Anda di halaman 1dari 24

TUGAS SISTEM MUSKULOSKELETAL

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN STRAIN AND SPRAIN

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Yoke Rhesma V.Y (10215006)


2. Fitriah Nurul Hidayah (10215010)
3. Selviana Hanif M (10215012)
4. Wildan Yoga Syahputra (10215018)
5. Iit Retnaning Mutiani (10215023)
6. Shinta Putri Gitayu (10215026)
7. M. Rohyan Gogot Nursawit (10215030)
8. Dewi Churani (10215040)
9. Ajeng Rahma Miaji (10215047)
10. M. Anjas Adi Putra (10215048)
11. Haris Tirta Kusuma (10215052)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas izin dan
kuasaNya makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Strain And Sprain dapat
diselesaikan.

Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah sistem muskuloskeletal program studi ilmu keperawatan. Penyusunan
makalah terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu,
pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
bersangkutan.

Kesalahan bukan untuk dibiarkan tetapi kesalahan untuk diperbaiki.


Walaupun demikian, dalam makalah ini kami menyadari masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan tugas
makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kami dan dapat dijadikan
acuan bagi pembaca terutama bagi ilmu keperawatan.

Kediri, 10 oktober 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Sprain and Strain ............................................................ 4
B. Etiologi Sprain and Strain ............................................................. 5
C. Klasifikasi Sprain and Strain ......................................................... 6
D. Patofisiologi Sprain and Strain...................................................... 6
E. Pathway Sprain and Strain ............................................................ 8
F. Manifestasi Klinis Sprain and Strain ............................................. 9
G. Pemeriksaan Penunjang Sprain and Strain .................................... 9
H. Penatalaksanaan Sprain and Strain ................................................ 10
I. Komplikasi Sprain and Strain ....................................................... 11
J. Pencegahan Sprain and Strain ....................................................... 12
K. Asuhan Keperawatan Sprain and Strain ........................................ 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................... 20
B. Saran .............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin banyak orang yang melakukan olahraga rekreasional dapat


mendorong dirinya sendiri diluar batas kondisi fisiknya dan terjadi lah cedera
olahraga. Cedera terhadap sistem mukoluskletal dapat bersifat akut (sprain,
strain, dislokasi, fraktur) atau sebagai akibat penggunaan berlebihan secara
bertahap (kondromalasia, tendinitis, fraktur sterss). Atlet profesional juga
rentan terhadap cedera, meskipun latihan mereka disupervisi ketat untuk
meminimalkan terjadinya cedera.

Sprain (Keseleo) adalah cedera ligamen (jaringan yang


menghubungkan dua atau lebih tulang pada sendi). Saat keseleo terjadi, satu
atau lebih ligamen diregangkan atau robek.sedangkan strain adalah cedera pada
otot atau tendon (jaringan serat berserat yang menghubungkan otot ke tulang)
(NIAM, 2015). Strain sering terjadi bila menaruh banyak tekanan pada otot
atau mendorong otot terlalu jauh, seperti saat mengangkat benda berat. Strain
mungkin lebih mungkin terjadi apabila belum melakukan pemanasan terlebih
dulu (pemanasan dilakukan agar darah beredar ke otot). Strain juga dapat
terjadi ketika seseorang kembali ke olahraga setelah beristirahat panjang. Misal
saat pertama kali bermain softball setelah musim dingin yang panjang bisa
menyebabkan otot betis atau otot paha tegang (strain) (Hirsch, 2014).

Sprain disebabkan oleh luka, seperti ketika memutar pergelangan kaki.


Jenis luka ini biasa terjadi pada olahraga, tapi bisa juga terjadi ketika bepergian
atau jatuh. Strain dan sprain adalah cedera lutut yang paling umum diagnosa di
bagian gawat darurat, menyusun 42,1% dari semua luka terlepas dari
penyebabnya. Dalam bidang olahraga, dari beberapa penelitian mengatakan
bahwa cedera lutut disebabkan dari cedera yang berkaitan dengan atletik

1
sekitar 15% sampai 50% (Aaron & Buford, 2015). sprain dan strain terjadi
lebih sering pada remaja dibandingkan pada anak-anak (Dowshen, 2014).

Dalam masalah penanganan strain dan sprain biasanya ditangani dengan


mengkompres menggunakan kompres dingin sekitar 20 menit di bagian yang
terluka, mengistirahatkan kaki dengan memakai kruk/kursi roda ketika
bergerak, membatasi pergerakan. Penanganan sprain dan strain yang kurang
tepat dapat mengakibatkan komplikasi yang serius dan harus dilakukan
tindakan pembedahan. Oleh karena itu penulis mengambil judul sprain dan
strain yang diharapkan pembaca dapat mengetahui apa itu yang dimaksud
sprain dan strain serta asuhan asuhan keperawatannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sprain and Strain?
2. Apa etiologi Sprain and Strain?
3. Bagaimana patofisiologi Sprain and Strain ?
4. Bagaimana manifestasi klinis Sprain and Strain?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang Sprain and Strain?
6. Bagaimana penatalaksaan Sprain and Strain?
7. Bagaimana komplikasi Sprain and Strain?
8. Bagaimana pencegahan Sprain and Strain?
9. Bagaimana pathway Sprain and Strain?
10. Bagaimana asuhan keperawatan Sprain and Strain?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami Sprain and Strain.
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan Sprain and
Strain.
2) Mahasiswa mampu mengetahui apa etiologi Sprain and Strain.

2
3) Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana patofisiologi Sprain and
Strain.
4) Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana manifestasi klinis Sprain
and Strain.
5) Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang
Sprain and Strain.
6) Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana penatalaksaan Sprain and
Strain.
7) Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana komplikasi Sprain and
Strain.
8) Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana pencegahan Sprain and
Strain.
9) Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana pathway Sprain and Strain.
10) Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana asuhan keperawatan
Sprain and Strain.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Dalam penyusunan makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memperkaya wawasan bagi dunia pendidikan khususnya dunia
pendidikan ilmu keperawatan dan sebagai sumber informasi dalam
menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran.
2. Manfaat praktis
1) Bagi mahasiswa
Dapat menambah wawasan ilmu bagi mahasiswa yang lain, dan
dapat menambah pertimbangan referensi.
2) Bagi insititusi
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada
didalamnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Sprain
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi akibat gerakan
menjepit atau memutar. Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau
kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan
tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan
yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan
ketidakstabilan pada sendi. Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas,
namun masih mampu melakukan mobilitas. Ligamen yang sobek akan
kehilangan kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan terputus dan
terjadilah edema, yaitu sendi terasa nyeri tekan dan gerakan sendi terasa
sangat nyeri (Brunner & Suddart,2001: 2355).

2. Strain
Strain merupakan tarikan otot akibat penggunaan dan peregangan yang
berlebihan atau stres lokal yang berlebihan (Arif Muttaqin, 2008: 69).
Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada
struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon).
Strain akut pada struktur muskulo-tendinous terjadi pada persambungan
antara otot dan tendon. Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan
berlebihan, peregangan berlebihan, atau stres yang berlebihan. Strain adalah

4
robekan mikroskopis tidak komplet dengan perdarahan kedalam jaringan
(Brunner & Suddart, 2001: 2355).

B. Etiologi
1. Penyebab terjadinya sprain
a. Penggunaan daya yang berlebihan atau tekanan berulang-ulang
sehingga terjadi tendonitis atau peradangan pada tendon.
b. Umur
c. Terjatuh atau kecelakaan
d. Pukulan
e. Tidak melakukan pemanasan
2. Penyebab terjadinya strain
a. Pada strain akut terjadi akibat otot yang keluar dan berkontraksi secara
mendadak.
b. Pada strain kronis terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang
berlebihan / tekanan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis
(peradangan pada tendon).
c. Trauma diakibatkan adanya benturan keras pada sendi dan
mengakibatkan dislokasi.
d. Terjatuh

5
e. Patologis mengakibatkan tear ligament dan kapsul articuler yang
merupakan penghubung tulang (Smeltzer Suzame, 2001).

