Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PERAN GIZI PADA BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH

Mata Kuliah : Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi


Dosen Pengampu : Sri Mulyati, Spd. MKes

Disusun oleh
Kelompok 4, Kelas 1B
Annisa Aulia Rahmi P3.73.24.2.22.048
Aulia Rizki Julianthy P3.73.24.2.22.050
Cynthia Aulia Putri P3.73.24.2.22.051
Farah Azizah Hanafi P3.73.24.2.22.056
Putri Silvia P3.73.24.2.22.074
Sandrina Meilan Dzahabiyyah P3.73.24.2.22.078

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


PRODI D-III KEBIDANAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Peran Gizi Pada Bayi, Balita Dan
Anak Pra Sekolah”, Untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada saat
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami ibu Sri Mulyati, Spd. MKes yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Bekasi, 4 Februari 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 3
2.1 Kebutuhan Zat Gizi Serta Peran Gizi Pada Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah .......... 3
2.1.1 Kebutuhan Dan Peran Zat Gizi Pada Bayi ...................................................................... 3
2.1.2 Kebutuhan Dan Peran Zat Gizi Pada Balita Dan Anak Pra Sekolah ............................... 5
2.2 Penentuan Status Gizi Pada Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah .................................... 7
2.1.1 Istilah dan Pengertian ...................................................................................................... 7
2.1.2 Penilaian Status Gizi ....................................................................................................... 7
2.1.3 Ukuran dan Indeks Antropometri .................................................................................... 8
2.1.4 Cara Pengukuran Antropomeri........................................................................................ 9
2.1.5 Klasifikasi status gizi .................................................................................................... 10
2.1.6 Penilaian Status Gizi Bayi............................................................................................. 10
2.1.7 Penilaian status Gizi Balita ........................................................................................... 11
2.1.8 Menghitung Indeks Masa Tubuh Anak ......................................................................... 12
2.1.9 Kategori Status Gizi Anak............................................................................................. 13
2.2 MPASI (Makanan Pendamping ASI) ................................................................................ 14
2.2.1 Pengertian MPASI......................................................................................................... 14
2.2.2 Panduan Gizi MPASI .................................................................................................... 14
2.2.3 Cara Membuat MPASI Dari Bahan Mentah ................................................................. 15
2.2.4 Cara Membuat MPASI Dengan Bahan Masakan .......................................................... 16
2.3 Masalah dan Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah 17
2.3.1 Masalah dan Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Bayi ........................................... 17
2.3.2 Masalah dan Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Balita ......................................... 19
2.3.3 Masalah dan Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Anak Pra Sekolah ...................... 19
2.4 Prinsip Pemberian Makanan Untuk Bayi & Anak pra sekolah ..................................... 21
2.4.1 Pemberian Makan pada Bayi dan Anak ........................................................................ 21

iii
BAB III ............................................................................................................................................. 24
PENUTUP ........................................................................................................................................ 24
2.5 Kesimpulan .......................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 25

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5 tahun dapat
dibedakan menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang
dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal
dengan usia prasekolah (Proverawati, 2010). Salah satu masalah kesehatan yang
dihadapi adalah masalah kurang gizi. Anak yang kurang gizi daya tahan tubuhnya rendah
sehingga mudah terkena penyakit infeksi (Depkes RI, 2007).

Perilaku pemberian makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi balita. Status
gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi, sehingga
dapat memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan salah satu atau lebih zat gizi esensial. Status gizi berlebih
terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi yang berlebih, sehingga menimbulkan toksis
yang membahayakan (Almatsier, 2001)

Prasekolah adalah periode antara usia 3 dan 6 tahun. Ini adalah waktu kelanjutan
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan fisik terus menjadi jauh lebih lambat
dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya. Peningkatan perkembangan kognitif,
bahasa, dan psikososial penting selama periode prasekolah. Banyak tugas yang dimulai
selama masa toddler dikuasai dan sempurna selama usia prasekolah (Kyle dan Carman,
2015). Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah maka
asupan nutrisi dari makanan merupakan salah satu faktor yang berperan penting bagi
anak, oleh karena itu sangat dibutuhkan dukungan dari segi kesehatan, pendidikan, serta
lingkungan anak. Salah satu sisi kesehatan yang perlu dilihat adalah kecukupan gizi
anak. Banyak sekali masalah yang ditimbulkan dalam pemberian makanan yang tidak
benar dan menyimpang. (Fitriana, 2015).

Menurut Kementrian Kesehatan (2014), Pada usia ini dengan anak bergerak aktif
bermain bersama teman-temannya, tertarik mempelajari hal baru, terus menerus
mempraktekkan hal yang baru didapat, diperlukan perhatian lebih agar kesehatan anak
tetap optimal. Salah satunya dengan memperhatikan pola makan anak. Tingkat aktifitas
yang cukup tinggi, maka diperlukan asupan yang tinggi juga agar tercapai keseimbangan
1
antara jumlah asupan dengan kalori yang dikeluarkan. Hal ini dapat dicapai dengan
pemenuhan nutrisi sesuai umur anak. Beberapa masalah pola makan dan gizi yang kerap
tejadi di rentang 3-5 tahun antara lain adalah tidak suka sayuran, pilih-pilih makanan,
dan cenderung menyukai ‘’junk food’’. Adapun penelitian yang dilakukan oleh yang
dilakukan oleh Badjeber (2013) bahwa mengkonsumsi fast food minimal 3 kali per
minggu mempunyai risiko 3,28 kali menjadi gizi lebih. Apalagi anak usia prasekolah
merupakan usia yang rentan segala penyakit. Oleh karena itu perlu diusahakan untuk
meningkatkan dan mempertahankan status gizi anak agar tetap berada pada status gizi
baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana memenuhi kebutuhan zat gizi pada bayi, balita, dan anak pra sekolah
2 Apakah peran gizi pada bayi, balita, dan anak pra sekolah penting?
3 Bagaimana menentukan status gizi pada bayi, balita, dan anak pra sekolah agar
terbilang cukup?
4 Bagaimana mengetahui MPASI yang baik untuk bayi?
5 Apakah Makanan Pendamping ASI dibutuhkan?
6 Apa saja faktor yang mempengaruhi zat gizi pada bayi, balita, dan anak pra sekolah?
7 Bagaimana prinsip yang baik untuk memberikan makanan pada anak pra sekolah agar
zat gizi terpenuhi?
8 Bagaimana prinsip yang baik untuk memberikan makanan pendamping ASI agar zat
gizi terpenuhi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui kebutuhan zat gizi pada bayi, balita, dan anak pra sekolah serta
peran gizinya.
1 Agar mengetahui peran gizi pada bayi, balita, dan anak pra sekolah itu penting.
2 Untuk mengetahui status gizi pada bayi, balita, dan anak pra sekolah.
3 Agar mengetahui MPASI yang baik untuk bayi.
4 Untuk mengetahui apa saja faktor dan masalah yang mempengaruhi zat gizi pada
bayi, balita, dan anak pra sekolah.
5 Untuk mengetahui prinsip yang baik dalam memberikan makanan pada anak pra
sekolah agar zat gizi terpenuhi.
6 Untuk mengetahui prinsip yang baik dalam memberikan makanan pendamping ASI
agar zat gizi terpenuhi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan Zat Gizi Serta Peran Gizi Pada Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah
Untuk memiliki tubuh yang sehat dan bugar, seseorang perlu memenuhi kebutuhan
gizi setiap harinya. Kebutuhan gizi tersebut bergantung pada beberapa factor. Beberapa
diantaranya ialah factor umur dan aktivitas hariannya. Untuk mengetahui kebutuhan gizi
seseorang, kitab isa menggunakan tabel angka kecukupan gizi harian atau biasa disingkat
dengan AKG.

2.1.1 Kebutuhan Dan Peran Zat Gizi Pada Bayi


Berdasarkan definisinya, bayi ialah anak atau individu yang berusia 0 sampai 12
bulan. Setiap bayi akan mengalami tahap pertumbuhan dan akan terus berkembang
selama masa hidupnya. Kebutuhan air pada bayi akan terus meningkat mengikuti
pertumbuhan usianya. Bayi berusia 0 sampai 6 bulan, kebutuhan gizinya sudah
terpenuhi dengan ASI. Oleh karna itu, bayi berusia 0 sampai 6 bulan cukup diberi ASI
dan tidak boleh diberi makanan tambahan lain. Ketika bayi sudah berusia lebih dari 6
bulan, kemampuan ASI dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi akan berkurang. Hanya
70% nutrisi bayi yang mampu dipenuhi oleh ASI. Nutrisi sisanya, akan dipenuhi oleh
makanan sebagai pendamping ASI atau biasa disebut dengan MPASI. Berdasarkan
AKG, rata-rata kebutuhan energi harian bagi bayi berusia 0 sampai 6 bulan dengan
berat 6 kg dan tinggi badan 61 cm sekitar 550 kkal dengan kebutuhan air per-harinya
sekitar 700 ml.
Untuk bayi berusia 6 sampai 12 bulan, usia ini merupakan saat yang sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Biasanya, pada usia 6 sampai 12
bulan, bayi akan mengalami pertumbuhan yang pesat. Maka dari itu, pemenuhan gizi
bayi sangat perlu diperhatikan. Pada usia ini juga, bayi sudah boleh diberikan
makanan pendamping ASI atau MPASI untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi
bayi. Kebutuhan nergi pada bayi berusia 6 sampai 12 bulan akan lebih besar 2 – 4 kali
disbanding kebutuhan orang dewasa. Hal ini dikarnakan pertumbuhan dan
perkembangan juga metabolisme bayi yang lebih pesat dibanding pertumbuhan orang

3
dewasa. Kebutuhan energi bayi yang berusia 6 sampai 12 bulan dengan berat badan 9
kg dan tinggi 71 cm sekitar 800 kkal per harinya dan sekitar 900 ml air per harinya.

Table 1Tabel Angka Kecukupan Gizi (PERMENKES Nomor 28 Tahun 2019)

Peran Zat Gizi bagi bayi sangatlah penting. Adapun fungsi dari masing – masing gizi
pada bayi :
1. Energi
Berperan dalam melakukan aktifitas fisik bayi.
Berperan dalam membantu pertumbuhan daan perkembangan bayi.
2. Protein
Berperan sebagai zat pengatur, pembangun dan memperbaiki jaringan seperti
mata, kulit, otot dll.
3. Lemak
Asam lemak adalah bagian terbesar dari lemak yang harus tersedia dalam
tubuh. Asam lemak sendiri terbagi menjadi 2 yaitu asam linoleate (AL) dan
asam alfa Linoleat (ALL). Fungsi lemak bagi tubuh ialah memacu menyimpang
lemak tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh dan melindungi organ penting
dalam tubuh, membantu vitamin larut lemak dll.
4. Karbohidrat
Jenis karbohidrat yang paling bagus untuk bayi ialah laktosa yang terdapat
dalam ASI atau PASI. Bagi bayi yang mengalami alergi laktosa, Maka bisa
diberikan susu formula yang bebas laktosa contohnya susu soya yang
mengandung karbohidrat dalam bentuk sukrosa, sirup jagung dan tepung
tapioca.karbohidrat sendiri berperan penting dalam mensuplai energi untuk
pertumbuhan dan aktifitas fisik.

4
5. Micronutrien
Sebenarnya, hampir semua zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh bayi dapat
dipenuhi oleh ASI jika pemberian ASI dilakukan dengan masksimal. Tetapi,
kandungan Vit D yang diperlukan untuk penyerapan kalsium dan pembentukan
tulang yang terdapat dalam ASI bisa dibilang rendah. Sehingga pada kondisi
tertentu membutuhkan asupan Vit D tambahan yang bisa diperoleh melalui
paparan sinar matahari.

2.1.2 Kebutuhan Dan Peran Zat Gizi Pada Balita Dan Anak Pra Sekolah
Anak balita ialah anak yang sudah menginjak usia 1 tahun, namun masih dibawah
5 tahun. Mudahnya, balita ialah anak usia 1 sampai 5 tahun. Usia balita kemudian
dikelompokkan lagi menjadi 2 yaitu usia 1 sampai 3 tahun atau disebut dengan batita
dan anak usia 3 sampai 5 tahun disebut anak pra sekolah. Anak batita yang berusia 1
sampai 3 tahun merupakan kelompok pasif dimana pada usia ini anak masih butuh
bantuan orang tua secara penuh untuk melakukan aktifitas hariannya seperti mandi,
buang air dan juga makan. Setelah memasuki usia 4 tahun, orang tua sudah bisa mulai
mengajari anak tentang bagaimana melakukan kegiatan penting dengan tetap dibantu
dan diawasi oleh orang tua. Diusia ini juga, pertumbuhannya mulai tidak sepesat saat
bayi. Kenaikan berat badan mungkin tidak akan semudah seperti masa sebelummnya
dan hal ini merupakan hal yang normal bagi setiap balita dan anak pra sekolah selagi
keadaan tubuhnya masih sehat dan bugar. Kebutuhan gizi sangat mempengaruhi
pertumbuhannya. Kebutuhan gizi pada balita memegang peranan penting untuk
pertumbuhannya. Diusia 1 sampai 2 tahun merupakan masa transisi dimana anak
sudah mulai mengenal rasa dan makanan bertekstur. Seperti yang sudah dikatakan
diawal, kebutuhan gizi seseorang dipengaruhi oleh banyak factor mulai dari usia,
gender, berat badan dan hal lainnya. Begitupun dengan balita. Setiap balita memiliki
kebutuhan gizinya masing-masing. Untuk batita berusia 1 sampai 3 tahun
memerlukan energi sebesar 1.350 kkal per hari dan kebutuhan air sebanyak 1.150 ml
air perharinya. Untuk balita berusia 4 sampai 5 tahun memerlukan energi sebesar
1.400 kkal dan kebutuhan air sebanyak 1.450 ml per harinya.

