sebagian 1 =2
 Tdk dpt diubah 0
Potensial masalah Jika ada sumber informasi yang
dpt dicegah , Skala: baik tentang kesehatan terutama
 Tinggi 3 1 1/3 x 1 DM masih bisa dicegah.
 Cukup 2 =1
 Rendah 1
Menonjolkan Keluarga menyatakan masalah
masalah, skala: harus segera ditangani.
 Masalah berat 2 1 2/2 x 1
harus di tangani =1
 Ada masalah
tapi tidak perlu 1
di tangani
 Masalah tidak
dirasakan.
0

Scoring :
Dx (1)
1) 2/3 x 1= 2/3
2) 2/2 x 2 =2
3) 1/3 x 1= 1/3
4) 2/1 x 2 =1
Jml scoring Dx adalah 4
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
E. INTERVENSI
No. Diagnosa Intervensi Rasional
NOC NIC
1. Ketidakstabilan NOC: NIC:
Meningkatkan
kadar gula
Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan
pengetahuan dan perilaku
darah klien tentang cara
merawat anggota hidup sehat untuk
berhubungan merawat anggota
dengan
keluarga yang keluarga dengan DM.
penderita DM.

ketidakmampua sakit . 2. Diskusikan dengan


n keluarga anggota keluarga cara
merawat merawat anggota
anggota keluarga dengan DM.
keluarga yang 3. Jelaskan dan
sakit. demonstrasikan cara
merawat kaki diabetes
dengan senam
diabetes.
4. Evaluasi kembali
tentang cara merawat
kaki diabetes dengan
senam kaki diabetes.
5. Berikan kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
6. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

IMPLEMENTASI
No Diagnosa Keperawatan
Keluarga Implementasi Evaluasi
1. Ketidakstabilan kadar Senin, 10 April 2023
gula darah Pkl. 14.00-14.20 WIB S : Keluarga Ny. S mengatakan
berhubungan dengan  Kaji pengetahuan klien tentang sudah mengetahui cara merawat
ketidakmampuan cara merawat anggota keluarga anggota keluarga dengan DM
keluarga merawat dengan DM. dan cara merawat kaki diabetes
anggota keluarga yang  Diskusikan dengan anggota dengan senam diabetes.
sakit. keluarga cara merawat anggota O : Keluarga dan Ny. S mampu
keluarga dengan DM. menjawab pertanyaan yang
 Jelaskan dan demonstrasikan diajukan.
cara merawat kaki diabetes A : Masalah teratasi
dengan senam diabetes. P : Menyarankan kepada keluarga

 Evaluasi kembali tentang cara untuk mendampingi saat

merawat kaki diabetes dengan melakukan senam kaki diabetes.

senam kaki diabetes.


 Berikan kesempatan keluarga
untuk bertanya.
 Berikan pujian pada keluarga
atas jawaban yang benar.
 Memberikan leaflet senam
kaki diabetes.
DAFTAR PUSTAKA
Boughman, DC and Joan CH 2000. Keperawatan Medikal bedah, Jakarta :
EGC
Carpenito LJ.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Dokumentasi. Jakarta :
EGC
Doenges.M.E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perawat Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien.
Jakarta : EGC
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : IAPH
Padjajaran
Runnoharto, 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan system
Endokrin. Jakarta : EGC.
Price, SA and Wilson.1995.Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit.Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 1997. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : media
aesculapius
Brunner and Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8. Jakarta : EGC
Smeltzer, suzanna C, 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & suddarth Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai