PNEUMOTHORAX
Tingkat II B
KELOMPOK 2
OLEH :
Elistika 181015
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Dokumentasi Keperawatan.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
I.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
I.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI
II.1 Pengertian Tension Pneumothorax........................................................................6
II.2 Etiologi Tension Pneumothorax............................................................................7
II.3 Patofisiologi Tension Pneumothorax...................................................................8
II.4 Manifestasi Klinik Tension Pneumothorax...........................................................9
II.5 Komplikasi Tension Pneumothorax.....................................................................10
II.6 Pemeriksaan Penunjang Tension Pneumothorax.................................................11
II.7 Penatalaksanaan Tension Pneumothorax.............................................................15
II.7 Asuhan Keperawatan Tension Pneumothorax.....................................................15
BAB III PEMBAHASAN
III.1 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Tension Pneumothorax...........................24
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan 32
IV.2 Saran. 32
DAFTAR PUSTAKA 33
BAB I
PENDAHULUAN
1. Trauma benda tumpul atau tajam – meliputi gangguan salah satu pleura
visceral atau parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang
rusuk tidak menjadi hal yang penting bagi terjadinya Tension
Pneumotoraks).
2. Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat),
biasanya vena subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter
subklavia).
3. Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks sederhana
ke Tension Pneumotoraks.
4. Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks terbuka ke pneumothoraks
sederhana di mana fungsi pembalut luka sebagai 1-way katup.
5. Akupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan
pneumothoraks (Corwin, 2009).
II.3 Patofisiologi
Thorax
Ruptur pleura
Inspirasi Ekspirasi
Nyeri Akut
II.4 Tanda dan Gejala
Menurut Boshwick tanda dan gejala pada Tension Pneumothorax yaitu:
1. Manifestasi awal : nyeri dada, dispnea, ansietas, takipnea, takikardi,
hipersonor dinding dada dan tidak ada suara napas pada sisi yang sakit.
2. Manifestasi lanjut : tingkat kesadaran menurun, trachea bergeser menuju
ke sisi kontralateral, hipotensi, pembesaran pembuluh darah leher/ vena
jugularis (tidak ada jika pasien sangat hipotensi) dan sianosis (Boshwick,
1997).
II.5 Komplikasi
1. Gagal napas akut (3-5%)
2. Komplikasi tube torakostomi lesi pada nervus interkostales
3. Henti jantung-paru
4. Infeksi sekunder dari penggunaan WSD
5. Kematian timbul cairan intra pleura, misalnya
a. Pneumothoraks disertai efusi pleura : eksudat, pus
b. Pneumothoraks disertai darah : hemathotoraks.
6. Syok (Alagaff, 2005)
7. Tension pneumothoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps,
akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun.
Paru sehat juga dapat terkena dampaknya.
8. Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat.
Kematian dapat terjadi (Corwin, 2009).
II.6 Penatalaksanaan
1. Primery Survey
a. Airway and cervical spine control
Pemeriksaan apakah ada obstruksi jalan napas yang disebabkan
benda asing, fraktur tulang wajah, atau maksila dan mandibula, faktur
laring atau trakea. Jaga jalan nafas dengan jaw thrust atau chin lift,
proteksi c-spine, bila perlu lakukan pemasangan collar neck. Pada
penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap bahwa jalan napas
bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap
dilakukan.
3. Pemeriksaan foto dada tampak garis pleura viseralis, lurus atau cembung
terhadap dinding dada dan terpisah dari garis pleura parietalis. Celah
antara kedua garis pleura tersebut tampak lusens karena berisi kumpulan
udara dan tidak didapatkan corakan vascular pada daerah tersebut.
Sinar x dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural;
dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal.
4. Pemeriksaan Laboratorium :
a. GDA : variable tergantung dari derajat paru yang dipengaruhi,
gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi.
PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau
menurun; saturasi oksigen biasanya menurun. Analisa gas darah arteri
memberikan gambaran hipoksemia.
b. Hb : menurun, menunjukan kehilangan darah.
c. Torasentesis : menyatakan darah / cairan sero sanguinosa.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Data Subjektif
1) Riwayat Penyakit Pasien
a) Pasien mengeluh sesak
b) Pasien mengeluh nyeri pada dada (biasanya pada pasien fraktur
rusuk dan sternum)
c) Pasien mengeluh batuk berdarah, berdahak
d) Pasien mengeluh lemas, lemah
e) Pasien mengatakan mengalami kecelakaan dan terbentur dan
tertusuk di bagian dada
2) Riwayat Kesehatan Pasien
a) Riwayat penyakit sebelumnya
b) Riwayat pengobatan sebelumnya
c) Adanya alergi
b. Data Objektif
1) Airway (A)
Batuk dengan sputum kental atau darah, terkadang disertai dengan
muntah darah, krekels (+), jalan nafas tidak paten.
