Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEBIDANAN PADA AN.

NY ” E ” DENGAN BERAT
BADAN LAHIR RENDAH DI RUANG PONEK
RSUD DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO
KOTA MOJOKERTO

Disusun Oleh
YULIYATI WAHYUH NINGTYAS
NIM : 02.19.010

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tujuan dari Millenium Development Goal’s adalah
menurunkan angka kematian bayi (MDG’s, 2003). Angka Kematian Bayi
(AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran
hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab
kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat
keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial
ekonomi (Dinkes Jawa Tengah, 2012).
AKB di Indonesia pada tahun 2012 adalah 32 kematian per 1.000
kelahiran hidup (SDKI, 2012). AKB di Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar
10,75/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi di Jawa Tengah
diantaranya masalah pada neonatal seperti afiksi (sesak napas saat lahir), bayi
lahir dengan berat badan rendah serta infeksi neonatus, sedangkan AKB di
Kota Salatiga pada tahun 2012 mencapai 7,14 per 1.000 kelahiran hidup
(Dinkes Jawa Tengah, 2012).
Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction) (Pudjiadti, 2010).
Bayi baru lahir dengan berat kurang dari 2500gr mempunyai
permasalahan yang lebih serius untuk segera mendapatkan perawatan dan
pengawasan secara intensif. Hal ini dikarenakan kondisi fisik bayi yang masih
sangat lemah, alat-alat pernafasan belum berfungsi sempurna. Hal ini
menunjukkan bahwa bayi dengan BBLR sangatlah rentan untuk terjangkitnya
suatu infeksi dan penyakit (Manuaba, 2007).
Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0-59
bulan) dengan BBLR sebesar 10,2%. Masalah pada bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan
sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir rendah mempunyai
kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah terserang
komplikasi. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada
sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro
intestinal, ginjal, termoregulasi (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Masalah
yang sering timbul sebagai penyulit BBLR adalah hipotermia, hipoglikemia,
hiperbilirubinemia, infeksi atau sepsis dan gangguan minum (Depkes RI,
2005).
Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam
pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan
terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk
menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikemia
yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang
dapat diistilahkan dengan kelompok resiko tinggi karena pada bayi berat lahir
rendah menunjukan angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi dengan
berat bayi lahir cukup (Manuaba, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada BBLR di Ruang PONEK RSUD. Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto?

1.3 Tujuan
Diharapkan setelah melihat studi kasus yang ada di lapangan
mahasiswa mampu:
1. Umum
Mampu melakukan manajemen asuhan kebidanan pada kasus BBLR
2. Khusus
a. Mengetahui pengertian, etiologi, dan tanda dari BBLR
b. Mengetahui penatalaksanaan BBLR pada neonatus sesuai 7 langkah
Varney, yaitu:
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data bayi dengan BBLR
2. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data, mangkaji masalah,
serta menentukan kebutuhan pada bayi dengan BBLR
3. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa potensial pada bayi
dengan BBLR
4. Mahasiswa mampu melakukan antisipasi tindakan segera pada bayi
BBLR
5. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan yang akan diberikan
pada bayi BBLR
6. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan
asuhan yang telah direncanakan
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sesuai dengan asuhan yang
telah diberikan

2 Manfaat
1. Bagi Tempat Praktek
Menambah suasana belajar dengan melakukan asuhan secara langsung
pada pesien dengan tetap memperhatikan Standart Operasional Prosedur
2. Bagi Institusi
Untuk menambah referensi bacaan mahasiswa dan evaluasi pembelajaran
pratikum di lapangan
3. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan kemampuan untuk membandingkan teori dengan
praktik lapangan
b. Dapat mengetahui asuhan yang dilakukan pada bayi dengan BBLR
c. Dapat menjadikan ilmu pengetahuan sebagai dasar pengalaman
praktik di lapangan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar BBLR


2.1.1 Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (Prawiroharjo, 2010).
Menurut Manuaba (2007), BBLR merupakan bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram terjadi karena umur kehamilan kurang dari 37
minggu, berat badan lebih rendah dengan semestinya sekalipun umur
kehamilan cukup atau karena kombinasi keduanya.
WHO (World Health Organiztion) menyatakan BBLR merupakan
bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500
gram atau sampai dengan 2499 gram (Hidayat, 2005).

2.1.2 Klasifikasi BBLR


Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010) :
a. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-
1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau
biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).

2.1.3 Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.
Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR (IDAI, 2004). Beberapa penyebab
dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati, 2010).
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia
<20 tahun atau >35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solusio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

2.1.4 Permasalahan Pada BBLR


BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan
yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang
belum stabil (Surasmi, dkk, 2005). Menurut Prawirohardjo (2010), masalah
yang terjadi pada BBLR yaitu:
1) Suhu tubuh
a) Pusat pengatur napas tubuh masih belum sempurna
b) Otot bayi masih lemah
c) Kemampuan metabolisme panas masih rendah sehingga bayi dengan
BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas
badan dan dapat dipertahankan sekitar 36,50C-37,50C.
d) Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas
tubuh.
2) Pernafasan
a) Pusat pengatur pernafasan belum sempurna
b) Otot pernafasan dan tulang iga lemah
c) Surfaktan paru-paru masih kurang sehingga perkembangannya tidak
sempurna
d) Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi
paru-paru, gagal pernafasan
3) Alat pencernaan makanan
a) Penyerapan makanan masih lemah atau kurang baik karena fungsi
pencernaannya belum berfungsi sempurna
b) Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi
pneumonia
c) Aktivasi otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga
pengosongan lambung berkurang
4) Hepar yang belum matang
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan hiperbilirubin sehingga mudah
terjadi hiperbilirubinemi (kuning) sampai menyebabkan ikterus.
5) Ginjal yang belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum
sempurna sehingga mudah terjadi oedema.
6) Perdarahan dalam otak
a) Karena mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan
terjadinya perdarahan dalam otak
b) Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah
c) Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan
kematian bayi.
d) Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga mempermudah
terjadi perdarahan dan nekrosis.
7) Gangguan Immunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig E.
Tabel Penilaian klinis kemungkinan komplikasi pada BBLR
Anamnesa Pemeriksaan Pemeriksaan Kemungkinan
Penunjang diagnosa
Bayi terpapar dengan Menangis lemah Suhu tubuh Hipotermi
suhu lingkungan Kurang aktif kurang dari
yang rendah Malas minum 36,50C
Waktu timbulnya Kulit teraba dingin
kurang 2 hari Kulit mengeras
kemerahan
Frekuensi jantung kurang
100x/menit
Napas pelan dan dalm
Kejang timbul saat Kejang, tremor, letargi Kadar glukosa Hipoglikemia
lahir sampai dengan atau tidak sadar darah kurang 45
hari ke 3 mg/dL (2,6
Riwayat ibu diabetes mmol/L)
Ikterik (kuning) Kulit, konjungvitas Ikterus/
timbul saat lahir berwarna kuning pucat hiperbilirubinemi
sampai dengan hari a
ke
Berlangsung lebih
dari 3 minggu
Riwayat infeksi
maternal
Riwayat ibu
pengguna obat
Riwayat ikterus pada
bayi lahir
sebelumnya
Ibu tidak dapat atau Bayi kelihatan bugar Kenaikkan berat Masalah
berhasil menyusui bayi kurang 20 pemberian
Malas atau tidak mau gram /hari minum
minum selama 3 hari
Waktu timbul sejak
lahir
Ibu demam sebelum Bila ditemukan beberapa Laboraturium Infeksi atau
dan selama temuan ganda: darah: curiga sepsis
persalinan - Bayi malas minum Jumlah leukosit
Ketuban pecah dini - Demam tinggi atau - Lekositosis
Persalinan dengan hipotermi atau
tindakan lekopenia,
trombositope
nia
Timbul asfiksia pada Bayi letargi/ kurang aktif Gambaran darah
saat lahir Gangguan napas tepi (bila
Bayi mals minum Kulit ikterus tersedia
Timbul pada saat Sklerema atau fasilitas)
lahir sampai 28 hari skleredema
Kejang
Bayi KMK atau lebih Lahir dengan asfiksia Pemeriksaan Sindroma aspirasi
bulan Air ketuban bercampur radiologi dada mekonium
Air ketuban dengan mekonium (bila tersedia)
bercampur Tali pust berwarna
mekonium kuning kehijauan
Lahir dengan riwayat
asfiksia
Sumber : www.scribd.com

2.1.5 Patofisiologi Pada BBLR


Patofisiologi terjadinya BBLR bergantung terhadap faktor-faktor yang
berkaitan dengan prematuritas dan IUGR. Sangat susah untuk memisahkan
secara tegas antara faktor-faktor yang berkaitan dengan IUGR dan
menyebabkan terjadinya BBLR (Rachma, 2005).
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.
Faktor ibu yamg lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR (Rachma, 2005).

2.1.6 Manifestasi Klinis Pada BBLR


Manifestasi klinis yang terdapat pada bayi dengan berat badan lahir
rendah adalah sebagai berikut (Surasmi, dkk, 2005:
a. Prematuritas murni
- BB <2500 gr, PB <45 cm, LK <33 cm, LD <30cm
- Massa gestasi <37 minggu
- Kepala lebih bessar daripada badan , kulit tipis, transpara, mengkilap,
dan licin
- Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi,
pelipis, telingan dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan
sutura lebar
- Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup
oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun
- Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
- Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
- Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan
baik
- Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakkan kurang dan lemah
- Bayi tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mengalami apnea, otot masih hipotonik
- Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan, dan batuk
belum sempurna
b. Dismaturitas
- Kulit terselubung vernik caseosa tipis/tidak ada
- Kulit pucat bernoda mekonium, kuning, keriput, tipis
- Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
- Tali pusat berwarna kuning kehijauan
2.1.7 Penatalaksanaan BBLR
Menurut Depkes RI (2005), setiap menemukan BBLR dilakukan
manajemen umum sebagai berikut:
- Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat
- Jaga patensi jalan napas
- Nilai segara kondisi bayi tentang tanda vital, meliputi penafasan, denyut
jantung, warna kulit, aktifitas.
- Bila bayi mengalami gangguan napas, kelola gangguan napas.
- Bila bayi mengalami kejang, berikan anti konvulsan.
- Bila bayi dehidrasi, berikan cairan rehidrasi secara IV
- Kelola bayi sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya
Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai kemungkinan
yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasanya harus
dilakukan dengan intensif. Pengawasan yang harus dilakukan pada bayi
dengan BBLR diantaranya:
a. Pengaturan suhu
Hipotermi disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang lebih luas
disbanding dengan berat badan. Cara mempertahankan suhu antara lain
(Sholeh, 2005) :
1) Kangaroo mother care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi
dengan ibunya. Jika ibu tidak ada, dapat dilakukan oleh orang lain
sebagai penggantinya
2) Pemancar panas (dengan membungkus bayi dan memasang lampu
didekat tempat tidur bayi). Menurut saifudin 2011) beri lampu 60 watt
dengan jarak 60cm dari bayi
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator
Tabel suhu inkubator (www.academia.edu)
Berat bayi Suhu incubator (0C) menurut umur
35 C
0
340C 330C 320C
<1500 gr 1-10 hari 11 hari- 3 3- 5 minggu >5 minggu
minggu
1500-2000 gr 1- 10 hari 11 hari – 4 >4 minngu
minggu
2100-2500 gr 1-2 hari 3 hari- 3 minngu >3 minggu
>2500 gr 1- 2 hari >2hari
Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu incubator 10C setiap
perbedaan suhu 70C antara suhu ruang dan suhu incubator

Tabel: Cara menghangatkan bayi (Depkes RI, 2005)


CARA PETUNJUK PENGGUNAAN
Kontak kulit - Untuk semua bayi
- Tempelkan kulit atau permukaan kulit bayi langsung pada
permukaan kulit ibu, misalnya dengan merangkul, menempelkan
pada payudara atau meneteki
- Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,40C) apabila cara lain
tidak mungkin dilakukan.
Kangoroo Mother - Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <2500 gr, terutama
Care (KMC) direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan
berat badan <1800 gr
- Tidak untuk bayi yang sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
- Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat
merawat bayinya
- Pada ibu yang sedang sakit, dapat dilakukan oleh keluarga
(pengganti ibu)
Pemancar panas - Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat badan 1500 gr atau lebih
- Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau
menghangatkan kembali bayi hipotermi
Lampu penghangat - Bila tidak tersedia pemancar panas, dapat digunakan lampu pijar
maksimal 60 watt dengan jarak 60 cm
Inkubator - Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1500 gr yang
tidak dapat dilakukan KMC
- Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
Boks - Bila tidak tersedia inkubator, dapat digunakan boks pengahangat
dengan menggunakan lampu pijar maksimal 60 watt sebagai
sumber panas
Ruangan hangat - Untuk merawat bayi dengan berat <2500 gr yang tidak
memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan
- Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)

b. Nutrisi
Bayi BBLR reflek hisap, telan, dan batuk bellum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih
kurang. Disamping kebutuhan protein 3-5 gram per hari dan tinggi kalori
(110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Pemberian
minuman pada umur 3 jam agar bayi tidak hipoglikemia dan
hiperbillirubinemia (Winkjosastro, 2008). Apabila bayi mendapatkan ASI,
pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara:
- Perikasa apakah bayi puas setelah menysu
- Catat jumlah urine setiap bayi kencing untuk menilai kecukupan
minum (minimal 6x sehari)
- Periksa pada saat ibu meneteki, apabila satu payudara dihisap, Asi
menetes dari payudara yang lain.
Apabila bayi memerlukan cairan IV, maka:
- Berikan cairan IV selama 24 jam pertama,
- Mulai berikan minum peroral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi
stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu dan bayi menunjukkan
tanda-tanda siap untuk menyusu,
- Apabila bayi mengalami masalah lain, maka perikan ASI peras
melalui pipa lambung atau dengan pipet,
- Berikan cairan IV dan ASI sesuai dengan umur bayi,
- Berikan minum 8x dalam 24 jam (misal 3 jam sekali), apabila bayi
telah mendapat minum 160ml/kg berat badan per hari tetapi masih
tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum,
- Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bay sudah stabil dan bayi
menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu dengan
baik (Depkes RI, 2005).
Tabel rekomendasi kebutuhan cairan untuk BBLR (Yushananta, 2007) :
Tipe tempat Berat Badan (gram)
tidur 600-800 801-1000 1001-1500 1501-2000
Radiant 120 cc 90 cc 15 cc 65 cc
Incubator 90 cc 75 cc 65 cc 55 cc
Lain-lain 70 cc 55 cc 50 c

c. Perlindungan terhadap infeksi


Bayi BBLR mudah sekali terkena infeksi. Oleh karena itu upaya
preventif sudah didahulukan sejak pengawasan antenatal, sehingga tidak
terjadi persalinan BBLR, dan pada masa post natal, yaitu jika keadaan ibu
dan bayi mengizinkan, maka bayi dirawat bersama ibu dan diberi ASI.
Untuk mencegah terjadinya infeksi maka :
1) Pisahkan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak
terkena infeksi
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
3) Membersihkan tempat tidu bayi segera setelah tidak dipakai lagi
(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu
untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antiseptik.
4) Membersihkan ruangan pada waktu-waktu tertentu
5) Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri
6) Jika mungkin, bayi dimandikan di tempat tidur masing masing dengan
perlengkapan sendiri
7) Petugas di bangsal bayi, harus memakai pakaian yang telah disediakan
8) Petugas yang menderita penyalit menular (infeksi saluran nafas, diare,
konjungtivitis, dll) dilarang merawat bayi.
9) Kulit dan tali pusat harus dibersihkan sebaik baiknya
10) Pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
d. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dengan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan tepat (Saifuddin, 2009). Bayi dengan BBLR
akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama. Bayi dengan berat
lahir >1500 gr dapat kehilangan berat badan sampai 10%. Berat lahir
biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi
komplikasi. Untuk itu perlu dilakukan penimbangan berat badan bayi
setiap hari untuk mengetahui penambahan atau pengurangan berat badan
bayi dan dapat disesuaikan dengan pemberian cairan atau ASI (Depkes
RI, 2005).
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal Masuk : 16 Juni 2022


