Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. U DENGAN


BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

OLEH :
NAMA KELOMPOK II
KELAS :C/IV

1. MERLIN NENOSONO (164602720)


2. PERMATA I. K. HUN (166002720)
3. EMSI NATONIS (162902720)
4. BETY FOEMUSU (162302720)
5. ALWAN R. PALLO (161902720)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Keperawatan Anak I yang berjudul “ BBLR “.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, akan tetapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberi
pengarahan, bimbingan, semangat serta doa untuk keberhasilan penulisan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca.

Kupang, 16 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………….1
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN TEORI .....................................................................................4
2.1 Pengertian................................................................................................4
2.2 Etiologi ..................................................................................................4
2.3 Patofisiologi ............................................................................................5
2.4Pathway…………………………………………………………….…6
2.5ManifestasiKlinis……………………………………………………….4
2.6 Pemeriksaan Penunjang ...........................................................................
2.7 Komplikasi .............................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................15
2.9 Pengkajian focus .....................................................................................7
BAB 3. TINJAUAAN KASUS ................................................................................18
3.1 Pengkajian Teori ..................................................................................18
3.2 Diagnosa ...............................................................................................20
3.3 Perencanaan ..........................................................................................21
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................................18
4.1 Pengkajian ...........................................................................................18
4.2 Diagnosa ...............................................................................................20
4.3 Perencanaan ..........................................................................................21
4.4 Pelaksanaan dan Evaluasi ...................................................................29
BAB . KESIMPULAN.............................................................................................36
5.1 Kesimpulan .................................................................................................36
5.2. Saran ...........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya
berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan
ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada
masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi
makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya
karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada
mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan
dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan
pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masadepan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada
pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem
pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum
sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain
itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta
tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi
dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang,
yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan
perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi
seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari
pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan
perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi
dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan
tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu penulis
tertarik membahas tentang kasus BBLR pada bayi NY. “U” yang akan
penulis bahas pada BAB berikutnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi
berat lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian
prioritas masalah keperawatan dan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi pada
bayi dengan berat badan lahir rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan
pemberian asuhan keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan
lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan
berat badan lahir rendah.
BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB <
2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2
golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
(Indrasanto, 2008)
B. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien
misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap
timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan
social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula
kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang
lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu
obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi
dan zat-zat tertentu.
(Suryadi dan Yuliani, 2006 )

C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia

kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga

disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan

38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa

kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi

karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan

yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,

infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai

makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan

janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi

dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem

reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi

pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih

besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang

sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil

sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang

tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.


Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang

pada bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional

paru-paru pada dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai

akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum

kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan

dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari

dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat.

Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus

menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki

kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu

dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali.

Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada

bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan

tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma

globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk

antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih

belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system

integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet,

system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu

mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang

bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat

pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga

beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh

(Ngastiyah, 2005)
D. Pathways

Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor


1. Hydroamnion Lingkungan
1. Faktor penyakit 2. Kehamilan
(toksemia 1. Tempat tinggal di
multiple/ganda dataran tinggi
gravidarum,
3. Kelainan 2. Radiasi
trauma fisik, dll)
kromosom 3. Zat-zat beracun
2. Faktor usia

BBLR

Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap
subcutan kurang blm sempurna

Tidak dapat Pernafasan belum Intake nutrisi tidak


menyimpan panas sempurna adekuat

Asupan gizi kurang


Mudah kehilangan O2 dalam darah CO2
panas
Sel-sel kekurangan
kedinginan O2 dalam sel darah rendah
nutrisi
Co2 tinggi

Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis
respiratoris Penurunan
Gangguan BB/kematian
pertukaran gas

Ketidak seimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
(Prawirohardjo. 2005)
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia


2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
(Ngastiyah, 2005)

G. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir
rendah antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

H. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat
badan lahir rendah adalah sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator
2. Pelestarian suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam


mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama.
Suhu perawatan harus diatas 25 0
C, bagi bayi yang berat sekitar 2000
gram, dan sampai 30 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
0
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan
baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih
dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7
kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan
telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan
tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada
bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah
secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan
bayi preterm.
7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
I. Pengkajian Fokus
Umur/hari Jmlh ml/kg BB

1 50- 65

2 100

3 125

4 150

5 160

6 175

7 200

14 225

21 175

28 150

1. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal
(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat
menandakan duktusarteriosus paten (PDA).
2. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala
besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah
digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak
mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada
gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan
bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen
pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan
membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen
keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada
gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi
antara minggu 24 dan 37.
4. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt).
Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan
substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi
“ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).
5. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah
mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan
atau tembus pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan,
akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas
diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak
kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku
mungkin pendek.
6. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora,
dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae
mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
(IDAI, 2004)

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah,reflek menghisap lemah,bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penayakit sekarang
Lahir spontan,SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram,apgar pada 1 sampai 5 menit,0 sampai
3 menunjukkan kegawatan yang parah,4 sampai 6 kegawatan sedang,dan 7-
10 normal 
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB
Paru,Tumor kandungan,Kista,Hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah
mekonium,produksi urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai
40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-
rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna
kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari
2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah,
warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik,
konsistensi dan bau), refleks menelan dan megisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks
moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi
fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon
pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna,
lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,
terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai
APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulit keriput.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di
rongga paru
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis
3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi
imunologik.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.
5. Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur
dan penurunan lemak tubuh subkutan.

(Ngastiyah, 2005)

3. Intervensi Keperawatan

NO TUJUAN INTERVENSI
1. Setelah mendapat tindakan 1.1. Monitor pernafasan (kedalaman,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif) 1.2. Atur posisi kepala lebih tinggi
Kriteria Hasil : 1.3. Monitor keefektifan jalan nafas,
 Akral hangat kalau kerlu lakukan suction.
 Tidak ada 1.4. Lakukan auskultasi bunyi nafas
sianosis tiap 4 jam
 Tangisan aktif 1.5. Perthankan pemberian O2
dan kuat 1.6. Pertahankan bayi pada inkubator
 RR : 30-40x/mt dengan penghangat
 Tidak ada 1.7. Kolaborasii untuk X foto thorax
retraksi otot pernafasan
2. 2.1. Pertahankan bayi pada inkubator
dengan kehangatan 37oC
2.2. Beri popok dan selimut sesuai
Setelah mendapatkan tindakan kondisi
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi 2.3. Ganti segera popok yang basah
gangguan hipotermi oleh urine atau faeces
Kriteria Hasil : 2.4. Hindarkan untuk sering membuka
 Badan hangat penutup karena akan menyebabkan
 Suhu : 36,5-37oC fluktuasi suhu dan peningkatan laju
metabolisme
2.5. Atur suhu ruangan dengan panas
yang stabil
3. 3.1. Monitor tanda-tanda
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fung
siolaesa)
Setelah mendapat tindakan 3.2. Lakukan cuci tangan sebelum dan
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi sesudah kontak dengan bayi
infeksi 3.3. Anjurkan kepada ibu bayi untuk
Kriteria Hasil : memakai jas saat masuk ruang bayi
 Tidak ada tanda- dan sebelum dan/sesudah kontak
tanda cuci tangan
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fu 3.4. Barikan gizi (ASI/PASI) secara
ngsiolaesa) adekuat
 Suhu tubuh normal 3.5. Pastikan alat yang kontak dengan
(36,5-37oC) bayi bersih/steril
3.6. Berikan antibiotika sesuai program
3.7. Lakukan perawatan tali pusat setiap
hari