2) Breathing (B)
Adanya napas spontan, dengan gerakan dada asimetris (pada pasien
tension pneumotoraks), napas cepat, dipsnea, takipnea, suara napas
kusmaul, napas pendek, napas dangkal.
3) Circulation (C)
Terjadi hipotensi, nadi lemah, pucat, terjadi perdarahan, sianosis,
takikardi
4) Disability (D)
Penurunan kesadaran (apabila terjadi penanganan yang terlambat)
2. Pengkajian Sekunder
a. Eksposure (E)
Adanya kontusio atau jejas pada bagian dada. Adanya penetrasi penyebab
trauma pada dinding dada
b. Five Intervention / Full set of vital sign (F)
1) Tanda – tanda vital : RR meningkat, HR meningkat, terjadi hipotensi
2) Pulse oksimetri : mungkin terjadi hipoksemia
3) Aritmia jantung
4) Pemeriksaan Lab :
Gambaran pada hasil X ray yang biasa dijumpai :
a) Kontusio paru : bintik-bintik infiltrate
b) Pneumotoraks : batas pleura yang radiolusen dan tipis, hilangnya
batas paru (sulit mendiagnosa pada foto dengan posisi supinasi).
c) Injury trakeobronkial : penumomediastinum, udara di servikal.
d) Rupture diafragma : herniasi organ abdomen ke dada, kenaikan
hemidiafragma.
e) Terdapat fraktur tulang rusuk, sternum, klavikula, scapula dan
dislokasi sternoklavikular.
5) CT scan dapat ditemukan gambaran hemotoraks, pneumotoraks,
kontusi paru atau laserasi, pneumomediastinum, dan injuri diafragma.
6) Esofagogram dan atau esofagografi dilakukan jika dicurigai injury
esophagus.
7) Broncoskopy untuk terjadi trakeobronkial injury.
8) Echokardiogram akan memperlihatkan gambaran tamponade jantung
(pada umumnya echokariogram digunakan utuk melihat cedera pada
katup jantung)
9) EKG akan memperlihatkan adanya iskemik, aritmia berhubungan
dengan miokardia kontusion atau iskemia yang berhubungan dengan
cedera pada arteri koronaria.
10) Pemeriksaan cardiac enzym kemungkinan meningkat berhubungan
dengan adanya iskemik atau infak yang disebabkan dari hipotensi
miokardia kontusion.
c. Give comfort / Kenyamanan (G) : pain assessment (PQRST)
Adanya nyeri pada dada yang hebat, seperti tertusuk atau tertekan, terjadi
pada saat bernapas, nyeri menyebar hingga abdomen
d. Head to toe (H)
Lakukan pemeriksaan fisik terfokus pada:
1) Daerah kepala dan leher : mukosa pucat, konjungtiva pucat, DVJ
(Distensi Vena Jugularis)
2) Daerah dada :
a) Inspeksi : penggunaan otot bantu napas, pernapasan Kussmaul,
terdapat jejas, kontusio, penetrasi penyebab trauma pada daerah
dada.
b) Palpasi : adanya ketidak seimbangan traktil fremitus, adanya nyeri
tekan
c) Perkusi : adanya hipersonor
d) Auskultasi : suara napas krekels, suara jantung abnormal.
Terkadang terjadi penurunan bising napas.
e) Daerah abdomen : herniasi organ abdomen
f) Daerah ekstrimitas : pada palpasi ditemukan penurunan nadi
femoralis
e. Inspect the posterior surface (I)
Adanya jejas pada daerah dada
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus Tension Pneumothorax
yaitu (Menurut NANDA NIC-NOC 2016):
1. Ketidaefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflex spasme otot.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma.
C. Intervensi Keperawatan
Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakefektifan pola NOC : NIC :
nafas berhubungan dengan Respiratory status: Ventilation Terapi Oksigen
ekspansi paru yang tidak Respiratory status: Airway patency 1. Pertahankan jalan nafas yang
abnormal) abnormal
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Seorang laki laki usia 50 tahun masuk UGD pada tanggal 12 November 2019 pukul 23.00
akibat kecelakaan lalu lintas. Dokter menidagnosa Tension Pneumothorax. Pasien
mengeluh nyeri dada bagian sebelah kanan seperti tertekan benda berat dan sesak nafas.
Hasil pengkajian didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 130×/menit,
frekuensi pernafasan 30×/menit, suhu 36,70C. Terdapat gerakan dinding dada asimetris.
Pernafasan ireguler, SpO2 60 %. Akral dingin, kulit dan bibir menjadi biru, memar pda
area dada.