Jam : 18.00 WIB
Pengkajian : 16 Juni 2022
Jam : 18.30 WIB

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny. E
Umur : 6 Jam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : Secara SC Tanggal 16 Juni 2022 jam 11.04 WIB
2. Identitas Penaggungjawab
Nama : Tn. H
Umur : 40th
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Cakarayam Baru RT. 02 RW. 03 Mentikan
Hubungan : Ayah
3. Riwayat ANC
a. Umur kehamilan : 35 – 36 minggu
b. Frekuensi ANC : TM I : 2 kali
TM II : 2 kali
TM III : 2 kali
c. Komplikasi kehamilan : kehamilan preterm
d. Kebiasaan merugikan saat hamil
1) Makanan
Tidak memakan makanan alergi/ yang tidak menyehatkan
janin
2) Obat-obatan
Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat dari bidan kalk,
promafit, hufaboion, SF
3) Merokok
a) Ibu sebelum dan selama hamil tidak pernah merokok
atau mengkonsumsi minuman beralkohol
b) Ibu pernah mengalami keguguran 3 kali

B. Data Obyektif
Jenis persalinan : SC
Tgl-jam lahir : 16 Juni 2022 – 11.04 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Komplikasi bayi : BBLR, asfiksia sedang
1. Komplikasi Persalinan
Perdarahan :-
Pre eklamsi :-
Eklamsi :-
Lain-lain : KPD 6 jam

2. Keadaan BBL
APGAR Score
No Kriteria 0-1 menit 1-5 menit 5-10 menit
1. Denyut jantung 2 2 2
2. Usaha nafas 1 2 2
3. Tonus otot 1 1 1
4. Reflek 1 1 2
5. Warna kulit 1 1 1
Score 6 7 8
3. Pemeriksaan umum
KU : lemah
Kesadaran :
BB lahir : 1800 gram
VS :N : 138x/menit S : 35,10C
RR : 50x/menit
4. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
UUB : Normal
UUK : Normal
Moulage :0
Caput Succudenum : Tidak ada
Bentuk : Bulat, Normal
2) Mata
Bentuk Mata : Simetris, Normal
Pupil : Normal
Keadaan : Bersih
Strabismus : Tidak ada
Hidung
Bentuk : Normal
3) Mulut
Bentuk : Normal
Palatum : ada
Gusi : Normal
Bibir : Normal
4) Telinga
Posisi : Sejajar
Keadaan : Normal
5) Dada
Posisi : Simetris
Suara Nafas : Wheezing
6) Perut
Keadaan : Normal tidak ada perdarahan tali pusat
7) Punggung : Normal
8) Bokong : Normal
9) Ekstremitas
Jari tangan : Lengkap
Jari kaki : Lengkap
Bentuk : Normal
Gerak : Aktif
10) Genetlia
Jenis Kelamin : Laki - laki
BAK Pertama : 30 menit
BAB Pertama :-
11) Reflek
Menghisap : positif
Menggenggam : positif
Reflek kaki : positif
Reflek moro : positif
12) Ukuran Antropomentri
Berat Badan : 1800 gram
Panjang Badan : 45 cm
Lingkar Kepala : 31 cm
Lingkar Dada : 24 cm
LILA : 9 cm

C. Analisa Data
Bayi Ny. E Usia 6 Jam lahir prematur Berat Badan Lahir Rendah dengan
Asfiksia Berat + Respiratory Problem

D. Penatalaksanaan
Di RSI Hasanah
1. Injeksi Vit. K
2. Salep Mata
3. Injeksi HB0
4. Ca. Glukonas 2 cc / 24 jam
5. Aminosteril 45 cc/24 jam
6. Injeksi bactesyn 2 x 90 mg
7. Amidophilin loading dose 10 mg IV, Selanjutnya 2x3 mg

Di Ruang PONEK
1. Lapor ke dokter Sp.A
2. Ventilator Mode PCMV FiO2 100%
3. Puasa
4. Visc 2 x 90 mg
5. Injeksi Gentamicin 1 x 9 Mg
6. Aminofilin 2 x 4,5
7. Thermoregulasi
8. KIE kondisi pasien jelek
9. Cairan Ca Glukonas, amirosteril tetap.
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada pembahasan laporan kasus penulis menyajikan pembahasan yang


membandingkan antara teori dengan manajemen asuhan kebidanan pada bayi
Ny.E di Ruang PONEK RSUD. Dr Wahidin Sudiroo Husodo.

4.1 Data Subjektif


Bayi lahir pada tanggal 16 Juni 2022, pukul 11.04 WIB secara SC.
Bedasarkan dari data tersebut dapat diketahui bahwa pada saat bayi dilahirkan
usia gestasi ibu adalah 35 minggu. Prematuritas adalah kelahiran yang
berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari
hari pertama haid terakhir dan ibu mengalami KPD. Kondisi tersebut sesuai
dengan teori yang dijelaskan oleh Prawihardjo bahwa salah satu faktor dari
janin yang memiliki risiko terhadap kejadian persalinan prematur adalah KPD
Selain kehamilan KPD menurut prawihardjo hipertensi dalam kehamilan
atau PEB juga merupan faktor terjadinya persalinan prematur.

4.2 Data Objektif


Hasil pemeriksaan pada bayi yang mengalami prematur diantaranya,
keadaan umumnya sedang, tonus otot lambat, menangis merintih lemah.
Tanda-tanda viital dengan laju jantung 156x/menit, pernafasan 64-68 x/menit,
suhu 36 oC . Berat badan 1800 gram, panjang badan 45 cm, lingkar kepala
31 cm, lingkar dada 29 cm. Pemriksaan fisik, Warna kulit kemerahan, pada
daerah kulit yang pucat dan pecah – pecah vena jarang, jaringan lemak
sedikit, verniks kaseosa sedikit, lanugo menghilang, Kedua telinga simetris,
letak telinga sejajar dengan ujung mata, tulang rawan telinga (Pinna) memutar
penuh, lunak, tetapi sudah recoil. Genetalia testis menuju ke bawah sedikit
rugae (guratan). Data tersebut sesuai dengan teori Rukiyah & Yulianti, bahwa
bayi prematur berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, Panjang
badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, Jaringan lemak subkutan tipis
atau kurang, Tulang rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya.
Testis belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum
kurang, Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah. Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah. [46]

Dan dari pemeriksaan fisik Score ballard bayi Ny. Y1 adalah 31, sesuai
dengan teori Ballard JL, Khoury JC, Wedig K apabila score ballard bayi 30-
34 maka usia kematangan bayi adalah 36-37 minggu.

4.3 Analisa
Berdasarkan hasil dari data subjektif maupun data objektif yang
didapatkan pada saat pengkajian, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pada bayi Ny.E maka dapat di tegakkan analisa yaitu Bayi Ny. E
dengan prematur, BBLR + Asfiksia Berat + Respiratory Problem.

4.4 Penatalaksanaan
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh pada saat
dilakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
dan analisa yang telah ditegakkan langkah selanjutnya adalah
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan
yang diberikan pada bayi Ny. E dengan prematur, BBLR + Asfiksia Berat
+ Respiratory Problem :
1. Lapor ke dokter Sp.A
2. Ventilator Mode PCMV FiO2 100%
3. Puasa
4. Visc 2 x 90 mg
5. Injeksi Gentamicin 1 x 9 Mg
6. Aminofilin 2 x 4,5
7. Thermoregulasi
8. KIE kondisi pasien jelek
9. Cairan Ca Glukonas, amirosteril tetap.
10. Dibawa ke Ruang NICU
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan urain pembahasan asuhan kebidanan pada pada bayi Ny. E
umur 6 jam dengan BBLR, dapat disimpulkan bahwa:
1. Data Subjektif Pengkajian secara menyeluruh telah dilakukan pada Bayi
ny. E dengan hasil bayi NY. E umur 6 jam dengan BBLR dikarenakan
usia kehamilan < 37minggu (premature). Berat badan lahir 1800gr.
2. Data Objektif telah ditentukan, yaitu Bayi ny. N umur 6 jam dengan
BBLR menyusu belum adekuat. Kebutuhan yang diberikan yaitu cukupi
kebutuhan bayi dengan ASI, latihan menyusu, dan kaji reflek sucking,
serta lanjutkan terapi sesuai dengan advice dr. Sp.A
Tindakan segera yang dilakukan pada Bayi ny. E umur 3 hari adalah
kolaborasi dengan dokter Sp.A untuk dilakukan fototerapy
3. Perencanaan asuhan secara menyeluruh dan tepat sudah dilakukan
kepada Bayi ny. E mulai dari megobservasi KU dan TTV setiap 10
menit, mengkaji reflek sucking, pemenuhan nutrisi, mengajarkan KMC,
sampai melaksanakan advice dokter untuk dilakukan fototerapy
4. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi Ny. E umur 6 jam telah
dilakukan dengan hasil bayi telah di obesrvasi KU dan TTV,hingga
melakukan fototerapy di RSI Hasanah

5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pemberian
asuhan kebidanan pada Bayi 3 hari dengan BBLR beserta komplikasinya
1. Bagi Institusi
Diharapkan mampu membekali pengetahuan yang lebih kompleks lagi
mengenai asuhan kebidanan patologi, khususnya pada bayi beserta
komplikasi yang menyertainya
1. Bagi Tempat Praktek
Diharapkan semakin meningkat pelayanan kesehatan terhadap bayi baik
yang beresiko mengalami komplikasi maupun yang tidak beresiko.
DAFTAR PUSTAKA

Sukadi, A, 2008, Hiperbilirubinemia, Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,


Sarosa GI, Usman A, Buku Ajar Neonatologi Edisi 1, IDAI, Jakarta
Etika R, Harianto A, Indarso F, Damanik M.S, Hiperbilirubinemia Pada
Neonatus, Diunduh dari : www.pediatrik.com/pkb/20060220-js9. Diakses
tgl 10 Maret 2015
Wiknjosastro, H, 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta
Saifuddin AB, 2009, Pelanyanan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka,
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Martin CR, Cloherty JP, 2004 Neonatal Hipernilirubinemia, Dalam: Cloherty Jp,
Eichenwald EC, Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal Care Edisi ke
-5, Lippincolt Williams & Wilkins, Philadelphia
Ardakani SB, Dana VG, Ziaee V, Ashtiani AH, Djavid GE, Alijani M, 2011,
Bilirubin/Albumin Ratio For Predicting Acute Bilirubin-Induced
Neurologic Dysfunction, Iran J Pediatr
Kemenkes RI, 2011, Buku Paduan Pelatih Manajemen BBLR untuk Bidan dan
Perawat, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Jakarta
Depkes RI, 2005, Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal
Esensial Dasar - Buku Acuan, DepKes RI, Jakarta
DinKes Jateng, 2013, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2012, DinKes
Jateng, Semarang
Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003,
Millennium Development Goals (Mdgs)
Manuaba, IBG, 2007, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta
Kemenkes RI, 2014, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, Kemenkes RI,
Jakarta
Prawiroharjo, 2010, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta
Pudjiadti Antonius, H, Hegar Badrul, dkk, 2010, Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Indonesia, IDAI, Jakarta
Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S, 2010, BBLR : Berat Badab Lahir
Rendah, Nuha Medika, Yogyakarta
Surasmi A, Handayani S, Kusuma H, 2005, Perawatan Bayi Resiko Tinggi, EGC,
Jakarta
Arif, Mansjoer, dkk, 2007, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Medica
Aesculpalus, FKUI, Jakarta
Yushananta, 2007, Perawatan Bayi Risiko Tinggi, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
ZR, Arief, Weni Kristiyana Sari. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak.
Nuha Medika, Yogyakarta
Hassan, R. 2005, Ilmu Kesehatan Anak Jilid, Infomedika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai