K DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA BERSIHAN JALAN NAFAS
TIDAK EFEKTIF DENGAN DIAGNOSA MEDIS ISPA
(INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS) DI
RUANG ASTER UPTD PUSKESMAS KROYA I
Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Stase KDP Profesi
Ners
Disusun Oleh:
Ragil Andriyani
2022030181
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), penyebab dari bersihan
jalan napas tidak efektif antara lain :
1. Spasme jalan napas
2. Hiperekresi jalan napas
3. Disfungsi neuro muskular
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hyperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
1
10. Efek agen farmakologi
C. BATASAN KARAKTERISTIK
Menurut TIM Poja SDKI DPP PPNI (2017), gejala dan tanda pada
masalah bersihan jalan napas tidak efektif antara lain :
Gejala dan tanda Mayor :
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering.
5. Mekonium di jalan napas (pada neonatus)
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortonea
Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napaas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
2
D. PATOFISIOLOGI
3
E. PATHWAY
4
F. MASALAH KEPERAWATAN LAIN YANG MUNCUL
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Hipertermia
4. Nyeri akut
5. Resiko deficit nutrisi
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kode Luaran Kode Intervensi
Keperawatan SLKI SLKI SIKI SIKI
1. Bersihan jalan L.01001 Setelah dilakukan tindakan I.14509 Intervensi Utama :
nafas tidak efektif keperawatan selama 3x24 jam
SIKI: Manajemen Jalan Nafas
berhubungan diharapkan bersihan jalan nafas
dengan kembali membaik kriteria hasil: Observasi
Hipersekresi jalan 1. Batuk efektif meningkat 1. Monitor pola nafas
nafas (D.0001) 2. Produksi sputum menurun (frekuensi, kedalaman, usaha
3. Ronkhi menurun nafas)
4. Frekuensi nafas membaik
2. Monitor bunyi nafas
tambahan (mis.gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi
kering)
3. Monitor sputum (jumlah,
5
warna, aroma)
Terapeutik
1. Posisikan semi flower atau
flower
2. Berikan minum hangat
3. Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
4. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
5. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan tehnik batuk efektif
6
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. M
b. No. RM : 004680
c. Umur : 73 tahun
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : Petani
g. Alamat : Kroya 16/04
h. Diagnosa Medis : ISPA
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas.
3. Riwayat Kesehatan :
a. Sekarang : Klien datang dengan keluhan sesak nafas, batuk selama 1
minggu.
b. Dahulu : Klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat penyakit
yang sama atapun penyakit yang lain.
c. Keluarga : Klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang mempunyai
penyakit yang sama dengan yang diderita klien.
7
Genogram :
: Laki-Laki : Meninggal
: Perempuan : Klien
: Garis keturunan
c. Pola Eliminasi
8
Sebelum sakit
BAK : Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kesulitan
dalam BAK dan BAK 6-7 x / hari .
BAB : Pasien mengatakan BAB dan BAK lancar setiap hari
dan tidak ada gangguan.
Saat sakit
BAK :Pasien mengatakan BAK 6-7 x/hari sama seperti sebelum
sakit
BAB :Pasien mengatakan BAB dan BAK tidak ada gangguan.
d. Pola Aktivitas/Bekerja
Sebelum sakit : Pasien bisa tidur 7-8 jam/hari tanpa ada gangguan
tidur pada saat siang hari tidur siang 1 jam.
Saat sakit : Pasien mengatakan tidak bisa tidur semalaman dan
di siang hari juga tidak bisa tidur.
f. Pola mempertahankan suhu
9
Saat sakit : Pasien hanya bergerak terbatas karena sakit.
i. Pola Personal Higine
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit mandi sendiri 2x
sehari.
Saat sakit : Pasien mengatakan hanya di seka badannya 2x
sehari.
j. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan lancar dalam berkomunikasi
setiap harinya.
Saat sakit : Pasien berkomunikasi dengan baik.
k. Pola Aman dan Nyaman
Sebelum sakit : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman di
rumah dengan anggota keluarga dan
lingkungannya.
Saat sakit : Pasien mengatakan merasa tidak nyaman dengan
keadaanya sekarang yang selalu berbaring ditempat
tidur.
l. Pola Spiritual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan beragama islam dan selalu sholat
5 waktu dan berdzikir.
Saat sakit : Pasien mengatakan t e t a p sholat dengan tayamum.
m. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan rekreasi dengan pergi ke pasar untuk
membeli dagangan.
Saat sakit : Pasien mengatakan kalau badannya terasa enak
berjalan-jalan di sekitar puskesmas.
n. Pola Belajar
Sebelum sakit : Pasien tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya.
Saat dikaji : Pasien tahu tentang penyakitnya karena telah
mendapatkan penjelasan dari dokter dan perawat
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
10
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Td : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 37.9 C
RR : 26 x/menit
Pemeriksaan Head toe toe
a. Keadaan Rambut dan Higiene Kepala :
Inspeksi : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka
Inspeksi : Hitam, tidak mudah rontok, penyebaran merata, rapi
b. Mata Sclera :
Inspeksi : Simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva kemerahan,
sclera putih, pupil isokor.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Hidung : Inspeksi : Simetris, fungsi penciuman baik, adanya
pernafasan cuping hidung, terpasang O2 nasal kanul
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Mulut dan Gigi : Bersih
e. Leher : tidak terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
f. Dada
1) Pemeriksaan paru – paru
a) Inspeksi Thorak
Bentuk Thorak : Normal
Penggunaan otot bantu pernafasan : Diafragma
b) Palpasi
Vokal premitus : teraba normal
c) Perkusi : normal
d) Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara ucapan : Jelas
Suara nafas tambahan : ronkhi
2) Pemeriksaan jantung :
a) Inspeksi dan palpasi : simetris, tidak ada denyutan lain
11
b) Perkusi batas jantung : normal tidak ada kelainan
c) Auskultasi
Bunyi jantung I : S1 lup
Bunyi jantung II : S2 dup
Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
Bising/murmur : Tidak ada
Frekuensi denyut jantung : Teraba jelas dan teratur
g. Abdomen :
Inspeksi : tampak bersih
Auskultasi : Bissing usus dalam batas normal
Palpasi : tidak ditemukan benjolan atau masa
Perkusi : Tympani
h. Ekstremitas : tidak ada kelainan anggota gerak atas dan bawah
i. Genatal : Bersih, tidak ada pembesaran hemoroid.
j. Muskulosetal: tidak ada oedem, tangan kanan terpasang infus RL 20
tpm
6. Pemeriksaan penunjang
8. Diit :
12
2.2 Masalah Keperawatan
1. Analisa Data
Kuman
berlebih di
bronkus
Terjadi proses
peradangan
Akumulasi
secret di
bronkus
Batuk tidak
efektif
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
13
bronkus
Terjadi proses
peradangan
Hipertermiaa
Kolaborasi
1. Berikan terapi ambroxol dan
14
salbutamol sesuai advice
2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
keperawatan selama 2x24 jam Observasi
diharapkan termoregulasi kembali 1) Monitor suhu tubuh
membaik kriteria hasil: 2) Monitor haluaran urine
Terapeutik
1. Suhu tubuh dari sedang menjadi
Longgarkan atau lepaskan pakaian
membaik
1)
15
2.4 Implementasi
14:30 5. Memberikan terapi ambroxol dan 5. Pasien meminum obat yang diberikan
salbutanol
15:30 6. Mengajarkan pasien cara batuk 6. Pasien kooperatif dan mempraktekkan
efektif dengan benar, pasien mengatakan
sedikit lega
Selasa, 1 1. Memonitor pola napas (frekuensi, 1. Pasien mengatakan batuk dan sesak
08/11/2022 kedalaman, usaha napas) sudah berkurang, RR: 23x/menit
13:00
14.15
2. Memonitor bunyi nafas tambahan 2. Ronkhi berkurang
14.30
3. Memberikan obat salbutamol dan 3. Pasien meminum obat yang diberikan
ambroxol
14.20 2 1. Memonitor suhu tubuh pasien 1. Pasien mengatakan demam sudah turun,
S: 37.4 0C
14:30 2. Memberikan obat paracetamol 2. Pasien minum obat paracetamol
Rabu, 1. Memonitor pola napas (frekuensi, 1. Pasien mengatakan sudah tidak esak
09/11/2022 kedalaman, usaha napas) nafas, batuk sudah jarang, RR:
13.30 20x/menit.
17
13.35 2. Memonitor bunyi nafas tambahan 2. Ronkhi berkurang
14.30 3. Memberikan obat salbutamol dan 3. Pasien meminum obat yang diberikan
ambroxol
2.5 Evaluasi
18
P : Lanjutkan intervensi
Selas, 1 S : Pasien mengatakan sesaknya berkurang, masih batuk.
08/11/2022 O: - Pasien masih tampak batuk
17.00 - RR : 23 x/menit
A : Masalah belum teratasi
- Batuk efektif cukup meningkat
- Produksi sputum cukup menurun
- Ronkhi cukup menurun
- Frekuensi nafas cukup membaik
P : Lanjutkan intervensi
2 S : Pasien mengatkan sudah tidak demam.
O :.
Suhu tubuh klien 37,2°C
A : Masalah teratasi
Suhu tubuh membaik
P : Hentikan intervensi
19
Rabu, 1 S : Pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas, batuk kadang –
09/11/2022 kadang.
17.00 O: - Pasien masih tampak batuk
- RR : 20 x/menit
A : Masalah teratasi
- Batuk efektif meningkat
- Produksi sputum menurun
- Ronkhi menurun
- Frekuensi nafas membaik
P : Hentikan intervensi
20
BAB III
PEMBAHASAN
Infeksi pernafasan merupakan radang akut yang paling banyak terjadi pada anak-anak
yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun tanpa atau disertai dengan
radang parenkim paru (Wong, 2013). ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus,
riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung
sampai 14 hari. (Sari, 2013). Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan
3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3
sampai 6 kali setahun. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya, terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, jika berlanjut menjadi
pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi
dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. (Sundari, dkk. 2014).
Pada kasus ini, pasien perempuan berumur 73 th, mengeluh sesak nafas, batuk
berdahak dan tidak mampu mengeluarkan dahak, maka implementasi yang dilakukan
adalah dengan mengajarkan batuk efektif. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Diana dkk (2022) karena batuk efektif adalah batuk yang menekankan teknik yang
diilhami oleh tujuan merangsang pembukaan sistem kolateral. Meningkatkan distribusi
ventilasi. Meningkatkan volume paru-paru; memfasilitasi irigasi jalan napas. Dengan
demikian, batuk dapat secara efektif meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah
risiko tinggi retensi sekresi. Batuk yang efektif membantu pasien untuk batuk dengan
baik, sehingga pasien dapat menghemat energi dan malaise serta menghasilkan sputum
yang maksimal.
21
DAFTAR PUSTAKA
22