Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KELAINAN BAYI

RESIKO TINGGI BERAT BAYI LAHIR RENDAH


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak

Disusun Oleh
Kelompok 1

Abdurachman Fauzie (32722001D18001)


Agiesnia Destira (32722001D18003)
Yasep Saepulloh (32722001D18123)
Yulinar Pratiwi (32722001D18125)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas


rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul asuhan keperawatan anak dengan kelainan bayi
resiko tinggi berat bayi lahir rendah dengan baik dan tepat pada waktu
yang ditentukan.
Adapun makalah asuhan keperawatan anak dengan kelainan bayi
resiko tinggi berat bayi lahir rendah ini kami susun guna memenuhi
tugas keperawatan anak. Kelompok kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
membantu penyusun dalam menyelesaikan makalah ini sehingga
makalah ini tersusun baik.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
makalah ini memenuhi kriteria penilaian dan bermanfaat bagi pembaca

Sukabumi, 23 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Makalah..................................................................................................2
D. Manfaat Makalah................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................4
A. Definisi Berat Bayi Lahir Rendah.......................................................................4
B. Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah..................................................................4
C. Faktor Yang Mempengaruhi BBLR....................................................................5
D. Manifestasi Klinis...............................................................................................8
E. Patofisiologi........................................................................................................9
F. Komplikasi........................................................................................................10
G. Penatalaksanaan................................................................................................11
BAB III............................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KELAINAN BAYI RESIKO TINGGI
BERAT BAYI LAHIR RENDAH...................................................................................12
A. Pengkajian........................................................................................................12
B. Fokus Pengkajian BBLR...................................................................................12
C. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................14
D. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................16
E. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................16
F. Intervensi Keperawatan....................................................................................17
G. Implementasi Keperawatan...............................................................................20
H. Evaluasi Keperawatan.......................................................................................21
BAB IV............................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
A. Kesimpulan.......................................................................................................22
B. Saran.................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR) atau prematur menyumbang
angka kematian bayi yang tinggi di Indonesia. Kelahiran BBLR/prematur
merupakan penyebab kematian nomor dua pada bayi baru lahir usia 0-7 hari
(kematian perinatal) yaitu sebesar 32,3% (Depkes, 2008).
Bayi BBLR memiliki peluang lebih kecil untuk bertahan hidup. Ketika
mereka bertahan hidup, mereka lebih rentan terhadap penyakit hingga mereka
dewasa. BBLR cenderung mengalami gangguan perkembangan kognitif, retardasi
mental serta lebih mudah mengalami infeksi yang dapat mengakibatkan kesakitan
atau bahkan kematian. Dampak lain yang muncul pada orang dewasa yang
memiliki riwayat BBLR yaitu beresiko menderita penyakit degeneratif yang dapat
menyebabkan beban ekonomi individu dan masyarakat (Pramono, 2009).
Sutan, et.al., (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa BBLR dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti faktor ibu (status gizi, umur, paritas, status
ekonomi), riwayat kehamilan buruk (pernah melahirkan BBLR, aborsi), asuhan
antenatal care yang buruk, keadaan janin. Wanita dengan status ekonomi rendah
cenderung memiliki asupan makanan yang tidak memadai, sanitasi tempat tinggal
yang buruk, dan kemampuan untuk mencari perawatan selama kehamilan yang
kurang sehingga dapat mempengaruhi berat lahir bayi mereka (Perera & Manzur,
2014).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, perumusan masalah pada makalah
ini adalah “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kelainan Bayi Resiko
Tinggi Berat Bayi Lahir Rendah”
C. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kelainan Bayi
Resiko Tinggi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi pengkajian, yang meliputi penyebab masalah
kesehatan mengenai BBLR sehingga tanda dan gejala serta
komplikasinya dapat dicegah sedini mungkin.
b. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan dengan BBLR
c. Mampu menetapkan perlunya konsultasi dan kolaborasi.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan dalam rangka memandirikan
keluarga dalam melaksanakan tugas asuhan keperawatan dengan
masalah BBLR.
e. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan secara menyeluruh
pada bayi resiko tinggi BBLR.
f. Mampu melaksanakan Perencanaan Asuhan keperawatan secara
menyeluruh pada bayi resiko tinggi BBLR.
g. Mampu mengevaluasi dari Asuhan keperawatan yang sudah diberikan
pada bayi resiko tinggi BBLR

D. Manfaat Makalah
1. Manfaat Teoritis
Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan informasi bagi
perkembangan ilmu keperawatan
2. Manfaat Praktis
a. Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada asuhan yang sudah
diberikan.
b. Sebagai Bahan Pustaka dan dapat digunakan sebagai bahan
referensi guna mengembangkan penelitian dengan variable yang
lebih luas.
c. Bagi Masyarakat
Dengan melakukan asuhan keperawatan pada BBLR,, masyarakat
dapat mengantisipasi penyakit tersebut dan ibu bisa lebih
kooperatif dengan tenaga kesehatan.
d. Bagi Pengkaji
Bermanfaat untuk menerapkan antara ilmu teori dan ilmu praktik
dilapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Berat Bayi Lahir Rendah


Bayi berat badan lahir rendah (BBLR), menurut Santosa, N. I (2001),
adalah bayi baru lahir yang berat badannya 2500 gram atau lebih rendah.
Sedangkan Menurut Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC (2013), BBLR ( berat
badan lahir rendah) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir.
Pendapat lain menurut Wong (2009), bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
tanpa memperhatikan usia gestasi. BBLR (berat badan lahir rendah) merupakan
bayi yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai
dengan 2499 gram. (Hidayah, 2005).

B. Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah


Bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut Pantiawati (2010), dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Prematuritas murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan, disebut BBLR bila berat
badan lahir rendah antara 1501-2499 gram.
b. Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya
untuk masa gestasi itu bearti mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine
dan merupakan bayi baru lahir yang kecil untuk masa kehamilannya. BBLR
(bayi berat lahir rendah) kurang dari 1500 gram.
Klasifikasi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut Mansjoer, Arif (1996),
yaitu :
a. Bayi kurang bulan (prematur): bayi dengan masa kehamilan ibu kurang dari
37 minggu (259) hari.
b. Bayi cukup bulan atau aterem: bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37
minggu sampai 42 minggu (259-293) hari.
c. Bayi cukup bulan atau post date: bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42
minggu atau lebih (293 hari atau lebih)

