Oleh
KELOMPOK
MUKLIS (18301057)
RAHMAD JULIANTO (18301101)
RODHI AFTA FIRMAN (18301028)
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. sebagai pencipta atas
segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep patologi dan
patofisiologi”Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
i
DAFTAR ISI
KATA PPENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
A) Tujuan Umum..............................................................................................2
B) Tujuan Khusus.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
3.1 Simpulan..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
ii
BAB I PENDAHULUAN
Patologi adalah salah satu dasar ilmu kedokteran, dan memiliki peranan yang
sangat fundamental. Sering kali diagnosis pasti suatu penyakit ditegakkan dengan
patologi (histopatologi). Sedangkan pengertian Patologi dalam arti yang luas
adalah bagian dari ilmu kedokteran yang mengamati sebab dan akibat dari
terjadinya penyakit atau kelainan pada tubuh. Namun pengertian patofisiologi
sendiri adalah reaksi fungsi tubuh terhadap suatu penyakit yang masuk ke dalam
tubuh. Mekanisme adaptasi sel terdiri dari organisasi sel yaitu unit kehidupan,
kesatuan lahir yang terkecil menunjukkan bermacam-macam fenomena yang
berhubungan dengan hidup.
1
1.3 Tujuan
A. Tujuan umum
B. Tujuan khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Patologi
Patologi adalah ilmu (logos) tentang penderitaan (pathos). Patologi adalah
disiplin ilmu yang menjembatani praktik klinis dan ilmu dasar, dan mencakup
penelitian tentang penyebab suatu penyakit (etiologi) serta mekanisme
(patogenesis) yang menyebabkan munculnya tanda dan gejala pada pasien. Untuk
memahami perubahan struktural dan ftingsional yang terjadi pada sel, jaringan,
dan organ, ahli patologi menggunakan teknik molekular kontemporer,
mikrobiologik dan imunologik. Untuk membuat diagnosis dan pedoman terapi
dalam lingkungan klinis, ahli patologi mengidentifikasi perubahan makroskopis
ataupun gambaran mikroskopis (morfologi) sel dan jaringan. Secara tradisional,
disiplin ilmu tersebut dibagi menjadi patologi umum dan patoiogi sistemik;
a. patologi urnum terfokus pada respons selular dan jaringan yang mendasar
terhadap rangsang patologik
b. patologi sistemik memeriksa respons tertentu pada organ tertentu.
2. Patofisiologi
Patofisiologi adalah ilmu yag mempelajari perubahan fisiologis yang
diakibatkan oleh proses patologis. Gangguan dalam proses seluler normal
mengakibatkan terjadinya perubahan adiptif atau letal. Perbedaan antara sel yang
sanggup beradaptasi dan sel yang cedera adalah pada dapat atau tidaknya sel itu
“mengikuti” dan mengatasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
berubah dan merusak itu. Sel cedera menunjukkan perubahan-perubahan yang
dapat mempengaruhi fungsi-fungsi tubuh dan bermanifestasi sebagai penyakit.
3
2.2 Adaptasi, Jejas, dan Penuaan sel
1) Adaptasi sel
Terjadi bila stress fisiologik berlebihan atau suatu rangsangan yang
patologik menyebabkan terjadinya keadaan baru yang berubah yang
mempertahankan kelangsungan hidup sel.contohnya ialah Hipertropi
(pertambahan masa sel) atau atrofi (penyusutan masa sel),jejas sel yang reversible
menyatakan perubahan yang patologik yang dapat kembali ,bila rangsangannya
dihilangkan atau bila penyebab jajes lemah .jejas yang ireversibel merupakan
perubahan patologik yang menetap dan menyebabkan kematian. Terdapat dua
pola morfolgik kematian sel yaitu nekrosis dan apoptosis .nekrosis adalah bentuk
yang lebih umum setelah rangsang eksogen dan berwujud sebagai pembengkakan,
denaturasi dan koagulasi protein,pecahnya organel sel dan robeknya sel.aptosis
datandai oleh pemadatan kromatin dan pemadatan kromatin dan fragmentasi
terjadi sendiri atau dalam kelompok kecil sel,dan berakibat dihilanhkannya sel
yang tidak dikehendaki selama embryogenesis dan dalam bebagai keadaan
fisiologik dan fatologik.
