Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK DAN MATERNITAS


Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) PADA By. M

Diajukan untuk memenuhi tugas PKK III


Dosen Koordinator : Chatarina S, S.Kep., Ners., M.Kep
Dosen Pembimbing : Chatarina S, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh :
R. Bella Fanisha W
213118145
3-D
Kelompok 8

PROGRAM STIDU ILMU KEPERAWATAN (S-1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI 
CIMAHI
2021
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
TGL: Nilai TGL: Nilai Rata-Rata

RSUD
CILILIN
Paraf CI Paraf Dosen

A. PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Bayi BBLR memiliki kesempatan kecil untuk bertahan hidup dan
ketika bertahan mereka mudah terserang penyakit, Retardasi pertumbuhan dan
perkembangan. Adapun akibat lain dari adanya BBLR adalah terjadinya immaturitas
sistem neurologi dan ketidakoptimalan fungsi motorik dan autonom pada awal bulan
kehidupan bayi. BBLR juga merupakan penyebab utama dari morbiditas (kesakitan) dan
disabilitas (kecacatan) serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan
masa depannya. Masalah jangka panjang yang dapat dialami oleh bayi yang lahir BBLR
adalah gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan, gangguan pendengaran,
gangguan pernafasan, kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit serta
kenaikan frekuensi kelainan bawaan (Proverawati, 2010).
Bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih rendah (WHO 1961). Bayi berat
lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir 2500 gram
atau kurang tanpa memperhatikan usia kehamilan (Syafrudin & Hamidah, 2009). Acuan
lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat pada Pedoman Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS) gizi. Pedoman tersebut mengatakan bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau
sampai hari ke tujuh setelah lahir (Triana, 2015).

B. ETIOLOGI
Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor maternal dan faktor fetus. Etiologi dari
maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan IUGR (Intrauterine Growth
Restriction). Yang termasuk prematur dari faktor maternal yaitu Preeklamsia, penyakit
kronis, infeksi, penggunaan obat, KPD, polihidramnion, iatrogenic, disfungsi plasenta,
plasenta previa, solusio plasenta, inkompeten serviks, atau malformasi uterin. Sedangkan
yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor maternal yaitu
Anemia, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit kronis, atau pecandu alcohol atau
narkortika. Selain etiologi dari faktor maternal juga ada etiologi dari faktor fetus. Yang
termasuk prematur dari faktor fetus yaitu Gestasi multipel atau malformasi. Sedangkan,
yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor fetus yaitu Gangguan
kromosom, infeksi intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau gestasi multipel
(Bansal, Agrawal, dan Sukumaran, 2013).
Selain itu ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan bayi dengan berat badan lahir
rendah atau biasa disebut BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :
a. Faktor ibu :
1) Penyakit
Penyakit kronik adalah penyakit yang sangat lama terjadi dan biasanya
kejadiannya bisa penyakit berat yang dialami ibu pada saat ibu hamil ataupun
pada saat melahirkan. Penyakit kronik pada ibu yang dapat menyebabkan
terjadinya BBLR adalah hipertensi kronik, Preeklampsia, diabetes melitus dan
jantung (England, 2014).
a) Adanya komplkasi - komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi
atau darah tinggi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Salah guna obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu (geografis)
a) Usia ibu saat kehamilan tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek dari anak satu ke anak
yang akan dilahirkan (kurang dari 1 tahun).
c) Paritas yang dapat menyebabkan BBLR pada ibu yang paling sering
terjadi yaitu paritas pertama dan paritas lebih dari 4.
d) Mempunyai riwayat BBLR yang pernah diderita sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian yang paling sering terjadi yaitu pada keadaan sosial ekonomi
yang kurang. Karena pengawasan dan perawatan kehamilan yang
sangat kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan dapat juga mempengaruhi keadaan
bayi. diusahakan apabila sedang hamil tidak melakukan aktivitas yang
ekstrim.
c) Perkawinan yang tidak sah juga dapat mempengaruhi fisik serta
mental.
b. Faktor janin
Faktor janin juga bisa menjadi salah satu faktor bayi BBLR disebabkan oleh :
kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan, gawat
janin, dan kehamilan kembar).
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta yang dapat menyebabkan bayi BBLR juga dapat menjadi salah satu
faktor. Kelainan plasenta dapat disebabkan oeh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
banyak masyarakat yang menganggap remeh adanya faktor lingkungan ini. Faktor
lingku ngan yang dapat menyebabkan BBLR, yaitu : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun (England, 2014).

C. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya BBLR terjadi pada kelahiran prematur, selain itu juga dapat
disebabkan karena dismaturitas. Dismaturitas adalah bayi yang lahir cukup bulan tetapi
berat badan lahirnya kecil dari masa kehamilan (<2500gram). BBLR dapat terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan saat dikandungan. Hal tersebut antara lain disebabkan
oleh penyakit ibu, kelainan plasenta, keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan dari ibu ke bayi berkurang.
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk dapat
beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara umum bayi berat badan lahir rendah
ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan atau prematur dan
disebabkan karena dismaturitas. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh faktor ibu,
komplikasi hamil, komplikasi janin, plasenta yang menyebabkan suplai makanan ibu ke
bayi berkurang. Faktor lainnya yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu
faktor genetik atau kromosom, infeksi, kehamilan ganda, perokok, peminum alkohol,dan
sebagainya (Mochtar, 2012).

D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis atau biasa disebut gambaran klinis biasanya digunakan untuk
menggambarkan sesuatu kejadian yang sedang terjadi. Manifestasi klinis dari BBLR
dapat dibagi berdasarkan prematuritas dan dismaturitas. Manifestasi klinis dari
premataturitas yaitu :
a. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkaran dada
< 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
d. Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
e. Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
f. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
g. Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
h. Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi jenis kelamin
perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki – laki belum turunnya testis.
i. Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami hipotonik.
j. Menangis dan lemah.
k. Pernapasan kurang teratur.
l. Sering terjadi serangan apnea.
m. Refleks tonik leher masih lemah.
n. Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna (Saputra, 2014).
Selain prematuritas juga ada dismaturitas. Manifestasi klinis dari dismaturitas
sebagai berikut :

a. Kulit pucat ada seperti noda


b. Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis
c. Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada
d. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis
e. Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat f. Tali pusat berwarna kuning agak
kehijauan (Saputra, 2014).
E. KOMPLIKASI
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
a. Hipotermi
b. Hipoglikemi
c. Gangguan cairan dan elektrolit
d. Hiperbilirubinemia
e. Sindroma gawat nafas
f. Infeksi
g. Perdarahan intraventrikuler
h. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada BBLR antara lain :
a. Gangguan perkembangan
b. Gangguan pertumbuhan
c. Gangguan penglihatan (Retinopati)
d. Gangguan pendengaran
e. Penyakit paru kronis
f. Kenaikan angka kesakitan
g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan pennjang pada bayi BBLR menurut Nurarif, Amin Huda dan Kusuma,
Hardhi (2015)
a. Pemeriksaan jumlah sel darah putih : 1800/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila adanya sepsis)
b. Hematocrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisetmia, penurunan kadar menunjukan anemia atau hemoragic perinatal)
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolysis berlebih
d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, 12 mg/dl
pada 3-5 hari
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata
40-50 mg/dl pada hari ketiga
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, C1) : biasanya dalam batas normal pada awalnya
g. Pemerikasaan analisa gas darah

G. PENATALAKSANAAN KLINIK
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) menjadi perhatian yang cukup besar serta
memerlukan penanganan yang tepat dan cepat. Untuk mengatasi masalah-masalah yang
terjadi. Penanganan BBLR meliputi Hal – hal berikut :
1. Mempertahankan suhu dengan ketat.
BBLR mudah mengalami hipotermia. Maka, suhu sering diperhatikan dan dijaga
ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat.
Dalam penanganan BBLR harus memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi karena sangat rentan. Bayi BBLR juga memiliki imunitas yang sangat
kurang. Hal sekecil apapun harus perlu diperhatikan untuk pencegahan bayi
BBLR. Salah satu cara pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada BBLR belum sempurna dan
lemahnya refleks otot juga terdapat pada bayi BBLR Oleh karena itu, pemberian
nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati.
4. Penimbangan ketat.
Penimbangan berat badan harus perlu dilakukan secara ketat karena peningkatan
berat badan merupakan salah satu status gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh (Syafrudin dan Hamidah, 2009).

H. PENGKAJIAN
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun seksama untuk
menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi masalah yang menuntut
perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi
kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan
evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda gawat neonatus (Wong,
2009).
a. Biodata Pasien
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis
kelamin.Biodata penanggung jawab meliputi : nama (ayah dan ibu), umur, agama,
suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
b. Riwayat kesehatan antenatal
1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes
mellitus, kardiovaskuler dan paru.
2) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
4) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
5) Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir.
Yang perlu dikaji :
a) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
b) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem
pusat pernafasan.
c. Riwayat kesehatan Post natal
1) Pengkajian awal
Metode yang paling sering digunakan untuk mengkaji penyesuaian segera
bayii baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin adalah sistem skoring
APGAR. Skor ini didasarkan pada observasi denyut jantung, usaha
bernafas, tonus otot, reflek iritabilitas dan warna. Setiap item diberi skor
0,1, atau 2. Evaluasi pada kelima kategori tersebutdibuat pada menit 1 dan
5 setelah kelahiran dan diulang sampai kondisi bayi stabil.
2) Pengkajian umum
a) Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan
denganmenggunakan timbangan elektronik.
b) Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c) Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur
saatistirahat, kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
d) Observasi adanya deformitas yang tampak.
e) Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk,
hipotonia,tidak responsive, dan apnea
3) Pengkajian respirasi
a) Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi,slang
dada, atau devisiasi lainnya.
b) Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping
hidung atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
c) Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d) Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi,
mengi, suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting),
berkurangnya masukan udara, dan kesamaan suara napas.
e) Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
4) Pengkajian kardiovaskuler
a) Tentukan denyut jantung dan iramanya.
b) Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
c) Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum
intensity/PMI), titik ketika bunyi denyut jantung paling keras
terdengar danteraba (perubahan PMI menunjukkan adanya
pergeseran imediastinum).
d) Jelaskan warna bayi (bisa karena gangguan jantung, respirasi
atauhematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercak-
bercak.
e) Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
f) Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
5) Pengkajian gastrointestinal
a) Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dindingabdomen,
tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.
b) Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan
pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar,
jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipepenghisap, dan haluaran
(warna, konsistensi, pH).
c) Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d) Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.
e) Jelaskan bising usus.
6) Pengkajian genitourinaria
a) Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b) Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH,temuan
lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi).
c) Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji
hidrasi).
7) Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a) Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas
terhadaprangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
b) Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c) Jelaskan refleks yang ada (moro, rooting, sucking, plantar, tonickneck,
palmar).
d) Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
8) Suhu tubuh
a) Tentukan suhu kulit dan aksila.
b) Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
9) Pengkajian kulit
a) Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda
iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama
dimanaperalatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan
kulit.
b) Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal plester,
povidone-jodine).
c) Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas
dan lain-lain.
d) Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
I. ANALISA DATA

NO. DATA PENYEBAB MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS : - Prematuritas Resiko infeksi
DO :
a. Leukosit 13.6 103
UL
b. Usia kehamilan
36 minggu
c. BB lahir: 1800
gram
d. Nadi : 112
x/menit
e. Suhu : 37,1°C
f. RR : 30 x/menit
g. Terpasang infuse
di ekstermitas
atas kanan
DS : - Reflek hisap lemah Ketidakseimbangan nutrisi :
DO : kurang dari kebutuhan tubuh
a. Bayi terpasang
OGT
b. Bayi belum dapat
menetek ibu
c. Reflek hisap
lemah
d. BB lahir 1500
gram
e. BB sekarang :
1800gram
f. Terpasang IVFD
KAEN IB 14,5
cc/jam di tangan
kanan
g. Terdapat residu
0,5 - 2 cc/ 2 jam
h. Bibir tampak
kering
3. Ds :- Fluktasi suhu lingkungan Hipotermi
Do :
a. Suhu 36,3 derjat
celcius
b. Akral teraba
dingin

J. MASALAH/ DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI)


Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan pada BBLR menurut buku SDKI (2017)
meliputi:
1. Hipotermia b.d berat badan ekstriem
2. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorsi nutrisi
3. Risiko Infeksi b.d Malnutrisi
K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Perencanaan Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan
(SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipotermi I.14507 :
1. Hipotermi berhubungan selama 3x24 jam hipotermi tubuh stabil, 1. Identifikasi penyebab hipotermia
dengan berat badan ekstriem dengan kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh
1. Suhu tubuh normal 36oC-37,5°C 3. Monitor komplokasi akibat hipotermia
2. Akral hangat 4. Teraupetik,Atur suhu inkubator sesuai indikasi
3. Bayi tidak menggigil 5. Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
4. Tidak ada perubahan warna dingin/panas
6. Ganti popok bila basah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi: D.0019 :
2. Defisit Nutrisi berhubungan selama 3x24 kebutuhan nutrisi terpenuhi, 1. Identifikasi status nutrisi, Monitor BB klien,
dengan ketidakmampuan dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi perlunya penggunaan selang OGT
mengabsorbsikan makanan 1. BB seimbang 2500-3500 gram 3. Kaji kemampuan reflek hisap
2. Reflek hisap kuat 4. Monitor asupan intake dan output cairan
3. Intake nutrisi adekuat 5. Lakukan oral hygiene sebelum maka
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
nutrisi
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi D.0142:
Risiko infeksi berhubungan selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi, dengan 1. Monitor tanda gejala infeksi : suhu, lekosit
dengan mal nutrisi kriteria hasil: 2. Penurunan BB
1. Bayi baru lahir 3. Batasi jumlah pengunjung
2. Tidak ada tanda tanda infeksi 4. Gunakan teknik aseptik selama berinteraksi
3. Tidak ada hipotermia dengan klien
4. Jumlah lekosit dalam batas normal 5. Bersihkan inkubator secara berkala
5. Suhu stabil 6. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan klien
7. Kolaborasi pemberian imunisasi bila perlu
4. Resiko Ikterik Neonatus Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Bayi I.10338
berhubungan dengan selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi, dengan 1. Monitor tanda-tanda vital bayi (suhu 36,5-37,5)
prematuritas (<37minggu) kriteria hasil: 2. Ganti popok bayi jika basah
1. Suhu kulit normal 3. kenakan pakaian bayi dari bahan katun
2. Tidak ada kemerahan Perawatan Neonatus I.03132
3. Tidak ada perdarahan 1. Oleskan baby oil untuk mempertahankan
kelembapan kulit
2. Selimuti untuk mempertahankan kehangatan
3. Anjurkan mencuci tangan sebelum menyentuh
bayi
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/1692/4/BAB%20II.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3856/4/Chapter2.pdf.pdf
http://repository.um-surabaya.ac.id/4701/3/BAB_2.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2083/1/gabungan%20otw%20cd.pdf
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/146/1/AL%20MA%27IDATUL%20LATIFAH
%20141210002.pdf
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/2016/6/6.%20BAB%20II.pdf
Maryunani, A. 2013a. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).Jakarta:Trans
Info Media.
Catatan SDKI 2017
Catatan SLKI 2017
Catatan SIKI 2017

Anda mungkin juga menyukai