Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

K DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA BERSIHAN JALAN NAFAS
TIDAK EFEKTIF DENGAN DIAGNOSA MEDIS ISPA
(INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS) DI
RUANG ASTER UPTD PUSKESMAS KROYA I

Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Stase KDP Profesi
Ners

Disusun Oleh:
Ragil Andriyani
2022030181

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022/2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN UTAMA BERSIHAN JALAN NAFAS
TIDAK EFEKTIF DENGAN DIAGNOSA MEDIS ISPA
(INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS) DI
RUANG ASTER UPTD PUSKESMAS KROYA I

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :


Ragil Andriyani
NIM : 2022030181

Asuhan keperawatan ini telah disetujui dan disahkan


pada tanggal : November 2022

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(Tatik Winarni, S.Kep.,Ners) (Podo Yuwono, M.Kep.,CWCS)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................... ....................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian ............................................................................................ 1
B. Etiologi................................................................................................. 1
C. Batasan Karakteristik........................................................................ ... 2
D. Patofisiologi ........................................................................................ 3
E. Pathways............................................................................................... 4
F. Masalah Keperawatan lain yang muncul……..……………………… 5
G. Intervensi Keperawatan……………………………………………… 5
BAB II TINJAUAN KASUS.......................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Bersihan Jalan Napas Tidak efektif merupakan ketidakmampuan


membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan
jalan napas tetap paten (Tim POKJA SDKI DPP PPNI, 2017).
Bersihan jalan nafastidak efektif menurut Herdman & Kamitsuru
(2018) a d alah ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana
individu mengalami ancaman yang nyata atau potensial berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk batuk efektif (Carpenito & Moyet, 2013).
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bersihan
jalan napas tidak efektif merupakan suatu masalah keperawatan yang
ditandai dengan ketidakmampuan batuk secara efektif atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten pada pasien.

B. ETIOLOGI
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), penyebab dari bersihan
jalan napas tidak efektif antara lain :
1. Spasme jalan napas
2. Hiperekresi jalan napas
3. Disfungsi neuro muskular
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hyperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi

1
10. Efek agen farmakologi

C. BATASAN KARAKTERISTIK
Menurut TIM Poja SDKI DPP PPNI (2017), gejala dan tanda pada
masalah bersihan jalan napas tidak efektif antara lain :
Gejala dan tanda Mayor :
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering.
5. Mekonium di jalan napas (pada neonatus)
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortonea
Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napaas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah

2
D. PATOFISIOLOGI

Pneumonia terjadi bila mekanisme pertahanan tubuh mengalami


gangguan yang menjadikan kuman patogen bisa mencapai saluran napas
bagian bawah. Inokulasi patogen penyebab di saluran napas akan
menimbulkan respons inflamasi akut yang berbeda sesuai patogen
penyebabnya. Virus akan menginvasi saluran napas kecil dan alveoli,
umumnya mengenai banyak lobus. Pada infeksi virus ditandai lesi awal
berupa kerusakan silia epitel dengan akumulasi debris ke dalam lumen.
Respons inflamasi awal adalah infiltrasi sel-sel mononuklear ke dalam
submukosa dan perivaskuler. Sebagian sel polymorponukleus (PMN) akan
didapatkan dalam saluran napas kecil. Bila proses inflamasi meluas maka
sel debris, mukus serta sel-sel inflamasi yang meningkat dalam saluran
napas kecil akan menyebabkan obstruksi baik parsial maupun total.
Respons inflamasi didalam alveoli sama seperti yang terjadi dalam ruang
interstisial yang terdiri dari sel-sel monokuklear. Proses infeksi yang berat
akan mengakibatkan terjadinya pengelupasan epitel dan akan terbentuk
aksudat hemoragik. Inflamasi ke interstisial sangat jarang menimbulkan
fibrosis (Aini, 2016).