2) Jejas sel
Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi
terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama
atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel
tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera, maka
sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein,
susunan genetik, dan sifat transportasinya. Dengan adanya perbedaan spesifikasi,
fungsi dan susunan jaringan atau populasi berbagai sel tubuh, dapat dimengerti
adanya perbedaan reaksi terhadap jejas. Dari aspek jejas ada variabel diantaranya
jenis, intensitas, periode.
4
Penyebab jejas sel:
5) Reaksi imunologik
6) kekacauan genetic
Dari aspek jejas ada variabel diantaranya jenis, intensitas, periode. Jejas
endogen dapat bersifat defek genetik, faktor imun, produksi hormonal tidak
adekuat, hasil metabolisme yang tidak sempurna, proses menjadi tua (aging).
Sedangkan jejas oksigen dapat berbentuk agen kimiawi seperti zat kimiawi, obat-
obatan (intoksikasi / hipersensitifitas), agen fisik misalnya trauma, ionisasi radiasi,
listrik, suhu, dan lain-lain. Agen biologik pada infeksi mikroorganisme, virus,
parasit, dan lain-lain. Jejas seluler paling sering ditemukan dalam dunia kesehatan
sehari-hari yang ditemukan sebagai akibat keadaan hipoksik atau anoksik, yang
dapat disebabkan oleh banyak hal misalnya pada kondisi penderita dengan
penyakit traktus respiratorius, penyakit jantung, anemi, keadaan iskemik karena
terjadi penyempitan atau penutupan pembuluh darah oleh proses arteriosklerosis,
5
trombus, embolus, radang (penyakit Winiwarter-Buerger), atau adanya penekanan
dari luar.
Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dan tidak stabil yang
beriyeraksi dengan protei, lemak dan karbohidrat dan terlibat dalam jejas sel yang
disebabkan oleh bermacam kejadian kimiawi dan biologic. Terjadinya radikal
bebas dimulai dari :
c) Konversi enzimatik zat kimia eksogen atau obat (CC14 manjadi CC13)
2) Jejas kimiawi
6
Jenis-jenis jejas sel:
1. Jejas Reversibel
a. Kegagalan transfortasi aktif dalam mrmbran dari pada ion Na, ion K-ATPase
yang sensitive oubain mengakibatkan natrium masuk kedalam sel ,kalium keluar
dari dalam sel dan bertambahnya air secara isokomik.
2. Jejas ireversibel
a. Deplesi ATP peristiwa awal pada jejas sel yang berperan pada konsekuensi
hipoksia iskemik yang fungsional dan structural dan juga pada keruksaan
membran walaupun demikian masih menjadi pertanyaan apakah hal ini adalah
sebagai akibat atau ireversibelitas.
b. Kerusakan membran sel fase paling awal jelas ireversibel berhubungan dengan
defek membran sel fungsional dan structural.beberapa mekanisme mungkin
berperan pada kerusakan membranedemekian.
7
c. Kehilangan fosfolifid yang progresif disebabkan oleh : Aktifitas fosfolifid
membrane oleh peningkatan kalsium sistolik dissul oleh degradasi fosfolifid dan
hilanhnya fosfolifid atau penurunan reasilasi dan sintesis fosfolifid munhkin
berhubungan dengan hilannya ATP.d. Abnormalitas sitoskeletal .Aktivasi
protease intrasel didahului oleh peningkatan kalsium sistolik dapat menyebabkan
pecahnya elemen sitoskeletal intermediate menyebakan mebran sel rentan
terhadap tarikan dan robekan terutama dengan adanya pembengkakan sel.
d. Spesies oksigen reaktif. Hal ini terjadi pada jejas reperfusi yang terjadi setelah
pemulian aliran darah keorang yang iskemik .spesies oksigen yang toksik
kebanyakan terbentuk dari leukosit polimorfonukleaus yangv berinfiltrasi.
e. Produk pemecahan lipid, asam lemak bebas dan lisfosfolifid dan langsung
bersifat toksik terhadap membrane.
f. Hilangnya asam amino intrasel seperti glisin dan L-alanin yang penyebabnya
belum diketahuai. Hilangnya integritas membrane menyebabkan influx massif
kalsium dari ruang ekstrasel,berakibat disfungsi mitokondria,inhibisi enzim sel
denaturasi protein dan perubahan sitoglogik yang karakteristik bagi
nekrosis koagulatif .
3. Penuaan seluler
2. Berkurangnya sintesis dna dan rna untuk protein dan reseptor sel structural
enzimatik.
8
3. Menurunnya kemampuan ambilan mkanan dan perbaikan kerusakan
kromosom.
Terjadinya penuaan sel belum jelas, tetapi mungkin bersifat multi factor ini
melibatkan. Program molekuler dari pada penuaan sel dan penagruh eksogen
berkesnambungan yang menuju pada penurunan kemampuan untuk hidup.
Adanya penuaan sel dapat diduga dari penelitian invitro yang menunjukan bahwa
fibroblast diploid manusia normal dalam biaan mempunyai masa hidup tertentu
dan populasi berlipat ganda yang terbatas yang bergantung pada usia. Penyebab
penuaan replikatif semacam ini mungkin disebabkan oleh aktifasi gen spesifik
penuan gen pengatur pertumbuhan berubah atau hilang, induksi inhibitor
pertumbuhan pada sel menua dan mekanisme lain. Salah satu hipotesis defek gen
ini adalah adanya telemetric sehortening kromosom yang terjadi dengan
bertambahnya usia, menyebabkan hilangnya DNA dari ujung telometrik
kromosom, sehingga terjadi gen esensial dan menyebabkan berkurngnya masa
hidup. Mekanisme potensial defek wear and tear eksogen meliputi :
9
3. Perubahan induksi protein renjatan panas. Respon renjatan panas merupakan
mekanisme pertahanan yang pentingterhadap stress dan kehilangannya
bertambahnya usia mungkin menurunkan kemampuan sel untuk hidup.
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir
yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang
mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi. Berdasarkan patogenesisnya,
Effendi (2006) dalam Neonatologi IDAI (2008) membedakan kelainan kongenital
sebagai berikut:
1. Malformasi
Malformasi adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau
ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. Perkembangan awal
dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat atau menyimpang
sehingga menyebabkan terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap. Kelainan
ini mungkin terbatas hanya pada satu daerah anatomi, mengenai seluruh organ,
atau mengenai berbagai sistem tubuh yang berbeda.
2. Deformasi
3. Disrupsi
Defek struktur juga dapat disebabkan oleh destruksi pada jaringan yang semula
berkembang normal. Berbeda dengan deformasi yang hanya disebabkan oleh
tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia, perdarahan atau
perlekatan. Kelainan akibat disrupsi biasanya mengenai beberapa jaringan yang
10
berbeda. Perlu ditekankan bahwa bahwa baik deformasi maupun disrupsi biasanya
mengenai struktur yang semula berkembang normal dan tidak menyebabkan
kelainan intrinsik pada jaringan yang terkena.
4. Displasia
1. Pertumbuhan Sel
11
dikonversi ke dalam senyawa-senyawa yang lebih berfungsi dalam protoplasma dari
sel-sel yang tumbuh dan baru dibentuk.
2. Perbanyakan sel. Jumlah sel merupakan ukuran pertumbuhan yang realistis. Jika
suatu organisme diamati dan selnya dihitung, maka pertumbuhannya dapat dinyatakan
dalam tingkat pertambahan sel.
5. Fenologi tanaman. Tanaman yang sedang tumbuh tidak hanya menimbun bahan
kering tetapi juga mengalami perubahan-perubahan secara teratur dan berurutan yang
dapat dilihat dari penampilannya. Perubahan penampilan tanaman dikenal dengan
istilah perkembangan fenologi. Setelah biji disemai, biji akan berkecambah dengan
membentuk radikula diikuti dengan pembentukan tunas dan plumula.
1. Fase Lag Pada saat pertama kali organisme ditumbuhkan pada media kultur
yang baru biasanya tidak segera didapati peningkatan jumlah atau massa sel.
Walaupun demikian sel tetap mensintesis komponen seluller. Fase lag dapat
terjadi karena beberapa faktor antara lain karena sel yang sudah tua dan
kekurangan ATP, essential cofactors serta ribosom. Substansi substansi ini harus
terlebih dahulu disintesis sebelum pertumbuhan berlangsung. Kemungkinan yang
lain adalah media pertumbuhan yang berbeda dengan media pertumbuhan
sebelumnya. Dalam hal ini enzim- enzim baru akan diperlukan untuk penggunaan
12
nutrisi yang berbeda. Selain itu lag fase dapat terjadi apabila sel mengalami
kerusakan sehingga membutuhkan waktu untuk perbaikan kembali.