4. 4.1. Kaji refleks menghisap dan


menelan
4.2. Monitor input dan output
4.3. Berikan minum sesuai program
lewat sonde/spin
Setelah tindakan keperawatan 3x24 4.4. Sendawakan bayi sehabis minum
jam tidak terjadi gangguan nutrisi 4.5. Timbang BB tiap hari.
Kriteria Hasil :
 Diet yang diberikan
habis tidak ada residu
 Reflek menghisap
dan menelan kuat
 BB meningkat 100
gr/3hr.
BAB IV
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Mei 2022 jam 08.00 WIB
1. Identitas Data
a. Nama : By. Ny. U
b. Alamat : Manutapen
c. Tanggal Lahir/ Umur : 16 Mei 2022/ 1 Hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. No. Register : 302468
g. Tanggal Masuk/ Jam : 16 MEI 2022 jam 15.00
h. Diagnosa Medis : Neonatus Preterm, BBLSR, Asfiksia
Berat, Neonatus Infeksius
Nama Penanggung Jawab
a. Nama Ayah : Tn. W
b. Pendidikan : SMA
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Nama Ibu : Ny. U
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir
sangat rendah yaitu 1060 gram.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Bayi lahir pada tanggal 16 MEI 2022 di RSAL Kupang secara
spontan diusia kehamilan 30 minggu dengan berat bayi lahir yaitu 1060
gram. Selain itu setelah lahir bayi tidak langsung menangis dengan nilai
apgar score yaitu 4-5-6 (asfiksia sedang), oleh karena itu bayi sekarang
dipindah keruang Perinatologi untuk mendapat tindakan lebih lanjut.
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Pre Natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya
di bidan tiap 2 bulan sekali. Selama kehamilan ditemukan riwayat
penyakit kehamilan TORCH. G : 3 P : 1 A : 2.
b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu, ditandai
dengan ketuban pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam
dan bayi lahir pada jam 14.45 WIB. Panjang lahir 34 cm dan berat
lahir 1060 gram.
c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dan langsung
dipasang kanul O2 dengan resusitasi selama 3 menit dengan nilai
apgar score 4-5-6, keadaan lemah, nafas tidak teratur.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Genogram

Keterangan
= Laki-laki = Pasien
= Perempuan = Tinggal serumah
6. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh perawat
dan sesekali ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah sakit.
b. Hubungan dengan Keluarga
Ibu klien bisa mengunjungi, melihat, dan menyentuh bayinya saat
berkunjung mskipun bayi dalam incubator, sedangkan ayahnya tidak
boleh melihat bayinya karena sudah aturan dari pihak rumah sakit.

7. Pola Sehari-hari
a. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam
sekali sekitar 30 cc melalui selang OGT
b. Eliminasi Urine dan Feses
Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna hitam, lembek
cair, bau khas feses bayi. BAK menggunakan pempers dan diganti
setian 6 jam sekali dan terisi ± 100 cc
c. Istirahat dan Tidur
Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan merasa kotor
setelah BAB dan BAK, rata-rata tidur per hari yaitu 20-22 jam
d. Peran dan Hubungan
Keluarga mengatakan anak akan diasuh oleh orang tuanya sendiri,
dan selama ini ibu bayi menengok keruang perinatologi
e. Toleransi Stress dan Koping
Klien menangis saat merasa lapar, tidak nyaman, dan saat kotor

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis lemah,
perawatan dalam inkubator
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 132 x per menit
- Pernafasan : 40 x per menit
- Suhu : 36,2°C
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1060 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
d. Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah simetris,
rambut hitam
e. Mata : Simetris antara kanan dan kiri, sclera
tidak
ikterik
f. Hidung : Terpasang C-PAP Ventilator 2 lt/menit
g. Mulut : Reflek hisap belum ada, terpasang
selang
OGT, mukosa kering
h. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada luka
i. Dada : Tidak ada luka, warna kecoklatan
j. Jantung
- Inspeksi : Tampak ictus cordis
- Palpasi : Ictus cordis teraba dengan getaran
- Perkusi : Tak terkaji
- Auskultasi : BJ I & II regular, tidak terdengar
gallop
k. Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan kanan-kiri
simetris,
RR : 40 x per menit
- Palpasi : Rabaan gerak pernafasan simetris
- Perkusi : Redup/ Dullness
- Auskultasi : Ronchi
l. Abdomen
- Inspeksi : Pusar insersi ditengah, buncit,
terpasang
infus umbilical
- Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per memit
- Palpasi : Lunak, tidak ada pembesaran hati/limfa
- Perkusi : Tympani
m. Punggung : Bentuk tulang belakang semi fleksi
n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia mayora
belum menutupi labia minora, anus
paten
o. Ekstremitas
- Atas : Lengkap, tidak ada kelainan
- Bawah : Lengkap, tidak ada kelainan, kaki
kanan
terpasang SPO2, akral sedikit dingin
p. Kulit : Warna kulit coklat gelap, tidak ikterik,
turgor kulit cukup
9. Therapi
- PO Ferlin drop 1x0.3cc
- O2 nasal kanul 0.5 liter/menit
- Susu formula BBLR 8x30cc/hari melalaui selang OGT
- Termoregulasi incubator suhu 34°C
- Infuse umbilical 5%

10. Data Penunjang


Laboratorium tanggal 16-05-2022
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 15.9 g/Dl 12.0-16.0
Hematokrit 49.50 % 37-47
Jumlah Eritrosit 4.14 /Ul 4.2-5.4
Jumlah Lekosit 24.7 /Ul 4.8-10.8
Jumlah Trombosit 249 10^3/ul 150-400
Kimia Klinik
Natrium 137.0 mmol/L 134.0-147.0
Kalium 5.30 mmol/L 3.50-5.20
Calsium 1.20 mmol/L 1.12-1.32
B. ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1 DS : - Resiko hipotermi Jaringan lemak
DO : subkotis tipis
- Akral sedikit dingin
- Lahir premature 30 minggu
- BBLRS 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Perawatan dalam incubator
2 DS : - Resiko Infeksi Prematuritas dan
DO : system imun yang
- Keadaan umum lemah tidak adekuat
- Lahir premature 30 minggu
- BB 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Lekosit 24.7/Ul
3 DS : - Ketidak Prematuritas,
DO : seimbangan ketidakmampuan
- Terpasang selang OGT nutrisi : kurang dari mengabsorbsi
- Reflek hisap lemah kebutuhan tubuh nutrisi
- BB 1060 gram
- Terpasang infus umbilical
D5%
4 DS : - Ketidak efektifan Penumpukan cairan
DO : jalan nafas di rongga paru
- Terpasang ventilator
2lt/menit
- RR 40x/menit
- Perkusi paru dullness
- Auskultsi paru ronkhi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
1 17/05/2022 Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan cairan dirongga paru
2 17/05/2022 Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan
subkotis tipis
3 17/05/2022 Ketidak efektifan nutrisi : kurang darin kebutuhan
tubuh berhubungan dengan prematuritas, ketidak
mampuan mengabsorbsi nutrisi
4 17/05/2022 Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas
dan system imun yang tidak adekuat
6. 17/05/2022 Thermoregulasi tidak efektif berhubungan
5. dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN T
NO
KEPERAWATAN TUJUAN TINDAKAN RASIONAL T
1 Ketidak efektifan Setelah dilakukan - Observasi - Sebagai
pola nafas tindakan TTV, acuan
berhubungan keperawatan cuping penatalaksan
dengan selama 3x24 jam hidung, aan tindakan
penumpukan cairan jalan nafas retraksi dada - Mensuplai
dirongga paru, adekuat, dengan - Berikan O2 dalam
penurunan ekspansi kriteria hasil : terapi O2 tubuh
paru - Pernafasan 2lt/menit - Memberikan
adekuat 16-30 - Posisikan rasa nyaman
x/menit klien semi klien
- Perkusi paru fowler - Jalan nafas
sonor - Jaga tidak ada
- Auskultasi kepatenan sumbatan
vesikuler jalan nafas :
- Tidak ada suction
penumpukan
cairan di paru
2 Resiko hipotermi Setelah dilakukan -Pantau suhu - Sebagai
berhubungan tindakan setiap 3 jam acuan
dengan jaringan keperawatan sekali penatalaksan
subkotis tipis selama 3x24 jam aan tindakan
hipotermi tubuh
stabil , dengan - Mengikuti
kriteria hasil : -Atur suhu program
- Suhu tubuh incubator yang
normal 36- sesuai indikasi dianjurkan
37,5°C -Hindarkan
- Akral hangat bayi kontak
- Bayi tidak
langsung
menggigil
dengan
sumber
dingin/panas - Menjaga
-Ganti popok kenyamanan
bila basah klien

3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Monitor BB - mengetahui


nutrisi : kurang dari tindakan klien perkembanga
kebutuhan tubuh keperawatan n nutrisi bayi
berhubungan selama 3x24
dengan kebutuhan nutrisi - membantu
prematuritas, terpenuhi , - Pasang suplai nutrisi
ketidakmampuan dengan kriteria selang OGT untuk tubuh
mengabsorbsi hasil : - indikasi bayi
nutrisi - BB seimbang mampu
2500-3500 - Kaji menyerap
gram kemampuan nutrisi
- Reflek hisap reflek hisap - mengatur
kuat keseimbanga
- Intake ASI - Monitor n cairan pada
adekuat asupan klien
intake dan
output - asupan
cairan nutrisi bayi
- Kolaborasi bisa
dengan ahli tercukupi
gizi untuk
pemberian
nutrisi
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan - Pantau tanda - Sebagai
berhubungan tindakan gejala acuan
dengan keperawatan infeksi : penatalaksan
Prematuritas dan selama 3x24 tidak suhu, aan tindakan
system imun yang terjadi infeksi, lekosit,
tidak adekuat dengan kriteria penurunan
hasil : BB - Memberi
- Tidak ada - Batasi kenyamanan
tanda tanda jumlah pada klien
infeksi pengunjung
- Jumlah
lekosit dalam - Agar tidak
batas normal - Gunakan terjadinya
5000-10000 teknik infeksi pada
aseptic klien
selama
berinteraksi
dengan klien - Menjaga
- Bersihkan incubator
incubator tetap terjaga
secara kebersihanny
berkala a
- Mencegah
- Berikan anti penyebaran
biotik sesuai infeksi
advis dokter
5 Thermoregulasi Setelah dilakukan -Letakkan - Mengurangi
tidak efektif tindakan bayi kehilangan
berhubungan keperawatan terlentang panas pada
dengan kontrol selama 3x24 tidak diatas suhu
suhu yang imatur terjadi pemancar lingkungan
dan penurunan Hipotermia, panas (infant sehingga
lemak tubuh dengan kriteriawarmer) meletakkan
subkutan hasil : - Singkirkan bayi menjadi
kain yang hangat
1. Suhu tubuh sudah dipakai - Mencegah
untuk kehilangan
36,5 – 37,5°C mengeringkan tubuh melalui
2. Akral hangat tubuh, konduksi.
letakkan bayi - Perubahan
Warna seluruh diatas tubuh, suhu tubuh
tubuh kemerahan letakkan bayi bayi dapat 
diatas menentukan
handuk / kain tingkat
yang kering hipotermia
dan hangat. - Mencegah
- Observasi terjadinya
suhu bayi tiap hipoglikemia.
6 jam.
- Kolaborasi
dengan team
medis untuk
pemberian
Infus Glukosa
5% bila ASI
tidak mungkin
diberikan
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO TANGGAL
TINDAKAN RESPON KLIEN TT
DX JAM
1,2, 16 Mei 2022
3,4 08.00 - Mengobservasi ttv,cuping S:-
hidung retraksi dada O : Nadi : 132x/mnt ,
RR : 40x/mnt , S : 36,2

1 09.00 -Memberikan terapi O2 2ltr/menit S:-


O : klien tampak
terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2
98%
1 10.00 -Memposisikan semi fowler
S:-
O: klien tampak
nyaman dengan posisi
semi fowler
2 10.30 -Memantau suhu klien
S:-
-Memonitor BB klien O : Suhu klien 36,2
3 11.00
S:-
O : BB : 1060 gram ,
LD : 26 cm , PB :
-Membersihkan incubator secara 34cm , LK : 23cm
4 12.00 berkala
S:-
O : Incubator tampak
bersih
3 14.00 -mengkaji reflek hisap S:-
O : Reflek hisap klien
tampak lemah
3 15.00 -memasang selang OGT S:-
O : Terpasang selang
OGT pada klien
3 18.00 -mengkolaborasi dengan ahli gizi S:-
untuk pemberian nutrisi O : klien mendapat diit
susu 30cc/OGT
1 17 Mei 2022 - memberikan terapi O2 2lt/menit S:-
03.00 O : klien tampak
terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2
88%
1 05.00 - menjaga kepatenan jalan nafas : S:-
suction O : Cairan dalam
tabung suction tampak
jernih
1,2, 10.00 - mengobservasi ttv,cuping hidung S:-
3,4 retraksi dada O : Suhu : 36°C Nadi :
100x/menit, RR :
48/menit
4 10.15 - memberikan anti biotik sesuai S:-
advis dokter O : klien mendapat
terapi PO Ferlin drop
1x0,3cc
3 12.00 - mengkaji kemampuan reflek S:-
hisap O : reflek hisapklien
masih tampak lemah
2 13.00 - mengatur suhu incubator sesuai S:-
indikasi O : Terlihat suhu
incubator klien 34oC
4 17.00 - membatasi jumlah pengunjung S :-
O : tampak hanya ada
satu pengunjung di
ruangan
3 17.30 - Memonitor asupan intake dan S:-
output cairan O : terlihat diit yang
diberikan habis, tidak
ada residu
3 20.00 - mengkolaborasi dengan ahli gizi S:-
untuk pemberian nutrisi O : klien mendapat diit
susu BBLR 30cc/OGT
1,2, 18 Mei 2022 - mengobservasi ttv,cuping hidung S:-
3,4 10.00 retraksi dada O : suhu : 36,4oC ,
nadi : 100x/menit RR :
45x/menit
1 10.20 - Memberikan terapi O2 2ltr/menit S:-
O : klien masih tampak
terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2
90%
2 12.00 - Mengganti popok bila basah S : ( klien menangis)
O : klien tampak
menangis saat
popoknya diganti
4 12.15 - menggunakan teknik aseptic
selama berinteraksi dengan
klien

4 12.40 - memberikan anti biotik sesuai S:-


advis dokter O : klien terpasang
infus umbilical 5%
dengan teraphi PO
Ferlin drop 1x0,3cc
3 14.00 - mengkolaborasi dengan ahli gizi S:-
untuk pemberian nutrisi O : klien masih
terpasang OGT dengan
diit 30cc

F. EVALUASI
NO TANGGAL
EVALUASI TT
DX JAM
1 16 Mei 2022 S:-
14.00 O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 98% , auskultasi paru : ronchi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler
2 14.00
S:-
O : Suhu : 36,2
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
3 14.00
S:-
O : BB : 1060gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
4 14.00
S:-
O : Hasil leukosit klien 24.7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- batasi jumlah pengunjung
- gunakan tekhnik aseptic selama
berinteraksi dengan klien
1 17 Mei 2022
14.00 S:-
O : Cairan dalam tabung suction tampak jernih
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler
2 14.00
S:-
O : Suhu : 36oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
3 14.00
S:-
O : Klien tampak masih terpasang OGT dengan diit 30cc
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
4 14.00
S:-
O : Leukosit 24.7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- gunakan teknik aseptic selama berinteraksi
dengan klien
- bersihkan incubator secara berkala

1 18 Mei 2022
14.00 S:-
O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 90% , auskultasi : ronchi
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler

S :-
O : Suhu 36,4oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
2 14.00 - Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
- Ganti popok bila basah

S :-
O : Klien tampak masih terpasang infus umbilikel 5%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
3 14.00 - Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi

S:
O : Hasil leukosit 24,7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
4 14.00 penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- batasi jumlah pengunjung
- gunakan teknik aseptic selama berinteraksi
dengan klien
- bersihkan incubator secara berkala
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat lahir
rendah adalah yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir
Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada
besara kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan
didalam incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan
dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara
memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,5 0 C s/d 370 C.. Bayi
berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.

B. Saran

- Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan


agar dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang
BBLR baik dari pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis
maupun pencegahan serta penerapan asuhan keperawatannya.
- Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang
BBLR. Ilmu yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan
masyarakat.
- Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan
untuk lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
mengenai pencegahan bayi BBLR.

DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergency Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta :
JNPK, KR, IDAI, POGI.
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Ed.2. Jakarta : CV. Agung Seto.
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai