Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSKTAKA

1. Defenisi BBLR
Menurut WHO bayi berat lahir rendah didefenisikan sebagai bayi yang lahir dengan < 2500 gram. Berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir.
2. Tanda-tanda BBLR
Bayi lahir dengan berat badan yang rendah mempunyai ciri-ciri
a. Umur kehamilan sama atau kurang dari 37 minngu
b. Berat badan sama atau kurang dari 2500 gram
c. Panjang badan sama atau kurang dari 46cm, lingkar kepala sama atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
atau kurang dari 30 cm
d. Rambut lanugo masih banyak
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
g. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora,klitoris menonjol ( bayi
perempuan ), tesis belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi, dan rugue pada skrotum kurang ( pada bayi
laki-laki)
h. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemah
i. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang
j. Verniks kaseosa tidak ada sedikit bila ada (proverawati,2010)
BBLR menunjukkan belum sempurnannya fungsi organ tubuh dengan keadaannya,yaitu sebagai berikut
1.1. Tanda- tanda bayi
kurang bulan (KB)
a. Kulit tipis dan mengkilap
b. Tulang rawan teinga sangat lunak,karena belum terbentuk dengan sempurna
c. Lanugo masih banyak ditemukan terutama dipunggung
d. Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik
e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora
f. Pada bayi laki-laki, scrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
g. Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
h. Kadang disertai dengan pernafasan yang tidak teratur
i. Aktivitas dan tangisnya lemah
j. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah (proverawati, 2010)
1.2. Tanda-tanda bayi
kecil utuk masa kehamilan (KMK)
a. Umur bayi dapat cukup,kurang, atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2500 gram
b. Gerakannya cukup aktif, tangisnya cukup kuat
c. Klit keriput, lemak bawah kulit tipis
d. Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, putting kecil sesuai usia kehamilan
e. Bai perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
f. Bayi laki-laki mungkin testisnya telah turun
g. Rajah elapak kaki lebih dari 1/3 bagian
h. Menghisap cukup kuat (proverawati, 2010)
3. Klarifikasi BBLR
Ada beberapa cara dalam menggelompokkan bayi BBLR
1. Menurut harapan hidupnya:
a. BBLR yaitu berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang dari 2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari
1500 gram
c. Bayi berat lahir amat sangat rewndah (BBLASR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir
kurang dari 1000gram

2. Menurut masa gestasinya:


a. Prematuritas murni : masa gestasi kurnag dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi atau biasa disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NBK_SMK)
b. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu.
Berat bayi mengalami retraksi pertumbuhan intrauerin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (KMK). (Proverawati. 2020)
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR
Penyebab terjadinya BBLR secara umum bersifat multifaktoral, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk
menentukan Tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature.
Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka Panjang yang terjadi
( Proverawati, 2010)
Berikut adalah factor-faktor yang berhubungan dengan BBLR secara umum yaitu sebagai berikut
Faktor ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan
antepartum, pre-eklampsia, eklampsia, hipoksia ibu, trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya ialah
nefritis akut, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus, hemoglobinopati, penyakit paru kronik,infeksi akut atau
tindakan operatif.
b. Gizi Ibu hamil
Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh pada berat badan bayi yang dilahirkan.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, mati dalam kandungan dan lahir
dengan BBLR. Oleh karena itu, supaya dapat melahirkan bayi yang normal, ibu perlu mendapatkan asupan
gizi yang cukup
c. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari 12 gram %.
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gram % pada
trimester I dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada trimester II (Latief et al., 2007). Kejadian
anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu,
BBLR dan angka kematian bayi. Anemia dalam kehamilan disebabkan kekurangan zat besi yang dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Hal ini
dapat meningkatkan resiko morbiditas danmortilitas ibu dan bayi. Kemungkinan melahirkan BBLR juga
lebih besar.
d. Keadaan social-ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan
sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang.
e. Kebiasaan ibu
Kebiasaan ibu yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR diantaranya perokok, peminum alkohol, pekerja
berat, dan pengguna obat terlarang. Rokok merupakan bentuk penyalahgunaan yang sering dilakukan.
Insidensiperempuan hamil yang merokok sekitar 16,3 – 52%, tergantung populasi yang diteliti (Sarwono,
2006). Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia berbeda yang dilepaskan ke dalam udara
sebagai partikel dan gas. Fase partikulat asap rokok termasuk nikotin, "tar" (itu sendiri terdiri dari banyak
bahan kimia), benzena dan benzo. Fase gas termasuk karbon monoksida, amonia, dimethylnitrosamine,
formaldehida, hidrogen sianida dan akrolein. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh National
Cancer Institute pada bulan November 2001 dilaporkan ada 69 karsinogen diketahui atau lebih dalam asap
rokok (Barry, 2004). Merokok selama hamil berkaitan dengan keguguran, perdarahan vagina, kelahiran
prematur, dan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Kejadian BBLR pada ibu perokok adalah dua kali
lipat dibanding yang bukan perokok dan perokok ringan (<5 rokok sehari) dikaitkan dengan peningkatan
kejadian BBLR. Secara keseluruhan tingkat kejadian BBLR adalah 8,8% untuk kelahiran perokok
dan 4,5% untuk kelahiran bukan perokok. Di antara perokok, tingkat BBLR terus meningkat dengan
meningkatnya konsumsi rokok.
f. Usia ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia <20 dan >35
tahun, selain itu jarak kehamilan yang terlalu pendek ( kurang dari 1 tahun ) juga mempengaruhi terjadinya
BBLR.
g. Umur kehamilan
Menurut Teori Prawirohardjo tahun 2005 makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan
makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya
h. Faktor uterus dan plasenta
Kelainan pembuluh darah (hemangioma), insersi tali pusat yang tidak normal, uterus bikornis, infark
plasenta, transfuse dari kembar yang satu ke kembar yang lain, sebagian plasenta lepas
Faktor janin
Bayi ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan (toksoplasmosis, rubella,
sitomegalovirus, herpes, sifilis ; TORCH ). Selain itu juga ada faktor janin lain yang dapat menyebabkan BBLR
adalah :
1. Premature
Bayi prematur adalah suatu proses kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu atau sebelum 3
minggu dari waktu perkiraan persalinan.Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematik pada
derajat prematuritas maka usher ( 1975 ) menggolongkan bayi tersebut dalam tiga
kelompok. Yaitu :
a. Bayi yang sangat premature ( extremely premature ) :
24 – 30 minggu. Bayi dengan masa gestasi 24 – 27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di Negara
yang belum atau sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28 – 30 minggu masih mungkin dapat
hidup dengan perawatan yang sangat intensif ( perawat yang sangat terlatih dan menggunakan alat-alat yang
canggih ) agar dicapai hasil yang optimum.
b. Bayi pada derajat premature yang sedang ( moderately premature ) : 31-36minggu. Pada golongan ini
kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya di
kemudian hari jugalebih ringan, asal saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif.
c. Borderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat-sifat premature dan matur.
Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul problematic
seperti yangdialami bayi premature, misalnya sindroma gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, daya isap
yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi dengan seksama.
2. Hidramnion
Hidramnion adalah jumlah air ketuban melebihi 2000 cc sering terjadi padakehamilan kembar. Pada
kehamilan kembar, janin dengan jantung kuatmengakibatkan hidramnion karena pengeluaran air
kencingnya lebih banyak.
3. Kelainan kromosom

5. Penatalaksanaan BBLR
a. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat. Bila dirawat dalam incubator maka
suhunya untuk bayi dengan B 2kg adlaha 35 C dan untuk bayi dengan BB 2-2,5kg adalah 34 C. Bila tidak
ada incubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat
yang telah diibungkus dengan handuk atau lampu petromak didekat tidur bayi. Bayi dalam incubator hanya
pakai popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang
dan sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
b. Pengaturan makan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi premature adalah sedikit demi sedikit. Secara perlahan-lahan
dan hati-hati. Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba diminumkan melalui mulut.
Umumnya bayi dengan berat kurang dari 2500 gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung
karena belum ada koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan
c. Mencegah infeksi
Bayi premature mudah terserang infeksi. Hal ini disebakan karena daya tahan tubuh bayi erhadap infeksi
kurang antibody relative belum terbentuk dan daya fegositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik.
Prosedur infeksi adalah sebagai berikut:
 Mencuci tangan sampai kesiku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit sebelum masuk ruang
rawat bayi
 Mencuci tangan dengan zat anti septik/ sabun seblum dan sesudah memegang bayi
 Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang berhubungan dengan bayi
 Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan
 Melarang petugas yang menderita infeksi masuk keruang rawat bayi ( Lestari, 2016)
Proverawati dan isnawati. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha Medika.Yogyakarta
Pantiawati. Ika. 2010. Bayi dengan BBLR. Yogyakarta : Nuha Offset. Hal 66-67
Lestari titik. 2016. Asuhan keperawatan anak . Nuha Medika : Yogyakarta
roverati atikah,SKM, MPH dan cahyo ismawati sulistyorini,S.Kep.,Ns.2010.BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah).yogyakarta:nuha medika

Pengertian Hipotermia
Hipotermia adalah bayi yang kaki dan tangannya teraba dingindan sering menangis karena produksi panas yang kurang
akibatsirkulasimasih belum sempurna,respirasi masih lemah dan konsumsioksigen rendah, inaktifitas ototserta asupan
makanan rendah.Bayi yangmengalami hipotermia sedang (suhu 32-36oC) disebut hipotermia berat bila suhu
<32oC.Hipotermia umumnya terjadi pada bayi baru lahir terutama yang prematur, yang belum
mampu beradaptasi terhadap lingkungan baru dengan suhulebih rendah dari suhu didalam perut ibunya (Wahyuni S,
2012: 28). Hipotermiaadalah penyebab utama kesakitan dan kematian bayi baru lahir di Negara berkembang.Salah satu
asuhan untuk mencegah hipotermiaadalah dengan melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) (jurnal kesehatan
andalas, 2014:3).Bila diketahui hal-hal ini maka segera atasi penyebabnya tersebut.Untuk menghangatkan bayi
dilakukan kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibu sambil disusui, dan ukur ulang suhu bayi setiap jam sampai suhunya
normal.Bila suhunya tetap tidak naik atau malah turun maka segera bawa ke dokter.Bayi dengan suhu kurang dari
35,5°C mengalami kondisi berat yang harus segera mendapat penanganan dokter.Tindakan yang dapat dilakukan oleh
ibu sebelum dan selama dalam perjalanan ke fasilitas kesehatan adalah terus memberikan air susu ibu (ASI)
dan menjaga kehangatan. Tetap memberikan ASI penting untuk mencegah agar kadargula darah tidak turun.Apabila
bayi masih mampu menyusui, bayi disusui langsung ke payudara ibu.Namun, bila bayi tidak mampu menyusui
tapi masih mampu menelan, berikan ASI yang diperah dengan sendok.Menjaga bayi dalam keadaan hangat dilakukan
dengan kontak kulit ke kulit, yaitu melekatkan bayi di dada ibu sehingga kulit bayi menempel langsung pada kulit ibu,
dan ibu dan bayi berada dalam satu pakaian.Kepala bayi ditutup dengan topi. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk
penanganan hipotermia sedang adalah menutup kepala bayi dengan topi, pakaian yang kering, diselimuti, ruangan
hangat (suhu kamar tidak kurang dari 25°C), bayi selalu dalam keadaan kering, tidak menempatkan bayi di arah
hembusan angin dari jendela/pintu/pendinginruangan. Sebelum memandikan bayi perlu disiapkan baju, handuk, dan air
hangat.Setelah dimandikan, bayi segera dikeringkan dengan handuk dan dipakaikan baju( IDAI, 2016).

2. Etiologi
a. Jaringan lemak subkutan tipis
b. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar
c. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering(menggigil) pada reaksi kedinginan
d. Syok hipovolemik
e. Infeksi
f. Gangguan termoregulasi (Rahardjo dan Marmi, 2015).
3. Tanda Dan Gejala
a. Hipotermia ringan
1. Suhu badan36,0 – 36,4oC
2. Bayi tampak lesu atau mengantuk (Saifuddin, 2014 )
3. Kemampuan menghisap lemah (SaifuddinAB, 2014 : 369)
b. Hipotermia sedang
1. Suhu badan 32-35,9oC
2. Kaki / tangan dingin disertai gerakan bayikurang dari normal

c. Hipotermia berat
1. Suhu badan <32oC
2. Seluruh badan terasa dingin disertai gejala

4. Patofisiologi
Pusat pengaturan panas di otak bayi memiliki kemampuan untuk meningkatkan produksi panas sebagai respons
terhadap stimulus yang diterima dari reseptor suhu (termoreseptor). Akan tetapi, ini bergantung pada peningkatan
aktivitas metabolik yang menggangu kemampuan bayi untuk mengontrol suhu tubuh, terutama dalam kondisi
lingkungan yang buruk. Bayi memiliki kemampuan terbatas untuk menggigil dan tidak mampu meningkatkan aktifitas
volunter otot untuk menghasilkan panas. Oleh sebab itu, bayi harus bergantung pada kemampuannya sendiri untuk
menghasilkan panas melalui metabolisme(Fraser dan Cooper, 2012).