C. Klasifikasi
1. Sprain
a. Tingkat I. Ditandai dengan sedikit hematoma dalam ligamentum dan
hanya beberapa serabut yang putus. Menimbulkan rasa nyeri tekan,
pembengkakan, dan sakit di daerah cedera.
b. Tingkat II. Ditandai dengan banyaknya serabut ligamentum yang putus,
sehingga menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi
atau adanya cairan yang keluar, dan biasanya tidak dapat menggerakkan
persendian tersebut.
c. Tingkat III. Ditandai dengan terputusnya semua ligamentum akibatnya
kedua ujung terpisah. Persendian tersebut akan terasa sakit, darah di
persendian, pembengkakan, tidak dapat bergerak, dan terdapat gerakan
abnormal.
2. Strain
a. Derajat I (Strain ringan). Cidera akibat penggunaan berlebih pada unit
muskulotendinous ringan yang berupa robekan ringan pada otot atau
ligament. Gejala yang timbul berupa nyeri lokal, meningkat bila bergerak
atau ada beban pada otot. Ditandai dengan adanya spasme otot ringan,
bengkak, dan gangguan kekuatan otot.
b. Derajat II (Strain sedang). Cedera pada unit muskulotendinous akibat
kontraksi berlebihan dengan gejala nyeri lokal, menigkat apabila
bergerak atau beban. Ditandai dengan spasme otot sedang, bengkak,
tenderness, gangguan kekuatan otot, dan kelamahan fungsi otot sedang.
c. Derajat III (Strain berat). Adanya tekanan berat sehingga mengakibatkan
robekan penuh pada otot dan ligament yang mengakibatkan
ketidakstabilan sendi. Gejala yang timbul berupa nyeri berat, dan
stabilisasi. Ditandai dengan spasme otot kuat, bengkak, tenderness, dan
gangguan kekuatan otot dan fungsi berat.

6
D. Patofisiologi
Sprain adalah terputusnya (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan
disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya,
pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau aktivitas
kerja.

Kebanyakan keseleo(sprain) terjadi pada pergelangan tangan dan kaki,


jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi
robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika
diterapkan Jaya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi
peredaan.

Sedangkan strain adalah daya yang tidak semestinya yang diterapkan


pada otot, ligament atau tendon. Daya (force) tersebut akan meregangkan
serabut-serabut tersebut clan menyebabkan kelemahan dan mati rasa temporer
serta perdarahan jika pembuluh darah clan kapiler dalam jaringan yang sakit
tersebut mengalami regangan yang berlebihan (Smeltzer Suzame, 2001).

7
E. Pathway Sprain dan Strain Gerakan menjepit / memutar sendi (saat
Penggunaan berlebihan , peregangan terjatuh/kecelakaan), faktor usia, tidak
berlebihan , stres yang berlebihan, melakukan pemanasan sebelum olah raga,
Trauma diakibatkan adanya benturan
keras pada sendi
Cedera ligamen (sprain )
a. Terjatuh
Tarikan otot / Strain Odem Jaringan Ligamen robek

Infeksi
Robekan mikroskopis Pembuluh darah
terputus

pelepasan mediatur nyeri


(histamin, bradikinin, sitokorin, Edema
prostalgiadin,dll )

merancang reseptor nyeri


(nosiseptor)

dihantarkan medula spinalis

dikirim ke hipotalamus

otale ( korteks somatu


sensorik)

persepsi nyeri

nyeri saat kontraksi/ Nyeri


tekan

MK. Nyeri Mobilitas terganggu


akut

Gg. Mobilitas
fisik
8
F. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala yang mungkin timbul karena keseleo (sprain) meliputi :
1. Nyeri lokal (Khususnya pada saat menggerakkan sendi)
2. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
3. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam
setelah cedera)
4. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah kedalam jaringan
sekitarnya

Menurut NIAM 2015, gejala sprain dan strainadalah sebagai berikut :


Gejala dari sprain
1. Rasa sakit.
2. Pembengkakan.
3. Memar.
4. Tidak bisa menggunakan sendi (imobilisasi).

Gejala dari Strain


1. Selain rasa sakit, gejala regangan meliputi:
2. Kejang otot.
3. Pembengkakan.
4. Kram
5. Kesulitan bergerak.

Jika otot atau tendon robek sepenuhnya, nyeri akut akan muncul dan
sulit bergerak.

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk melengkapi informasi yang
diperoleh dari anamnesis (wawancara dengan penderita) serta pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada kasus sprain dan stran
berupa CT scan (sinar X) untuk mengetahui bila ada cedera tulang seperti
Fraktur avulasi (Smeltzer & Bare 2001).

9
H. Penatalaksanaan Sprain dan Strain
Penatalaksanaan Farmakologi
1) Analgetik
Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri. Berikut
contoh obat analgetik :
a) Aspirin: Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa
1tablet atau 3tablet perhari,anak > 5tahun setengah sampai
1tablet,maksimum 1 sampai 3tablet perhari.
b) Bimastan : Kandungan : Asam Mefenamat 250mg perkapsul, 500mg
perkaplet ; Indikasi : nyeri persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi :
hipersensitif, tungkak lambung, asma, dan ginjal ; efeksamping : mual
muntah, agranulositosis, aeukopenia ; Dosis: dewasa awal 500mg lalu
250mg tiap 6jam.
c) Analsik : Kandungan : Metampiron 500mg, Diazepam 2mg ; Indikasi : nyeri
otot dan sendi ; Kontra indikasi : hipersensitif ; Efek samping :
agranulositosis ; Dosis : sesudah makan (dewasa 3xsehari 1 kaplet, anak
3xsehari 1/2kaplet).
2) Pemberian kodein (jika cedera berat)
3) Pemasangan pembalut elastis atau gips, atau jika keseleo berat, pemasangan
gips lunak atau bidai untuk imobilisasi sendi
4) Pembedahan yang segera dilakukan untuk mempercepat kesembuhan,
termasuk penjahitan kedua ujung potongan ligamen agar keduanya saling
merapat (pada sebagia altet).
1. Non Farmakologi
Menurut (Smeltzer & Bare 2001) :
a. RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation)
Prinsip utama penatalaksanaan sprain adalah mengurangi
pembengkakan dan nyeri yang terjadi. Langkah yang paling tepat sebagai
penatalaksanaan tahap awal (24-48 jam) adalah prinsip RICE (rest, ice,
compression, elevation), yaitu :
a. Rest (istirahat)

10
Kurangi aktifitas sehari-hari sebisa mungkin. Jangan menaruh
beban pada tempat yang cedera selama 48 jam. Dapat digunakan alat
bantu seperti crutch (penopang/penyangga tubuh yang terbuat dari kayu
atau besi) untuk mengurangi beban pada tempat yang cedera.
b. Ice (es)
Letakkan es yang sudah dihancurkan kedalam kantung plastik
atau semacamnya. Kemudian letakkan pada tempat yang cedera selama
maksimal 2 menit guna menghindari cedera karena dingin.
c. Compression (penekanan)
Untuk mengurangi terjadinya pembengkakan lebih lanjut, dapat
dilakukan penekanan pada daerah yang cedera. Penekanan dapat
dilakukan dengan perban elastis. Balutan dilakukan dengan arah dari
daerah yang paling jauh dari jantung ke arah jantung.
d. Elevation (peninggian)
Jika memungkinkan, pertahankan agar daerah yang cedera
berada lebih tinggi daripada jantung. Sebagai contoh jika daerah
pergelangan kaki yang terkena, dapat diletakkan bantal atau guling
dibawahnya supaya pergelangan kaki lebih tinggi daripada jantung.
Tujuan dari tindakan ini adalah agar pembengkakan yang terjadi dapat
dikurangi.
e. Latihan ROM.

I. Komplikasi
Strain dan sprain yang berulang dapat menyebabkanTendonitis dan
Perioritis , dan perubahan patologi adanya inflasi serta dapat mengganggu /
robeknya jaringan otot dan tendon dari intensitas ringan berat tergantung tipe
strain yang didapatkan. Strain dapat mengakibatkan patah tulang karena
robeknya ligament , membuat tulang menjadi kaku dan mudah patah bila
salah mobilisasi (Smeltzer & Bare,2001).