C. Faktor Yang Mempengaruhi BBLR


Faktor penyebab bayi berat lahir rendah menurut Manuaba et al., (2010),
adalah : gizi saat hamil kurang, usia ibu kurang 20 tahun atau lebih 35 tahun,
penyakit menahun yang diderita ibu (hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah/ perokok). Faktor Kehamilan, meliputi: Hamil hidramnion, hamil ganda,
perdarahan ante partum dan komplikasi kehamilan ( pre-eklamsia/eklamsia,
ketuban pecah dini). Faktor Janin meliputi : cacat bawaan dan Infeksi dalam
rahim. Selain itu, ada beberapa faktor dibawah ini yang juga mempengaruhi
BBLR :
Umur
Ibu hamil pada usia muda atau kurang dari 20 tahun akan mengalami
masalah, baik secara fisik maupun secara mental. Secara fisik kondisi rahim dan
panggul belum berkembang secara optimal, sehingga menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayinya dan pertumbuhan serta perkembangan fisik ibu
terhenti/terhambat. Secara mental ibu belum siap menghadapi perubahan yang
terjadi saat hamil, belum siap menjalankan peran sebagai ibu, serta belum siap
menghadapi pernasalahan yang terjadi dalam berumah tangga. Jika digabungkan
faktor fisik dan mental yang belum matang, akan meningkatkan risiko terjadi
persalinan yang sulit dengan komplikasi medis. Demikian juga pada usia di atas
35 tahun, kondisi kesehatan ibu mulai berkurang, fungsi rahim menurun, kualitas
sel telur berkurang, serta meningkatnya komplikasi medis pada kehamilan dan
persalinan, yang berhubungan dengan kelainan degeneratif, hipertensi dan
kencing manis (diabetes melitus). Risiko yang mungkin terjadi, antara lain :
Keguguran, Pre-eklamsi (tekanan darah tinggi, oedema, proteinuria), Eklamsi
(keracunan kehamilan), Persalinan lama/kesulitan dalam persalinan, Perdarahan,
Berat Bayi Lahir Rendah (< 2500 Gram), Cacat bawaan (BKKBN, 2007).
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan bagi
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Pendidikan No. 12, Tahun
2012).Demikian juga pendidikan bagi perempuan memiliki makna yang sangat
penting. Lebih dari sekedar instrumen untuk memperoleh pendapatan yang lebih
baik, tetapi dapat membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan
ketidakberdayaan. Pendidikan juga akan memperbaiki kondisi kehidupan kaum
perempuan dalam banyak aspek atau dimensi kehidupan. Dengan pendidikan yang
lebih baik, maka kaum perempuan akan lebih banyak terekspos dengan berbagai
hal, seperti: kesehatan, hak-hak pribadi dan hak politik.
Sosial Ekonomi
Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (faktor genetis) status gizi
janin. Status gizi janin juga ditentukan oleh status gizi ibu waktu melahirkan dan
keadaan ini dipengaruhi pula oleh status gizi ibu pada waktu konsepsi. Status ibu
pada saat konsepsi dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum
hamil. Status ekonomi jika yang bersangkutan hidup di bawah garis kemiskinan
(keluarga prasejahtera), berguna untuk memastikan apakah ibu berkemampuan
membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi (Arisman, 2010). Berg
(1986) mengatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan
kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak memperoleh uang berarti
semakin baik makanan yang diperoleh. Dengan kata lain semakin tinggi
penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk
membeli buah, sayuran dan beberapa jenis bahan makanan lainnya (Syafiq et al.,
2010).
Status Gizi
Pentingnya status gizi bagi ibu hamil perlu dilihat dari berbagai aspek.
Selain akses terhadap keamanan pangan dan terhadap pelayanan kesehatan yang
setinggi-tingginya merupakan hak asasi dasar setiap orang, status gizi ibu juga
mempunyai dampak sosial dan ekonomi. Status gizi ibu tidak hanya memberikan
berdampak negatif terhadap status kesehatan dan risiko kematian dirinya, tetapi
juga terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan janin yang dikandungnya
dan lebih jauh lagi terhadap pertumbuhan janin tersebut sampai usia dewasa.
Secara spesifik, penyebab Kurang Energi Kronis (KEK) adalah akibat dari
ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran
energi. Kurang Energi Kronis (KEK) yang dinilai dengan LILA berpengaruh
terhadap BBLR. KEK berdampak negatif terhadap ibu hamil dan janin yang
dikandungnya berupa peningkatan risiko kematian ibu saat melahirkan dan BBLR
(Syafiq et al., 2010). Rendahnya status gizi, selain meningkatkan risiko terhadap
ibu hamil, juga menjadi salah satu penyebab bayi berat lahir rendah
( BAPPENAS, 2010).
Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan
diastolik ≥ 15 mmHg atau tekanan darah ≥ 140/90 mmHg (Benson and Pernoll’s,
2009).Hipertensi dalam kehamilan, perlu penanganan khusus karena dapat
menurunkan aliran darah ke plasenta, yang akan mempengaruhi persediaan
oksigen dan nutrisi pada bayi. Hal ini akan memperlambat pertumbuhan bayi dan
meningkatkan risiko saat melahirkan (BKKBN, 2007)
Penyakit Infeksi
Pada ibu saat hamil, dapat terjadi dua kemungkinan. Pertama bisa
memperburuk penyakit tersebut sehingga lebih berbahaya pada ibu hamil. Kedua
dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri, seperti: abortus, persalinan kurang
bulan, atau mempengaruhi bayi atau jalannya persalinan. Pada umumnya,
penyakit infeksi yang akut lebih berat pada ibu hamil, apalagi jika persalinan
terjadi karena saat persalinan membutuhkan tenaga yang banyak dan juga
kehilangan banyak darah, sehingga mengakibatkan daya tahan tubuh ibu
berkurang (Martaadisoebrataet al., 2012).
Perokok pasif
Perokok pasif akan mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif
antara 1–5 batang per hari. Perempuan yang merokok pada kehamilan trimester
dua atau tiga mempunyai risiko yang sama bila merokok selama kehamilan. Bayi
seorang perokok bukan hanya mempunyai berat badan lahir yang rendah tetapi
juga ukuran panjang tubuh, ukuran kepala dan dada yang lebih kecil, pH darah tali
pusat yang rendah dan menunjukkan lebih banyak kelainan pada pemeriksaan
neurologis (Prawirohardjo, 2010).
Ante Natal Care
Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya
10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi
patologis. Kehamilan patologis tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan
dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-
angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya
terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan
ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta
sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya
maksimal untuk mencegah gangguan yang berat terhadap kehamilan dan
keselamatan ibu maupun bayi yang dikandung (Prawirahardjo, 2010).
Paritas
Ibu yang melahirkan anak lebih dari 3 orang, mengakibatkan terjadi
gangguan dalam kehamilan, seperti plasenta (ari-ari) yang letaknya dekat dengan
jalan lahir, menghambat proses persalinan, seperti gangguan kekuatan kontraksi,
kelainan letak dan posisi. Penyebab lain dapat juga terjadi perdarahan pasca
persalinan, waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang, tumbuh
kembang anak tidak optimal, serta menambah beban ekonomi keluarga. Risiko
yang dapat terjadi antar lain, berhubungan dengan segi kesehatan dan segi
ekonomi (BKKBN, 2007).

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah
(Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan
sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan
belum sempurna.

E. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan
ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar
pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan
bayi dengan berat badan lahir normal (Ismawati, 2010)
Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu
akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Ibu hamil umumnya mengalami
deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin
yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson,
2010).
 Pathway

F. Komplikasi
Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir
rendah (Mitayani, 2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan
pernapasan pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium
(tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan
kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar
glokosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar
glukosa dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena
cadangan glukosa rendah ,terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan belum
sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga
negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya. 19
d. Asfiksia neonatorum Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir
yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati) Hiperbilirubinemia (ikterus
bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan
ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning.

G. Penatalaksanaan
Menurut rukiyah, dkk (2010) perawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah :
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan
ketat
2. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi,
memperhatiakn prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci
tangan sebelum memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi (ASI), refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh
sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi
bayo dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebah itu
penimbangan dilakukan dengan ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih,
pertahankan suhu tubuh tetap hangat.
6. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.
7. Tali pusat dalam keadaan bersih.
8. Beri minum dengan sonde/ tets dengan pemberian ASI.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KELAINAN BAYI RESIKO
TINGGI BERAT BAYI LAHIR RENDAH

A. Pengkajian
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi
masalah yang menuntut perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan
untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian meliputi
penyusunan nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau
adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2008)
1. Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis
kelamin, Orang tua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan, pekerjaan. Yang lebih ditekankan pada
umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa bayi BBLR.
2. Keluhan utama : pada klien BBLR yaitu BBL kurang dari 2500 gram.
3. Riwayat kesehatan sekarang : apa yang di rasakan klien sampai di rawat di
rumah sakit, atau perjalanan penyakit.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan : bagaimana proses persalinan apakah
spontan, premature, aterm, letak bayi belakang kaki atau sungsang.

B. Fokus Pengkajian BBLR


Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus BBLR yaitu :
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok,
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
hepatitis, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinuitas atau periksa tetapi tidak teratur
dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
post date atau preterm).
e) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan permasalahan pada bayi baru lahir.
Yang perlu dikaji :
1) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
2) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian
obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
f) Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
1) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua (0-3)
asfiksia berat, (4-6) asfiksia sedang, (7-10) asfiksia ringan.
2) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
3) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocepalus.
4) Pola nutrisi yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi
untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk
pemberian obat intravena.
5) Pola eliminasi Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB: frekuensi,
jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah.
6) Latar belakang sosial budaya Kebudayaan yang berpengaruh terhadap
BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu
terutama jenis psikotropika Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman
beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan
tertentu.
7) Hubungan psikologis Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan
rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini
berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan
perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan
bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang
intensif.

Data Objektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standar yang diakui atau berlaku (Wong,
2008)
1. Keadaan umum  : Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan
hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang
aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan
sesuai dengan usianya, tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2. Tanda-tanda Vital : Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi
bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh <
37 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi
normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali
permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit : Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2. Kepala
inspeksi : bentu kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung,
sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak.
3. Rambut
Inspeksi : lihat distribusi rambut merata atau tidak, besih atau bercabang
dan halus atau kasar.
4. Mata
Inspeksi : biasnya konjungtiva dan sclera berwarna normal, terdapat
radang atau tidak, dan pupil isokor. Pada pupil terjadi miosis terhadap
cahaya.
5. Hidung
Inspeksi : Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
6. Mulut dan Faring
Inspeksi : terdapat sianosis, membran mukosa kering, bibir kering dan
pucat.
7. Telinga
Inspeksi : Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
8. Leher
Inspeksi : Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
9. Thorax
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
10. Abdomen
Inspeksi : inspeksi kesimetrisan abdomen
Palpasi : adanya atau tidaknya nyeri tekan pada abdomen.
11. Umbilikus
Inspeksi : ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada
tali pusat.
12. Genitalia
Inspeksi : Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan.
13. Anus
Inspeksi : adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari feses.
14. Ekstremitas
Inspeksi : gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya
Palpasi : adanya nyeri tekan atau benjolan.
15. Refleks
Reflek morrow : kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam).
Reflek menghisap : suckling
Reflek menelan swallowing : masih buruk atau kurang.
Reflek batuk belum sempurna

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht
(normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres
pernafasan bila ada. Rentang nilai normal :
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg
4) PO2 : 80-100 mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih 20
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia. Bilirubin normal:
1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.

E. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada
bayi dengan BBLR (NANDA, 2015)
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas otot-otot pernafasan dan
penurunan ekspansi paru.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menerima nutrisi, imaturitas peristaltik
gastrointestinal.
3. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kegagalan mempertahankan
suhu tubuh , penurunan jaringan lemak subkutan.

F. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada
bayi dengan BBLR (NANDA, 2015)
Tujuan dan
Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil
(NIC)
(NOC)
1. Pola Nafas tidak efektif b.d NOC : NIC :
imaturitas otot-otot Respiratory status Airway Management
pernafasan dan penurunan  Ventilation  Buka jalan nafas,
ekspansi paru. Respiratory status guanakan teknik
Definisi : Pertukaran udara  Airway chin lift atau jaw
inspirasi dan/atau ekspirasi patency thrust bila perlu
tidak adekuat  Vital sign  Posisikan pasien
Batasan karakteristik : Status untuk
 Penurunan tekanan Kriteria Hasil : memaksimalkan
inspirasi/ekspirasi  Mendemonstra ventilasi
 Penurunan pertukaran sikan batuk  Identifikasi pasien
udara per menit efektif dan perlunya
 Menggunakan otot suara nafas pemasangan alat
pernafasan tambahan yang bersih, jalan nafas buatan
Pernafasan rata- tidak ada  Pasang mayo bila
rata/minimal : sianosis dan perlu
 Bayi : < 25 atau > 60 dyspnea  Lakukan fisioterapi
 Usia 1-4 : < 20 atau > (mampu dada jika perlu
30 mengeluarkan  Keluarkan sekret
 Usia 5-14 : < 14 atau > sputum, dengan batuk atau
25 mampu suction
 Usia > 14 : < 11 atau > bernafas  Auskultasi suara
24 dengan nafas, catat adanya
Kedalaman pernafasan mudah, tidak suara tambahan
 Dewasa volume ada pursed  Lakukan suction
tidalnya 500 ml saat lips) pada mayo
istirahat   Berikan
Faktor yang bronkodilator bila
berhubungan : perlu
 Hiperventilasi  Bersihkan mulut,
 Deformitas tulang hidung dan secret
 Kelainan bentuk trakea
dinding dada
 Penurunan
energi/kelelahan

Tujuan dan
Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil
(NIC)
(NOC)
2. Ketidak seimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan  Status nutrisi Monitor nutrisi
tubuh b.d ketidakmampuan  Nafsu makan  Monitor turgor
menerima nutrisi,  Tingkat kulit dan mobilitas
imaturitas peristaltik ketidak  Identifikasi
gastrointestinal. nyamanan abnormalitas
Definisi : Setelah dilakukan eliminasi bowel
Asupan nutrisi tidak tindakan  Monitor diet dan
cukupuntuk memenuhi keperawatan asupan kalori
kebutuhan metabolik   selama 3x24 jam  Identifikasi
Batasan Karakteristik : nutrisi klien dapat perubahan nafsu
 Kram abdomen  terpenuhi. makan dan
 Nyeri abdomen   Asupan gizi aktivitas akhir-
 Menghindari normal akhir ini
makanan   Asupan  Monitor status
 Berat badan 20% makanan mental (misalnya
atau lebih dibawah normal bingung.depresi,da
berat badan ideal   Rasio berat n cemas)
Faktor badan/tinggi Manajemen saluran
YangBerhubungan : badan normal cerna
 Faktor biologis   Hasrat/keingin  Catat tanggal
 Faktor ekonomi an untuk buang air besar
makan tidak terakhir
terganggu  Monitor buang air
besar termasuk
frekuensi,konsisten
si,bentuk,volume
,dan warna,dengan
cara yang tepat
Tujuan dan
Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil
(NIC)
(NOC)
3. Risiko ketidak NOC NIC
seimbangan suhu tubuh b.d Termoregulasi   
kegagalan Termoregulasi : Newborn Care
mempertahankan suhu Newborn  Pengaturan suhu :
tubuh, penurunan jaringan  mencapai dan atau
lemak subkutan. Kriteria Hasil : mempertahankan
   Suhu kulit suhu tubuh dalam
Definisi : Berisiko normal Suhu range normal 
mengalami kegagalan badan 36-37 C   Pantau suhu
mempertahankan suhu  TTV dalam bayi baru lahir
tubuh dalam kisaran batasnormal  sampaistabil 
normal   Hidrasi  Pantau tekanandarah,
adekuat  nadi, dan pernafasan
Faktor Risiko :  Tidak hanya dengantepat 
 Perubahan laju menggigil   Pantau warna
metabolisme   Gula darah dansuhu kuilt 
 Dehidrasi Pemajanan DBN   Pantau danlaporkan
suhu lingkungan yang  Keseimbangan tanda dangejala
ekstrem  asam basa hipotermi
 Usia ekstrem  DBN  danhipertemi. 
 Berat badan ekstrem   Bilirubin
DBN 

G. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai denga rencana tindakan.
Tindakan ini bersifat intelektual, teknis, dan interpersonal berupa berbagai upaya
untuk memuhi kebutuhan dasar manusia. Tindakan keperawatan meliputi,
tindakan keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan kesehatan/keperawatan,
tindakan medis yang dilakukan oleh perawat atau tugas limpah (Suprajitno, 2004).

H. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematik pada status kesehatan klien. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan
(Nursalam, 2001) :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan
untuk mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah, maka dapat disimpulkan bahwa berat bayi lahir
rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya < 2500 (sampai
2.499gram).
Penanganan pada berat bayi lahir rendah tergantung pada kondisi bayi
tersebut, semakin kondisi bayi tidak stabil maka penanganan harus segera
dilaksanakan. Tahap pelaksanaan pada BBLR tersebut dimulai setelah rencana
tindakan disusun, kemudian di implementasikan guna membantu BBLR mencapai
tujuan yang diharapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping klien maupun keluarga. Setelah itu
dilakukan evaluasi keperawatan untuk menilai seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

B. Saran
1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif,
tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh
sebagai biopsikososialspiritual.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi tentang asuhan keperawatan pada bayi resiko tinggi bayi
berat lahir rendah.
3. Dunia keperawatan diharapkan berperan dalam peningkatan kualitas perawat
dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh
ilmu yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi bayi berat lahir
rendah
DAFTAR PUSTAKA

istiarani, Colti. 2008. Faktor Maternal Dan Kualitas Pelayanan Antenatal Yang


Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Studi Pada Ibu
Yang Periksa Hamil Ke Tenaga Kesehatan dan Melahirkan di RSUD
Banyumas. Masters thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Nelly Indrasari. 2012. Faktor Resiko Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(Bblr). Vol 8 no.2

Suci Amalia. 2017. Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Bblr Dengan
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Di Rsud Dr. Soedirman Kebumen.  Karya
Tulis Ilmiah Thesis. Stikes Muhammadiyah Gombong.

Fika Agnofia, Fika Agnofia. 2016. Asuhan keperawatan pada Ny I dengan BBLR
di ruang rawat inap perinatologi RSAM bukittinggi. Diploma Thesis, Stikes
Perintis Padang

Putri, Ni Putu Diah Anggreni. 2018. Gambaran Asuhan Keperawatan pada


Bayi BBLR dengan Hipotermia di Ruang NICU RSUD Wangaya. Diploma
Thesis. Jurusan Keperawatan.

Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-


NOC. 2015. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction

Latifah, Al Ma'idatul. 2017.  Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah Dengan Hipotermi Di Ruang Perinatologi Rsud Bangil
Pasuruan. Diploma Thesis. STIKES Insan Cendekia Medika Jombang.

Anda mungkin juga menyukai