Proses inflamasi yang mengakibatkan terjadinya kongesti vaskular


dan edema yang luas, hal ini merupakan karakteristik pneumonia yang
disebakan oleh pneumococcus. Kuman akan dilapisis oleh cairan edema
yang berasal dari alveolus melalui pori-pori kohn. Area edema kan
membesar dan membentuk area sentral yang terdiri dari eritrosit, eksudat
purulen (fibrin, sel-sel leukosit PMN) dan bakteri. Fase ini secara
histopatologi dinamakan hepatisasi merah. Tahap selanjutnya adalah
hepatisasi kelabu yang ditandai dengan fagositosis aktif oleh leukosit
PMN. Pelepasan komponen dinding bakteri dan pneumolisin melalui
degredasi enzimatik akan meningkatkan respons inflamasi dan efek
sitotoksik terhadap semua sel-sel paru. Proses ini akan mengakibatkan
kaburnya struktur seluler paru (Agustina et al., 2022)

3
E. PATHWAY

4
F. MASALAH KEPERAWATAN LAIN YANG MUNCUL
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Hipertermia
4. Nyeri akut
5. Resiko deficit nutrisi

G. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kode Luaran Kode Intervensi
Keperawatan SLKI SLKI SIKI SIKI
1. Bersihan jalan L.01001 Setelah dilakukan tindakan I.14509 Intervensi Utama :
nafas tidak efektif keperawatan selama 3x24 jam
SIKI: Manajemen Jalan Nafas
berhubungan diharapkan bersihan jalan nafas
dengan kembali membaik kriteria hasil: Observasi
Hipersekresi jalan 1. Batuk efektif meningkat 1. Monitor pola nafas
nafas (D.0001) 2. Produksi sputum menurun (frekuensi, kedalaman, usaha
3. Ronkhi menurun nafas)
4. Frekuensi nafas membaik
2. Monitor bunyi nafas
tambahan (mis.gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi
kering)
3. Monitor sputum (jumlah,

5
warna, aroma)

Terapeutik
1. Posisikan semi flower atau
flower
2. Berikan minum hangat
3. Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
4. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
5. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan tehnik batuk efektif

6
BAB II
TINJAUAN KASUS

Tanggal Masuk : 07 November 2022, 11.00 WIB


Tanggal Pengkajian : 07 November 2022, 13.00 WIB
Ruang : Aster
Pengkaji : Ragil Andriyani

2.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. M
b. No. RM : 004680
c. Umur : 73 tahun
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : Petani
g. Alamat : Kroya 16/04
h. Diagnosa Medis : ISPA
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas.
3. Riwayat Kesehatan :
a. Sekarang : Klien datang dengan keluhan sesak nafas, batuk selama 1
minggu.
b. Dahulu : Klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat penyakit
yang sama atapun penyakit yang lain.
c. Keluarga : Klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang mempunyai
penyakit yang sama dengan yang diderita klien.

7
Genogram :

Genogram Klien Keterangan :

: Laki-Laki : Meninggal

: Perempuan : Klien

.. : Tinggal serumah : Hubungan dalam


keluarga

: Garis keturunan

4. Pengkajian pola fungsional menurut Virginia Henderson.


a. Pola Oksigenasi
Sebelum sakit : Pasien tidak sesak nafas dapat bernafas dengan
normal tanpa alat bantu pernafasan.
Saat sakit : Pasien mengatakan sesak, dan batuk
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan pola makan pasien 3 x sehari
tanpa dibatasi diet, Pasien tidak pernah mengalami
gangguan makan, tidak ada gangguan menelan

Saat sakit : Pasien mengatakan makan satu porsi tidak habis


sesuai dengan diet dari Puskesmas

c. Pola Eliminasi
8
Sebelum sakit
BAK : Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kesulitan
dalam BAK dan BAK 6-7 x / hari .
BAB : Pasien mengatakan BAB dan BAK lancar setiap hari
dan tidak ada gangguan.
Saat sakit
BAK :Pasien mengatakan BAK 6-7 x/hari sama seperti sebelum
sakit
BAB :Pasien mengatakan BAB dan BAK tidak ada gangguan.
d. Pola Aktivitas/Bekerja

Sebelum sakit : Sehari-hari pasien berjualan di warung, dalam


melakukan aktifitasnya pasien dapat melakukannya
secara mandiri.
Saat sakit : Pasien bisa melakukan ADL dengan dibantu oleh
keluarga dan perawat.
e. Pola istirahat dan Tidur

Sebelum sakit : Pasien bisa tidur 7-8 jam/hari tanpa ada gangguan
tidur pada saat siang hari tidur siang 1 jam.
Saat sakit : Pasien mengatakan tidak bisa tidur semalaman dan
di siang hari juga tidak bisa tidur.
f. Pola mempertahankan suhu

Sebelum sakit : Pasien mnegatakan jika dingin memakai jaket dan


slimut jika panas pasien hanya memakai baju yang
tipis dan menyerap keringat.
Saat sakit : Pasien memakai baju dan selimut jika suhu dingin.
g. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat mengenakan baju sendiri.
Saat sakit : Pasien kadang dibantuan keluarga dalam mengenakan
pakaian.
h. Pola Gerak dan Keseimbangan
Sebelum sakit : Pasien dapat bergerak bebas sesuai keinginan.