2. Fase Eksponensial Fase ini disebut juga dengan fase log. Organisme tumbuh
dan membelah pada kecepatan maksimum tergantung pada sifat genetik, medium
dan kondisi pertumbuhan. kecepatan pertumbuhan konstant, sel membelah dan
meningkat jumlahnya (doubling ) dalam interval yang teratur. Pada fase ini sel
mempunyai kesamaan sifat kimia dan fisiologi sehingga banyak digunakan dalam
studi - studi biokimia dan fisiologi
3. Fase Stationer Pada fase ini kurva pertumbuhan berhenti dan kurva horisontal.
Hal ini disebabkan ketidakseimbagan nutrient dan O2, keseimbangan jumlah sel
yang membelah dan yang mati, tipe organisme serta akumulasi limbah toksik
seperti asam laktat. Bakteri mampu tumbuh pada maksimum populasi sel (cell
density) 1 x sel/ml sedangkan protozoa dan alga hanya mampu tumbuh pada
tingkat populasi 1 x 106 sel/ml.
B. Kultur Curah
Kultur curah merupakan salah satu teknik perkembangan mikroorganisme dengan
menggunakan sistem batch. Dasar mengenai kultur curah yaitu:
1. Kultur curah merupakan cara yang paling sederhana, sehingga menjadi titik
awal untuk studi kinetika kultivasi
2. Resiko kontaminasi rendah
3. Konsentrasi produk akhir lebih tinggi
4. Tidak perlu mikroba dengan kestabilan tinggi karena waktu kultivasinya
pendek
5. Dapat untuk fase fermentasi yang berbeda pada bioreaktor yang sama (Contoh :
pertumbuhan sel pd fase eksponensial &pembentukan produk pd fase stasioner =
metabolit sekunder
13
6. Pada industri farmasi, semua bahan-bahan yang digunakan harus diketahui
dengan tepat, sehingga lebih praktis dengan proses curah
7. Dari aspek rekayasa bioproses, kultur curah lebih fleksibel dalam perencanaan
produksi, terutama untuk memproduksi beragam produk dengan pasar kecil
8. Kelemahan : Terakumulasi produk yang dapat menghambat pertumbuhan
14
1. Diferensiasi Sel
Diferensiasi sel adalah suatu perubahan sel dimana sel yang telah mencapai
volume pertumbuhan akhir menjadi terspesialisasi sesuai fungsinya menghasilkan
jenis jaringan, organ atau organisme baru. Diferensiasi meliputi 2 hal :
1. Perubahan struktur dan aktivitas biokimia.
2. Perubahan aktivitas fisiologis.
Selain disebabkan oleh perbedaan aktivitas gen tersebut diatas, diferensiasi juga
dapat disebabkan karena :
a) Polaritas pada saat pembelahan sel tidak merata.
Perbedaan tersebut disebabkan karena penyebaran senyawa tertentu di dalam
plasma tidak merata. Pada kutub yang satu konsentrasinya rendah, sedangkan di
kutub yang lain konsentrasinya tinggi.
b) Pembelahan sel tidak setara
Dinding pemisah sel terbentuk tidak ditengah-tengah sehingga dihasilkan 2 sel
yang tidak sama besar. Awal yang tidak sama dari 2 sel anakan ini tentu
menyebabkan perbedaan aktivitas metabolisme sehingga salah satu sel anak dapat
membelah lagi sedangkan yang lain tidak mampu lagi.
c) Letak sel dalam jaringan. (digunakan dalam teknik kultur jaringan).
d) Faktor Hormon.
15
Diperlukan dalam jumlah sedikit, karena tidak berpengaruh secara langsung dan
kerjanya relatif lambat.
e) Faktor lingkungan (cahaya, suhu, ketersediaan air, oksigen, dll).
Semua sel yang telah mengalami diferensiasi, asal masih hidup bersifat
totipotens. Artinya : bila lingkungan sesuai dapat tumbuh membentuk individu
baru. Khusus dalam kaitannya dengan diferensiasi sel pada hewan atau manusia,
setelah zigot terbentuk akan berkembang menjadi morula dan kemudian
berkembang lagi menjadi blastula. Blastula kemudian akan berkembang lagi
mejadi gastrula. Pada tahap gastrula ini lah akan terbentuk 3 lapisan baru yaitu :
Ektoderm, Mesoderm, dan Endoderm. Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi
kulit, rambut, sistem saraf dan alat indera. Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi
otok, rangka, alat reproduksi, alat peredaran darah dan alat ekskresi. Sedangkan
endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan dan alat pernapasan
seperti paru-paru.
Ketika terjadi luka, sel darah putih basofil dan dan sel mast akan
mengeluarkan senyawa kimia histamin yang menjadi respon awal peradangan.
Selain itu, mikroorganisme yang masuk ke dalam jaringan juga akan
16
mengeluarkan senyawa kimia yang memperkuat sinyal tersebut. Selain itu,
leukosit dan jaringan yang rusak juga akan menghasilkan prostaglandin yang
memicu pembesaran dan permeabilitas pembuluh darah. Prostaglandin juga akan
meningkatkan aliran darah lokal ke daerah terjadinya luka tersebut. Pembesaran
pembuluh darah dan peningkatan aliran darah akan meningkatkan jumlah faktor
pembekuan darah agar darah lekas membeku dan menghalangi mikroorganisme
untuk menyebar ke jaringan lain.
Sel fagosit yang pertama datang adalah neutrofil, merupakan sel darah
putih yang paling banyak dalam darah. Kemudian diikuti oleh monosit yang akan
berkembang menjadi makrofag, sel fagosit yang paling besar. Sel-sel tersebut
akan menelan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh serta mencernanya
dengan enzim yang terdapat pada lisosom. Walaupun jumlah neutrofil lebih
banyak, namun kinerja dari makrofag terbukti lebih bagus dalam mencerna
mikroorganisme yang menginveksi.
Macam-Macam Radang
A) Radang Tenggorokan
Penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri di tenggorokan sehingga si penderita susah
sekali saat menelan makanan. Radang tenggorokan atau faringitis akut sering
diikuti dengan gejala flu seperti demam, sakit kepala, pilek, dan batuk. Disebarkan
oleh virus EBV atau kuman Strep. Pyogenes, radang tenggorokan mudah dikenali
dengan memeriksakannya ke dokter THT. Jika daerah faring ditemukan
peradangan dengan tanda berupa kemerahan serta terjadi pembesaran pada
kelenjar limfe regional di sekitarnya, bisa dikatakan orang tersebut menderita
radang tenggorokan. Pada kasus yang sudah berat, di tenggorokan akan dijumpai
nanah atau eksudat.
17
Gejala-gejala seorang penderita radang tenggorokan:
4. Demam tinggi
6. Telinga pekak
C.Radang Kulit
Radang kulit, dermatitis, merupakan suatu gejala pada kulit saat jaringan
terinfeksi oleh bakteri atau virus.
18
Ada beberapa tipe radang kulit, yaitu:
1) Sebhorrheicdermatitits
Kedua tipe tersebut sangat bervariasi tergantung dari penyebab dan gejala yang
terjadi.
D)Radang Sendi
1. obesitas
4. Diabetes mellitus
5. Kelainan hormonal
Tanda-tanda radang
19
mengalirkemikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh
dengandarah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna
merahlokal karena peradangan akut
2) Kalor : Panas
3) Tumor : Pembengkakan
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Patologi
Patologi adalah ilmu (logos) tentang penderitaan (pathos). Patologi adalah disiplin
ilmu yang menjembatani praktik klinis dan ilmu dasar, dan mencakup penelitian
tentang penyebab suatu penyakit (etiologi) serta mekanisme (patogenesis) yang
menyebabkan munculnya tanda dan gejala pada pasien.
2. Adaptasi sel
Terjadi bila stress fisiologik berlebihan atau suatu rangsangan yang
patologik menyebabkan terjadinya keadaan baru yang berubah yang
mempertahankan kelangsungan hidup sel.contohnya ialah Hipertropi
(pertambahan masa sel) atau atrofi (penyusutan masa sel),jejas sel yang
reversible menyatakan perubahan yang patologik yang dapat kembali ,bila
rangsangannya dihilangkan atau bila penyebab jajes lemah .jejas yang
ireversibel merupakan perubahan patologik yang menetap dan
menyebabkan kematian. Terdapat dua pola morfolgik kematian sel yaitu
nekrosis dan apoptosis
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Effendi SH, Indrasanto E. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta:
IDAI.
22