SEMESTER 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BBLR
Disusun Oleh :
Theresia Susi Kristiani NIM (1812033)
Endang Rusita K NIM (1812035)
Bekti Setyorini NIM (1812041)
a) Faktor Ibu
- Penyakit
Seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain.
- Komplikasi pada Kehamilan.
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum,
preeklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
- Usia Ibu
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
- Faktor Kebiasaan Ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu
alkohol dan ibu pengguna narkotika.
b) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
c) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi,
radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun (Sitohang, 2004).
d) Faktor Sosial Ekonomi
Faktor yang berperan dalam mementukan status kesehatan seseorang adalah
tingkat sosial ekonomi (FKM UI, 2007). Sosial ekonomi merupakan gambaran
tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang ditentukan dengan variabel
pendapatan, pendidikan dan pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek
kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
e) Faktor Pendidikan
Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan
sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik (Umar, 2005).
Menurut Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Siti Pariani
(2001) semakin tinggi pendidikan semakin tinggi mudah menerima informasi,
sehingga semakin banyak pula sebaliknya. Semakin rendah tingkat pendidikan
maka akan sulit mencerna pesan yang disampaikan.
A. Prematuritas Murni
1) Definisi
Adalah bayi lahir dengan masa kehamilan < 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan masa gestasi tersebut atau disebut juga neonatus kurang
bulan. Namun beberapa sumber ada yang mengatakan < 38 minggu. (Murray,
Sharon SMH, 2002).
2) Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa factor resiko yang
berperan, yaitu:
a) Faktor Ibu
- Penyakit yang berhubungan dengan kehamilan seperti toxemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis, netritis akut, DM, infeksi
akut, penyakit maternal dan kelainan kardiovaskuler
- Usia ibu, angka kejadian tinggi pada ibu dengan usia < 18 tahun atau >40 tahun
dan pada multigravida yang mempunyai jarak kehamilan yang terlalu dekat.
- Keadaan social ekonomi, hal ini berhubungan dengan keadaan gizi yang kurang
baik dan pengawasan antenatal yang kurang
- Kondisi ibu saat hamil, peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat, ibu
yang merokok.
b) Faktor Janin
Hidramnion/polihidramnion, kehamilan ganda, kelainan janin, gangguan
dalam uterus, infeksi janin dan lain-lain.
3) Manifestasi Klinis
a. Umumnya BB < 2500 gram, panjang badan < 45 cm, llingkar dada < 30 cm,
lingkar kepala < 33 cm.
b. Kepala relatif lebih besar daripada badannya, kulit tipis, transparan, lanugo
banyak, lemak subkutan sedikit.
c. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia immature,
labia minora dan klitoris terlihat besar, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora. Pada laki-laki testis belum turun.
d. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peritaltik ususpun dapat terlihat.
e. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu per Satu
f. Daun telinga datar, lembut karena tulang rawannya masih sedikit
g. Putting susu belum terbentuk dengan baik, jaringan mamae belum terbentuk
semua
h. Muskuler pleksornya belum berkembang serta tonus otot belum sempurna
i. Kondisi ekstermitas lemah dengan sedikit gerakan atau tidak ada kegiatan yang
aktif bergerak
j. Berbaring dalam posisi ekstensi
k. Bayi lebih banyak tertidur daripada terbangun, tangisnya lemah, pernafasan
belum teratur dan sering terdapat apneu
l. Otot masih hipnotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai
dalam keadaan abduksi, sendi lutu dan kaki dalam keadaan fleksi dan kepala
menghadap kearah satu jurusan.
m. Reflek tonus otot biasanya masih lemah, reflek moro (+). Reflek menghisap dan
menelan belum sempurna, begitu juga dengan reflek batuk. Frekuensi nadi 100-
140/menit, pernafasan pada hari pertama 40-50/menit, pada hari-hari berikutnya
35-45/menit.
4) Masalah yang umum terjadi pada bayi premature
a. Sistem Respirasi
Yang umum terjadi adalah serangan apneu, karena surfaktan yang berperan
untuk tegangan albveoli yang berkaitan erat dengan penurunan tegangan
permukaan alveoli dan akan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada
waktu inspirasi dan mencegah pada waktu kolaps alveolus pada waktu
ekspirasi. Pada bayi premature surfaktan belum smpurna dihasilkan sehingga bayi
muda terserang sindroma gawat napas (SGN).
b. Masalah Termoregulasi
Terjadi karena kulit tipis dan dekat dengan permukaan. Lemak subkutan
sedikit, sehingga panas cepat hilang, pusat control temperature di otak belum
matur dan biasanya lebih lanjut menyebabkan afiksia. Komplikasinya dapat
terjadi hipoglikemi dan masalah respirasi.
c. Masalah Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Bayi ini mudah kehilangan cairan karena sedikit perlindungan subkutan dan
komposisi air dalam tubuh lebih besar, kulit lebih permeable dibandingkan
dengan bayi normal. Permukaan tubuh klien lebih besar dari BB. Fototerapi bisa
menyebabkan banyak kehilangan cairan, water loss yang terjadi melalui repirasi
dan GIT
d. Masalah Integument
Kulit lebih mudah robek, rusak dan permeable. Tindakan sering dilakukan
seperti cairan endotrakeal, IV, dan lamanya sangat merusak kulit. Bagitu juga
dengan tindakan desinfektan seperti alcohol, betadine sebelum tindakana invasive
dapat merusak kulit dan mudah menyerap.
5) Komplikasi
SGN, penyakit membrane hialin, biasanya disebabkan oleh surfaktan yang
inadekuat/tidak sempurna dalam tubuh
Pneumonia aspirasi karena reflek menelan dan batuk belum sempurna
Pre ventrikuler-intra ventrikuler hemoragi, perdarahan spontan pada ventrikel
otak yang biasanya disebabkan oleh anoksia jaringan
Hiperbilirubenemia karena gangguan pertumbuhan hati
B. Dismatur
1) Definisi
Dismatur adalah bayi yang BB lahirnya dibandingkan dengan BB yang
seharusnya pada masa gestasinya (IKA,UI 2002). BB yang kurang dari BB lahir
seharusnya untuk masa gestasi tertentu adalah BB lahirnya di bawah persentil 10
menurut kurva pertumbuhan, dismatur dapat juga terjadi pada preterm,
term ,postterm. Nama lain yang sering digunakan adalah KMK (Kecil Masa
Kehamilan).
2) Etiologi
a. Banyak factor yang menyebabkannya, terutama berhubungan dengan keadaan
yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin
b. Kelainan congenital, infeksi fetal dari rubella atau cytomegalovirus
c. Fungsi plasenta seperti ukuran kecil, plasenta menua, dll
d. Penyakit pada ibu seperti hipertensi selama kehamilan
e. Rokok, alkohol, malnutrisi yang berat pada ibu
3) Manifestasi klinis
a. Pada preterm, terlihat gejala fisus bayi premature murni dan gejala dismaturitas,
retardasi mental dan wasting
b. Pada term gejala yang menonjol adalah wasting
c. Poast term sama dengan term
Bayi dismatur dengan tanda wasting atau insufisiensi palsenta dapat dibagi
dalam 3 atadium menurut berat dan ringannya wasting yaitu :
Stadium I :
Bayi tampak kurus dan realatif lebih panjang, kulit longgar, kering seperti
perkamen tetapi belum terdapat noda mekonium
Stadium II :
Didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna kehjauan pada kulit,
plasenta dan umbilicus, hal ini kemudian mengendap kedalam kulit,
umbilicus dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterine
Stadium III :
Ditemukan stadium II ditambah dengan kulit berwarna kuning, demikian
pila pada kuku dan tali pusat.
4) Komplikasi dismatur
a. Sindrom Aspirasi Mekonium
Akibat mekonium dilepaskan dalam liquor amnion, cairan yang
mengandung amnion masuk ke paru akibat inhalasi
b. Hipoglikemi Simptomatik
Biasanya terjadi akibat persediaan glikogen yang sangat kurang
c. Asfiksia Neonatorum
d. Penyakit Membran Hialin
Karena bayi dismatur preterm belum cukup surfaktannya sehingga alveoli
selalu kolap
e. Hiperbilirubenemia
Disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati
2. 1. 4 Penatalaksanaan
a. Penanganan Bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih
besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan,
sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 0C untuk bayi
yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O 2yang diberikan
sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o 2 yang tinggi dalam
masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang
dapat menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun
khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama,
dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap
dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih
banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
Umur/hari Jmlh ml/kg BB
1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
g. Pencegahan BBLR
Untuk menurunkan angka kejadian BBLR pemerintah telah melakukan
berbagai upaya pencegahan. Upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR ini
akan lebih efisien apabila bumil yang mempunyai resiko melahirkan bayi dengan
BBLR dapat dideteksi sedini mungkin. Pemantauan ibu hamil adalah salah satu
upaya untuk mendeteksi 12remat resiko terjadinya BBLR. Pemantauan ini
merupakan tindakan mengikuti perkembangan ibu dan janin, meningkatkan
kesehatan optimim dan diakhiri dengan kelahiran bayi yang sehat (Wiknjosastro,
1997).
Menurut Handayani (2003), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebelum hamil agar setiap pasangan dapat merencanakan sebaik mungkin
kehamilan yang akan datang sehingga dapat melahirkan bayi yang normal dan
sehat. Yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Menganjurkan agar melakukan konsultasi atau konseling pra-hamil.
b. Menganjurkan agar calon ibu diimunisasi TT atau imunisasi pra-nikah untuk
mencegah penyakit tetanus.
c. Menganjurkan agar ibu rajin untuk pemeriksaan kehamilan.
d. Untuk ibu hamil dianjurkan makan lebih banyak dan lebih sering yang dapat
memenuhi kesehatan gizi bagi ibu hamil dan janinnya.
e. Untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dianjurkan agar ibu menghindari
akohol dan rokok, karena 13rematu dapat mengganggu tumbuh kembang janin
sementara rokok akan menyebabkan kelahiran 13remature atau kelainan letak
plasenta pada janin. Selain itu, rokok juga dapat menyebabkan plasenta janin
mudah lepas, kelainan bawaan pada bayi dan yang paling membahayakan ketuban
pecah (dini) tidak pada waktunya.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 PENGKAJIAN
1) Biodata
2) Riwayat Kesehatan Masa sekarang
Bayi dengan berat badan < 2500 gram
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti
kelainan kardiovaskular
Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya
Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat
4) Anamnesis
- Riwayat Maternal
a) Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)
b) Kehamilan ganda ( gemeli)
c) Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
d) Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya
e) Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
f) Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa
dll
g) Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok
- Riwayat Kelahiran
a) Gestasi : 24- 37 minggu
b) BB : < 2500 gram, TB : , LD
c) APGAR SKORE
Appearance (warna kulit)
0 — Seluruh tubuh bayi berwarna kebiru-biruan atau pucat
1 — Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna
kebiruan
2 — Warna kulit seluruh tubuh normal
Pulse (denyut jantung)
0 — Denyut jantung tidak ada
1 — Denyut jantung kurang dari 100 kali per menit
2 — Denyut jantung lebih atau diatas 100 kali per menti
Grimace (respon refleks)
0 — Tidak ada respon terhadap stimulasi
1 — Wajah meringis saat distimulasi
2 — Meringis, menarik, batuk, atau bersin saat stimulasi
Activity (tonus otot)
0 — Lemah, tidak ada gerakan
1 — Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan
2 — Bergerak aktif dan spontan
Respiration (pernapasan)
0 — Tidak bernapas
1 — Menangis lemah, terdengar seperti merintih, pernapasan
lambat dan tidak teratur
— Menangis kuat, pernapasan baik dan teratur
5) PEMERIKSAAN FISIK (Head to toe)
a. Keadaan umum :
Menangis kuat, lemah. Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut
agak gendut. Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin
lemah.Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum.
Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah.
muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo
terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin
tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua
atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
b. Kepala dan wajah :
Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura
mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka
lebar. rambut tipis, terdapat lanugo, tidak ada cephal hematom,
fontanella tidak menonjol.
Mata : mengeluarkan sekret banyak, terutama mata kiri,
berkedip bila terpapar cahaya. Edema kelopak mata umum
terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi)
Telinga : reflek terkejut positif. Tulang rawan telinga (Cartilago
ear) belum berkembang, telinga halus dan lunak
Hidung : dapat bersin
Mulut : mukosa kering. Refleks hisap lemah, koordinasi
mengisap dan menelan lemah
Tenggorokan : tidak ada kelainan.
Leher : tidak ada kelainan.
c. Dada
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak
teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodic
(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi
suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin
ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya
sindrom distress pernafasan (RDS). Saat lahir mungkin terdapat
murmur: indikasi adanya shunt ke kiri dan tekanan paru yang masih
tinggi atau adanya atelectasis, HR : 120-160 x/menit. Tulang rusuk
lunak
d. Abdomen dan genitalia
Abdomen menonjol
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak
turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
Pengeluaran mekonium: 12-24 jam
Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
Berat badan kurang 2500
e. Kaki dan kulit
Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan
Kulit tipis, transparan, halus dan licin
Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak
Terdapat edema umum atau lokal
Kuku pendek
Rambut sedikit dan halus
Garis tangan sedikit dan halus
f. Pemeriksaan Refleks
Refleks berkedip dijumpai namun belum sempurna
Tanda Babinski : Jari kaki mengembang dan ibu jari sedikit
dorsofleksi
Merangkak : bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan
dan kaki, namun belum sempurna
Melangkah : kaki sedikit bergerak keatas dan kebawah saat
disentuh dipermukaan
Ekstrusi : Lidah ekstensi kearah luar saat disentuh dengan spatel
lidah
Gallant’s : punggung sedikit bergerak kearah samping saat
diberikan goresan pada punggungnya
Morro’s : dijumpai namun belum sempurna
Neck righting : belum ditemukan
Menggengam : bayi menunjukkan refleks menggenggam namun
belum sempurna
Rooting : bayi memperlihatkan gerakan memutar kearah pipi
yang diberikan sedikit goresan
Kaget (startle) : bayi memberikan respon ekstensi dan fleksi
lengan yang belum sempurna
Menghisap : bayi memperlihatkan respon menghisap yang
belum sempurna
Tonick neck : belum dilakukan karena reflek ini hanya terdapat
pada bayi yang berusia > 2 bulan
6) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Jumlah darah lengkap : penurunan pada HB / Ht mungkin
dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah
Dektrosik : menyatakan hipoglikemia
AGD : menentukan derajat keparahan distress bila ada
Elektrolit serum : mengkaji adanya hipokalsemia
Bilirubin : mungkin meningkat pada polisitemia
Urinalis : mengkaji hemostasis
Jumlah trombosit : trombositopenia mungkin menyertai sepsis
EKG, EEG, USG angiografik : defek kongenital atau komplikasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neomuskular
2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh
dan berkurangnya lemak subcutan dalam tubuh
3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh
untuk mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi
6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan
INTERVENSI
Dx 1): Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neomuskular
NOC:
1. Pola nafas efektif,
2. RR 30–60 x/menit,
3. sianosis (-),
4. sesak (-),
5. ronkhi (-),
6. wheezing (-).
NIC:
1. Observasi pola nafas
2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas
3. Observasi adanya sianosis
4. Monitor dengan teliti hasil px. Gas darah
5. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien
6. Kolaborasi
Dx II: Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak subcutan dalam tubuh
NOC:
1. Suhu tubuh normal suhu 36-37 C
2. kulit hangat
3. sianosis (-)
4. ekstrimitas hangat
NIC:
1. Observasi tanda2 vital
2. Tempatkan bayi pada inkubator
3. Kontrol temperatur dalam inkubator sesuai kebutuhan
4. Hindari bayi dari pengaruh yg dapat menurunkan suhu tubuh
5. Monitor tanda2 hipertermi
6. Ganti pakaian setiap basah
7. Observasi adanya sianosis
V. PERKEMBANGAN
- Reflek rooting : + lemah
- Reflek sucking : + lemah
- Reflek morrow : + lemah
- Reflek gratising : + lemah
- Reflek tonik neck : + lemah
- Reflek berkedip : + lemah
- Reflek glabella : + lemah
- Reflek Babinski : + lemah
- Reflek galan : + lemah
Data Obyektif :
- Keadaan umum lemah
- Pasien menangis
lemah
- TTV :
- Nadi:138x/menit
- RR : 76 x/menit
- Pergerakan dinding
dada : simetris, Pola
nafas tachypnea
- Terdapat tarikan
pada dinding
epigastrium, retraksi
dada berat
- Ada pernafasan
cuping hidung
- O2 nasal 1
liter/mnt
- Ro : Foto Thorak
Kesan : paru-paru
sudah
mengembang
Data Subyektif : Ketidakmampuan menelan Resiko Defisit Nutrisi
- Ibu mengatakan ASI makanan
sulit keluar
Data Obyektif :
- Keadaan bayi lemah
- Reflek menelan bayi
lemah
- Reflek menghisap dan
rooting pada bayi
lemah
- BB : 2000 gram
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit 3 dtk
Data Subyektif : - Terpapar suhu lingkungan Hipotermia
Data Obyektif : rendah
- Keadaan bayi lemah
- Suhu 35,2 °C
- Akral dingin
- Menangis lemah
Data Subyektif : Ketidakadekuatan reflek Menyusui tidak efektif
Ibu pasien mengatakan menghisap bayi
ASInya yang keluar
kurang.
Data Obyektif :
- Reflek menghisap
dan rooting pada bayi
lemah
- Putting susu ibu
pasien masuk
kedalam
- Pasien diberikan
tambahan susu
formula
15-2- 1. Pola nafas tidak Status pernafasan Manajemen jalan Jam 08.00 Jam 14.00
2019 efektif berhubungan kepatenan jalan nafas nafas 1. Memonitor frekuensi, S:-
dengan imaturitas Kriteria hasil : 1. Monitor status kecepatan, pola nafas O : - k/u lemah
neurologi
- Frekuensi nafas pernafasan dan 2. Memberikan terapi - Pasien menangis
Batasan karakteristik :
- Keadaan umum dalam batas normal oksigenasi. oksigen nasal 1 lt/mnt lemah
lemah - Keadaan umum 2. Auskultasi suara 3. Mengauskultasi suara - Nadi : 140x/menit
- Pasien menangis baik nafas nafas pasien - RR 65 x/mnt
lemah - Pasien menangis 3. Ukur TTV pasien 4. Mengukur TTV pasien - Masih ada
- TTV : kuat 4. Posisikan pasien 5. Memposisikan pasien pernafasan cuping
- Nadi:138x/menit - Irama pernafasan untuk head up hidung
- RR : 76 x/menit dalam batas normal memaksimalkan 6. Mengukur dan memantau - Pola nafas
- Pergerakan - Tidak ada ventilasi TTV pasien Tachypnea
dinding dada : pernafasan cuping 5. Lakukan 7. Berkolaborasi dengan - Masih terdapat
simetris, Pola hidung penghisapan lendir dokter pemberian terapi : tarikan dinding
nafas tachypnea - Tidak tarikan pada 6. Kelola pemberian - Dexametason 1 mg epigastrium
dinding A : Masalah belum
- Terdapat tarikan epigastrium bronkodilator ( IV ) teratasi
pada dinding - Aminophilin 8 mg P: Lanjutkan
epigastrium, ( IV ) implementasi no 1-7
retraksi dada berat -
- Ada pernafasan
cuping hidung
- O2 nasal 1
liter/mnt
- Ro : Foto Thorak
kesan : Paru-paru
sudah
mengembang
3. Menyusui tidak Status Nutrisi Bayi Perawatan bayi Jam 10.00 Jam 14.00
efektif berhubungan Kriteria hasil 1. Sediakan informasi 1. Memonitor intake dan S:-
dengan - Intake nutrisi bagi orangtua output pasien O:
sepenuhnya
ketidakadekuatan mengenai 2. Mengajarkan kepada ibu - Reflek menghisap
adekuat
reflek mengisap bayi - Intake cairan lewat perkembangan tentang cara menyusui dan rooting masih
Batasan karakteristik mulut pasien bayi yang benar lemah
- Reflek menghisap 2. Kuatkan - Puting susu ibu
dan rooting pada ketrampilan pasien masuk
bayi lemah orangtua dalam kedalam
- Putting susu ibu melakukan - Pasien menangis
pasien masuk perawatan khusus setiap akan disusui
kedalam pada bayi - Produksi ASI
- Pasien diberikan 3. Monitor intake dan
tambahan susu output sedikit
formula 4. Monitor berat dabn - Pasien terpasang
- Produksi ASI panjang bayi OGT hr 1
sedikit
A : Masalah belum
teratasi
P : Intevensi no 1-4
dilanjutkan
4. Resiko Defisit Nutrisi Status nutrisi , Monitor Nutrisi : Jam 11.00 Jam 14.00
berhubungan dengan asupan nutrisi 1. Timbang berat 1. Menimbang berat badan S:-
ketidakmampuan Kriteria Hasil : badan pasien 2. Memonitor pertumbuhan O : - k/u lemah
menelan makanan - Intake cairan 2. Monitor dan perkembangan bayi - Mukosa lembab
Batasan karakteristik: terpenuhi pertumbuhan dan 3. Memonitor turgor kulit - BB 2000 gram
Data Subyektif : - Keadaan umum perkembangan 4. Berkolaborasi dengan - Turgor kulit
- Ibu mengatakan bayi cukup 3. Monitor turgor dokter untuk membaik kembali
ASI sulit keluar - Mukosa bibir kulit pemasangan OGT dlm 2 dtk
Data Obyektif : lembab 4. Monitor diet dan 5. Memberikan nutrisi - Reflek menelan
- Keadaan bayi lemah - BB naik dalam asupan kalori (susu) setiap 2 jam sekali bayi masih lemah
- Reflek menelan batas normal 5. Lakukan evaluasi via OGT sesuai dengan - Reflek menghisap
bayi lemah kemampuan instruksi dokter dan rooting masih
- Reflek menghisap menelan 6. Berkolaborasi dengan lemah
dan rooting pada 6. Lakukan laboratorium untuk - Hasil pemeriksaan
bayi lemah pemeriksaan pemeriksaan albumin lab :
- BB : 2000 gram laboratorium dan Hb Hb : 15,5 g/dl
- Mukosa bibir kering Alb : 3,4 gr/dl
- Turgor kulit 3 dtk A : Masalah tidak terjadi
P : lanjutkan intervensi
no 1 - 5
5 Resiko Ikterik Integritas jaringan Perawatan bayi Jam 11.00 Jam 14.00
neonates berhubungan kulit dan membrane premature : 1. Membina hubungan S:-
dengan prematuritas mukosa 1. Ciptakan hubungan saling percaya dengan O : - Ku lemah
- Pasien berumur 1 Kriteria Hasil : yang mendukung keluarga pasien - Sklera agak kuning
hari - Pigmentasi dalam dan terapeutik 2. Menciptakan lingkungan - Kulit dalam batas
- Pasien dilahirkan batas normal dengan orang tua yang nyaman normal (tidak ada
pada usia 2. Berikan perawatan 3. Berkolaborasi dengan semburat kuning)
kehamilan 32 mgg bayi dan berikan laboratotium untuk - Hasil bilirubin : 8,0
- Sklera agak kuning makan diantara dilakukan pemeriksaan mg/dl
waktu tidur dan bilirubin. A : Masalah tidak terjadi
siklus bangun P : intervensi no 1- 4
3. Dukung proses dilanjutkan
menyusui
4. Tutup mata dan
genetalia dengan
penutup kain untuk
anak yang
dilakukan
fototerapi
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : By. Ny K
Umur : 1 hari
No Reg : 1177xx
1. 16-02-2019 1 S:-
Jam 14.00 O : - k/u lemah
WIB - Akral hangat
- Pola nafas eupnea (normal)
- Masih ada pernafasan cuping hidung
- Tidak terdapat tarikan dinding epigastrium
- Pasien menangis kuat
- Memberikan terapi O2 nasal 1 liter/menit
- Nadi : 120x/menit
- RR : 44 x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi no 1 - 6
2. 16-02-2019 2 S:-
Jam 14.00 O : - k/u lemah
WIB - Akral hangat
- Suhu : 367
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan untuk no 1-6
3. 16-02-2019 3 S:-
Jam 14.00 O : - Reflek menghisap dan rooting masih lemah
WIB - Puting susu ibu pasien masuk kedalam
- Pasien menangis setiap akan disusui
- Produksi ASI masih sedikit
A : Masalah belum teratasi
P : Intevensi no 1-4 dilanjutkan
1. 17-02-2019 1 S:-
Jam 14.00 O : - k/u lemah
WIB - Akral hangat
- Pola nafas eupnea (normal)
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
- Tidak terdapat tarikan dinding epigastrium
- Pasien menangis kuat
- Memberikan terapi O2 nasal 1 liter/menit
- Nadi : 118 x/menit
- RR : 40 x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi no 1 - 6
2. 17-02-2019 2 S:-
Jam 14.00 O : - k/u lemah
WIB - Akral hangat
- Suhu : 364
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan untuk no 1-6
3. 17-02-2019 3 S:-
Jam 14.00 O : - Reflek menghisap dan rooting mulai
WIB membaik
- Puting susu ibu pasien masuk kedalam
- Produksi Asi mulai banyak
- Pasien terpasang OGT hr ke 3
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intevensi no 1-4 dilanjutkan
4.1 KESIMPULAN
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang rawan
karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik. Pada periode-
periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit
dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainan yang timbul banyak yang berkaitan
dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko
yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain
itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh
kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
4.2 SARAN
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, Rustam.1998, synopsis obstetric. Jakarta :EGC
2. Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, 2007. Buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
3. Wong, donna,L.2004 . Pedoman klinis keperawatan pediatric. Jakarta : EGC
4. http://fajarnoverdi.blogspot.com/2012/03/berat-badan-lahir-rendah-bblr.html
5. 17. http://www.Medicine and linux.com
6. 18. www. Pediatric.com
7. http://holisoh.wordpress.com/2010/07/28/laporan-pendahuluan-bblr/