11
J. Pencegahan
Untuk membantu mencegah keseleo( Strain) dan ketegangan (sprain) , berikut
beberapa hal yang dapat dilakukan :
1. Hindari berolahraga yang berlebihan atau berolahraga saat lelah atau
kesakitan.
2. Makan makanan seimbang untuk menjaga otot tetap kuat.
3. Pertahankan berat badan yang sehat.
4. Cobalah untuk menghindari terjatuh / menghindari jalan yang dapat
menyebabkan terjatuh (misalnya dengan meletakkan pasir atau garam di
tempat yang dingin di tangga depan atau trotoar sehingga dapar
mencegah resiko jatuh).
5. Pakailah sepatu yang pas.
6. Ganti sepatu jika tinggi hak sepatu sudah berbeda antara kiri dan kanan.
7. Berolahraga setiap hari.
8. Lakukan pemanasan dan peregangan sebelum berolahraga.
9. Memakai alat pelindung saat bermain/berolahraga.
10. Bejalan pada permukaan datar
(NIAM, 2015)

12
K. Asuhan Keperawatan Paresthesia
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku, agama, alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah nyeri.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Dikarenakan nyeri merupakan pengalaman interpersonal,
perawat harus menanyakannya secara langsung kepada pasien
dengan teknik P,Q,R,S,T. :

i. Provoking(penyebab) : apa yang menimbulkan nyeri


(aktivitas,spontan,stres setelah makan dan lain-lain)?
ii. Quality (kualitas) :apakah
tumpul,tajam,tertekan,dalam,permukaan dan lain-lain?
Apakah pernah merasakan nyeri seperti itu sebelumnya?
iii. Region (daerah) : diamana letak nyeri?
iv. Severity (intensitas) : jelaskan skala nyeri dan
frekuensi, apakah disertai dengan gejala seperti (mual,
muntah, pusing, diaphoresis, pucat, nafas pendek, sesak,
tanda vital yang abnormal dan lain-lain)?
v. Timing (waktu) : kapan mulai nyeri?
Bagaimana lamanya? Tiba-tiba atau bertahap? Apakah
mulai setelah anda makan? Frekuensi?
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau
mengalami trauma pada muskuloskeletal lainnya?
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti
ini?

13
d. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Data Biologis
i. Gerak dan Aktivitas
Kaji kemampuan aktivitas dan mobilitas kehidupan klien
sehari-hari
ii. Kebersihan Diri
Kaji apakah ada kesulitan dalam memelihara dirinya

2) Data Psikologis
i. Rasa Aman
Kaji kemampuan pasien dalam melakukan keamanan dan
pencegahan pada saat melaksanakan aktiivitas hidup
sehari-hari, termasuk faktor lingkungan, faktor sensori,
serta faktor psikososial.
ii. Rasa Nyaman
Kaji apakah pasien mengalami nyeri (P,Q,R,S,T)

3) Data Sosial
i. Sosial
Melalui komunikasi antar perawat, pasien, dan
keluarga dapat dikaji mengenai pola komunikasi dan
interaksi sosial pasien dengan cara mengidentifikasi
kemampuan pasien dalam berkomunikasi.
ii. Prestasi
Kaji tentang latar belakang pendidikan pasien.
iii. Bermain dan rekreasi
Kaji kemampuan aktifitas rekreasi dan relaksasi (jenis
kegiatan dan frekuensinya)
iv. Belajar Kaji apakah pasien sudah mengerti tentang
penyakitnya dan tindakan pengobatan yang akan
dilakukan. Kaji bagaimana cara klien mempelajari
sesuatu yang baru

14
4) Data Spiritual :
Kaji bagaimana klien memenuhi kebutuhan spiritualnya sebelum
dan ketika sakit.

2. Pemeriksaan Fisik:
a. Inspeksi :
1) Kelemahan
2) Edema
3) Ketidakstabilan fungsi ligamen
b. Palpasi :
adanya `nyeri tekan
3. Pemeriksan penunjang
Pemeriksaan ct-scan dianjurkan

4. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri akut b/d pereganggan atau putus pada otot, ligament atau
tendon ditandai kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.
2) Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri/ketidakmampuan, ditandai
dengan keidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot, dan
tendon.
3) Infeksi b/d tidak adekuanya pertahanan primer, kerusakan kulit dan
trauma jaringan.

15
5. Intervensi Keperawatan
No Tujuan & Kriteria
Dx. Intervensi Rasional
. hasil
1. Nyeri akut b/d Tujuan 1. Pertahankan 1. Meminimalkan nyeri dan
pereganggan setelah dilakukan imobilisasi bagian yang mencegah kesalahan posisi
atau kekoyokan tindakan keperawatan sakit dengan tirah tulang/tegangan jaringan
pada otot, selama 2x24 jam baring, yang cedera.
ligament atau diharapkan nyeri 2. Tinggikan dan dukung 2. Menurunkan aliran balik
tendon ditandai yang dirasakan pasien exstermitas yang vena, menurunkan edema.
kelemahan, dapat berkurang, terkena. Dan rasa nyeri
mati rasa, pasien dapat 3. Pemberian kompres 3. Menurunkan edema /
perdarahan, mengontrol nyeri dingin selama 15 pembentukan hematoma,
edema, nyeri. yang dirasakan, menit-30 menit selama menurunkan sensasi nyeri
pasien merasakan 4x sehari 4. Balutan berfungsi untuk
rasa nyaman. 4. Ajarkan metode meminimalkan efusi,
distraksi dan relaksasi menyangga daerah yang
Criteria hasil : selama nyeri akut. sakit dan memberikan rasa
1. Mampu mengontrol 5. Daerah yang sakit nyaman.
nyeri, mampu diberi balutan kompresi 5. Peninggian berguna untuk
menggunakan tehnik elastik dan tidak boleh mengontrol
non farmakologi ketat atau menjerat. pembengkakan dan
untuk mengurangi 6. Bagian yang sakit memungkinkan istirahat.
nyeri, mencari ditinggikan sampai 6. Kolaborasi obat untuk
bantuan). setinggi jantung (diberi membantu proses
2. Melaporkan bahwa bantalan) penyembuhan gejala klinis
nyeri berkurang 7. Berikan individu nyeri.
dengan menggunakan pereda rasa sakit yang
manajemen nyeri. optimal dengan
3. Mampu mengenali analgesic. (kolaborasi
nyeri (skala, tim medis lain)
intensitas, frekuensi

16
dan tanda nyeri
)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang.

2. Gangguan Tujuan : 1. Atur posisi minimal 1. perubahan posisi dapat


mobilitas fisik setelah dilakukan setiap 2 jam. mengurangi resiko
b/d tindakan keperawatan 2. Kaji kemampuan terjadinya ulkus
nyeri/ketidakm 3x24 jam diharapkan pasien dalam 2. untuk mengetahui
ampuan, pasien dapat berperan mobilisisasi seberapa jauh
ditandai aktif dalam latihan 3. Latih pasien dalam kemandirian
dengan peningkatan untuk pemenuhan mobilisasi px,
keidakmampua mobilisasi fisik, kebutuhan ADL sehingga dapat
n untuk aktivitas fisik secara mandiri membantu tindakan
mempergunaka meningkat, pasien sesuai kemampuan intervensi lanjutan
n sendi, otot, dapat memenuhi 4. Dampingi dan 3. latihan pemenuan
dan tendon. kebutuhan sehari-hari. bantu pasien saat ADL berfungsi untuk
Criteria Hasil : mobilisasi dan membantu pasien
1. Klien meningkat bantu pemenuhan meningkatkan
dalam aktivitas kebutuhan ADL kemandiriannya sesuai
fisik. serta batasi betas kemampuan
2. Mengerti tujuan pergerakan yang mobilisasinya.
dari peningkatan berlebih. 4. Mendampingi dan
mobilitas. 5. Kolaborasi dengan membantu px
3. Memverbelalisasi tim medis lain mobilisasi serta
kan perasaan berhubungan pembatasan
dalam dengan latihan pergetakan yg berlebih
meningkatkan pemenuhan dan dapat mencegah resiko
kekuatan dan pemberian alat tingginya
kemampuan bantu saat jatuh/keadaan yang
berpindah. mobilisasi serta mebahayakan px.

17
4. Memperagakan untuk penanganan
penggunaan alat lebih lanjut.Batasi
bantu untuk pergerakan px
mobilisasi
(walker).

3. Infeksi b/d Tujuan : setelah 1. Tingkatkan intake 1. Intake nutrisi dapat


tidak dilakukan tindakan nutrisi membantu
adekuanya keperawatan 1x24 2. Monitor tanda dan mempercepat
pertahanan jam diharapkan status gejala infeksi penyembuhan luka,
primer, trauma imun pasien sistemik dan local meningkatkan sistem
jaringan meningkat, infeksi (hiprtermia, edema, kekebalan tubuh
(robekan dapat di kontrol, dan peningkatan TD) 2. Dapat mendeteksi
tendon/ligamen faktor resiko dapat 3. Monitor hitung timbulnya infeksi
) berkurang. granulosit,WBC sehingga dapat
4. Kolaborasi tim mencegah komplikasi
Criteria Hasil : medis lain : penyakit.
1. Klien bebas dari pemberian obat 3. Dapat mengetahui
tanda dan gejala sesuai indikasi kemungkinan
infeksi. terjadinya infeksi
2. Jumlah leukosit (penegakan diagnosa
dalam batas infeksi) ketika WBC
normal. meningkat serta
3. Menunjukkan membantu penyusunan
perilaku hidup intervensi lebih lanjut
sehat. dan mencegah
4. Mencapai komplikasi penyakit.
penyembuhan 4. Kolaborasi dg tim
luka sesuai waktu medis lain dapat
5. Bebas drainase membantu mengurangi
purulen,eritema terjadinya resiko
dan demam. infeksi.

18
6. Tidak ada tanda
tanda infeksi
(rubor, color,
dolor, tumor,
fungsiolesa).

BAB III

PENUTUP

19
A. Kesimpulan
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan
berlebihan,peregangan berlebihan,atau stress yang berlebihan. Strain akut
pada struktur muskulotendious terjadi pada persambungan antara otot dan
tendon. Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi akibat
gerakan menjepit atau memutar.Ligamen yang sobek akan kehilangan
kemampuan stabilitasnya.

Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-


jari tangan dan kaki. Penyebab terjadinya sprain adalah pemuntiran
mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen
dengan menimbulkan gerakan sendi di luar kisaran gerak normal. Prinsip
utama penatalaksanaan sprain dan strain adalah prinsip RICE (rest, ice,
compression, elevation) dimana prinsip tersebut dapat mengurangi nyeri
yang terjadi serta mengurangi resiko terjadinya komplikasi.

B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penanganan masalah
keperawatan khususnya kasus strain dan sprain harus dibekali dengan
pengetahuan yang luas dan tindakan yang di lakukan harus rasional sesuai
gejala penyakit.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aaron, et.al. 2015. Incidence of Patients With Knee Strain and Sprain Occurring
at Sports or Recreation Venues and Presenting to United States
Emergency Departments. Journal of Athletic Training November
2015;Vol. 50 No. 11 :11901198 by the National Athletic Trainers
Association, Inc. Homepage : www.natajournals.org

Dowshen, Steven. 2014. Strains And Sprains For Kids. Homepage :


http://kidshealth.org/en/parents/strains-sprains-sheet.html. Last
reviewed: April 2014.

Hirsch, Larissa. 2014. Strains And Sprains For Teenager. Homepage :


http://kidshealth.org/en/parents/strains-sprains-sheet.html. Last
reviewed: March 2014

National Institute Of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases. 2015.


Sprains and Strains . Homepage : https://www.niams.nih.gov/health-
topics/sprains-and-strains . Last Reviewed: 01/30/2015

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC edisi revisi Jilid 2.
Jogjakarta : MediAction.

Smeler, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikat Bedah Brunner


Dan Suddarth. Vol. 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai