Oleh :
Muklis
18301057
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya yang
senantiasa tercerah sehingga penulis dalat menyelesaikan proposal penelitian
“Hubungan Pengaruh Sarapan Pagi Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa
SDN 77 Pekanbaru” ini. Proposal hubungan pengaruh sarapan pagi terhadap
konsentrasi belajar siswa sdn 77 pekanbaru ini dibuat sebagai tugas mata kuliah
Riset Keperawatan. Harapan penulis, Proposal ini dapat memberikan manfaat
untuk pembaca dalam mempelajari hubungan pengaruh sarapan pagi terhadap
konsentrasi belajar siswa. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
penulis, proposal ini masih banyak kekurangan dalam pembuatan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penelti
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................7
1. Tujuan Umum....................................................................................................7
2. Tujuan Khusus...................................................................................................7
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................8
BAB II.....................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................9
A. Tinjauan Teoritis.......................................................................................................9
1) Sarapan Pagi...........................................................................................................9
2.) Konsentrasi.........................................................................................................12
3.) Manfaat Konsentrasi...........................................................................................14
4.) Cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar.............................................................15
5.) Faktor Pendukung Konsentrasi Belajar...............................................................16
6.) Faktor Penghambat Konsentrasi Belajar..............................................................19
7.) Konsep Dasar Siswa Sekolah Dasar....................................................................20
B. Kerangka Teori........................................................................................................22
C. Kerangka Konsep.....................................................................................................22
D. Definisi Operasional...............................................................................................23
F. Hipotesa...............................................................................................................24
BAB III..................................................................................................................25
METODE PENELITIAN....................................................................................25
A. Desain Penelitian.................................................................................................25
iii
B. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................................25
C. Populasi dan Sampel................................................................................................25
D. Etika Penelitian........................................................................................................26
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.......................................................................27
F. Teknik Pengolahan Data......................................................................................29
G. Analisa Data........................................................................................................30
iv
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarapan merupakan kegiatan rutin di pagi hari yang harus dilakukan guna
memenuhi kebutuhan energi di dalam tubuh agar dapat melakukan aktivitas
secara optimal. Hal tersebut sangat penting terutama bagi anak-anak usia sekolah
dasar karena dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan serta berbagai
aktivitas di sekolah (Wiarto, 2013). Pada anak usia sekolah dasar, energi yang
adekuat diperlukan untuk menunjang aktivitas belajar di sekolah. Energi diperoleh
Adari makanan/minuman yang dikonsumsi oleh masing masing anak. Anak yang
seringkali melewatkan sarapan sangat tidak dianjurkan. Melewatkan sarapan
membuat anak tidak berenergi karena perut kosong sehingga anak menjadi susah
untuk memfokuskan pikiran di sekolah. Hal tersebut sangat tidak mendukung
dalam peningkatan prestasi belajar (Sukiniarti, 2015)Kegiatan sarapan sangat
penting mengingat di pagi hari otak memerlukan asupan zat gizi akibat puasa
semalaman karena tidur. Sarapan dapat mengembalikan pasokan kadar gula dalam
darah (Evans, 2009). Berbagai unsur zat gizi yang terkandung dalam sarapan
berkontribusi penting dalam kecukupan kebutuhan gizi terutama pada anak usia
sekolah dibandingkan dengan makanan jajanan (Faizah, 2014).
Hardinsyah & Aries (2012) mengemukakan bahwa 15-20% kebutuhan
energi total per hari telah terpenuhi hanya dengan melakukan sarapan. Kegiatan
sarapan tidak hanya dilakukan tetapi juga perlu diperhatikan kuantitas dan kualitas
zat gizi yang terkandung dalam sarapan. Evans (2009) mengungkapkan bahwa
sarapan yang disajikan seringkali didominasi pada satu jenis makanan dengan
sumber karbohidrat terbanyak. Padahal, kesesuaian antara jumlah karbohidrat,
protein dan lemak dalam tubuh sangat penting terutama bagi pertumbuhan anak.
Kecukupan gizi anak tidak akan terpenuhi apabila didominasi satu jenis makanan
yang dikonsumsi dalam kurun waktu terus-menerus (Kemenkes RI, 2014).
Anak-anak yang rutin melakukan sarapan mempunyai energi yang cukup
untuk menerima pelajaran di sekolah daripada anak yang melewatkan sarapan.
1
Anak yang melewatkan sarapan seringkali menunjukkan sikap lemas, pusing atau
sampai pingsan (Kleinman, 2013). Halhal tersebut sangat tidak mendukung proses
belajar karena konsentrasi belajar terganggu (Koop, 2012). Pada aktivitas belajar,
konsentrasi berperan penting demi tercapainya suasana belajar yang kondusif
karena mencerminkan kemampuan kognitif anak. Konsentrasi belajar yang tinggi
pada anak dapat mendukung peningkatan prestasi dalam belajar (Setiawan &
Haridito, 2015).
Anak pada usia sekolah merupakan tahapan yang penting untuk kehidupan
seseorang, pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan
mental terjadi sangat pesat menuju ke arah yang lebih matang. Anak usia sekolah
merupakan generasi yang akan menentukan masa depan bangsa. Generasi yang
berkualitas ditentukan oleh beberapa hal salah satunya adalah pendidikan yang
ditopang dengan status gizi seseorang sejak usia dini. Status gizi memberikan
gambaran terhadap pemenuhan kebutuhan gizi atau nutrisi seseorang,
terpenuhinya kebutuhan gizi dengan seimbang dapat menjaga ketahanan tubuh,
kecerdasan dan pertumbuhan yang optimal (Depkes RI, 2014).
Pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kepandaian serta kematangan
sosial dapat dioptimalkan dengan asupan gizi berupa karbohidrat (45%-65%),
protein (10%-25%), lemak (30%), dan berbagai macam vitamin lain (Waryono,
2010) Status gizi yang buruk pada anak usia sekolah dapat menyebabkan
pertumbuhan fisik terlambat, anak menderita gangguan mental, sukar
berkonsentrasi, yang kemudian akan berpengaruh pada prestasi belajar. Karena
kurangnya asupan gizi ke otak, perkembangan dan kerja otakpun menjadi
terhambat yang bermuara pada tingkat kecerdasan anak (Moehji, 2003).
Pemberian asupan gizi pada anak usia sekolah dimulai dari melakukan sarapan
yang memiliki fungsi untuk memulihkan cadangan energi dan kadar gula darah
(Sukmaniah, 2009). Setelah lambung dalam keadaan kosong dalam waktu yang
cukup lama selama tidur di malam hari kurang lebih 6 sampai 8 jam maka tubuh
memerlukan bahan makanan yang dapat dicerna dan diubah menjadi energi untuk
melakukan aktivitas, hal inilah yang menjadikan sarapan sangat penting untuk
dilakukan. Sarapan yang sehat terdiri dari makanan
2
sumber karbohidrat, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan minuman.
Kelima jenis makanan yang baik dan dikonsumsi setiap hari atau setiap kali
makan ini sangat penting, karena mempengaruhi mutu atau kualitas gizi (Depkes
RI, 2014). Kelima jenis makanan ini memiliki fungsi masing-masing dalam
fisiologi tubuh. Sarapan dapat memenuhi sekitar 15–30% kebutuhan gizi harian
yang dapat mewujudkan kehidupan yang sehat, aktif dan produktif (Depkes RI,
2014).
Melewatkan sarapan dapat menyebabkan penurunan fisiologis dalam
tubuh yang ditandai dengan turunnya kadar glukosa dalam darah yang menjadi
sumber energi utama, hal ini dapat berdampak pada seluruh organ tubuh, salah
satunya adalah kerja otak (Dogbe dan Abaidoo, 2014). Menurunnya asupan
energy ke otak akan berdampak pada kemampuan siswa dalam berkonsentrasi.
Konsentrasi merupakan pemusatan pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang
diamati, dipelajari dengan menyisihkan segalah hal yang tidak berhubungan
dengan objek yang diamati maupun yang dipelajari (Sumadi, 2005). Apabila
siswa mampu menjaga dan meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dalam
belajar, kemampuan siswa untuk merespon dan menginterpretasikan materi
pelajaran akan lebih optimal (Slameto, 2010)
Menurut Latipah (2010) Psikologi pendidikan sering diangkat menjadi
bahan penelitian, terutama penelitian mengenai prestasi belajar. Karena ini
merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Prestasi belajar juga seringkali
dijadikan tolak ukur dari keberhasilan proses pembelajaran. Konsentrasi belajar
menurut Widodo (2015) mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.
Budaya organisasi dapat diidentifikasikan dari setiap lapisan budaya yang terbagi
dua yaitu lapisan yang dapat diamati dan lapisan yang tersembunyi atau lapisan
yang tidak dapat diamati (Pertiwi & Suchyadi, 2019). Kemampuan seseorang
dalam memusatkan perhatian pada suatu hal atau objek tertentu dalam waktu
relative lama disebut konsentrasi. Dalam proses pembelajaran kemampuan
berkonsentrasi sangat dibutuhkan khususnya oleh mahasiswa.
Hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi hasil dari pembelajaran
dan aktivitas. Kurangnya berkonsentrasi dapat disebabkan karena keadaan lapar.
3
Glukosa sebagai sumber energi utama sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena
kekurangan glukosa dapat mempengaruhi kerja organ termasuk otak (Heliawati,
Suchyadi, & Iryani, 2018b). Sarapan dapat meningkatkankonsentrasi belajar
sehingga gizi dipagi hari dapat terpenuhi. Tanpa sarapan otak akan sulit
berkonsentrasi. Berdasarkan penelitian Purnakarya (2010) berkurangnya
konsentrasi belajar salah satunya dipengaruhi oleh kurangnya gizi. Aktivitas
mahasiswa di kampus akan terganggu jika kebutuhan gizinya tidak terpenuhi.
Mahasiswa akan lebih cepat mudah lelah, lesu, dan letih, juga mengantuk, dan
berdampak kepada penurunan daya berfikir. Gangguan kelainan pada tubuh
memici terjadinya penyakit Anemia merupakan salah satu permasalahan gizi yang
sangat penting karena berdampak pada menurunnya kemampuan serta konsentrasi
belajar.
Menurut Tilong (2012) makanan yang dikonsumsi saat pagi hari sebelum
beraktivitas yang terdiri dari makan pkok dan lauk pauk lainnya disebut srapan.
Sarapan pagi yang ideal dilakukan pada pukul 06.00-800, makaan yang
dihidangkan jenisnya menyesuaikan dengan keadaan namun sebaiknya sarapan
dengan memakan yang mengandung sumber energi, sumber zat pembangun dan
sumber zat pengatur. Salah satu kebiasaan kalangan anak muda saat ini yaitu
Kurangnya minat dalam membiasakan diri untuk sarapan serta menunda jam
makan pagi digabungkan dengan makan siang atau melakuakn sarapan namuan
hanya mengandalkan makanan yang kurang sehat yang beranggapan lebih praktis
dan cepat maka kebiasaan seperti itu memiliki konsekuensi yang mungkin akan
timbul dari asupan berlebihan soda dan minuman manis; konsumsi makanan cepat
saji; asupan buah-buahan segar, sayuran, makanan kaya serat yang tidak memadai,
dan susu dan makanan kaya kalsium lainnya. Caroline (2010) berpendapat bahwa
untuk hidup sehat diharapkan melakukan sarapan untuk memenuhi kebutuhan
sebagian gizi harian sekitar 15-30 % kebutuhan gizi. Selain itu makan pagi sangat
penting karena dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan
menyerap pelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar.
Menurut Wachs (2000) Kinerja kognitif dan akademik dipengaruhi oleh
beberapa faktor, termasuk indikator kualitas sekolah (seperti fasilitas, kualitas
4
pengajar], dan karakteristik individu (seperti bakat, motivasi, dan perilaku).
Semuanya telah diketahui memiliki efek saling keterkaitan. Kualitas sarapan dapat
dilihat dari beberapa faktor diantaranya dari sarapan yang berkontribusi sebagai
energi. Penelitian yang membahas mengenai pengaruh sarapan terhadap
konsentrasi belajar umumnya dilakukan pada siswa sekolah dasar (SD). Namun
hasil penelitian Widodo (2015) mengenai Pengaruh Sarapan Terhadap Skor
Konsentrasi Mahasiswa Jurusan Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Unsoed
menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan
daya konsentrasi belajar dengan total 36 orang mahasiswa menjadi subjek
penelitian. Sarapan diberikan sebagai treatment dengan 600 kkal (38,2%
karbohidrat, 31,31% protein, 13,8% lipid, mineral 16,7%), setelah tes konsentrasi
pertama. Sarapan merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kesehatan
tubuh dan kinerja otak Maka studi kasus dalam ulasan ini ditinjau dari seseorang
yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi sarapan setiap hari,dan yang tidak
pernah melakukan sarapan serta ditinjau pula dampak bagi kesehatan tubuh jika
seorang yang melakukan sarapan dan tidak sarapan.
Anak merupakan harapan masa depan. Karenanya perlu dipersiapkan agar
kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, bermoral, dan
berguna bagi masyarakat. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat
diperlukan dalam mengisi pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa
indonesia. Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi
masyarakat. Gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat
meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang normal (Depkes RI,
2008). Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan
sehari-hari yang cukup tinggi, khususnya bagi anak sekolah, akan membantu
mereka dalam meningkatkan kemampuan konsentrasi dan intelektualnya (Devi
Nirmala, 2012: 8). Dalam belajar diperlukan konsentrasi dalam perwujudan
perhatian terpusat. Pemusatan perhatian tertuju pada suatu objek tertentu dengan
mengabaikan masalah-masalah lain yang tidak diperlukan. Orang yang tidak dapat
berkonsentrasi jelas tidak akan berhasil menyimpan atau menguasai bahan
pelajaran. Oleh karena itu, setiap pelajar atau mahasiswa berusaha dengan keras
5
agar mempunyai konsentrasi tinggi dalam belajar (Syaiful Bahri:15) Konsentrasi
besar pengaruhnya terhadap belajar. Jika seseorang mengalami kesulitan dalam
berkonsentrasi, jelas belajarnya akan sia-sia, karena hanya membuang tenaga,
waktu, dan biaya saja (Slameto, 2013: 87).
Dalam peningkatan konsentrasi belajar dapat dicapai dengan berbagai
cara, salah satunya adalah makan pagi atau biasa disebut dengan sarapan. Makan
pagi atau sarapan mempunyai peranan penting bagi anak sekolah usia 6-14 tahun,
yaitu untuk pemenuhan gizi di pagi hari, dimana anak-anak berangkat kesekolah
dan mempunyai aktivitas yang sangat padat di sekolah. Apabila anak-anak
terbiasa sarapan pagi, maka akan berpengaruh terhadap kecerdasan otak, terutama
daya ingat anak sehingga dapat mendukung prestasi belajar anak ke arah yang
lebih baik.
Sarapan pagi merupakan pasokan energi untuk otak yang paling baik agar
dapat berkonsentrasi di sekolah. Ketika bangun pagi, gula darah dalam tubuh kita
rendah karena semalaman tidak makan. Tanpa sarapan yang cukup, otak akan sulit
berkonsentrasidi sekolah. Sekarang ini, banyak orang tua yang bekerja yang tak
memiliki waktu untuk menyiapkan sarapan pagi untuk anaknya ke sekolah
sehingga banyak anak sekolah yang tak terbiasa makan pagi. Bagi anak, kebiasaan
sarapan pagi bisa membantu memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis
hidangan untuk sarapan pagi bisa dipilih dan disusun sesuai keadaan. Namun akan
lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan
sumber zat pengatur.
Membentuk pola makan yang baik untuk seorang anak menuntut
kesabaran orang tua pada usia sekolah, anak-anak seringkali mengalami fase sulit
makan. Kalau problema ini berkepanjangan, maka dapat menganggu tumbuh
kembang anak, karena jumlah dan jenis gizi yang masuk dalam tubuhnya kurang.
Dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kurang gizi, hambatan pertumbuhan
tinggi badan, dan akhirnya berdampak buruk bagi perkembangan mental
intelektual individu. Ini jelas akan semakin menurunkan kualitas bangsa
Indonesia. Kurang energi protein pada masa anak-anak akan menurunkan IQ,
menyebabakan kemampuan geometrik rendah dan anak tidak dapat berkonsentrasi
6
secara maksimal. Menurut Sumadi Suryabrata; 23, keadaan jasmani yang segar
akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan
jasmani yang lelah akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang tidak
lelah. Dalam hal ini, nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini
akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa
kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah dan sebagainya. Terlebih-lebih bagi anak
yang masih sangat muda, pengaruhnya besar sekali (Sumadi Suryabrata, 2010:
23).
Saat ini banyak dijumpai rendahnya minat anak untuk sarapan di rumah.
Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, diantaranya besar uang jajan yang
diberikan oleh orang tua dan tidak adanya kesempatan orang tua untuk
menyiapkan sarapan. Tujuan utama penelitian ini yaitu menganalisis hubungan
pengaruh sarapan pagi terhadap konsentrasi belajar siswa SDN 77 Pekanbaru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: “Apakah Ada Hubungan Pengaruh Sarapan Pagi
Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa SDN 77 Pekanbaru?"
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh
sarapan pagi terhadap konsentrasi belajar siswa SDN 77 pekanbaru?
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi sarapan pagi pada siswa/siswi SDN 77 Pekanbaru.
b. Mengidentifikasi tingkat konsentrasi siswa SDN dalam menerima
pelajar pada siswa/siswi SDN 77 Pekanbaru.
c. Menganalisis hubungan pengaruh sarapan pagi terhadap konsentrasi
belajar siswa SDN 77 Pekanbaru.
7
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Payung Negeri Pekanbaru Hasil
penelitian ini dapat di jadikan sebagai acuan dan penekanan materi tentang
ilmu keperawatan anak yaitu tentang sarapan pagi terhadap pemenuhan
kebutuhan gizi, nutrisi dan tingkat konsentrasi belajar anak.
b. Bagi Lahan Penelitian
Hasil penelitian di SDN 77 Pekanbaru ini diharapkandapat digunakan
sebagai acuan untuk bahan evaluasi dalammenumbuhkan minat siswa
untuk sarapan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau sumber untuk
penelitian selanjutnya, dan mendorong bagi yang berkepentingan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
d. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong orang tua untukselalu
menjaga asupan gizi melalui sarapan pagi supaya meningkat kandaya
konsentrasi peserta didik.
e. Bagi Responden
Hasil penelitian ini di harapkan dapat mendorong untuk selalu menjaga
asupan gizi melalui sarapan supaya meningkatkan daya konsentrasi.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1) Sarapan Pagi
a. Pengertian Sarapan
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Makan pagi
bagi orang dewasa dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya
tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Makan pagi bagi
anak sekolah dapat meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar menjadi
baik (Depkes, 1995). Menurut Khomsan (2010) ada 2 manfaat yang diperoleh
kalau seseorang melakukan sarapan pagi, antara lain:
Yudi (2008) mengatakan bahwa ada beberapa manfaat makan pagi antara
lain memberi energi untuk otak. Sarapan dapat membantu meningkatkan daya
ingat dan konsentrasi sebelum tiba waktunya makan siang, sebagai pengganti
waktu malam yang tidak terisi oleh makanan. Setelah tidur selama kurang
lebih 8jam, maka zat gula dalam tubuh akan menurun, hal itu dapat digantikan
dengan mengkonsumsi karbohidrat ketika sarapan.Hal ini senada dengan
pendapat Gomo (2010), bahwa sarapan dapat meningkatkan stamina kerja,
konsentrasi belajar, kenyamanan kerja dan belajar. Sarapan dapat mencegah
konstipasi, hipoglikemia, pusing, gangguan stamina, kognitif dan
kegemukan.Sarapan pagi bermanfaat untuk konsentrasi belajar, mekanisme
sarapan pagi yaitu selama proses pencernaan, karbohidrat di dalam tubuh
dipecah menjadi molekul-molekul gula sederhana yang lebih kecil, seperti
fruktosa, galaktosa dan glukosa. Glukosa ini merupakan bahan bakar otak
sehingga dapat membantu dalam mempertahankan konsentrasi, meningkatkan
kewaspadaan, dan memberi kekuatan untuk otak (Parreta, 2009).
Anak yang tidak sarapan mempunyai risiko terhadap status gizi. Status
gizi yang buruk pada anak akan memberikan dampak anak menderita
gangguan mental, sukar berkonsentrasi, rendah diri dan prestasi belajar
menjadi rendah karena hambatan terhadap pertumbuhan otak dan tingkat
kecerdasan (Moehji, 2003).
Salah satu penyebab terjadinya status gizi yang buruk adalah rendahnya
asupan zat gizi. Anak yang tidak sarapan akan cenderung mengkonsumsi
makanan jajanan di sekolah yang kualitas gizinya tidak terjamin. Jajan yang
terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Selain itu banyak
makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan sehingga akan
mengganggu kesehatan anak, seperti terserang penyakit saluran pencernaan
dan dapat timbul penyakit-penyakit lainnya yang diakibatkan pencemaran
bahan kimiawi (Rossa, 2014).
Penyakit saluran pencernaan yang sering diderita oleh anak sekolah dasar
salah satunya adalah diare. Hal itu dimungkinkan karena anak-anak banyak
yang membeli makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar
lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah dasar cenderung
memiih jenis jajanan yang murah, biasanya makin rendah harga suatu barang
atau jajanan makin rendah pula kualitasnya seperti digunakannya bahan-bahan
makanan yang kurang baik dan biasanya sudah tercemar oleh kuman. Itulah
sebabnya anak-anak yang suka jajan sering terkena penyakit diare. Penyakit
diare masih sering menimbulkan kejadian luar biasa dengan jumlah penderita
yang banyak dalam kurun waktu yang singkat. Biasanya masalah diare timbul
karena kurang kebersihan terhadap makanan. Saat ini banyak anak yang
terkena diare karena pada umumnya anak-anak tidak menghiraukan
kebersihan makanan yang dimakan. Anak usia sekolah pada umumnya belum
tentu paham akan arti kesehatan bagi tubuhnya (Saroso, 2009).
2.) Konsentrasi
A. Pengertian Konsentrasi
Lebih dapat mengontrol sesuatu dan hanya fokus pada satu pikiran yang
sedang dijalani dan tidak memikirkan hal lain.
c.) Meningkatkan percaya diri
b.) Mencegah siswa agar tidak terlalu cepat berganti dari satu tugas ke
tugas lain, karena jika satu tugas belum selesai akan mengganggu
konsentrasi dan membuat tugas tersebut tidak selesai.
d.) Merencanakan tugas yang lebih sedikit dari pada memberikan satu sesi
yang banyak, karena jika langsung banyak tugas akan susah untuk
diselesaikan dan akan kacau.
Hal ini dapat dilihat dari kondisi jasmani seseorang yang meliputi
kesehatan badan secara menyeluruh, artinya :
a.) Kondisi badan yang normal menurut standar kesehatan atau bebas dari
penyakit yang serius.
b.) Kondisi badan di atas normal atau fit akan lebih menunjang
konsentrasi.
c.) Cukup tidur dan istirahat kurang lebih 8 jam dalam sehari.
d.) Cukup makan dan minum serta makanan yang dikonsumsi memenuhi
standar gizi seperti gizi seimbang untuk hidup sehat terutama makan pada
pagi hari.
i.) Detak jantung normal. Pada detak jantung yang normal dapat
mempengaruhi ketenangan dan sangat mempengaruhi konsentrasi efektif.
j.) Irama napas berjalan baik. Sama halnya dengan jantung, irama napas
juga sangat mempengaruhi ketenangan.
B. Faktor Rohaniah
j.) Bebas dari berbagai gangguan mental, seperti rasa takut, waswas dan
gelisah. Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa faktor jasmani dan
rohani merupakan faktor internal yang sangat dibutuhkan dalam
mendukung konsentrasi belajar efektif. Keduanya harus ada secara
seimbang dan apabila salah satu faktor tidak terpenuhi maka kemungkinan
tidak akan terjadi konsentrasi belajar yang efektif.
A) Faktor Internal
B) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor penyebab gangguan yang berasal dari luar
diri seseorang, yaitu lingkungan di sekitar orang tersebut berada. Gangguan yang
sering dialami adalah adanya rasa tidak nyaman dalam melakukan berbagai
kegiatan yang memerlukan konsentrasi penuh, misalnya ruang belajar yang
sempit, kotor, udara yang berpolusi dan suhu udara yang panas. Butuh usaha keras
untukmeminimalkan gangguan-gangguan tersebut. Akan tetapi, yang lebih
penting lagi adalah mengusahakan agar siswa tetap memiliki konsentrasi belajar
yang kuat sehingga tetap mampu melakukan kegiatan dengan baik, walaupun
faktor gangguan tersebut tetap ada
7.) Konsep Dasar Siswa Sekolah Dasar
A.) Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
b.) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai makhluk
biologis,
Pada masa ini anak dapat menerima bahan yang diajarkan oleh guru di
sekolah.Anak juga telah siap untuk menjelajahi lingkungan di sekitarnya.
Seorang anak yang memasuki masa kanak-kanak akhir tidak lagi puas dengan
hanya berperan sebagai penonton, akan tetapi berusaha agar dapat menjadi
bagian dari lingkungan. Syaiful Bahri Djamarah (2008) menyebutkan sifat
khas anak pada masa kelas tinggi sekolah dasar antara lain:
a.) Adanya keinginan akan kehidupan praktis sehari-hari yang nyata. Hal ini
menyebabkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan
pekerjaan yang praktis.
b.) Realistik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan selalu ingin belajar
c.) Munculnya minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus pada akhir
masa ini, gemar untuk membentuk sebuah kelompok sebaya.
d.) Anak hingga usia 11 tahun membutuhkan guru atau orang yang lebih
dewasa yang berperan sebagai pembimbing Siswa kelas IV memasuki masa
kanak-kanak akhir. Masa ini merupakan tahap untuk menemukan eksistensi
diri secara utuh bagi setiap anak (Sardiman, 2007).
Oleh sebab itu, anak memerlukan sosok yang telah dewasa untuk membina
dan mengarahkan proses penemuan diri agar mencapai hasil seperti yang
diharapkan. Pada proses ini, sosok seorang guru termasuk di dalamnya guru
kelas IV harus mampu untuk mengorganisasi setiap kegiatan belajar mengajar
sertamenghargai siswa sebagai subjek yang memiliki bekal dan kemampuan.
Tujuan belajar pun harus diarahkan sesuai dengan karakteristik atau kondisi
siswa.Interaksi antara guru dan siswa dapat diwujudkan melalui pemberian
motivasi kepada siswa agar siswa merasa memiliki semangat dan kemampuan
yang dapat meningkatkan harga dirinya. Dengan demikian, siswa dapat lebih
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran serta mampu memaknai hasil
belajar.Karakteristik siswa sekolah dasar yang pada dasarnya memiliki
dorongan, kemauan dan aspirasi untuk berbuat sesuatu. Dimyati dan Mudjiono
(2002) mengungkapkan bahwa dalam setiap proses belajar, siswa selalu
menampakkan keaktifan baik secara fisik, intelektual maupun emosional.
Keaktifan siswa dapat dilihat dari kegiatan fisik yang mudah diamati dan
kegiatan psikis yang tidak dapat diamati dengan indera. Dalam kegiatan
pembelajaran siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah
informasi yang diperoleh sebagai hasil belajar. Sejalan dengan hal tersebut,
guru hendaknya mampu untuk mendesain pembelajaran yang dapat
memberikan peluang bagi siswa agar dapat belajar secara aktif baik dalam
mencari, memperoleh, dan mengolah apa yang sedang dipelajari oleh siswa.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran ialah strategi active learning.
B. Kerangka Teori
Purwanto (2010)
C. Kerangka Konsep
F. Hipotesa
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
a) Populasi
Notoatmodjo (2012) populasi merupakan seluruh objek atau objek dengan
karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang
dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau
objek tersebut. Populasi dalam peneliti ini adalah anak sekolah dasar yang
tidak konsentrasi belajar akibat tidak sarapan pagi di kelas 3 SDN 77
Pekanbaru yang berjumlah 40 siswa dan siswi.
b) Sampel
Sampel adalah sebagian kecil yang di ambil dari keseluruh objeck yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).
Pengambilan sampel dengan cara total samping (Ridwan, 2013). Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 40 orang sampel yaitu siswa dan siswi kelas
3 di SDN 77 Pekanbaru. Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan
ekslusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Sedangkan kriteria
eksklusi adalah kriteria subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel
karena tidak memenuhi syarat penelitian, menolak menjadi responden atau
kedalam yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Nursalam,
2008).
D. Etika Penelitian
Menurut (Hidayat, 2019) dalam melakukan penelitian khususnya jika yang
menjadi subjek penelitian adalah manusia, maka penulis harus memenuhi hak
dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga
peneliti yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan
manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami adalah
prinsip manfaat, prinsip menghormati manusia, dan prinsipkeadilan. Ditempat
penelitian penulis akan melaksanakan penelitian dengan melakukan penekanan
pada masalah etika yang meliputi :
1) Lembar persetujuan responden (Informed consent)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada klien yang bersedia menjadi
responden. Klien yang bersedia menjadi responden diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika dalam penelitian terdapat
klien yang menolak untuk menjadi responden, maka peneliti tidak akan
memaksa dan tetap menghormati hak klien tersebut.
2) Tanpa nama (Anonimity)
Responden dijamin hak dan kerahasiaannya dan keikutsertaannya pada
penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden tetapi mencantumkan nomor atau kode
responden.
3) Kerahasiaan (Confidentiality)
Hasil yang didapat dari pengisian data responden dijaga kerahasiaannya
oleh peneliti dan hanya digunakan untuk pengelolaan data dan segera
musnahkan jika tidak digunakan lagi.
Entry Memproses data yang di lakukan dengan cara meng- entry data hasil
observasi mengunakan perangkat komputer SPSS.
c. Cleaning
Melakukan pengecekkan kembali kelengkapan data yang sudah di entry
apakah ada kesalahan atau tidak.
G. Analisa Data
a. Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian, yang disajikan dalam bentuk table
distribusi frekuensi dan presentase (Notoatmodjo, 2010). Variabel tersebut
menggunakan rumus sebagai berikut:
P=f x100%
Keterangan:
n = Jumlah respond
b. Bivariat
Analisa yang digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen, dengan menggunakan uji statistik
chi-square. Proses analisa ini dilakukan dengan computer menggunakan
derajat kemaknaan 95% dengan α = 0,05. Jika P value ≤ 0,05 dikatakan
bermakna dan P value > 0,05 dikatakan tidak bermakna.
Daftar Pustaka