9
Saat sakit : Pasien hanya bergerak terbatas karena sakit.
i. Pola Personal Higine
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit mandi sendiri 2x
sehari.
Saat sakit : Pasien mengatakan hanya di seka badannya 2x
sehari.
j. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan lancar dalam berkomunikasi
setiap harinya.
Saat sakit : Pasien berkomunikasi dengan baik.
k. Pola Aman dan Nyaman
Sebelum sakit : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman di
rumah dengan anggota keluarga dan
lingkungannya.
Saat sakit : Pasien mengatakan merasa tidak nyaman dengan
keadaanya sekarang yang selalu berbaring ditempat
tidur.
l. Pola Spiritual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan beragama islam dan selalu sholat
5 waktu dan berdzikir.
Saat sakit : Pasien mengatakan t e t a p sholat dengan tayamum.
m. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan rekreasi dengan pergi ke pasar untuk
membeli dagangan.
Saat sakit : Pasien mengatakan kalau badannya terasa enak
berjalan-jalan di sekitar puskesmas.
n. Pola Belajar
Sebelum sakit : Pasien tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya.
Saat dikaji : Pasien tahu tentang penyakitnya karena telah
mendapatkan penjelasan dari dokter dan perawat
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang

10
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Td : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 37.9 C
RR : 26 x/menit
Pemeriksaan Head toe toe
a. Keadaan Rambut dan Higiene Kepala :
Inspeksi : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka
Inspeksi : Hitam, tidak mudah rontok, penyebaran merata, rapi
b. Mata Sclera :
Inspeksi : Simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva kemerahan,
sclera putih, pupil isokor.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Hidung : Inspeksi : Simetris, fungsi penciuman baik, adanya
pernafasan cuping hidung, terpasang O2 nasal kanul
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Mulut dan Gigi : Bersih
e. Leher : tidak terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
f. Dada
1) Pemeriksaan paru – paru
a) Inspeksi Thorak
Bentuk Thorak : Normal
Penggunaan otot bantu pernafasan : Diafragma
b) Palpasi
Vokal premitus : teraba normal
c) Perkusi : normal
d) Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara ucapan : Jelas
Suara nafas tambahan : ronkhi
2) Pemeriksaan jantung :
a) Inspeksi dan palpasi : simetris, tidak ada denyutan lain

11
b) Perkusi batas jantung : normal tidak ada kelainan
c) Auskultasi
Bunyi jantung I : S1 lup
Bunyi jantung II : S2 dup
Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
Bising/murmur : Tidak ada
Frekuensi denyut jantung : Teraba jelas dan teratur
g. Abdomen :
 Inspeksi : tampak bersih
 Auskultasi : Bissing usus dalam batas normal
 Palpasi : tidak ditemukan benjolan atau masa
 Perkusi : Tympani
h. Ekstremitas : tidak ada kelainan anggota gerak atas dan bawah
i. Genatal : Bersih, tidak ada pembesaran hemoroid.
j. Muskulosetal: tidak ada oedem, tangan kanan terpasang infus RL 20
tpm

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium darah rutin :


PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
Lk: 13-16 gr%
Haemoglobin 11,9 gr%
Pr : 12-14 gr%
Leukosit 18375 mmᶟ 4000-10.000 mmᶟ
Lk: 4,5-6,5 Jt mmᶟ
Eritrosit 5,30 Jt mmᶟ
Pr: 4-6 Jt mmᶟ
Trombosit 155.000 mmᶟ 150.000 – 40.000 mmᶟ
Hematokrit 35 vol% 40-48 vol%
MCV 67 fl 80,0-97,0 fl
MCH 25 pg 26,0-32,0 pg
MCHC 35gr/dl 32,0-37,0gr/dl

7. Terapi Medis : Ceftriaxon inj 1gr/12 jam, salbutamol 4 mg 3x1,


methylprednisolone 5mg 3x1, ambroxol 20 mg 3x1, paracetamol 500 mg 3x1

8. Diit :

TKTP (Tinggi Karbohidat Tinggi Protein)

