Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN TEHNIK PURSED LIP BREATHING PADA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S dengan ASMA di RUANG


IGD RS dr CHASBULLAH ABDUL MADJID KOTA BEKASI

Di susun Oleh :

Tri Juli Riswanti

Anita Suharti

Ajeng

Suhana Nurdawa

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun tugas uas komunitas ini

dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam tugas ini kami akan membahas

mengenai “Penerapan Tehnik Pursed Lip Breathing pada Asuhan Keperawatan pada Ny. S

dengan Asma di Ruang IGD dr Chasbullah Abdul Madjid Kota Bekasi”.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.

Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat

membangun kami. Kritik yang mendukung dari pembaca sangat kami harapkan untuk

penyempurnaan tugas selanjutnya. Akhir kata semoga tugas ini dapat memberikan manfaat

bagi kita semua.

Bekasi, 21 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................... ii

Bab I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

Bab II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 2

Asma .............................................................................. 2

Tehnik Pursed Lip Breathing .............................................................................. 5

Bab III TINJAUAN KASUS .............................................................................. 7

Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. ASMA
A. Pengertian
Sesak nafas dan mengi menjadi suatu pertanda seseorang mengalami asma.
Asma merupakan gangguan radang kronik pada saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat peka terhadap rangsangan tertentu, sehingg apabila
terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara
terhambat karena konstriksi bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya proses
radang. Dari proses radang tersebut dapat timbul gejala sesak nafas dan mengi
(Almazini, 2012). Sedangkan menurut Wahid dan Suprapto (2013) Asma adalah
suatu penyakit dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
pada rangsangan tertentu, yang mengakibatkan peradangan, penyempitan ini bersifat
sementara. Dari beberapa pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan asma
merupakan suatu penyakit saluran pernafasan yang mengalami penyempitan karena
hipereaktivitas oleh faktor risiko tertentu. Penyempitan ini bersifat sementara serta
menimbulkan gejala sesak nafas dan mengi.

B. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
1) Asma ekstrinsik / alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus,
binatang dan debu.
2) Asma instrinsik / idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor
non spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau emosi sering memicu
serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia 40 tahun setelah menderita
infeksi sinus.
3) Asma campuran
Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.
C. Tanda dan gejala
Menurut Koes Irianto (2015) tanda dan gejala penyakit asma bronkhial
diantaranya :
1) Pernapasan berbunyi (wheezing /mengi /bengek) terutama saat mengeluarkan napas
(exhalation).
2) Adanya sesak napas sebagai akibat penyempitan saluran bronki (bronchiale)
3) Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin
4) Adanya keluhan penderita merasakan dada sempit.
5) Serangan asma bronkhial hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara
karena kesulitan dalam mengatur pernapasan
6) Selama serangan asma bronkhial, rasa kecemasan berlebihan dari penderita dapat
memperburuk keadaannya. Sebagai reaksi terhadap kecemasan penderita juga akan
mengeluarkan banyak keringat.

D. Pathway
E. Penataksanaan medis
Menurut (Rosdahl & Kowalski, 2017) Penatalaksanaan medis pada penderita
asma bronkhial yaitu :
a. Pengobatan farmakologi
1) Antikolinergik
2) Agonis Beta : Obat ini mendilatasi jalan napas bronkhial dengan bekerja pada
sistem saraf yang mengendalikan jaringan otot di sekitar jalan napas
3) Kortikosteroid
4) Metilsantin
b. Pengobatan Non farmakologi
Menurut (Wahid & Suprapto, 2013) yaitu :
1) Memberikan penyuluhan
2) Menghindari faktor pencetus
3) Pemberian carian
4) Tehnik distraksi, relaksasi napas dalam
5) Pemberian oksigen bila perlu

2. TEHNIK PURSED LIP BREATHING


Pursed Lip Breathing (PLB) adalah teknik pernapasan yang dilakukan dengan
cara mengontrol keluar-masuknya udara ke dalam tubuh. Teknik pernapasan ini
bertujuan agar napas menjadi lebih efektif sehingga berdampak langsung terhadap
sistem pernapasan. Teknik PLB melibatkan hidung untuk menghirup udara secara
penuh dan mulut untuk mengelurakan udara dengan perlahan sehingga pernapasan
benar-benar terkontrol. Ada beragam manfaat dari teknik pernapasan ini, bahkan
PLB dijadikan sebagai salah satu bagian penting dalam terapi atau rehabilitasi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) seperti asma, bronkitis, emfisema, fibrosis
paru, dan penyakit paru obstruktif lainnya.
Menerapkan teknik pernapasan melalui mulut atau Pursed Lip Breating (PLB)
ini dapat dilakukan setiap saat dan sangat dianjurkan menjadi suatu kebiasaan.
Berikut cara melakukan teknik pernapasan melalui mulut atau Pursed Lip Breathing
(PLB) :
1) Posisikan tubuh senyaman mungkin dengan posisi punggung tegak atau bisa juga
dengan berbaring.
2) Kedua bahu usahakan sereleks mungkin dan jangan ada ketegangan di sendi mana
pun.
3) Tarik napas panjang melalui hidung kurang lebih dua hingga tiga detik dan
pastikan perut terisi penuh dengan udara.
4) Selama proses menghirup udara, mulut harus terturup. Diamkan beberapa saat
udara di dalam tubuh.
5) Keluarkan atau hembuskan udara dari dalam tubuh secara perlahan melalui mulut.
Usahakan mulut mengerucut saat menghembuskan udara.
6) Ulangi menghirup udara melalui hidung dan hembuskan melalui mulut secara
teratur sebanyak beberapa kali.
7) Waktu untuk menghirup udara dapat ditingkatkan hingga empat detik atau lebih
tergantung kemampuan.

Manfaat Pursed Lip Breathing (PLB)


Teknik pernapasan melalui mulut yang terkontrol dan teratur ini tidak hanya
bermanfaat untuk mereka dengan penyakit pada paru-paru, melainkan juga
bermanfaat untuk semua orang pada umumnya. Teknik pernapasan melalui mulut
mengerucut ini dapat membantu meningkatkan serta mengendalikan sistem
pernapasan secara penuh. Adapun beberapa manfaat Pursed Lip Breathing adalah
sebagai berikut :
1) Mengatasi sesak napas
2) Membantu saluran udara terbuka lebih lama.
3) Membantu mengeluarkan karbon dioksidan di dalam paru-paru secara penuh.
4) Membantu paru-paru mendapatkan udara segar berupa oksigen lebih banyak.
5) Menenangkan sistem saraf pusat.
6) Mengurangi stres dan kecemasan.
Lebih dari itu, manfaat mempunyai kebiasaan Pursed Lip Breathing (PLB)
adalah membantu meningkatkan kendali atas pernapasan secara keseluruhan,
sehingga berbagai aktivitas termasuk olahraga untuk orang dengan penyakit paru-
paru pun tetap dapat dilakukan secara normal.
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENERAPAN TEHNIK PURSED LIP BREATHING PADA


ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S dengan ASMA di RUANG
IGD RSCAM

Tgl MRS : 25 Mei 2021 Jam masuk : 09.40


Tgl pengkajian : 25 Mei 2021 No RM : 18259630
Jam pengkajian : 09.50 Diagnosa masuk : ASMA

Identitas
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 47 tahun
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jalan Cempaka rt 09/04 no.22 Harapan Jaya
Sumber biaya : BPJS 3

Keluhan utama
Keluhan utama : sesak, pernapasan cuping hidung, retraksi dada (+), RR 30x/mnt, wheezing
(+).

Riwayat penyaki sekarang


Riwayat penyakit sekarang : klien datang ke IGD RSCAM jam 9.30 pagi diantar suami dan
anak. Menurut suami, istrinya tiba-tiba sesak dan batuk-batuk kering setelah mendengar
adiknya kecelakaan. Ia mengatakan istrinya memang memiliki riwayat asma sudah 1 tahun
dan saat kambuh tadi obat Asthalin inhalernya kebetulan habis. Ia mengatakan istrinya
napasnya sesak, batu-batuk kering sepanjang perjalanan, badan hangat. Saat tiba di IGD,
kesadaran CM E4M6V5, TD 130/96 mmHg, RR 30 x/mnt, Suhu 36,6 C, HR 128 x/mnt.
Klien tampak gelisah, sesak, wheezing, pernapasan cuping hidung (+). Terpasang oksigen 5
liter/Nasal canule, infus RL 14 tts/menit, saturasi portable 98%.

Riwayat penyakit terdahulu


1. Pernah dirawat : Pernah, 15-18 Mei 2020 dengan diagnosa Asma
2. Riwayat penyakit kronik : Menurut suami, istrinya menderita Asma ± 1 tahun
Riwayat control : Ya
Riwayat penggunaan obat : Asthalin inhaler 1x hirup saat kambuh, salbutamol
tablet 3x2 mg
3. Riwayat alergi : Tidak ada
4. Riwayat operasi : Tidak pernah
Riwayat kesehatan Keluarga
- Jenis : Menurut suami, ibu sang istri juga menderita Asma
- Genogram

Keterangan
:Laki-laki : Perempuan meninggal

: Perempuan : Pasien

: Laki-laki meninggal : Tinggal serumah

Suami klien mengatakan istrinya adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Ibu mertuanya juga
memiliki Asma dan meninggal karena sudah tua. Saat ini ia dan klien tinggal serumah dengan
ketiga anaknya.

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan


Alkohol : Tidak
Merokok : Tidak
Obat : Ya, klien minum Salbutamol tablet 3 x 2 mg, Asthalin inhaler 1x hirup saat
asma kambuh
Olahraga : Klien tidak pernah olahraga

Observasi dan pemeriksaan fisik


1. Tanda – tanda vital
TD : 130/96 mmhg
Nadi : 128x/menit
Suhu : 36,6°C
RR : 30x/menit
Kesadaran kualitatif : Compos Menthis
Kesadaran kualitatif : jumlah GCS : 15 E : 4 V: 5 M:6

2. Sistem pernafasan (B1)


a. RR : 30x/menit
b. Keluhan : napas sesak dan batuk kering
c. Penggunaan otot bantu nafas : ada
d. Pernapasan cuping hidung : ada
e. Irama nafas : teratur
f. pleural fricticion : tidak ada
g. pola napas : takipnea
h. Suara nafas : terdengar wheezing saat ekspirasi
i. Alat bantu nafas : 5 liter/ nasal canule
j. Penggunaan WSD : tidak
k. Tracheostomy : tidak
l. Lain – lain : tidak ada

3. Sistem kardiovaskuler (B2)


a. TD : 130/96 mmhg
b. Nadi : 128x/menit
c. Keluhan nyeri dada : Tidak
d. Irama jantung : reguler
e. Suara jantung : normal (S1/S2 tunggal)
f. Ictus cordis : tidak terlihat
g. CRT : 3 detik
h. Akral : hangat
i. Sirkulasi perifer : hangat
j. JVP : belum diukur
k. CTR : belum di rontgen

4. Sistem persyarafan (B3)


a. GCS : E4M6V5
b. Refleks fisiologis : tidak ada kelainan
c. Refleks patologis : tidak ada kelainan
d. keluhan pusing : tidak ada
e. Pemeriksaan syaraf kranial
N1 :  normal, klien dapat mencium bau-bauan
N2 :  normal, klien dapat melihat dengan jarak 3 meter
N3 :  normal, klien dapat menggerakkan bola mata ke samping atas
N4 :  normal, klien dapat menggerakkan mata ke atas dan bawah
N5 :  normal, klien dapat melakukan reflek kedip
N6 :  normal, klien dapat menggerakkan mata ke samping
N7 :  normal, klien mampu tersenyum dan mengangkat alis
N8 :  normal, klien mendengar dengan baik
N9 :  normal, klien dapat menelan dengan baik
N10 :  normal, klien dapat membuka mulut dengan lebar
N11 :  normal, klien dapat mengangkat kedua bahu
N12 :  normal, klien dapat berbicara dengan lancar
f. Pupil : isokor diameter : 2/2
g. Sklera : anikterik
h. Konjungtiva : merah
i. Istirahat / tidur : 6-7 jam/hari
j. Gangguan tidur : menurut suami, klien tidak pernah ada keluhan
sulit tidur
k. Lain – lain : tidak ada

5. Sistem perkemihan (B4)


a. Kebersihan genetalia : tidak diperiksa
b. Sekret : tidak diperiksa
c. Ulkus : tidak diperiksa
d. Kebersihan meatus uretra : tidak diperiksa
e. Keluhan kencing : tidak ada
f. Kemampuan berkemih : klien mampu berkemih secara spontan
g. Produksi urin : 200 cc
h. Warna : kuning
i. Bau : klien mengatakan tidak ada bau
j. Kandung kemih : tidak membesar
k. Nyeri tekan : tidak ada
l. Intake cairan : 250 cc dalam 1 jam
m. Balance cairan : + 50 cc
n. Lain – lain :-

6. Sistem pencernaan (B5)


a. TB : 155 cm
b. BB : 60 kg
c. IMT : 24
d. Mulut : bersih
e. Membran mukosa : lembab
f. Tenggorokan : normal
g. Abdomen : normal
h. Nyeri tekan : tidak ada
i. Luka operasi : tidak
j. Peristaltik : 30x/menit
k. BAB : 1x/hari Terakhir tanggal : 24 mei 2021
l. Konsistensi : Lunak
m. Diet : Nasi dengan sayur dan lauk
n. Diet khusus : tidak ada
o. Nafsu makan : klien mengatakan nafsu makan baik
p. Porsi makan : 1 porsi habis

7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segment anterior dan posterior
OD OS
- Visus -
tidak edema Palpebra tidak edema
ananemi Conjungtiva ananemis
perdarahan(-) Kornea tidak ada perdarahan
tdk diperiksa BMD tdk diperiksa
Pupil
Iris
isokor Lensa isokor
cokelat TIO cokelat
jernih jernih
b. Keluhan nyeri : Tidak bisa dinilai
c. Luka operasi : tidak ada
d. Pemeriksaan penunjang lainnya : Tidak ada
e. Lain – lain : Tidak ada

8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segment poterior dan anterior (tidak dikaji karena klien tidak sada
dan tidak ada alatnya)
OD OS
Aircicula
MAE
membrane
Tympani
Rinne
Weber
Swabach

b. Test audimetri : Tidak dilakukan


c. Keluhan nyeri : Tidak ada
d. Luka operasi : Tidak ada
e. Alat bantu dengar : Tidak ada
f. Lain – lain :-

9. Sistem muskuloskeletal (B6)


a. Pergerakan sendi : bebas
b. Kekuatan otot
5 5
5 5

c. kelainan ektremitas : tidak ada


d. kelainan tulang belakang : tidak ada
e. fraktur : tidak ada
f. traksi : tidak ada
g. penggunaan spalk/gips : tidak ada
h. keluhan nyeri : tidak ada
i. Sisrkulasi perifer : hangat
j. Kompartemen syndrome : tidak
k. Kulit : kemerahan
l. Turgor : baik / elastis
m. Luka operasi : tidak
n. ROM : baik
o. Cardinal sign : tidak terkaji
p. Lain – lain : tidak ada
10. Sistem integumen
a. Penilaian resiko decubitus
Aspek Kriteria Penilaian Nila
Yang i
Dinilai 1 2 3 4
Persepsi Terbatas Sangat Keterbatasan Tidak Ada 4
Sensori Sepenuhnya Terbatas Ringan Gangguan

Kelembaba Terus Sangat Kadang2 Jarang


n Menerus Lembab Basah Basah 4
Basah
Aktifitas Bedrest Chairfast Kadang2 Lebih 1
Jalan Sering jalan
Mobilisasi Immobile Sangat Keterbatasan Tidak Ada 4
Sepenuhnya Terbatas Ringan Keterbatasan

Nutrisi Sangat Kemungkina Adekuat Sangat Baik 4


Buruk n Tidak
Adekuat
Gesekan & Bermasalah Potensial Tidak 3
Pergeseran Bermasalah Menimbulkan
Masalah
NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat Total Nilai 20
dikatakan bahwa pasien beresiko mengalami dekubisus
(pressure ulcers)
(15 or 16 = low risk, 13 or 14 = moderate risk, 12 or
less
= high risk)

b. Warna : klien mengatakan tidak ada kemerahan pada area


bokong
c. Piting edema : tidak
d. Eksoriasis : Tidak
e. Psoriasis : Tidak
f. Pruritus : Tidak
g. Uritkaria : Tidak

11. Sistem endokrin


a. pembesaran tyroid : tidak
b. pembesaran kelenjar getah bening : tidak
c. Hipoglikemia : tidak
d. Hiperglikemia : tidak
e. Kondisi kaki DM : tidak ada luka
f. ABI :-
g. Lain – lain :-
POLA KEBIASAAN
Sebelum Sakit Sesudah Sakit

Nutrisi menurut suami klien : tidak ada perubahan


pola makan 3x/hari tidak ada perubahan
porsi makan 1 porsi habis
pola minum 6-8 gelas/hari
minum selalu air putih

Tidur 6-7 jam/ hari 6-7 jam /hari

Eliminasi Pola BAB 1 x/ hari, konsistensi lunak klien belum bab dari saat masuk RS
Pola BAK 8-10x/ hari, Pola BAK spontan, klien baru 1 kali
menurut suaminya istrinya tidak BAK (200 cc)
pernah mengeluh soal bab dan bak

Aktivitas ibu rumah tangga hanya berbaring di tempat tidur

Personal mandi dan sikat gigi 2x/hari, keramas masih dapat dikerjakan oleh klien
hygiene 2-3 hari sekali, potong kuku seminggu sendiri.
sekali. Semua dilakukan oleh klien
sendiri

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan tidak pernah mengeluh soal penyakitnya dan klien mengatakan menerima
dirinya sebagai penderita Asma. Klien selalu berobat sebulan sekali ke dokter.

PENGKAJIAN SPIRITUAL
Menurut suaminya, sebelum sakit istrinya rajin salat 5 waktu tapi kadang-kadang saja
mengikuti pengajian disekitar rumah. Saat ini karena masih sesak, mungkin saat salah dzuhur
nanti akan dikerjakan diatas tempat tidur.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lekosit 8.000 /uL
Hemoglobin 11,1 g/dL
Hematokrit 33,3 %
Trombosit 114.000 /uL
Ureum 20 mg/dL
Kreatinin 0,6 mL/mnt/1
GDS 101 mg/dL
Natrium 137 mmol/L
Kalium 3,7 mmol/L
Clorida 99 mmol/L

PCR SWAB tunggu hasil

TERAPI
Infus RL 500 cc dalam 2 jam (14 tts/mnt)
DATA TAMBAHAN LAINNYA
EKG sinus takikardi HR 128 x/mnt
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : klien mengatakan napas sesak hambatan upaya napas (bronkospasme) Pola napas tidak efektif

DO :
 Klien tampak menggunakan otot bantu
pernapasan
 Klien tampak sesak
 RR 30 x/menit
 Nadi 128 x/mnt
 Pernapasan cuping hidung
 Pola napas takipnea
 Terdengar wheezing saat ekspirasi
 O2 nasal 5 liter
 Saturasi 98%

DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (bronkospasme)

INTERVENSI KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


.
1. Pola napas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan napas I.01011
dengan brosnkospasme ditandai dengan selama 1x4 jam diharapkan pola napas napas Manajemen asma I.01010
DS : klien mengatakan napas sesak membaik dengan kriteria hasil : Pemantauan respirasi I.01014
 Penggunaan otot pernapasan menurun
DO : Observasi
 Klien tampak menggunakan otot  RR 12-24 x/mnt 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman
bantu pernapasan  Nadi 60-120 x/mnt dan usaha napas)
 Klien tampak sesak  Pernapasan cuping hidung menurun 2. Monitor adanya bunyi napas tambahan (misal
 RR 30 x/menit  Takipnea menurun gurgling, wheezing, ronkhi)
 Nadi 128 x/mnt  Wheezing berkurang 3. Monitor saturasi oksigen
 Pernapasan cuping hidung  Saturasi 95-100% 4. Monitor adanya produksi sputum,bila ada
 Pola napas takipnea
Terapeutik
 Terdengar wheezing saat ekspirasi
5. Beri posisi semi-fowler atau fowler
 O2 nasal 5 liter
6. Berikan oksigen sesuai indikasi
 Saturasi 98%
Edukasi
7. Anjurkan meminimalkan ansietas yang dapat
meningkatkan kebutuhan oksigen
( lakukan tehnik distraksi atau tehnik
imaginasi/guided imaginary)
8. Ajarkan tehnik pursed lip breathing
9. Kolaborasi dengan dokter pemberian
bronkodilator.
IMPLEMENTASI
TGL/JAM NO IMPLEMENTASI
DX
25/05/202 1 1. Memonitor pola napas (frekuensi, irama, kedalaman dan usaha napas)
1 S :-
10.10 O : RR 32 x/mnt, irama cepat teratur, dangkal, pernapasan cuping hidung, tampak penggunaan
otot bantu napas, pola napas takipnea

1 2. Memonitor adanya bunyi napas tambahan


10.15 S :
O : Kes CM, masih terdengar wheezing
1 3. Memonitor saturasi oksigen
10.18 S :
O : saturasi 97%
1 4. Memonitor adanya produksi sputum dan sumabatan jalan napas
10.20 S : klien mengatakan tidak ada dahak
O : ronkhi tidak terdengar pada paru kanan dan kiri
1 5. Memberikan posisi semifowler-fowler
10.25 S : klien mengatakan nyaman dengan posisi fowler
O : klien tampak nyaman dengan posisi fowler
1 6. Memberikan oksigen sesuai indikasi
10.30 S :
O : Terpasang oksigen nasal 5 liter
1 7. Mengajarkan tehnik pursed lip breating (tarik napas melalui hidung ±2-3 detik, pastikan perut
10.32 terisi penuh udara, posisi mulut tertutup saat menghirup udara, diam beberapa saat, lalu
hembuskan udara perlahan melalui mulut dan usahakan mulut mengerucut saat
menghembuskan udara.
S : klien mengangguk mengerti apa yg diinstruksikan
O : klien tampak mampu melakukan tehnik pursed lip breathing
1 8. Melakukan tehnik guided imaginary untuk mengurangi kecemasan dengan bimbing klien
10.45 untuk membayangkan suatu tempat yang sangat menyenangkan yang pernah dikunjungi atau
ingin dikunjungi
S : klien mengatakan pernah melihat matahari terbit di gunung bromo dan ingin pergi kesana
lagi
O : menganjurkan klien untuk pejamkan kedua mata, bimbing klien bahwa ia sekarang sedang
berada di Bromo bersama suami dan anaknya menikmati udara segar pegunungan, merasakan
hangatnya paparan sinaran matahari yang perlahan terbit. klien tampak mulai memejamkan
mata dan mulai tersenyum. Bimbing klien untuk mengatur napasnya dengan tehnik pursed lip
breathing. Klien tampak memejamkan mata dan mengatur napasnya dengan tehnik pursed lip
breathing dengan baik. Beri tahu klien untuk terus melakukan tehnik ini.
1 9. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkodilator
11.00 S :-
O : melaporkan kondisi dan data klinis pasien ke dokter jaga IGD, advice dokter terapi
metilprednisolon injeksi 125 mg melalui IV dan ventolin + pulmicort melalui inhalasi.
1 10. Memonitor pola napas dan suara napas tambahan?
11.10 S : klien mengatakan sesak mulai berkurang setelah tehnik napas tadi
O : RR 26 x/mnt, saturasi 98%, irama cepat teratur,pola napas masih takipnea, pernapasan
cuping hidung menurun, bunyi wheezing menurun
1 11. Memberikan injeksi intravena Metilprednisolon 125 mg dan inhalasi ventolin + pulmicort
11.15 S :-
O : obat Metilprednisolon 125 mg dan inhalasi ventolin+pulmicort diberikan.
1 12. Menganjurkan klien untuk melakukan tehnik pursed lip breathing sambil menunggu reaksi
11.20 obat bekerja.
S : klien mengatakan akan melakukannya karena klien merasa sesak berkurang saat tehnik tadi
dilakukan
O : klien tampak mengangguk setuju dan kooperatif
1 13. Memonitor pola napas dan bunyi napas tambahan
13.50 S : klien mengatakan sudah tidak sesak dan dapat bernapas tanpa bantuan selang oksigen
O : RR 16 x/mnt, HR 90 x/mnt, saturasi 99 %, irama lambat teratur, pernapasan cuping hidung
sudah tidak ada, takipnea tidak ada, wheezing sudah tidak terdengar, penggunaan otot bantu
pernapasan menurun (hanya otot diafragma), bunyi napas vesikular. Selang nasal canul
tampak tidak digunakan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/ jam No. EVALUASI SOAP
Dx
25 MEI 2021 1 S :
14.00  Klien mengatakan sudah tidak sesak
O:
 Irama napas lambat teratur, bunyi napas vesikular
 Pernapasan cuping hidung tidak ada, penggunaan otot bantu
napas menurun ( hanya otot diafragma)
 Nadi 90 x/mnt
 RR 16 x/mnt
 Saturasi 99%, tanpa bantuan alat bantu napas
 Wheezing tidak terdengar
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Berikan leaflet tehnik pursed lip breathing
Berikut cara melakukan teknik pernapasan
melalui mulut atau Pursed Lip Breathing (PLB):
PURSED LIP BREATHING
 Posisikan tubuh senyaman mungkin
dengan posisi punggung tegak atau bisa
juga dengan berbaring.
 Kedua bahu usahakan serileks mungkin
dan jangan ada ketegangan di sendi mana
pun.
 Tarik napas panjang melalui hidung kurang
lebih dua hingga tiga detik dan pastikan
perut terisi penuh dengan udara.
 Selama proses menghirup udara, mulut
harus terturup. Diamkan beberapa saat
udara di dalam tubuh.
 Keluarkan atau hembuskan udara dari
dalam tubuh secara perlahan melalui mulut.
Usahakan mulut mengerucut saat
menghembuskan udara.
 Ulangi menghirup udara melalui hidung dan
hembuskan melalui mulut secara teratur
sebanyak beberapa kali.

Oleh Waktu untuk menghirup udara dapat


ditingkatkan hingga empat detik atau lebih
Kelompok 10 tergantung kemampuan.
Daftar Pustaka

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Harvard. (2021, 2 Februari). Asma. Halodoc. https : //www.halodoc.com// kesehatan/asmak.


Di unduh tanggal 20 Juni 2021.

Kearney. (2020, 5 Januari). Asma Bronkial. Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki


wiki/asma#:~:text=%%20(bahasa%20//Inggris%3A%20,l%2C. Di unduh tanggal 20
Juni 2021.

Merry, Dame. (2020, 30 Agustus). Asma. Alodokter. https://www .alodokter .com/asma. Di


unduh tanggal 19 Juni 2021.

Rachman, Abi. (2019, 20 Agustus). Asma. Sehatq. https://www.sehatq.com /penyakit/asma.


Di unduh tanggal 20 Juni 2021.

Anda mungkin juga menyukai