5
Table 2Tabel Angka Kecukupan Gizi (PERMENKES Nomor 28 Tahun 2019)

Sama seperti pada bayi, peran zat gizi pada balita dan anak pra sekolah pun tidak
kalah pentingnya bagi pertumbuhan dan perkembangan balita. Terutama pada anak
pra sekolah, kecukupan gizi yang dibutuhkan akan sangat berpengaruh pada
kecerdasan dan keaktifan seorang anak. Pada beberapa kasus, perbedaan anak dengan
gizi yang tercukupi dan anak dengan kebutuhan gizi yang tidak tercukupi dapat
terlihat jelas. Misalnya saat di kelas bermain, anak dengan gizi yang cukup cendrung
lebih aktif di kelas. Sedangkan anak dengan gizi yang kurang tercukupi akan terlihat
lemas dan tidak bersemangat karna energi yang tidak tercukupi.

Untuk lebih jelasnya, kebutuhan zat gizi pada bayi, balita dan anak pra sekolah dapat
dilihat dari tabel berikut.

Table 3 Tabel Angka Kecukupan Gizi (PERMENKES Nomor 28 Tahun 2019)

6
2.2 Penentuan Status Gizi Pada Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah
2.1.1 Istilah dan Pengertian
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat interaksi antara asupan energi dan
protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh. Status gizi
adalah kondisi tubuh sebagai akibat penyerapan zat-zat gizi esensial. Status gizi
merupakan ekspresi dari keseimbangan zat gizi dengan kebutuhan tubuh, yang
diwujudkan dalam bentuk variabel tertentu. Ketidakseimbangan (kelebihan atau
kekurangan) antara zat gizi dengan kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelainan
patologi bagi tubuh manusia. Keadaan demikian disebut malnutrition (gizi salah atau
kelainan gizi). Secara umum, bentuk kelainan gizi digolongkan menjadi 2 yaitu
overnutrition (kelebihan gizi) dan under nutrition (kekurangan gizi). Overnutrition
adalah suatu keadaan tubuh akibat mengkonsumsi zat-zat gizi tertentu melebihi
kebutuhan tubuh dalam waktu yang relatif lama. Undernutrition adalah keadaan tubuh
yang disebabkan oleh asupan zat gizi sehari-hari yang kurang sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan tubuh.

2.1.2 Penilaian Status Gizi


Secara umum, status gizi dapat dikatakan sebagai fungsi kesenjangan gizi, yaitu
selisih antara konsumsi zat gizi dengan kebutuhan zat gizi tersebut. Kesenjangan gizi
bermanifestasi menurut tingkatannya, sebagai berikut:

a. Mobilisasi cadangan zat gizi, yaitu upaya menutup kesenjangan yang masih kecil
dengan menggunakan cadangan gizi dalam tubuh.
b. Deplesi jaringan tubuh yang terjadi jika kesenjangan tersebut tidak dapat ditutupi
dengan pemakaian cadangan:
c. Perubahan biokimia, suatu kelainan yang terlihat dalam cairan tubuh:
d. Perubahan fungsional, yaitu kelainan yang terjadi dalam tata kerja faali:
e. Perubahan anatomi. Suatu perubahan yang bersifat lebih menetap

Metode penilaian status gizi dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat


perkembangan kekurangan gizi, yaitu metode konsumsi, metode laboratorium,
metode antropometri dan metode klinik, Penentuan status gizi dapat dikelompokkan
dalam metode langsung dan metode tidak langsung. Metode penilaian status gizi
secara langsung meliputi metode biokimia, antropometri, klinik dan biofisik.

7
Penilaian status gizi dengan cara antropometri, kelebihan Pengukuran
Antropometri: Penentuan status gizi dengan menggunakan metode antropometri
mempunyai beberapa keuntungan seperti

1. Prosedur pengukurannya sederhana, aman, tidak invasif sehingga dapat


dilakukan di lapangan dan cocok dengan jumlah sampel yang besar.
2. Alat yang dibutuhkan tidak mahal, mudah di bawah, serta tahan (durabel) dan
dapat dibuat atau dibeli di setiap wilayah.
3. Tidak membutuhkan tenaga khusus dalam pelaksanaannya.
4. Metode yang digunakan tepat dan akurat, sehingga standarisasi pengukuran
terjamin.
5. Hasil yang diperoleh menggambarkan keadaan gizi dalam jangka waktu yang
lama dimana tidak dapat diperoleh dengan tingkat kepercayaan yang sama
dengan teknik lain.
6. Prosedur ini dapat membantu mengidentifikasi tingkat malnutrisi (ringan sampai
berat).
7. Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi terjadinya perubahan yang
terjadi dari satu generasi ke generasi berikutnya, suatu fenomena yang dikenal
sebagai secular trend.
8. Dapat digunakan sebagai skrining test untuk mengidentifikasi individu yang
mempunyai risiko tinggi terjadinya malnutrisi

2.1.3 Ukuran dan Indeks Antropometri


Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ukuran fisik seseorang sangat erat
hubungannya dengan status gizi. Atas dasar ini ukuran-ukuran dengan menggunakan
metode antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan dapat diandalkan bagi
penentuan status gizi untuk negara-negara berkembang.

Ukuran antropometri terbagi atas 2 tipe, yaitu ukuran pertumbuhan tubuh dan
komposisi tubuh. Ukuran pertumbuhan yang biasa digunakan meliputi: tinggi badan
atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, tinggi lutut. Pengukuran komposisi
tubuh dapat dilakukan melalui ukuran: berat badan, lingkar Ukuran pertumbuhan
lebih banyak menggambarkan keadaan gizi masa lampau, sedangkan ukuran
komposisi tubuh menggambarkan keadaan gizi masa sekarang atau saat pengukuran.

Indikator status gizi yang didasarkan pada ukuran Berat Badan (88) dan Tinggi
Badan (TB) biasanya disajikan dalam bentuk indeks yang terkait dengan umur (U)

8
atau kombinasi antara keduanya. Indeks antropometri yang sering digunakan adalah
berat badan menurut umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan
indikator status gizi yang memiliki karakteristik masing-masing. Dengan batasan
(Cut-Off Point) tertentu, nilai-nilai indeks antropometri dapat digunakan sebagai
indikator untuk menentukan status gizi.

Kegiatan pemantauan status gizi, jarak waktu yang cukup panjang (dua tahun atau
lebih) pilihan utama adalah indeks TB/U. Indeks ini cukup sensitif untuk mengukur
perubahan status gizi dalam jangka panjang, stabil, tidak terpengaruh oleh fluktuasi
perubahan status gizi yang sifatnya musiman. Perubahan-perubahan yang disebabkan
oleh keadaan secara musiman yang dapat mempengaruhi status gizi dapat ditunjukkan
oleh indeks BB/U. Kalau tujuan penilaian status gizi adalah untuk assessment seperti
dalam evaluasi suatu kegiatan program gizi, gabungan indeks BB/U, TB/U dan
BB/TB dapat memberikan informasi yang rinci tentang status gizi, baik gambaran
masa lalu maupun masa kini atau keduanya (kronis dan akut).

2.1.4 Cara Pengukuran Antropomeri


1) Berat Badan

Pengukuran berat badan anak sekolah di lapangan biasanya menggunakan timbangan


injak dengan skala 0.1 Kg. menggunakan timbangan dengan skala mendekati 100
gram.
Cara Pengukuran berat badan, dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Subjek menggunakan pakaian biasa (menutup aurat). Isi kantong yang berat
dikeluarkan. Subjek tidak menggunakan sepatu dan kaus kaki.
b. Subjek berdiri di atas timbangan dengan beratnya tersebar merata pada kedua
kaki dan posisi kepala Franfort Horizontal Plane (Bagian interior yang paling
rendah dari sisi orbital kiri segaris dengan tragion kiri. Tragion adalah titik
terendah dari notch superior dari tragus auricle. Garis pandang adalah horizontal
(look straight ahead) dan sagital plane dari kepala adalah vertikal. Kedua lengan
tergantung bebas di samping badan dan telapak tangan menghadap ke arah paha.
Pengukur berdiri di belakang subjek dan mencatat hasil timbangan mendekati
100 gram, beserta dengan waktu pencatatan hasil penimbangan.

2) Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan anak balita maupun anak sekolah dilakukan dengan
menggunakan microtoise antropometer dengan skala 01 cm. Cara pengukuran
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

9
a. Subjek dengan pakaian biasa dan tanpa sepatu atau kaos kaki
b. Subjek berdiri di tempat yang rata dan tepat di bawah microtoise.
c. Berat badan terdistribusi merata pada kedua kaki dan posisi kepala adalah posisi
Frankfort Horizontal Plane seperti pada pengukuran berat badan.
d. Tangan tergantung secara bebas pada kedua sisi badan dengan arah telapak
tangan menghadap paha
e. Kedua tumit subjek berdekatan dan menyentuh dasar dari dinding vertikal.
f. Bagian medial dari kaki membentuk sudut 60 derajat.
g. Scapula dan bagian belakang (pantat) subjek menyentuh dinding vertikal.
h. Perintahkan subjek untuk menarik napas dan menahannya dalam posisi tegak
tanpa mengubah beban dari kedua tumit.
i. Bagian microtoise yang dapat digerakkan dipindahkan sampai pada bagian paling
atas dari kepala dengan sedikit menekan rambut.
j. Pengukuran dilakukan sampai mendekati 0.1 cm.

2.1.5 Klasifikasi status gizi


Berdasarkan kesepakatan pada Temu Pakar bidang gizi pada Januari 2000
merekomendasikan penggunaan baku rujukan WHO sebagai standar atau rujukan dalam
penentuan status gizi secara antropometri. Temu pakar tersebut juga menyepakati cara
penggolongan status gizi khusus untuk indeks BB/U, TB/U dan BB/TB.

2.1.6 Penilaian Status Gizi Bayi


Penilaian status gizi anak di fasilitas kesehatan (Puskesmas Rumah Sakit dan lain-
lain), tidak didasarkan pada Berat Badan anak menurut Umur (BB/U) Pemeriksaan
BB/U dilakukan untuk memantau berat badan anak, sekaligus untuk melakukan deteksi
dini anak yang kurang gizi (gi kurang dan gui bunak) Pemantauan berat badan anak
dapat dilakukan di masyarakat (misalnya posyandu) atau di sarana pelayanan kesehatan
(misalnya puskesmas dan Klink Tumbuh Kembang Rumah Sakit dalam bentuk kegiatan

10
pemantauan Tumbuh Kembang Anak dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju
Sehat), yang dibedakan antara anak laki-laki dan perempuan
Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan
menurut Panjang Badan (BB/PB); sedangkan anak umur 2 2 tahun ditentukan dengan
menggunakan tabel Berat Badan menurut Ting Badan (BB/TB)
Anak didiagnosis gizi buruk apabila secara klinis "Tampak sangat kurus dan atau
edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh dan atau jika BB/PB atau
BB/TB < -3 SD atau 70% median, sedangkan anak didiagnosis gin kurang jika BB/PB
atau BB/TB < - 2 SD atau 80% median."

Tabel status gizi secara klinis dan antropometri (BB/PB/atau/BB/TB)


Status gizi Klinis Antropometri

Gizi buruk Tanpak sangat kurus dan atau < - SD) atau 70%
ederma pada kedua punggung
kaki sampaiseluruh tubuh
Gizi kurang Tampak kurus > -3 SD sampai , - 2 SD

Gizi baik Tampak sehat -2 SD sampai +2 Sd


Gizi lebih Tampak gemuk >+ 2 SD

2.1.7 Penilaian status Gizi Balita


1. Formulasi Perhitungan Status Gizi Balita, Formulasi untuk menentukan status gizi
balita hanya menggunakan statement if else dari php, tanpa menggunakan metode
apapun. Variabel yang diperlukan sesuai dengan buku sk antropometri 2010 adalah
umur (bulan). berat badan (Kg), dan tinggi badan (Cm) dapat dilihat pada gambar 1.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :1995/MENKES/SK/XII/2010 Tanggal :30
Desember 2010
KETENTUAN UMUM PENGGUNAAN STANDAR ANTROPOMETRI WHO 2005
1. Umur dihitung dalam bulan penuh. Contoh: umur 2 bulan 29 hari dihitung sebagai
umur 2 bulan.
2. Ukuran Panjang Badan (PB) digunakan untuk anak umur 0 sampai 241 bulan yang
diukur telentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan diukur berdin, maka hasil
pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7
3. Ukuran Tinggi Badan (TB) digunakan untuk anak umur di atas 24 bulan yang
diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maks hasil
pengukurannya dikorakal dangan mongurangkan 0,7 cm.
4. Gizi Kurang dan Gizi Buruk adalah status gizi yang didasarkan pada Indeks Berat
Badan menurut Umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi
kurang) dan severely underweight (gizi buruk).
5. Pendek dan Sangat Pendek adalah status gizi yang didasarkan pada Indeks Panjang
Badan menurut Umur (FB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang
merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendak).

11
6. Kurus dan Sangat Kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat
Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Borat Badan manurul Tingal Badan
(BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan severely wasted
(sangat kurus).

2. Flowchart Perhitungan Status Gizi Balita, Flowchart perhitungan status gizi dapat
dilihat pada gambar berikut:

Pada gambar 2 di atas adalah flowchart untuk menentukan status gizi balita berdasarkan
berat badan dan umur balita. Misal balita berumur 1 bulan dan berat badan 3 kg
kemudian akan ditentukan menggunakan if else statement jika umur sama dengan 1
bulan dan berat badan kurang dari 2,9 kg maka status gizi BB/U adalah gizi buruk. Jika
tidak maka akan diteruskan ke if else statement berikutnya sampai di dapatkan hasilnya.

2.1.8 Menghitung Indeks Masa Tubuh Anak


Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu cara untuk mengetahui status
gizi melalui rentang berat badan ideal dan memprediksi risiko gangguan kesehatan.
Metode ini digunakan untuk menentukan berat badan yang sehat berdasarkan berat
menurut tinggi badan. Angka indeks massa tubuh atau Body Mass Index (BMI)
digunakan untuk menunjukkan kategori berat badan seseorang apakah sudah
proporsional atau belum.

12
Rumus untuk menghitung Indeks Massa Tubuh dijelaskan sebagai berikut:
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan²(m)
Hasil ukuran antropometri tersebut kemudian dirujukkan pada standar atau rujukan
pertumbuhan anak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak.
BB = 22,8 kg = 22 ,8 = 15,6
TB = 1,208 m2 1,46
Data IMT yang diperoleh dari hasil perhitungan selanjutnya disesuaikan/dibandingkan
dengan umur (diplot pada grafik). Menilai status gizi anak dan remaja dengan IMT,
tidak menggu- nakan nilai absolut, melainkan harus menggunakan/memban- dingkan
dengan umur (diplot pada grafik)

2.1.9 Kategori Status Gizi Anak


Katagori Status Gizi Anak sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No 2 Tahun
2020 Tentang Standar Antropometri Anak diuraikan katagori ambang batas status gizi
anak seperti pada Tabel 1.

Keterangan:
1. Indeks BB/TB untuk menentukan status gizi anak usia ≤ 5 tahun
2. Indeks IMT/U untuk menentukan status gizi anak usia >5 tahun
3. Indeks BB/U untuk memantau pertumbuhan anak usia ≤5 tahun
4. Indeks TB/U untuk memantau keadaan stunting anak usia ≤5 tahun.

13
2.2 MPASI (Makanan Pendamping ASI)
2.2.1 Pengertian MPASI
Pengertian Makanan PendampingASI(MP ASI) MP-ASI (Makanan Pendamping Asi)
adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi
atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes,
2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.
Melanjutkan pemberian ASI disertai Makanan Pendamping ASI (MP ASI). Pemberian
MP ASI yang baik harus sesuai syarat berikut ini:

1. Tepat waktu, MP ASI diberikan saat ASI saja sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan
gizi bayi. MP ASI diberikan mulai usia 6 bulan
2. Adekuat, MP ASI yang diberikan dengan mempertimbangkan jumlah, frekuensi,
konsistensi/ tekstur/ kekentalan dan variasi makanan. Variasi makanan dalam MP ASI
terdiri dari:
- Makanan pokok: beras, biji-bijian, jagung, gandum, sagu, umbi, kentang,
singkong, dan lain-lain.
- Makanan sumber protein hewani: ikan, ayam, daging, hati, udang, telur, susu dan
hasil olahannya. Pemberian protein hewani dalam MP ASI diprioritaskan.
- Selain itu sumber protein nabati mulai diperkenalkan, yang terdapat dalam
kacang-kacangan (protein nabati): kedelai, kacang hijau, kacang polong, kacang
tanah, dan lain-lain.
- Lemak diperoleh dari proses pengolahan misalnya dari penambahan minyak,
santan, dan penggunaan protein hewani dalam MP ASI
- Mulai diperkenalkan: Buah dan sayur mengandung vitamin A dan C: jeruk,
mangga, tomat, bayam, wortel, dan lain-lain.
3. Aman, Perhatikan kebersihan makanan dan peralatan. Mencuci tangan sebelum
menyiapkan makanan dan sebelum memberikan makanan kepada anak.
4. Diberikan dengan cara yang benar, MP ASI diberikan secara teratur (pagi, siang, sore/
menjelang malam) Lama pemberian makan maksimal 30 menit. Lingkungan netral
(tidak sambil bermain atau menonton TV)Ajari anak makan sendiri dengan sendok
dan minum dengan gelas

2.2.2 Panduan Gizi MPASI


6-8 bulan

14
• Lanjutkan menyusui
• 2-3 sdm bertahap hingga 1/2 mangkok berukuran 250 ml (125 ml)
• 2-3 x makan 1-2 kali selingan
• Jumlah energi dari MP ASI yang dibutuhkan per hari 200 kkal
• Makanan dibuat dengan disaring. Tekstur makanan lumat dan kental
• Kebutuhan cairan: 800 ml/ hari (±3 gelas belimbing)

9-11 bulan
• Lanjutkan menyusui ½ 34 mangkok ukuran
• 250 ml (125 200 ml) 3-4 x makan
• 1-2 kali selingan
• Jumlah energi dari MP ASI yang dibutuhkan per hari 300 kkal
• Bahan makanan sama dengan untuk orang dewasa. Tekstur makanan dicincang/
dicacah, dipotong kecil, dan selanjutnya makanan yang diiris-iris. Perhatikan
respons anak saat makan

12-23 bulan
• Lanjutkan menyusui hingga 2 tahun atau lebih
• 34 1 mangkok ukuran 250 ml 3-4 x makan 1-2 kali selingan
• Jumlah energi dari MP ASI yang dibutuhkan per hari 550 kkal
• Bahan makanan sama dengan untuk orang dewasa. Tekstur makanan yang diiris-
iris. Perhatikan respon anak saat malam
• Kebutuhan cairan: 1.300 ml/ hari (±5 gelas belimbing

2.2.3 Cara Membuat MPASI Dari Bahan Mentah


Bayi 6-8 bulan:

Contoh Bahan:
• Beras putih 10 gr • Wortel 10 gr
• Telur ayam 30 gr • Santan 30 gr
• Tempe kedelai 10 gr
Cara memasak:
a. Memasak beras, tambahkan santan dan bumbu yang telah ditumis dengan sedikit
minyak (bawang merah, daun salam, kunyit)

15
b. Setelah nasi masak, masukan telur yang telah dikocok lepas, tempe dan wortel
yang telah dicincang
c. Aduk-aduk sampai mendapatkan konsistensi bubur kental
d. Sajikan

Bayi 9-11 bulan:


Contoh Bahan:
• Beras putih 15 gr • Wortel 15 gr
• Ikan kembung 30 gr • Tempe 10 gr
• Minyak kelapa 10 gr
Cara memasak:

a. Memasak beras, tambahkan bumbu yg telah ditumis (bawang merah, daun salam,
kunyit) dengan minyak kelapa
b. Setelah nasi masak, masukkan ikan kembung dan buncis yang telah dicincang
c. Aduk-aduk sampai mendapatkan konsistensi bubur kasar/ cincang
d. Sajikan

Anak 12-23 bulan:


Contoh Bahan:
• Beras putih 25 gr • Bayam 20 gr
• Hati ayam 50 gr • Santan 50 gr
• Minyak kelapa 5 gr
Cara memasak:
a. Memasak beras sampai menjadi nasi

b. Membuat hati ayam goreng (goreng/tumis hati ayam dengan minyak kelapa)

C. Membuat sayur bayam

d. Sajikan

2.2.4 Cara Membuat MPASI Dengan Bahan Masakan


Bayi 6=8 bulan:
Contoh Bahan Matang

• Nasi putih 30 gr • Dadar telur 35 gr

16
• Sayur kare wortel tempe 20 gr

Cara Membuat:
a. Nasi, telur dadar, temp dan wortel (dari sayur kare) dilumatkan kemudian
disaring
b. Ditambahkan kuah sayur (santan kare) sampai mendapatkan konsistensi bubur
kental
c. Sajikan.
Bayi 9-11 bulan:
Contoh Bahan Matang:

• Nasi putih 45 gr • Tumis buncis 25 gr


• Ikan kembung bumbu kuning
30 gr
Cara Membuat:
a. Nasi, ikan kembung bumbu kuning dan tumis buncis dicincang
b. Sajikan dengan kuah sayur (santan kare).
Anak 12-23 bulan:
Contoh Bahan Matang:

• Nasi putih 55 gr • Bening/bobor bayam 20 gr


• Semur hati ayam 45 gr

Cara Membuat:
MP ASI untuk anak 12-23 bulan disajikan dalam bentuk makanan keluarga
(dicincang agak besar jika diperlukan
Contoh Makanan Selingan: Perkedel kentang isi daging

2.3 Masalah dan Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah

2.3.1 Masalah dan Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Bayi


Sebelum memasuki puncaknya pada usia 24 bulan, usia bayi 0-11 bulan merupakan
waktu yang sangat baik dan waktu yang kritis karna pada waktu tersebut terjadi
pertumbuhan serta perkembangan yang padat. Pemberian ASI yang di sarankan oleh
WHO dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir dan secara eksklusif sampai 6 bulan
adalah salah satu cara untuk memberikan gizi kepada bayi Menurut Depkes (2008),

pemeliharan status gizi anak sebaiknya :

17
a. Dimulai sejak dalam kandungan. Ibu hamil dengan gizi yang baik, diharapkan
akan melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula.
b. Setelah lahir segera beri ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.
c. Pemberian makanan pendampingan ASI (weaning food) bergizi, mulai usia 6
bulan secara bertahap sampai anak dapat menerima menu lengkap keluarga serta
memperpanjang masa menyususi (prolog lactation) selama ibu dan bayi
menghendaki.

Secara umum, selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi memerlukan energi


sebesar kira-kira 115-120 kkal/kg/hari. Kemudian berkurang sampai sekitar 105 – 110
kkal/Kg/hari pada 6 bulan sesudahnya. Bayi membutuhkan lemak yang tinggi
dibandingkan usia yang lebih tua, sebab lemak digunakan sebagai penyuplai energy.

Beberapa Masalah yang akan timbul apabila bayi tidak mencapai kecukupan gizinya :
1. Keterlambatan kemampuan motoriknya
2. Imunitas tubuh menurun
3. Terhambatnya pertumbuhan otak dan fisik

faktor yang mempengaruhi masalah gizi pada bayi ada intrinsik dan ekstrinsik di
mana intrinsik itu merupakan genetik hormon dan kehidupan Rahim sedangkan
dalam faktor ekstrinsik merupakan asupan gizi morbitas pola makan dan lingkungan
sekitar selain dua faktor tadi juga terdapat faktor lain seperti pola makan dan riwayat
penyakit. Air susu ibu atau ASI merupakan asupan gizi alamiah untuk semua bayi
dalam bulan-bulan awal atau sampai usia 6 bulan. Masalah yang dialami dalam
menyusui bisa dimulai sejak persalinan sampai pasca persalinan.

Beberapa contoh faktor ekstrinsik :


1. Kurang atau salah mendengar informasi mengenai tata cara menyusui atau tata
cara merawat mamae dan juga gizi yang dikonsumsi oleh ibu
2. Puting mamae lecet ataupun mamae bengkak atau terjadinya peradangan pada
mamae
3. Payudara tidak membesar selama kehamilan bayi sering menangis atau menolak
menyusui.

18
2.3.2 Masalah dan Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Balita
Asupan dalan gizi pada makanan yang tidak optimal dapat menimbulkan masalah
gizi baik kurang atau lebihnya status gizi pada balita, gizi yang kurang pada balita
berdampak negative pada pertumbuhan dan perkembangan fisiknya maupun
mentalnya yang tentu di tahap selanjutnya akan menghambat proses pembelajaran
atau daya kerja otaknya.
masalah yang akan timbul seperti :

• Kekurangan protein KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi zat energi dan zat protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan atau gangguan
penyakit tertentu.
• Vitamin Anak yang mengalami Kurang Energi Protein (KEP) atau gizi buruk
biasanya menderita kekurangan Vitamin A sebagai akibat asupan zat gizi yang
kurang, termasuk salah satunya yaitu vitamin A,
• Kekurangan zat besi dapat menimbulkan terhambatnya neurogenesis, Zat besi
berperan sebagai gugus fungsional dari berbagai enzim.
• Kelebihan yodium Penggunaan garam beryodium dapat mempengaruhi status
gizi anak karena yodium merupakan salah satu zat gizi yang berperan dalam
pertumbuhan anak (Mazarina, 2012). Terdapat hubungan antara penggunaan
garam beryodium dengan status gizi dengan menggunakan indeks BB/TB

Kondisi gizi kurang pada balita, dimungkinkan terjadi karena interaksi dari
beberapa faktor diantaranya asupan makanan yang tidak adekuat, pemberian ASI yang
tidak ekslusif, penyakit infeksi yang diderita balita, pola pengasuhan keluarga,
pelayanan kesehatan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan ibu, persepsi ibu
terkait gizi, sosial ekonomi yang rendah dan budaya (UNICEF, 2013, Naghaspouret
al, 2014).

2.3.3 Masalah dan Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Anak Pra Sekolah
Masa anak anak atau prasekolah yang rentang usianya 3-6 tahun pasti mengalami
perkembangan fisiologik dan motoric yang pesat masa itu seperti sedang dalam masa
pertumbuhan fondasi manusia. Masalah gizi yang muncul karena perilaku makan
anak yang kurang baik dari orang tua, pemberian makan yang di lakukan oleh orang
tua akan mempengarhui suka atau tidak sukanya seorang anak terhadap makan.
Ketidakseimbangan baik kurang atau lebihnya status gizi seorang anak akan
mengakibatkan status negative.
Masalah yang akan timbul diantaranya :

• kurangnya protein, protein merupakan zat gizi terbanyak kedua setelah air,
protein berfungsi sebagai zat pembangun, pertumbuhan pemeliharaan jaringan,
imunitas tubuh serta metabolism tubuh.

19
• Lemak, lemak merupakan sumber energy yang paling tinggi dibandingkan
dengan karbohidrat. Jika energy yang dihasilkan berlebihan maka akan disimpan
dalam jaringan adiposa sebagai lemak netral. Fungsi lemak adalah pembentuk,
pembangun tubuh, pelarut vitamin, penhemat protein. Tentu kurangnya lemak
akan membuat tubuh memiliki sedikit energy
• Gagal tumbuh kembang
• Meningkatkan angka kematian

Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal berasal dari genetik, sedangkan faktor eksternal yaitu status gizi pada masa
balita. Anak prasekolah merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan
yang pesat, sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya.
Anak prasekolah membutuhkan peranan orang tua dalam mengatur kebiasaan
makan mereka. Secara langsung memodifikasi perilaku makan dan berat badan anak
merupakan hal yang sulit, praktik pemberian makan orang tua memiliki potensi
keluarga, tingkat penghasilan orang tua, serta peranan pola asuh orang tua.

• Jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi sebagaimana pentingnya


konsumsi makan seseorang, karena jenis kelamin menentukan besar kecilnya
kebutuhan gizi bagi seseorang. Laki-laki lebih banyak membutuhkan zat tenaga
dan protein dari pada perempuan, sehingga mereka membutuhkan lebih banyak
makanan
• Pantangan atau alergi pada sesuatu bahan makanan juga dapat mempengaruhi
kebiasaan makan anak, misalnya larangan terhadap bahan makanan seperti telur,
ikan atau daging, padahal anak sangat membutuhkan bahan makanan tersebut
guna memenuhi kebutuhan gizi.
• Pekerjaan Ibu tidak memiliki pengaruh terhadap kebiasaan makan anak
diakibatkan karena walaupun sebagian waktu ibu dihabiskan untuk bekerja, ibu
masih dapat meluangkan waktu untuk memberikan perhatian terhadap makanan
anak. Seperti menyiapkan sarapan dan bekal makan siang sebelum berangkat
kerja, menyiapkan makanan dirumah dan sebagainya, sehingga makanan yang
dikonsumi anak tetap dapat memenuhi kecukupan gizi seimbang mereka
• Tingkat pendidikan ibu juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan pada anak.
Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang memiliki ilmu serta informasi
tentang makanan yang baik bagi kesehatan anak. Tingkat pendidikan ibu
merupakan faktor penting yang dapat menjadi dasar pengambilan keputusan dan
melakukan tindakan. Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin tinggi tingkat
pengetahuan gizinya yang berpengaruh pada pemilihan bahan makanan untuk
dikonsumsi anak
• Jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh dalam ketersediaan jenis dan jumlah
makanan dalam keluarga. Jika anggota keluarga semakin banyak, begitu pula
kebutuhan pangan dalam keluarga semakin tinggi.

20
• Tingkat pendapatan orang tua dapat menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kebiasaan makan anak. Pendapat orang tua berpengaruh dalam
kemampuan orang tua dalam pengadaan makanan bagi anak-anak mereka.
• Pola asuh yang dimaskud dalam hal ini adalah pola asuh yang berkaitan dengan
bagaimana cara orang tua menentukan strategi untuk memberikan kontrol
terhadap konsumsi makanan anak

2.4 Prinsip Pemberian Makanan Untuk Bayi & Anak pra sekolah
2.4.1 Pemberian Makan pada Bayi dan Anak
Kemenkes (2020) menjelaskan pada bayi 6-24 bulan, kebutuhan berbagai zat gizi
semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pad ausia ini
anak berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan cepat,mulai terpapar
terhadap infeksi dan mulai aktif secara fisik sehingga kebutuhan gizi bayi meningkat.
Menurut WHO (2009) terdapat tujuh prinsip yang harus diperhatikan saat pemberian
MP-ASI pada bayi dan anak yaitu :

1. Umur 5. Variasi
2. Frekuens 6. Pemberian secara aktif responsif, dan
3. Jumlah 7. Hygiene saat persiapan dan penyajian
4. Tekstur makanan.

Penelitian ini menganalisis 4 dari 7 prinsip pemberian MP-ASI yaitu umur,


tekstur, variasi, dan cara pemberian.Pertama, umur bayi saat diberikan MP-ASI.
WHO (2009) menjelaskan pemberian MP-ASI dimulai saat bayi berumur 6 bulan
(180 hari).

Berdasarkan hasil FGD pada seluruh kelompok diketahui seluruh ibu mengetahui
bahwa 6 bulan merupakan waktu pemberian MPASI yang tepat. Namun, terdapat 4
dari 12 informan pada kelompok bayi 6–8 bulan dan 3 dari 12 informan pada
kelompok bayi 9–11 bulan yang telah memberikan MPASI sebelum bayi berumur 6
bulan. MPASI yang diberikan berupa bubur instan, biskuit dicampur air, dan pisang.
Selain itu terdapat 1 dari 12 informan pada kelompok bayi 9–11 bulan yang terlambat
memberikan MPASI yaitu saat bayi berumur 7 bulan.Tindakan ibu dalam pemberian
MPASI dini berbanding terbalik dengan pengetahuan yang dimiliki.

Hasil serupa ditemui pada penelitian kualitatif Dary,Tampil, dan Messakh (2018)
di KotaSalatiga pada bayi di bawah 12 bulan yaitu 5 dari 6 informan memberikan

21
MP-ASI sebelum bayi berumur 6 bulan padahal seluruh informan telah mengetahui
umur pemberian dan dampak pemberian MP-ASI dini. Seluruh bayi yang diberikan
MP-ASI dini memiliki masalah pada pencernaan berupa susah buang besar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian MPASI yang tidak tepat waktu
disebabkan oleh pemberian makanan oleh pengasuh selain ibu, bayi menangis, dan
perilaku bayi yang seolah ingin makan.

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Nugraheni, Prabamurti, dan Riyanti
(2018) secara kualitatif pada enam orang ibu di wilayah kerja Puskesmas Pudak
payung Kota Semarang yaitu seluruh ibu memberikan MP-ASI dini kepada bayi
dengan alasan melatih anak agar mau makan, kondisi bayi yang rewel atau sering
menangis. Bentuk MP-ASI yang diberikan adalah bubur bayi instan, buah pisang,
buah papaya, biskuit bayi, dan krupuk bayi.Pemberian MP-ASI dini dikarenakan oleh
ketidak tahuan ibu dan pengasuh mengenai dampak MP-ASI dini dan keterlambatan
pemberian MP-ASI pada status gizi dan risiko kesehatan bayi.

Kemenkes (2020) menjelaskan MP-ASI terlalu dini berisiko menggantikan


ASI,bayi mudah sakit dengan berkurangnya faktor perlindungan dari ASI, bayi
memperoleh asupan gizi lebih rendah,meningkatkan risiko penyakit infeksi seperti
diare, meningkatkan risiko alergi,dan meningkatkan risiko ibu hamil lagi.Sedangkan
keterlambatan pemberian MP-ASI menimbulkan risiko anak tidak dapat tambahan
makanan yang sesuai kebutuhan,pertumbuhan dan perkembangan terlambat,dan
kecenderungan menolak saat diberi MP-ASI karena tidak mengenal aneka ragam
makanan.Kedua mengenai tekstur MP-ASI.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh informan pada kelompok


bayi umur 9 – 11 bulan telah memberikan tekstur MP-ASI yang sesuai yaitu makanan
lembek. Namun, pada kelompok umur 6–8 bulan terdapat 3 dari 12 informan yang
memberikan bubur encer dan 3 dari 12informan membuat bubur dengan cara
diblender serta 1 dari 12 informan pada kelompok bayi umur 12–18 bulan juga masih
memberikan bubur encer dengan cara diblender kepada bayi.

Kemenkes (2019) menjelaskan agar anak usia 6–24 bulan dapat mencapai gizi
seimbang maka perlu ditambah dengan pemberian MP-ASI, sementara ASI tetap
diberikan sampai anak berumur 2 tahun.Pada usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan
kepada makanan lain dengan bentuk lumat atau makanan saring untukbayi umur 6–8

22
bulan, makanan lembek untuk bayi umur 9-11 bulan, dan selanjutnya beralih ke
makanan keluarga untuk anak umur 12 bulan.

Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat informan yang belum memberikan
tekstur MPASI sesuai dengan umur bayi.Kekentalan bubur merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan saat pemberian MP-ASI pada usia 6-8 bulan.

Kemenkes (2020) menjelaskan makanan harus cukup kental untuk tetap berada
diatas sendok tanpa tumpah walaupun sendok diisi penuh. Apabila bubur encer,
hingga dapat dimasukkan ke dalam botol atau dapat diminum dengan cangkir, berarti
makanan tersebut tidak cukup energi dan zat gizi lain.

Selain itu, menyiapkan MP-ASI dengan menggunakan blender butuh tambahan


air. Lebih baik menghaluskan makanan bayi dengan cara diulek atau disaring
sehingga penambahan air dapat dikurangi. Bubur MP-ASI yang cukup kental akan
memberikan energi lebih banyak bagi anak daripada bubur MP-ASI encer.Ketiga
adalah variasi bahan makanan.WHO (2009) merekomendasikan pemberian MPASI
dengan variasi makanan yang kaya gizi untuk memenuhi kesenjangan energi dan zat
gizi yang diperoleh dari ASI sehingga secara bersamaan ASI dan MPASI dapat
memenuhi seluruh kebutuhan gizi pada bayi dan anak.

Secara bertahap, variasi makanan untuk bayi dan anak umur 6-24 bulan semakin
ditingkatkan. Variasi jenis makanan pada MPASI adalah adanya makanan pokok
sebagai sumber kalori, lauk hewani dan lauk nabati sebagai sumber protein, serta
sayur atau buah sebagai sumber vitamin dan mineral dikenal dengan sebutan 4
bintang.

Sedangkan Kemenkes(2019) mengelompokkan MP-ASI menjadi dua yaitu:

1. MP-ASI lengkap (terdiri darimakanan pokok, lauk hewani, nabati, sayur,dan


buah) dan
2. MP-ASI sederhana (terdiridari makanan pokok, lauk hewani/nabati,sayur/buah).
Berdasarkan hasil FGD diketahui pada kelompok 6–8 bulan terdapat 5 dari12
informan sudah memberikan MP-ASI lengkap, 4 dari 12 informan belum
mengenalkan lauk kepada bayi, dan 3 dari12 informan memberi MP-ASI instan.

23
BAB III
PENUTUP
2.5 Kesimpulan

Bayi berusia 6 sampai 12 bulan, merupakan saat yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Biasanya, pada usia 6 sampai 12 bulan, bayi
akan mengalami pertumbuhan yang pesat. Maka dari itu, pemenuhan gizi bayi sangat
perlu diperhatikan. Pada usia ini juga, bayi sudah boleh diberikan makanan
pendamping ASI atau MPASI untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Kebutuhan energi pada bayi berusia 6 sampai 12 bulan akan lebih besar 2 – 4 kali
dibanding kebutuhan orang dewasa. Hal ini dikarnakan pertumbuhan dan
perkembangan juga metabolisme bayi yang lebih pesat dibanding pertumbuhan orang
dewasa. Kebutuhan energi bayi yang berusia 6 sampai 12 bulan dengan berat badan 9
kg dan tinggi 71 cm sekitar 800 kkal per harinya dan sekitar 900 ml air per harinya.
Peran Zat Gizi bagi bayi sangatlah penting. Adapun fungsi dari masing – masing
gizi pada bayi : Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Micronutrien Dimulai sejak
dalam kandungan. Ibu hamil dengan gizi yang baik, diharapkan akan melahirkan bayi
dengan status gizi yang baik pula. Setelah lahir segera beri ASI eksklusif sampai usia
6 bulan.
Pemberian makanan pendampingan ASI (weaning food) bergizi, mulai usia 6
bulan secara bertahap sampai anak dapat menerima menu lengkap keluarga serta
memperpanjang masa menyususi (prolog lactation) selama ibu dan bayi menghendaki.

24
DAFTAR PUSTAKA

FKM UI, A. (2016). Gizi bayi . Ui.ac.id.


Juherman , Y. N. (2022). analisis kualitatif praktik pemberian makan pada bayi dan anak di
wilayah kerja puskesmas. kesehatan masyarakat , 15.
Kementrian , K. (2021). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Katalog dalam Terbitan
Kementrian Kesehatan RI.
Mazarina , D. (2012). Hubungan penggunaan garamberyodium dengan pertumbuhan linier
anak . Teknologi Industri Boga dan Busana , 52.
Melisa, S. &. (2019 ). Anaisis Determinan Masalah Gizi Balita . kesehatan , 11.
milah, A. s. (2019). Nutrisi Ibu dan Anak Gizi Untuk Keluarga. Tasikmalaya: Edu Publisher.
Mindo, M. P. (2019). status gizi bayi. lib.ui.ac.id, 20.
Syahroni , M. A. (2021). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN
MAKAN ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN). tata boga, 11.
widaryanti, & Rahayu. (2019). Cegah masalah gizi anak dengan sosialisasi pemberian
makanan bayi dan anak . Umpr.ac.id, 5.

25

Anda mungkin juga menyukai