12
2.2 Masalah Keperawatan

1. Analisa Data

NO DATA FOKUS PATWAY ETIOLOGI PROBLEM


1. DS : Penyebaran Hipersekresi Bersian Jalan
Pasien mengatakan sesak streptococcus jalan nafas napas tidak
napas dan batuk. pneumonia Efektif
DO:
Infeksi saluran
a. Klien tampak gelisah
penafasan atas
b. Terdengar ronkhi, sputum
berlebih Masuk lewat
c. RR : 26 x/menit jalan nafas

Kuman
berlebih di
bronkus

Terjadi proses
peradangan

Akumulasi
secret di
bronkus

Batuk tidak
efektif

Bersihan jalan
nafas tidak
efektif

2 DS :- Infeksi saluran Proses penyakit Hipertermia


DO: penafasan atas
a. Suhu tubuh meningkat
Masuk lewat
37.9°C
jalan nafas
b. Akral hangat.
Kuman
berlebih di

13
bronkus

Terjadi proses
peradangan

Hipertermiaa

2. Prioritas Masalah Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan


nafas ditandai dengan ronkhi.

b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu


tubuh di atas nilai normal.

2.3 Intervensi Keperawatan


No. Dx. TUJUAN & KRIT. HASIL INTERVENSI
1. Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama :
keperawatan selama 2x24 jam
SIKI: Manajemen Jalan Nafas
diharapkan bersihan jalan nafas
kembali membaik kriteria hasil: Observasi
1. Batuk efektif dari sedang 1) Monitor pola nafas (frekuensi,
menjadi meningkat kedalaman, usaha nafas)
2. Produksi sputum dari sedang
menjadi menurun 2) Monitor bunyi nafas tambahan
3. Ronkhi dari sedang menjadi (mis.gurgling, mengi, wheezing,
menurun ronkhi kering)
4. Frekuensi nafas dari sedang 3) Monitor sputum (jumlah, warna,
menjadi membaik aroma)
Terapeutik
1) Posisikan semi flower atau flower
2) Berikan minum hangat
3) Berikan oksigen 3l/mnt
Edukasi
1) Ajarkan tekhnik batuk efektif

Kolaborasi
1. Berikan terapi ambroxol dan
14
salbutamol sesuai advice
2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
keperawatan selama 2x24 jam Observasi
diharapkan termoregulasi kembali 1) Monitor suhu tubuh
membaik kriteria hasil: 2) Monitor haluaran urine
Terapeutik
1. Suhu tubuh dari sedang menjadi
Longgarkan atau lepaskan pakaian
membaik
1)

Berikan cairan oral


2. Suhu kulit dari sedang menjadi
2)

3) Lakukan kompres hangat pada axila


membaik dan leher
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1) Berikan terapi paracetamol sesuai
advice

15
2.4 Implementasi

WAKTU NO. DX IMPLEMENTASI RESPON PASIEN PARAF


KEP
Senin, 1 1. Memonitor pola napas (frekuensi, 1. Pasien mengatakan batuk susah keluar
07/11/2022 kedalaman, usaha napas) dahak, RR : 27x/menit
14.00 irama : cepat

2. Memonitor bunyi nafas tambahan 2. Terdengar suara ronkhi


14.05

3. Mengatur posisi semi fowler pada 3. Pasien mengatakan sedikit lega,


14.10
pasien tampak dalam posisi semi fowler
14:15 4. Memberika O2 3L/mnt 4. Pasien terpasang O2

14:30 5. Memberikan terapi ambroxol dan 5. Pasien meminum obat yang diberikan
salbutanol
15:30 6. Mengajarkan pasien cara batuk 6. Pasien kooperatif dan mempraktekkan
efektif dengan benar, pasien mengatakan
sedikit lega

15:45 7. Menganjurkan pada pasien untuk 7. Pasien/keluarga memahami penjelasan


sering minum air hangat perawat
14:20 2 1. Memonitor suhu tubuh pasien 1. Pasien teraba hangat, S: 37,9 0C
16
14.30 2. Memberikanan paracetamol 2. Obat diminum pasien
14:35 3. Menganjurkan pasien 3. Pasien dan keluarga memahami apa
mengenakan pakaian yang tipis yang dijelaskan
dan menyerap keringat
14.50 4. Memberikan kompres air hangat 4. Pasien kooperatif
pada leher dan axila

Selasa, 1 1. Memonitor pola napas (frekuensi, 1. Pasien mengatakan batuk dan sesak
08/11/2022 kedalaman, usaha napas) sudah berkurang, RR: 23x/menit
13:00

14.15
2. Memonitor bunyi nafas tambahan 2. Ronkhi berkurang
14.30
3. Memberikan obat salbutamol dan 3. Pasien meminum obat yang diberikan
ambroxol

14.20 2 1. Memonitor suhu tubuh pasien 1. Pasien mengatakan demam sudah turun,
S: 37.4 0C
14:30 2. Memberikan obat paracetamol 2. Pasien minum obat paracetamol

Rabu, 1. Memonitor pola napas (frekuensi, 1. Pasien mengatakan sudah tidak esak
09/11/2022 kedalaman, usaha napas) nafas, batuk sudah jarang, RR:
13.30 20x/menit.

17
13.35 2. Memonitor bunyi nafas tambahan 2. Ronkhi berkurang
14.30 3. Memberikan obat salbutamol dan 3. Pasien meminum obat yang diberikan
ambroxol

2.5 Evaluasi

HR/TGL/ NO. DX EVALUASI PARAF


JAM KEP
Senin, 1 S : Pasien mengatakan masih batuk dan sesak nafas.
07/11/2022 O:
17.00 - Pasien tampak batuk
- RR : 25 x/menit
A : Masalah belum teratasi
- Batuk efektif sedang
- Produksi sputum sedang
- Ronkhi sedang
- Frekuensi nafas sedang
P : Lanjutkan intervensi
2 S : Pasien mengatakan demam sudah turun.
O:
- Akral hangat.
- Suhu tubuh klien 37,7°C
A : Masalah belum teratasi
- Suhu tubuh cukup membaik

18
P : Lanjutkan intervensi
Selas, 1 S : Pasien mengatakan sesaknya berkurang, masih batuk.
08/11/2022 O: - Pasien masih tampak batuk
17.00 - RR : 23 x/menit
A : Masalah belum teratasi
- Batuk efektif cukup meningkat
- Produksi sputum cukup menurun
- Ronkhi cukup menurun
- Frekuensi nafas cukup membaik
P : Lanjutkan intervensi
2 S : Pasien mengatkan sudah tidak demam.
O :.
Suhu tubuh klien 37,2°C
A : Masalah teratasi
Suhu tubuh membaik
P : Hentikan intervensi

19
Rabu, 1 S : Pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas, batuk kadang –
09/11/2022 kadang.
17.00 O: - Pasien masih tampak batuk
- RR : 20 x/menit
A : Masalah teratasi
- Batuk efektif meningkat
- Produksi sputum menurun
- Ronkhi menurun
- Frekuensi nafas membaik
P : Hentikan intervensi

20
BAB III

PEMBAHASAN

Infeksi pernafasan merupakan radang akut yang paling banyak terjadi pada anak-anak
yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun tanpa atau disertai dengan
radang parenkim paru (Wong, 2013). ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus,
riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung
sampai 14 hari. (Sari, 2013). Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan
3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3
sampai 6 kali setahun. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya, terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, jika berlanjut menjadi
pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi
dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. (Sundari, dkk. 2014).
Pada kasus ini, pasien perempuan berumur 73 th, mengeluh sesak nafas, batuk
berdahak dan tidak mampu mengeluarkan dahak, maka implementasi yang dilakukan
adalah dengan mengajarkan batuk efektif. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Diana dkk (2022) karena batuk efektif adalah batuk yang menekankan teknik yang
diilhami oleh tujuan merangsang pembukaan sistem kolateral. Meningkatkan distribusi
ventilasi. Meningkatkan volume paru-paru; memfasilitasi irigasi jalan napas. Dengan
demikian, batuk dapat secara efektif meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah
risiko tinggi retensi sekresi. Batuk yang efektif membantu pasien untuk batuk dengan
baik, sehingga pasien dapat menghemat energi dan malaise serta menghasilkan sputum
yang maksimal.

21
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, D., Pramudianto, A., & Novitasari, D. (2022). Implementasi Batuk


Efektif pada Pasien Pneumonia dengan Masalah Gangguan Oksigenasi.
Jurnal Keperwatan Merdeka (JKM), 2(1), 30–35.

Aini, S. D. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita


Pneumonia Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Ruang
Asoka RSUD Dr. Hardjono Ponorogo.
Ejornaluniversutasmuhammadiyahpoorogo.

Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth. In E. A. Mardella (Ed.), Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth (12th ed., pp. 190–192). Jakarta: EGC.

Ikawati, Z. (2016).Pernafasan dan Penyakit Sistem Tatalaksana Terapinya


(pertama). Yogyakarta: Bursa Ilmu.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta:


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat


Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan (A. Suslia, ed.). Jakarta: Salemba Medika

22

Anda mungkin juga menyukai