PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehidupan pada masa neonatus sangat rawan karena memerlukan penyesuaian
fisiologis agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan kehidupan
dari intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali.
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau
kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan
anatomik dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, baik dalam proses
persalinan maupun sesudah lahir.
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir
rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir (Amuru
Sofiani, NANDA NIC-NOC, 2015).
Bayi yang dilahirkan dalam keadaan berat badan lahir rendah (BBLR)
merupakan hal yang tidak menyulitkan bila kelahirannya sesuai dengan masa gestasi
karena memiliki struktur anatomik dan fungsi tubuh yang sama dengan bayi yang
dilahirkan dengan berat badan yang normal tetapi mereka tetap memiliki kerentanan
terhadap infeksi jauh lebih rendah daripada bayi yang dilahirkan dengan berat badan
yang normal.
Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah
utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang
hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR. Faktor-faktor lain selama kehamilan,
misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan, kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa ibunya, atau
mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor zat-zat gizi ke janin sehingga
menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik. Oleh
sebab itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek
masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya,
dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya.
1
Berdasarkan data dari World Health Rangkings tahun 2014 dari 172 negara di
dunia, Indonesia menempati urutan ke 70 yang memiliki presentase kematian akibat
BBLR tertinggi yaitu sebesar 10,69%. Tingkat kelahiran di Indonesia pada tahun 2010
sebesar 4.371.800 dengan kejadian BBLR sebesar 15,5 per 100 kelahiran hidup atau
675.700 kasus prematur dalam 1 tahun (WHO, 2013). Pada tahun 2010, kejadian BBLR
di Indonesia sebesar 11,1% sedangkan Provinsi Jawa Timur juga mengalami kejadian
BBLR yang cukup tinggi yaitu sebesar 10,1% (Kemenkes RI, 2010)
BBLR pada bayi baru lahir merupakan penyakit yang disebabkan oleh masa
kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan dihitung
mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur), bayi small gestational age
(SGA): bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya
(kecil untuk masa kehamilan = KMK), masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR yaitu faktor ibu seperti
riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan
uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat,
infeksi trauma, dan lain-lain, faktor janin seperti cacat bawaan, kehamilan ganda,
hidramnion, kelainan kromosom, infeksi, ketuban pecah dini dan faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, plasenta previa, solusio plasenta.
Dengan begitu banyaknya kasus BBLR di dunia bahkan di Indonesia dan
berdasarkan hasil survey studi pendahuluan kami di BRSUD Kabupaten Tabanan bulan
Januari sampai Desember 2019, terdapat 206 kasus bayi yang mengalami BBLR, dan
jumlah pasien yang dirawat di ruang Bakung/Perinatologi yaitu sebanyak 105 kasus pada
bulan Januari sampai Desember 2019. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan
tersebut, maka penulis bermaksud untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada bayi
dengan BBLR di Ruang Perinatologi BRSUD Kabupaten Tabanan
2
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada bayi dengan
diagnosa Berat Badan Lahir Rendah di Ruang Perinatologi BRSUD Kabupaten
Tabanan
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada bayi dengan BBLR
b. Menyusun rencana keperawatan pada bayi dengan BBLR
c. Menentukan diagnosa keperawatan pada bayi dengan BBLR
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada bayi dengan BBLR
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada bayi dengan BBLR
C. METODE PENULISAN
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan laporan kasus asuhan
keperawatan ini adalah dengan metode gabungan, yaitu gabungan antara study pustaka
dan study lapangan. Penulisan yang diawali dari teori dan fakta yang terjadi pada klien,
bertujuan untuk mengadakan perpaduan antara teori dan praktik, menetapkan konsep-
konsep, membuktikan dan / mengembangkan teori kedalam kenyataan yang terjadi pada
klien
Adapun unsur-unsur dalam penulisan ini adalah :
1. Pengumpulan konsep dasar teori
2. Pembelajaran konsep dasar teori
3. Pengumpulan dan analisis data dilakukan pada klien pada waktu yang bersamaan
4. Data merupakan sumber teori yang akan disatukan dengan teori
5. Study perbandingan untuk menentukan beberapa ketimpangan antara teori dan
kenyataannya.
6. Study penyebab ketimpangan antara teori dan ketimpangan yang terjadi
Skema tahap-tahap dalam penelitian ini adalah :
Pengumpulan data Analisis data
Pengumpulan Pengkajian pada
data klien
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Epidemiologi
Berdasarkan data dari World Health Rangkings tahun 2014 dari 172 negara di
dunia, Indonesia menempati urutan ke 70 yang memiliki presentase kematian akibat
BBLR tertinggi yaitu sebesar 10,69%. Tingkat kelahiran di Indonesia pada tahun 2010
sebesar 4.371.800 dengan kejadian BBLR sebesar 15,5 per 100 kelahiran hidup atau
675.700 kasus prematur dalam 1 tahun (WHO, 2013). Pada tahun 2010, kejadian
BBLR di Indonesia sebesar 11,1% sedangkan Provinsi Jawa Timur juga mengalami
kejadian BBLR yang cukup tinggi yaitu sebesar 10,1% (Kemenkes RI, 2010)
5
3. Klasifikasi
BBLR dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
1. Prematuritas murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai untuk masa
kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu, artinya bayi mengalami pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi
kecil untuk masa kehamilan.
4. Etiologi
Keadaan BBLR ini dapat disebabkan oleh :
1. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa
kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur).
2. Bayi small gestational age (SGA) : bayi yang beratnya kurang dari berat
semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan = KMK).
3. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.
5. Patofisiologi
Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih menjadi
masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada
waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR. Kurang gizi yang kronis
pada masa anak-anak dengan/tanpa sakit yang berulang akan menyebabkan bentuk
6
tubuh yang “Stunting/Kuntet” pada masa dewasa, kondisi ini sering melahirkan bayi
BBLR.
Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi
kehamilan, kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan
janin melalui efek buruk yang menimpa ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan
plasenta dan transpor zat-zat gizi ke janin sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik. Oleh
sebab itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin
pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka
kematiannya.
Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya, baik anatomik
maupun fisiologik maka mudah timbul masalah misalnya:
1. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang
disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak
di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan BB, otot
yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang.
2. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR, hal
ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna,
otot pernapasan yang masih lemah
3. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat dari
motilitas usus kurang, volume lambung kurang, sehingga waktu pengosongan
lambung bertambah
4. Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi urine
berkurang
5. Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih
belum baik.
6. Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering
menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan, akibatnya bayi menjadi
hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, di mana keadaan ini menyebabkan aliran
darah ke otak bertambah dan keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya
7
otoregulasi serebral pada bayi prematur sehingga mudah terjadi perdarahan dari
pembuluh kapiler yang rapuh.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hematokrit (ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia,penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal).
8
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolisis berlebihan.
d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix : Tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-
rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elektrolit ( Na,K,Cl) : Biasanya dalam batas normal pada awalnya.
g. Pemeriksaan analisa gas darah
8. Penatalaksanaan
Menurut Rukiyah, et al (2010) perawatan pada berat bayi lahir rendah ( BBLR) adalah
a. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBRL mudah mengalami hipotermi,
oleh sebeb itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan ketat.
b. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi,
memperhatikan prinsip–prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan
sebelum memegang bayi.
c. Pengawasan nutrisi ASI. Reflek menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.
d. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan
erat kaitanya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan dilakukan
dengan ketat
e. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih.
pertahankan suhu tubuh tetap hangat.
f. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu
g. Tali pusat dalam keadaan bersih
h. Beri minum dengan sonde/ tetes dengan pemberian ASI.
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat berat badan lahir rendah (BBLR), antara lain
adalah:
a. Gangguan perkembangan paru-paru atau organ lainnya.
b. Masalah pernapasan, seperti sindrom gangguan pernapasan bayi.
c. Masalah neurologis, seperti perdarahan di dalam otak.
9
d. Masalah gastrointestinal, seperti necrotizing enterocolitis.
e. Kematian mendadak.
10
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Identitas Klien
Nama :
Jenis Kelamin :
Tempat/Tanggal lahir :
Umur :
No Register :
Nama Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah :
Pendidikan Ayah :
Pekerjaan Ibu :
Pendidikan Ibu :
Alamat/No telp :
Agama :
Tgl MRS :
Diagnosa Medis :
Sumber Informasi :
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang muncul pada BBLR diantaranya bayi kecil, tidak aktif, malas
menetek, menangis lemah, reflek menghisap lemah,bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
11
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Riwayat prenatal
Meliputi kehamilan ibu yang keberapa, frekuensi pemeriksaan kehamilan,
imunisasi TT, konsumsi tablet Fe, keluhan utama selama kehamilan, kebiasaan
ibu tentang obat-obatan, alkohol. Kenaikan BB selama kehamilan, jarak
kelahiran sebelumnya, tempat ibu memeriksakan kehamilannya (tempat PNC ).
Kaji : Meliputi penyakit yang diderita ibu pada waktu hamil misalnya toxamie
gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik, DM, usia ibu pada waktu
hamil dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, adanya gangguan psikologis dan
keadaan sosial ekonomi yang rendah. Apakah kehamilan kembar atau
hidramnion. Apakah pernah terpapar zat-zat beracun atau terkena infeksi.
12
terdapat pada bayi, perawatan bayi segera setelah lahir, apakah segera diberi
ASI, pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama.
7) ADL
a. Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
b. Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
13
c. Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
d. Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
e. Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi urin
rendah
8) Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak
ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda vital : Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko
terjadinya hipotermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh < 37 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi
normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit,
sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur
c. Kulit : Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
d. Kepala : Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
e. Mata : Warna konjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
konjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleks terhadap
cahaya.
f. Hidung : Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
g. Mulut : Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
h. Telinga : Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
i. Leher : Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
j. Thorax : Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing
dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
k. Abdomen : Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm di bawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau
14
tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam
setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum
sempurna.
l. Umbilikus : Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –
tanda infeksi pada tali pusat.
m. Genitalia : Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki–laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
n. Anus : Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari feses.
o. Ekstremitas : Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
p. Refleks : Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang.
9) Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap : penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan
anemia atau kehilangan darah
b. Dektrosik : menyatakan hipoglikemia
c. AGD : menentukan derajat keparahan distres bila ada
d. Elektrolit serum : mengkaji adanya hipokalsemia
e. Bilirubin : mungkin meningkat pada polisitemia
f. Urinalis : mengkaji homeostasis
g. Jumlah trombosit : trombositopenia mungkin meyertai sepsis
h. EKG, EEG, USG, angiografik : defek kongenital atau komplikasi
15
10. ANALISA DATA
Hari/ Masalah
No. Analisa Data Etiologi
tanggal jam Keperawatan
1. DS: Bayi berat badan lahir rendah Pola Napas Tidak
- Dispnea (bblr) Efektif
DO: Prematuritas
- Penggunaan otot bantu Fungsi organ-organ belum
pernapasan baik
- Fase ekspirasi Paru
memanjang Pertumbuhan dinding dada
- Pola napas abnormal blm sempurna, vaskuler paru
(mis. takipnea, imatur
bradipnea, Insuf. Pernafasan
hiperventilasi, Pola napas tidak efektif
kussmaul)
2. DS : BBLR Termoregulasi
- Jaringan lemak sub kutan Tidak Efektif
DO: lebih tipis
- Kulit teraba
dingin/hangat Ketidakmampuan
- Menggigil mempertahankan suhu tubuh
- Suhu tubuh fluktuatif Termoregulasi tidak efektif
- Kulit kemerahan
3. DS : BBLR Ansietas
Hospitalisasi
- Merasa bingung
Kurang pengetahuan
- Merasa khawatir Ansietas
dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi
DO:
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sulit tidur
Risiko infeksi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinding dada yang ditandai
dengan penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal (mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul), dipsnea
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai lemak
subkutan yang ditandai dengan kulit teraba dingin/hangat, menggigil, suhu tubuh
fluktuatif, kulit kemerahan
17
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan merasa
bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit
berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
4. Risiko hipovolemia berhubungan dengan permukaan tubuh relatif lebih luas
5. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna
6. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
7. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban
8. Risiko ikterik neonatus berhubungan dengan prematuritas
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan asuhan SIKI
efektif berhubungan keperawatan …x…. jam Manajemen jalan nafas
dengan deformitas diharapkan pola nafas 1. Monitor pola nafas
dinding dada yang membaik dengan kriteria 2. Monitor bunyi nafas tambahan
ditandai dengan hasil: 3. Pertahankan kepatenan jalan napas
penggunaan otot Pola Nafas 4. Posisikan semi-fowler
bantu pernapasan, 1. Tidak terjadi dyspnea 5. Berikan oksigen, jika perlu
fase ekspirasi 2. Mampu bernafas tanpa 6. Anjurkan asupan cairan 2000
memanjang, pola penggunaan otot bantu ml/hari, jika tidak kontraindikasi
napas abnormal (mis. nafas 7. Kolaborasi pemberian
takipnea, bradipnea, 3. Tidak mengalami bronkodilator, ekspektoran,
hiperventilasi, pemanjangan fase mukolitik, jika perlu
kussmaul), dipsnea ekspirasi
4. Frekuensi nafas dalam
batas normal 30 – 60
x/menit
D. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah
ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal, pelaksanaan
adalah wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan.
E. EVALUASI
1. Pola napas kembali efektif
20
2. Suhu tubuh normal
3. Keseimbangan cairan normal
4. Ansietas teratasi
5. Defisit nutrisi teratasi
6. Risiko infeksi tidak terjadi
7. Risiko gangguan integritas kulit tidak terjadi
8. Risiko ikterik neonatus tidak terjadi
21
DAFTAR PUSTAKA
Amuru Sofiani. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda
NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta : MediAction Publishing.
Kemenkes RI. 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Rukiyah, et al. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Trans Info Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019 Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Pudjiadi, et al. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
IDAI.
Prawirohardjo. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
World Health Organization (WHO).1961. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit
Jakarta : WHO Indonesia
WHO. 2013. Materi Pembelajaran Kesehatan Ibu Dan Anak. Edukia 2013
Wong, Donna L, 2000, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4 ; alih bahasa, Monica
Ester. Jakarta : EGC
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : By.D
Tempat/Tanggal lahir : Penebel, 28 Desember 2019
Umur : 2 hari
No Register : 735xxx
Diagnosa Medis : BBLR + IUGR + Risiko Infeksi + Hipoglikemi
Nama Ayah/Ibu : Tn. A / Ny.D
Pekerjaan Ayah : Swasta
Pendidikan Ayah : SMK
Pekerjaan Ibu : Swasta
Pendidikan Ibu : SMK
Alamat/No telp : Br. Piling tengah, Penebel
Agama : Hindu
2. Bidan/Dokter
Ibu klien mengatakan biasanya memeriksakan kehamilan di dokter kandungan dan
bidan
23
3. Penkes yang didapat
Ibu klien mengatakan selama kehamilan mendapatkan pendidikan kesehatan tentang
pentingnya memeriksakan kehamilan dan makanan sehat yang wajib di konsumsi ibu
agar kandungannya tetap sehat
4. HPHT
Berdasarkan buku ANC ibu, di dapatkan data bahwa ibu lupa dengan hari pertama
haid terakhirnya
5. Kenaikan BB selama hamil
Ibu klien mengatakan saat hamil ia mengalami kenaikan berat badan sebanyak 20 kg.
BB ibu sebelum hamil 70 kg dan saat hamil naik menjadi 90 kg.
6. Komplikasi Kehamilan
Berdasarkan data dari rekam medis, ibu klien tidak memiliki komplikasi selama
kehamilannya.
7. Komplikasi Obat
Berdasarkan rekam medis yang di dapat, ibu klien tidak memiliki komplikasi terhadap
obat-obatan.
8. Obat-obatan yang didapat
Berdasarkan buku ANC ibu, ibu klien mendapat 2 jenis obat yaitu Vit C 3x100 mg
dan SF 3x200 mg
9. Riwayat Hospitalisasi
Ibu klien mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit selama kehamilan.
10. Golongan darah ibu
Ibu klien mengatakan memiliki golongan darah B
11. Pemeriksaan kehamilan/Maternal Screening
Berdasarkan rekam medis, ibu klien telah melakukan pemeriksaan kehamilan yaitu
hepatitis dan HIV
B. Natal
1. Awal Persalinan
Ibu datang ke puskesmas Penebel 1 pukul 09.20 wita dengan keluhan sakit perut
hilang timbul disertai keluar lendir bercampur darah tanggal 28 Desember 2019 pukul
01.00 wita, gerak janin aktif.
24
2. Lama Persalinan
Berdasarkan pengkajian kebidanan dan kandungan di Puskesmas Penebel 1 ibu klien
melahirkan pada tanggal 28 desember 2019. Ibu klien mengalami kontraksi mulai
pukul 10.00 sampai pukul 19.30.
3. Komplikasi Persalinan
Berdasarkan rekam medis, ibu klien tidak memiliki komplikasi selama persalinannya
4. Terapi yang Diberikan
Berdasarkan data dari puskesmas Penebel 1 klien mendapatkan terapi oksitosin 10
IU/IM, Amoxilin 3x500 mg/oral, Asam mefenamat 3x500 mg/oral, Vitamin A
1x200.000 IV, SF 1x200 mg/oral
5. Cara Melahirkan
( √ ) Pervaginam ( ) SC
6. Tempat Melahirkan
( ) Rumah Bersalin ( ) Rumah ( ) Rumah Sakit (√ ) Puskesmas
7. Penolong Persalinan : Bidan
C. Postnatal
1. Usaha Nafas
( ) Dengan bantuan
(√) Tanpa bantuan
2. Kebutuhan Resusitasi
a. Jenis dan lamanya
Berdasarkan data dari rekam medis, klien tidak mendapatkan resusitasi saat lahir.
b. Skor APGAR
1’ 5’ 10’ 15’
Appearance 1 1 2 2
Pulse 1 2 2 2
Grimice 1 2 2 2
Activity 2 2 2 2
Respiratory 2 2 2 2
Total 7 9 10 10
25
3. Obat-obatan yang diberikan kepada neonates
Berdasarkan data dari rekam medis, klien mendapatkan salep mata Gentamicin,
Vitamin K, dan Imunisai HB 0
4. Interaksi orang tua dan bayi
a. Kualitas : Baik
b. Kuantitas : 20 menit
Saat pengkajian ibu klien mengatakan merasa bingung dengan kondisi anaknya,ibu klien
terus menanyakan tentang bagaimana kondisi anaknya,ibu klien mengatakan merasa
khawatir dengan situasi yang ia hadapi saat ini karena klien merupakan anak pertama, ibu
klien tampak gelisah dan tegang, selain itu ibu klien juga tampak kesulitan saat tidur.
5. Trauma lahir
( ) Ada
( √ ) Tidak Ada
6. Nekrosis
( ) Ada
( √ ) Tidak Ada
7. Keluarnya urine/BAB
( √ ) Ada
() Tidak Ada
8. Respon fisiologis atau perilaku bermakna
Bayi lahir spontan, menangis kuat, gerak aktif
Ibu klien mengatakan diantara keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit keturunan
seperti DM, jantung dan hipertensi
26
V. GENOGRAM
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
--------- : Tinggal bersama
Penjelasan :
Klien merupakan anak pertama, klien tinggal bersama ayah, ibu, kakek, nenek dan
bibinya.
Ibu Ayah
27
Ya Menyentuh Tidak
Tidak Memeluk Tidak
Ya Berbicara Tidak
Ya Berkunjung Tidak
Ya Kontak Mata Tidak
D. Lingkungan rumah
Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya bersih dan nyaman. Ia selalu membersihkan
rumah dan lingkungan di sekitar rumahnya. Jarak rumah dengan puskesmas dekat
E. Problem sosial yang penting
(-) Kurangnya sistem pendukung sosial
(-) Perbedaan bahasa
(-) Riwayat penyalahgunaan zat adiktif
(-) Lingkungan rumah yang kurang memadai
(√) Keuangan
(-) Lain-lain, sebutkan
Ibu klien mengatakan keluarga tidak memiliki masalah dalam hubungan sosial
F. Aktivitas
Bayi menangis kuat dan gerak aktif.
G. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan
Memandikan bayi, perawatan inkubator, pengukuran tanda-tanda vital, pemberian nutrisi
(ASI) menggunakan dot 20cc/3 jam, memandikan bayi, mengukur suhu bayi, dan
pemberian terapi apialys 1x0,3 ml/oral, bifotik 2x150 mg/IV, Dexamethasone 3x0.5
ml/IV, Dextrose 10% 10 tpm/IV
H. Hasil Laboratorium
30 Desember 2019/pukul: 15.22
Index Eritrosit
MCV 108.8 fL 98-122 Flowcytometri
MCH 38.8 Pg 33-41 Kalkulasi
MCHC H 35.6 g/dL 31-35 Kalkulasi
RDW H 15.5 % 11.5-14.5 Kalkulasi
MPV L 6.9 fL 7.0-11.0 Kalkulasi
29
KIMIA KLINIK
Tanggal : 30 Desember 2019, Pukul 15.42
Glukosa Sewaktu L 39 Mg/dL 40-60 Hexokinase
I. Pemeriksaan penunjang: -
J. Lain-lain: -
4. Refleks
( √ ) Moro (√ ) Menggenggam (√ ) Menghisap (lemah)
( ) Lain-lain, sebutkan
5. Tonus/aktivitas
( ) Aktif ( ) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang
( √ ) Menangis keras ( √ ) Lemah ( ) Melengking
( ) Sulit menagis
6. Kepala/leher
a. Fontanel anterior
( √ ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar
( ) Menonjol ( ) Cekung
30
b. Sutura sagitalis
( √ ) Tepat ( ) Terpisah ( ) Menjauh
c. Gambaran wajah
( √ ) Simetris ( ) Asimetris
d. Holding
( - ) Caput succedaneum ( - ) Chepalohematoma
7. Mata
( √ ) Bersih ( ) Sekresi, -
8. THT
a. Telinga
( √ ) Normal ( ) Abnormal
b. Hidung
( √ ) Bilateral ( ) Obstruksi ( ) Cuping hidung
c. Palatum
( √ ) Normal ( ) Abnormal
9. Abdomen
a. ( ) Lunak ( ) Tegas ( √ ) Datar ( ) Kembung
b. Lingkar perut : 30 Cm
c. Liver : ( √ ) kurang dari 2 cm ( ) lebih dari 2 cm
10. Thorax
a. ( √ ) Simetris ( ) Asimetris
b. Retraksi : ( - ) derajat 1 ( - ) derajat 2 ( - ) derajat 3
c. Klavikula : ( √ ) normal ( ) abnormal
11. Paru-paru
a. Suara nafas : ( √ ) sama kanan kiri ( ) tidak sama kanan kiri
( √ ) bersih ( ) ronchi
( ) rales ( ) secret
b. Bunyi nafas
( √ ) terdengar di semua lapang paru ( ) tidak terdengar
( ) menurun
c. Respirasi
( √ ) spontan, jumlah : 40x/mnt
( ) sungkup/headbox, jumlah : - x/mnt
31
( ) ventilasi assisted CPAP
12. Jantung
a. ( ) bunyi normal sinus rhyteem ( NSR ), jumlah : 140 x/mnt
( ) murmur ( ) Lain-lain, sebutkan ……
b. Waktu pengisian kapiler : kurang dari 2 detik
c. Nadi perifer
13. Extremitas
a. ( √ ) Semua extremitas gerak ( ) ROM terbatas ( ) tidak dapat dikaji
b. Extremitas atas dan bawah ( √ ) simetris ( ) asimetris
14. Umbilikus
( √ ) Normal ( ) Abnormal ( ) Inflamasi ( ) Drainase
15. Genital
( √ ) Perempuan normal ( ) Laki-laki normal ( ) Ambivalen
16. Anus
( √ ) Paten ( ) Imperforata
17. Spina
( √ ) Normal ( ) Abnormal
18. Kulit
a. Warna
( ) pink ( ) pucat ( ) jaundice
b. ( √ ) rash/kemerahan
c. ( ) tanda lahir
d. ( √) Kulit kering (√ ) kulit tidak elastis
19. Suhu
32
a. Lingkungan
( )penghangat radian ( ) pengaturan suhu ( √ ) inkubator ( ) suhu ruang
( ) box terbuka
b. Suhu kulit : ( ) hangat ( √ ) dingin
33
XI. ANALISA DATA
2. 30 DS BBLR Ansietas
Desember - Ibu klien mengatakan
2019 merasa bingung dengan
kondisi anaknya Hospitalisasi
- Ibu klien mengatakan
merasa khawatir dengan
situasi yang ia hadapi Kurang pengetahuan
DO
- Ibu klien tampak gelisah Ansietas
- Ibu klien tampak tegang
- Ibu klien tampak sulit
tidur
Gangguan pencernaan
35
XIII. RENCANA KEPERAWATAN
Reduksi ansietas:
1. Monitor tanda tanda ansietas
2. Ciptakan suasana terapeutik
Setelah dilakukan untuk menumbuhkan
asuhan keperawatan kepercayaan
2 30/12 Ansietas selama 3 x 24 jam 3. Dengarkan dengan penuh
/2019 berhubungan dengan diharapkan ansietas perhatian
kurang terpapar keluarga klien menurun 4. Gunakan pendekatan yang
informasi ditandai dengan kriteria hasil : tenang dan meyakinkan
dengan ibu klien Tingkat ansietas 5. Informasikan secara faktual
mengatakan merasa 1. Verbalisasi mengenai diagnosis,
bingung dengan kebingungan pengobatan, prognosis
kondisi klien, ibu menurun
klien mengatakan 2. Verbalisasi khawatir
merasa khawatir akibat kondisi yang Manajemen Nutrisi
dengan situasi yang dihadapi menurun 1. Monitor berat badan
ia hadapi, ibu klien 3. Perilaku gelisah 2. Monitor asupan minum
tampak gelisah, ibu menurun pada bayi
klien tampak tegang, 4. Perilaku tegang 3. Berikan ASI melalui dot
ibu klien tampak menurun sebanyak 20cc setiap 3 jam
sulit tidur. 5. Pola tidur membaik 4. Anjurkan posisi semi
fowler pada saat pemberian
ASI
5. Delegatif pemberian obat
Setelah dilakukan Apialys 1x0,3 ml per oral
asuhan keperawatan Manajemen Hipoglikemi
36
3. 30/ Risiko defisit nutrisi selama 3 x 24 jam 1. Monitor kadar gula darah
12/ berhubungan dengan diharapkan status nutrisi
2019 ketidakmampuan klien membaik dengan
mencerna makanan kriteria hasil :
ditandai dengan ibu Status Nutrisi
klien mengatakan 1. Berat badan dalam
anaknya malas batas normal
minum, BB : 2450 2. Membran mukosa
gram, kulit tidak lembab
elastis, refleks hisap 3. Kulit elastis
lemah, GDS 39 4. Kadar gula darah
mg/dl, membran dalam batas normal
mukosa kering
37
XIV. IMPLEMENTASI
No. Nama
No Tgl Jam Implementasi Respon
Dx /TTD
1 Senin 30 I 18.00 Memonitor suhu bayi S=
desember sampai normal O= S: 36,6°C
2019
II 18.05 Memonitor tanda tanda S=
ansietas O= ibu klien tampak
kebingungan.
38
I 21.40 Memonitor warna dan suhu S=
kulit O= warna kulit klien
kemerahan, suhu kulit klien
dingin.
39
dot sebanyak 20 cc kemerahan, suhu kulit klien
teraba hangat.
3 Rabu, 1 I 17.30 S=
Januari O= S: 36,5°C
2020 Memberikan ASI melalui
I 17.35 dot sebanyak 20 cc S=
O= Berat badan klien 2.450
gram
Menganjurkan posisi semi
III 18.00 fowler pada saat pemberian S=
ASI O= klien hanya mampu
menhabiskan 20cc tanpa
Memonitor warna dan suhu muntah.
III 18.05 kulit S=
O= klien diposisikan semi
fowler dengan disangga oleh
Memberikan ASI melalui tangan perawat
dot sebanyak 20 cc
I 18.40 S=
O= warna kulit klien
kemerahan, suhu kulit klien
Menganjurkan posisi semi teraba hangat.
fowler pada saat pemberian
I 21.00 ASI S=
O= klien hanya mampu
menhabiskan 20cc tanpa
muntah.
40
I 21.05 S=
O= klien diposisikan semi
fowler dengan disangga oleh
tangan perawat
41
XV. EVALUASI KEPERAWATAN
Nomor Nama
No Tanggal Jam Evaluasi
Diagnosa /Ttd
1 Rabu, 1 1 20:05 S: -
Januari wita O:
2020 - S: 36,8 ᴼC
- Warna kulit kemerahan
- Suhu kulit hangat
- Tidak ada tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
- Suhu incubator 32 ᴼC
A: -
P: Pertahankan kondisi klien
2 Rabu, 1 2 20:10 S:
Januari wita - Ibu klien mengatakan sudah mengerti
2020 dengan kondisi anaknya
- Ibu klien mengatakan sudah tidak cemas
lagi dengan kondisi anaknya
O : ibu klien tampak mengerti akan
informasi yang diberikan
A:-
P : Pertahankan kondisi klien
3 Rabu, 1 3 20.15
Januari S : Ibu klien mengatakan anaknya malas
2020 minum
O:
- Berat badan 2450 gram
- Kulit tidak elastis
- Refleks hisap lemah
42
- Membran mukosa kering
- GDS :160 mg/dl
A: -
P: Pertahankan kondisi klien
43
BAB IV
PEMBAHASAN
Secara teori diagnosa yang mungkin muncul pada pasien penyakit dengan diagnosa
Hiperbilirubin adalah 8 diagnosa keperawatan, yang terdiri dari:
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinding dada yang ditandai
dengan penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal (mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul), dipsnea
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai lemak
subkutan yang ditandai dengan kulit teraba dingin/hangat, menggigil, suhu tubuh
fluktuatif, kulit kemerahan
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan merasa
bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi,
tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
4. Risiko hipovolemia berhubungan dengan permukaan tubuh relatif lebih luas
5. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna
6. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
7. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban
8. Risiko ikterik neonatus berhubungan dengan prematuritas
Sedangkan dari kasus yang penulis dapatkan sesuai dengan hasil pengkajian
diprioritaskan 3 diagnosa keperawatan, antara lain:
1. Termoregulasi tidak efektif ber-hubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan yang
ditandai dengan ibu klien mengatakan klien lahir dengan berat badan lahir rendah, kulit
teraba dingin, kulit klien kemerahan, klien di tempatkan di incubator
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan ibu klien mengatakan
merasa bingung dengan kondisi klien, ibu klien mengatakan merasa khawatir dengan situasi yang
ia hadapi, ibu klien tampak gelisah, ibu klien tampak tegang, ibu klien tampak sulit tidur.
3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan ditandai
dengan ibu klien mengatakan anaknya malas minum, BB : 2450 gram, kulit tidak elastis,
refleks hisap lemah, GDS 39 mg/dl, membran mukosa kering
44
Alasan tidak dimunculkan diagnosa keperawatan lain yang tidak terdapat pada pasien
namun tercantum dalam tinjauan teori seperti :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinding dada yang ditandai
dengan penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal (mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul). dipsnea
2. Risiko hipovolemia berhubungan dengan permukaan tubuh relatif lebih luas
3. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban
4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
5. Risiko ikterik neonatus berhubungan dengan prematuritas
45
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir
rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir (Amuru
Sofiani, NANDA NIC-NOC, 2015)
Berdasarkan pengkajian pada klien, masalah yang muncul pada klien yaitu
1. Termoregulasi tidak efektif ber-hubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan yang
ditandai dengan ibu klien mengatakan klien lahir dengan berat badan lahir rendah,
kulit teraba dingin, kulit klien kemerahan, klien di tempatkan di incubator
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan ibu klien
mengatakan merasa bingung dengan kondisi klien, ibu klien mengatakan merasa
khawatir dengan situasi yang ia hadapi, ibu klien tampak gelisah, ibu klien tampak
tegang, ibu klien tampak sulit tidur.
3. Risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya malas minum, BB : 2450 gram, kulit
tidak elastis, refleks hisap lemah, GDS 39 mg/dl, membran mukosa kering
Hal ini dikarenakan teori merupakan landasan kita sebagai perawat untuk
melakukan pengkajian pada klien, kita selalu berusaha berpedoman pada teori yang ada
namun bagaimanapun juga kondisi klien tidak dapat selalu sama dengan teori yang ada
karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti perkembangan pengetahuan klien,
perkembangan ilmu pengobatan, keadaan daya tahan tubuh yang berbeda, sosial
ekonomi, lingkungan tempat tinggal dan lain sebagainya.
B. SARAN
Kami mengharapkan dengan disusunnya laporan kasus ini dapat menjadi inspirasi
atau sumber pengetahuan baru bagi pembaca dan dapat dikembangkan kembali dalam
penyusunan laporan kasus ini.
46