A. Data Pasien
B. Primary Survey
Waktu kedatangan : Transportasi : Kondisi datang :
12 November 2019 Diantar oleh yang menabrak Ps datang dengan keadaan
Pukul 23.00 menggunakan mobil sadar CM GCS : E4M6V5 Ps
mengeluh Nyeri dada dan
sesak nafas
Tindakan Pre Hospital :
CPR (-) O2 (-) Infus (-) Bidai (-) Bebat (-) Urin Kateter (-)
Lain – lain :
TRIAGE
Kesadaran Kategori Triage : Klasifikasi Kasus
Allert (+) Verbal P1 P2 P3 Trauma Non Trauma
Pain Unrespon MerahKuning Hijau Hitam Dx Medis : Tension
Pneumothorax
Keluhan Utama
Tanda dan gejala : Karakteristik :
Nyeri dada dan sesak nafas Seperti tertimpa benda berat
DISABILITY GCS : E4 V5 M6
Fraktur : Tidak ada ada
Lokasi Total : 15
Paralisis : Tidak ada ada
Lokasi : ...............................................................
C. Secondary Survey
Diagram Tubuh : PEMERIKSAAN HEAD TO TOE
Kepala normal
Leher normal
Thoraks gerakan dinding dada asimetris,
terdapat luka terbuka bagian dextra
Abdomen normal
Genitourinaria normal
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Jenis Pemeriksaan Hasil :
Darah Lengkap Kimia Klinik
Gula darah Acak Blood Gas Analisa
Kultur Urin EKG
BUN Kreatinin Foto Thorak
Lain –
lain ..................................................................
E. Pemberian Terapi
Pukul Medikasi/Obat yang diberikan Dosis / rute
pemberian
- Terapi O2 nasal kanul 8 L Nasal kanul
- Terapi Tramadol 2 x 1 mg drip Intravena
- Terapi Ceftriaxone 2 x 1 mg Intravena
- Terapi cairan IVFD RL 20 tpm Intravena
G. Penatalaksanaan Komprehensif
Waktu Tindakan kolaborasi Rasional Evaluasi
23.00 1. Memberikan terapi O2 -memberikan tambahan O2 S:-
nasal kanul dan mencegah hipoksia O:
23.00 2. Memberikan terapi -mengurangi rasa nyeri -ps terpasang O2 nasal
analgesik Tramadol 2×1 kanul 8 L
mg drip -ps telah diberikan
23.00 3. Memberikan terapi -mencegah infeksi terapi injeksi Tramadol
antibiotik Ceftriaxone 2 x 1 2×1 mg drip,
mg IV Ceftriaxone 2 x 1 mg
23.00 4. Memberikan terapi cairan -menambah asupan cairan IV
IVFD RL 20 tpm dan elektrolit -ps terpasang terapi
23.00 5. Melakukan pemasangan -mengeluarkan cairan IVFD RL 20
WSD udara/cairan di thorax tpm
-ps terpasang WSD di
IC 4-5 mid axila
kanan.
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan di ruang
rawat inap
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Tension pneumothoraks adalah pengumpulan/penimbunan udara di ikuti
peningkatan tekanan di dalam rongga pleura. Kondisi ini terjadi bila salah satu
rongga paru terluka, sehingga udara masuk ke rongga pleura dan udara tidak bisa
keluar secara alami. Kondisi ini bisa dengan cepat menyebabkan terjadinya
insufisiensi pernapasan, kolaps kardiovaskuler, dan, akhirnya, kematian jika tidak
dikenali dan ditangani. Pasien datang dengan keluhan nyeri dada dan sesak nafas.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan DM. Setelah di RS pasien
mendapatkan terapi cairan IVFD RL 20 tpm, terapi injeksi : Ceftriaxone 2 x 1 mg
IV, Tramadol 2×1 mg drip dan pasien mendapatkan terapi O2 nasal kanul serta
telah dilakukan asuhan keperawatan 1×24 jam.
IV.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan semua mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami mengenai Tension Pneumothorax serta dapat
melakukan asuhan keperawatan yang sesuai. Kami pun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar penulisan makalah yang
selanjutnya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Alagaff, Hood, dkk. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press.
Aru W. Sudoyo, dkk.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Ed V. Jakarta:
Interna Publishing.
Bosswick, John A., Jr. 2008. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Kowalak, Jennifer P. Dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi : “SISTEM PERNAPASAN-
PNEUMOTHORAKS : BAB.7-Hal.253. Jakarta: EGC.
Manson, J. Robert. 2010. Murray & Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine, 5/e.
dalam Kurniasih, Dkk, 2009, hlm.2343)