Hipotermia cenderung terjadi pada masa transisi pada bayi baru lahir. Masa transisi bayi merupakan masa yang sangat
kritis pada bayi dalam upaya untuk dapat bertahan hidup. Bayi baru lahir harus beradaptasi dengan kehidupan diluar
uterus yang suhunya jauh lebih dingin bila dibandingkan suhu didalam uterus yang relatif lebih hangat sekitar 37 0 C.
suhu ruangan yang normalnya 250C – 270C berarti ada penurunan sekitar100C. Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil
dalam mengendalikan suhu secara adekuat, bahkan jika bayi lahir saat cukup bulan dan sehat sehingga sangat rentan
untuk kehilangan panas (Jurnal Kesehatan Andalas, 2014).

Hipotermia adalah keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah normal (<36,5 c),hipotermia terjadi karena perawatan
bayi baru lahir yang salah, hilangnya panas tubuhdisebabkan oleh 4 hal yaitu radiasi, konveksi, konduksi, dan
evaporasi (Istiqomah & Mufida: Jurnal Eduhealth, 2014). Adapun mekanisme kehilangan suhu tubuh bayi yaitu:

Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangannya panas tubuh dari bayi ke lingkungannya adalah sebagai berikut:
1. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas
dari tubuh bayi keobjek lain melalui kontak langsung) Contoh: menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan
penolong yang dingin memegang BBL, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.

2. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada
kecepatan dan suhu udara).Contoh: membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela, dan membiarkan BBL di ruang
yang terpasang kipas angin.

3. Radiasi
Panas di pancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek
yang mempunyai suhu berbeda). Contoh: BBL di biarkan dalam ruangan AC tanpa di berikan pemanas (radiant
warmer), BBL di biarkan dalam keadaan telanjang .
4. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas
dengan cara merubah cairan menjadi uap). Contoh: tingkat kelembaban udara di sekitar tempat tidur BBL
Penatalaksanaan
a. Kontak kulit dengan kulit
Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektifuntuk mencegah hilangnya panas pada BBL, baik pada bayi-
bayi aterm maupun preterm. Dada atau perut ibu, merupakan tempat yang sangat ideal bagi BBL untuk mendapatkan
lingkungan suhu yang tepat. Apabila oleh karena sesuatu hal melekatkan BBL ke dada atau ke perut ibunya tidak
dimungkinkan, maka bayi yang telah dibungkus dengan kain hangat dapat diletakkan dalam dekapan lengan
ibunya(SaifuddinAB,2014: 368)
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan. Mencegahkehilangan panas dan anjurkan ibu untuk
menyusui bayinya segera setelah lahir sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama
kelahiran. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar
bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat gunabaru) disebut
sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakanpakaian longgar berkancing depan(SaifuddinAB, 2014).

b. Perawatan Metode Kangguru (PMK)


PMKadalah kontak kulit antara ibu dan bayi secara dini, terusmenerus, dan dikombinasi dengan pemberian Asi
eksklusif. Tujuannya adalah agar bayi kecil tetap hangat.PMK dapat dimulai dengan segera setelah lahir atau setelah
bayi stabil.PMK dapat dilakukan dirumah sakit atau di rumah setelah pulang. Bayi tetap dapat dirawat dengan PMK,
meskipun belum bisa menyusui, berikan Asi peras dengan menggunakan salah satu alternatif pemberian minum
(Rizema Putra, 2012). Perawatan metode kangguru di defenisikan sebagai kontak kulit antara ibu dan bayi secara
sering dan eksklusif.Kehangatan tubuh ibu merupakan sumber panas yang efektif, hal ini terjadi bilaada kontak
langsung antara kulit ibu dan kulit bayi. Keuntungan yang didapat dari metode kangguru bagi perawatan
bayi :Meningkatkan hubungan emosional antara ibu dan bayi, Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, dan
pernafasan bayi, Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi denganlebih baik.
1. Pelaksanaan metode kangguru dapat dilakukan pada waktu:
a. Segera setelah lahir.
b. Sangat awal, setelah 10-15 menit.
c. Awal, setelah umur 24 jam.
d. Menengah, setelah 7 hari perawatan.
e. Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2.
f. Setelah keluar dari perawatan inkubator.
Kriteria bayi untuk metode kangguru:
a. Bayi dengan berat badan < 2000 gram.
b. Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai.
c. Refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik.
d. Perkembangan selama di inkubator baik.
e. Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukung dalam keberhasilan.
3. SOP (Standar Operasional Prosedur) Perawatan Metode Kangguru yaitu:
a. Perkenalkan kepada keluarga bayi tentang perawatan metode kangguru (Termasuk jelaskan tujuan, manfaat dan cara
pelaksanaanya).
b. Siapkan ibu (Yaitu bersihkan daerah dada dan perut. Mandi atau mencuci badan setiap hari sangat diperlukan untuk
kebersihan ibu. Usahakan dada dan perut selalu dalam keadaan bersih).
c. Siapkan alat dan bahan yang digunakan. (Baju kangguru, supportbinder/ikatan/pembalut penahan, topi bayi, baju
bayi, popok bayi, kaos kaki bayi, lap atau handuk, sabun, air).
d. Cuci tangan dan bersihkan kuku. (Cuci tangan di bawah airmengalir dan hindarkan agar kuku tidak melukai bayi).
e. Siapkan bayi. Pakaian popok, topi yang hangat, dan kaos kaki (Suhu Ruangan 22o-24oC). Pakaikan baju tanpa
lengan, bagian depan terbuka, popok, topi, dan kaos kaki.
Kenakan baju sesuai metode kangguru (mulai dengan memasukkan tangan kiri dan selanjutnya tangan kanan).
g. Kancingkan baju. (kancingkan baju kangguru dan sebaiknya sesuaikan dengan ukuran bayi).
h. Selanjutnya letakkan bayi di dada ibu. (Bayi diletakkan di antara payudara dengan posisi tegak. Dada bayi
menempel ke dada ibu. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri dengan sedikit tengadah. Pangkal paha bayi dan
tangan dalam posisi “kodok” atau atur posisi senyaman mungkin).
i. Atur posisi bayi. (Sebaiknya berada disekitar epigastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat melakukan pernapasan
perut. Napas ibu akan merangsang bayi).
j. Pakai pembalut penahan atau kain untuk mengikat bagian bawah. (Ikatkan kain dengan kuat. Pada beberapa jenis
baju kangguru, bagian bawahnya terdapat tali untuk mengikat agar bayi tidak jatuh)
k. Periksa ulang kancing, ikatan tali pinggang serta kenyamanan bayi. (Kancing dan ikat bagian bawah baju dengan
kain/selendang sertaperhatikan posisi bayi sehingga mudah untuk bernapas).
l. Setelah selesai tindakan, cuci tangan kembali. (Mencuci tangan dengan menggunakan sabun untuk mencegah infeksi)
(Wahyuni,2012)
IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah proses bayi menyusui segera setelah dilahirkan dengan air susu ibunya sendiri
dalam satu jam pertama kelahiran.InisiasiMenyusu Dini (IMD) yaitu upaya menyusui satu jam pertama kehidupan
yang diawalidengan kontak kulit antara ibu dan bayi. Upaya tersebut dilakukan oleh bayi segerasetelah dipotong
talipusatnya. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh dilaksanakannya IMD dengan benar terhadap
kejadian hipotermia (Apriastuti & Tinah: Jurnal IMD terhadap kejadian hipotermia, 2015).

Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormone prolaktin. Prolaktin akanmempengaruhi kelenjar ASI ini untuk memproduksi ASI di alveoli.
Semakin sering bayi menghisap puting susu maka akan semakin banyak prolaktin dan ASI yang diproduksi. Penerapan
inisiasi menyusui dini (IMD) akan memberikan dampak positif bagi bayi, antara lain menjalin/memperkuat ikatan
emosional antara ibu dan bayi, memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum,
merangsang kontraksi uterus dan lain sebagainnya (Indrayani, 2013).
d. Inkubator
Cara lainnya menghangatkan bayi adalah dengan menggunakan ingkubator.Adapun cara menghangatkan dan
mempertahankan suhu tubuh bayi dengan ingkubator adalah sebagai berikut: setiap minggu atau setiap
6.Gunakan satu ingkubator untuk satu bayi (Rizema Putra, 2012)

Tatalaksana BBLR sehat Penanganan bayi berat lahir rendah meliputi mempertahankan suhu dengan ketat karena bayi
berat lahir rendah mudah mengalami hipotermia, oleh karena itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
Mencegah infeksi, karena pada bayi berat lahir rendah sangat rentan terhadap infeksi, salah satu caranya yaitu dengan
cuci tangan sebelum kontak dengan bayi. Pengawasan nutrisi dan ASI, karena refleks menelan pada bayi dengan berat
lahir rendah belum sempurna, oleh karena itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati.
Penimbangan dengan ketat, penimbangan berat badan harus dilakukan secara ketat karena peningkatan berat badan
merupakan salah satu status gizi/ nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh
(Syafrudin & Hamidah, 2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram atau
sampai dengan 2499 gram (Saifuddin, 2010). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa kehamilan (Proverawati, 2010). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau
pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)(Pudjiadi, dkk., 2010).
Klasifikasi BBLR (Proverawati, 2010): Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-<2500 gram, Bayi
Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-<1500 gram dan Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah
(BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.

2.2. Faktor penyebab BBLR


2.2.1. Faktor Ibu
Beberapa penyebab BBLR berasal dari ibu diantaranya: 1). Umur ibu hamil. 2). Paritas 3). Status gizi ibu. 4).
Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.5).Status ekonomi rendah. 6). Penyakit 7). Jarak kehamilan. 8). Pekerjaan. 9).
Pendidikan rendah. 10). Merokok. 11). Konsumsi alkohol/obat-obatan terlarang. 12) Anemia.
2.2.1.1. Umur Ibu Hamil
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur
20-35 tahun. Kehamilan diusia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun dapat menyebabkan anemia, karenapada
kehamilan kurang 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang
sehingga mudah mengalami keguncangan yangmengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan
zat-zat gizi selama kehamilannya, salah satunya adalah kebutuhan zat besi yang tidak terpenuhi (Arisman, 2009).
Pada kehamilan usia muda terjadi kompetisi makanan antar janin dan ibunya yang masih dalam pertumbuhan dan
adanya pertumbuhan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan ibu hamil diatas 35 tahun cenderung
mengalami anemia, hal ini disebabkan karena pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi
(Sulistyoningsih, 2010). Menurut Sistriani (2008), umur yang baik bagi ibu hamil adalah 20-35 tahun. Kehamilan di
bawah umur 20 tahun atau lebih 35 tahun merupakan kehamilan yang beresiko tinggi. Kehamilan pada usia muda
merupakan faktor risiko karena pada umur <20 tahun kondisi ibu masih dalam pertumbuhan sehingga asupan
makanan lebih banyak digunakan untuk mencukupi kebutuhan ibu. Sedangkan kehamilan lebih dari 35 tahun organ
reproduksi kurang subur serta memperbesar resiko kelahiran dengan kelainan kongenital dan beresiko untuk
mengalamikelahiran prematur. Manuaba (2010), menambahkan bahwa kehamilan remaja dengan usia
dibawah 20 tahun mempunyai risiko: sering mengalami anemia, gangguantumbuh kembang janin, keguguran,
prematuritas atau BBLR, gangguan persalinan, preeklampsi dan perdarahan antepartum.
Pada wanita yang hamil pada umur lebih dari 35 tahun juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya komplikasi
kehamilan, terutama meningkatnya kasus melahirkan bayi dengan BBLR. Hal ini disebabkan karena risiko munculnya
masalah kesehatan kronis. Anatomi tubuhnya mulai mengalami degenerasi sehingga kemungkinan terjadi komplikasi
pada saat kehamilan dan persalinan, akibatnya akan terjadi kematian perinatal (Saimin, 2008). Sedangkan menurut
Departemen Kesehatan RI (2008), wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi,
diabetes atau fibroid dalam rahim serta gangguan persalinan.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun. Pada usia tersebut pemenuhan nutrisi yang kurang akan lebih cenderung melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah. Usia reproduksi optimal bagi seorang wanita adalah usia ntara 20-35 tahun, di bawah dan di
atas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan maupun persalinan, karena usia dibawah 20 tahun
perkembangan organ-organ reproduksi yang belum optimal, kematangan emosi dan kejiwaan
kurang serta fungsi fisiologi yang belum optimal, sehingga lebih sering terjadi komplikasi yang tidak diinginkan dalam
kehamilan. Sebaliknya pada usia diatas 35 tahun telah terjadi kemunduran fungsi fisiologis maupun reproduksi secara
umum. Hal-hal tersebutlah yang mengakibatkan proses perkembangan janin menjadi tidak optimal dan menghasilkan
anak yang lahir dengan berat badanrendah (Proverawati, 2010)
.
2.2.1.2. Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan500 gram yang pernah dilahirkan hidup
maupun mati. Bila berat badan tak diketahuimaka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Pada umumnya BBLR
meningkat seiring dengan meningkatnya paritas ibu. Risiko untuk terjadinya BBLR tinggi pada paritas pertama
kemudian menurun pada paritas kedua atau ketiga, selanjutnya meningkat kembali pada paritas keempat (Siantury,
2007). Paritas yang beresiko melahirkan BBLR adalah paritas 0 yaitu bila ibu pertama kali hamil dan paritas lebih dari
4 karena dapat berpengaruh pada kehamilan.Paritas yang aman ditinjau dari sudut kematian maternal adalah paritas 1-4
(Sistriani, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR
sehingga ibu dengan paritas lebih dari 3 anak berisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Berdasarkan hasil
penelitian oleh Arinnita (2012) di Rumah Sakit Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang menunjukkan dari 329 ibu,
didapat ibu dengan paritas tinggi 155 ibu yang melahirkan BBLR (51,4%). Paritas ibu diklasifikasikan menjadi
primipara (ibu yang melahirkan anak pertama), multipara (ibu yang melahirkan anak kedua dan ketiga), dan
grandemultipara (ibu yang melahirkan anak keempat atau lebih). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suherni di
RSUD Wangaya tahun 2010, berdasarkan paritas ibu yang bersalin pada periode Januari sampai dengan Maret 2010
terdapat 33,32% (109 ibu primipara), 65,55% (215 ibu multipara) dan 1,22% (4 ibu grandemultipara). Ibu yang
melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram sebanyak 15 kasus (38,46%) pada status ibu primipara, 22
kasus (56,41%) pada status paritas multipara, dan 2 kasus (5,13%) pada status paritasgrandemultipara.

2.2.1.3. Status Gizi Ibu Hamil


Status gizi adalah keadaan tingkat kecukupan dan penggunaan nutrien atau lebih yang mempengaruhi kesehatan
seseorang. Status gizi seseorang padahakekatnya merupakan hasil keseimbangan antara konsumsi zat-zat makanan
dengan kebutuhan dari orang tersebut.Status gizi wanita merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan.
Rendahnya status gizi dapat mengakibatkan kualitas fisik yang rendah dan berpengaruh pada efisiensi reproduksi.
Semakin tinggi status gizi seseorang, makasemakin baik pula kondisi fisiknya, sehingga secara tidak langsung
mempengaruhi efisiensi reproduksi (Almatsier, 2011). Ibu yang kurang gizi pada umumnya mempunyai kapasitas fisik
yang kurang optimal yang akan berpengaruh terhadap kapasitasnya dalam memberikan pelayanan secara optimal pada
keluarga terutama janin yang dikandungnya. Hal ini dapat menimbulkan penyakit yang kronis yang diderita sikecil
pada masa depan. Penyakit-penyakit seperti jantung koroner, hipertensi, kolesterol, gangguan toleransi glukosa dan
diabetes biasa ditemui dari para bayi yang dilahirkan olehpara ibu yang mengalami masalah malnutrisi pada masa
kehamilan. Saat seorang wanita menjalani kehamilan, akan terjadi perubahan fisiologis, berat badan dan basal
metabolisme tubuh akan meningkat. Bersamaan dengan itu, akan terjadi mekanisme adaptasi di dalam tubuh ibu
(Arisman, 2009).
Bila status gizi ibu normal sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup
bulan dengan berat badan normal bila kondisi fisik dan gizinya berada pada kondisi yang baik, karena janin di dalam
kandungan merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan (Arisman, 2009).

Pada umumnya, ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang baik, dengan system reproduksi yang normal, tidak sering
menderita sakit dan tidak ada gangguan pada masa pra-hamil maupun pada saat hamil, akan menghasilkan bayi yang
lebih besar dan sehat dari pada ibu yang kondisinya tidak seperti itu. Kurang gizi kronis pada masa anak-anak dengan
atau tanpa sakit yang berulang, akan menyebabkan bentuk tubuh yang stunting atau pendek pada masa dewasa. Ibu
dengan kondisi seperti ini akan melahirkan bayi BBLR, vitalitas rendah dan kematian tinggi, lebih
lagi jika si ibu menderita anemia (Almatsier, 2011).

Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan giziseseorang dengan cara mengumpulkan data penting
baik yang bersifatsubjektif maupun yang bersifat objektif. Status gizi janin ditentukan antarastatus gizi ibu sebelum
dan selama dalam kehamilan dan keadaan inidipengaruhi oleh status gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi
olehkeadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan dan gizi ibu, paritas danjarak kehamilan jika yang dikandung bukan
anak yang pertama. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau
pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) dan mengukur kadar Hb (Saimin,
2008).
Berat badan sebelum hamil dan perubahan berat badan selama kehamilan berlangsung merupakan parameter klinik
yang penting untuk memprediksikan berat badan bayi lahir rendah. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil
atau kenaikan berat badan rendah sebelum hamil atau kenaikan berat badan tidak cukup banyak pada saat hamil
cenderung melahirkan bayi BBLR. Kenaikan berat badan selamakehamilan sangat mempengaruhi massa pertumbuhan
janin dalam kandungan. Pada ibu hamil yang status gizinya jelek sebelum hamilmaka kenaikan berat badan pada saat
hamil akan berpengaruh terhadapberat bayi lahir. Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janinyaitu
pertumbuhan janin, plasenta dan cairan amnion. Pertambahanberat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau
pertumbuhan janin.Padaakhir kehamilan kenaikan berat hendaknya 12,5-18 kg untuk ibuyang kurus. Sementara untuk
yang memiliki berat ideal cukup 10-12kg sedangkan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik < 10 kg .
Hemoglobin (Hb) adalah komponen darah yang bertugasmengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.
Untuklevel normalnya untuk wanita sekitar 12-16 gram per 100 ml sedanguntuk pria sekitar 14-18 gram per 100 ml.
Pengukuran Hb pada saat kehamilan biasanya menunjukkan penurunan jumlahkadar Hb.Hemoglobin merupakan
parameter yang digunakan untuk menetapkanprevalensi anemia. Anemia merupakan masalah kesehatan yang
palingbanyak ditemukan pada ibu hamil. Kurang lebih 50% ibu hamil diIndonesia menderita anemia. Anemia
merupakan salah satu status giziyang berpengaruh terhadap BBLR. Pengukuran kadar haemoglobindilakukan sebelum
usia kehamilan 20 minggu dan pada kehamilan 28minggu.Anemia adalah suatu keadaan tubuh manusia dengan kadar
hemoglobin dalam sel darah merah kurang dari normal. Anemia selama kehamilan tidak hanya menjadi masalah
Kesehatan masyarakat utama di negara berkembang, tetapi juga merupakan masalah yang signifikan di negara maju,
dengan perkiraan bahwa 55-60% wanita hamil menderita anemia di negara berkembang dan di negara maju sekitar
18% (WHO,2010).
Pengukurann LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi kronik (KEK) wanita usia subur
(WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan dapatdilakukan oleh siapa saja.World Health
Organization (WHO) dalam Food And Nutrition Technical Assistance (FANTA) menggunakan LILA sebagai salah
satu indikator atau prediktor dari status gizi dan kesehatan yang berhubungan dengan hasil keluarannya pada remaja
dan dewasa termasuk ibu hamil. Beberapa tujuan pengukuran LILA adalah: mengetahui risiko KEK WUS, baik
ibu hamil maupun calonibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan BBLR, meningkatkan perhatian
dan kesadaran masyarakat agar lebihberperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK, mengembangkan
gagasan baru di kalangan masyarakat dengantujuan meningkatkan kesejahteraanibu dan anak, meningkatkan peran
petugas lintas sektoral dalam upayaperbaikangizi WUS yang menderita KEK, mengarahkan pelayanan kesehatan pada
kelompok sasaranWUS yang menderita KEK. Ambang Batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesiaadalah 23,5
cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanitatersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan
BBLR. KEK adalah salah satu keadaan malnutrisi, dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronik) yangmengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau
absolut satu atau lebih zat gizi (Helena, 2013).
Hasil penelitian Ferial (2009) dimana ibu yang mempunyai ukuran LILA <23,5cm melahirkan BBLR lebih banyak
(17,7%) dibandingkan ibu yang mempunyaiukuran LILA ≥23,5 cm (2,6%).Pengukuran LILA dilakukan melalui urut-
urutanyang telahditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LILA, yaitu: tetapkan posisi bahudan siku, letakkan pita antara
bahu dan siku, tentukan titik tengah lengan,lingkarkan pita LILA pada tengah lengan, pita jangan terlalu ketat, pita
janganterlalu longgar dan cara pembacaan skala harus benar.

2.2.1.4. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya


Penyebab kelahiran BBLR yang telah diketahui dapat diperbaiki denganperawatan pralahir yang sempurna,
pengurangan faktor risiko lainnya sertapembatasan kegiatan dapat membantu mencegah hal tersebut terulang kembali.
Bila penyebab kelahiran BBLR tidak dapat dicegah atau diperbaiki makakelahiran BBLR dapat ditunda. Pengunduran
waktu sejenak dapat bermanfaat,dimana setiap hari tambahan nutrisi bayi yang berada dalam uterus akanmeningkatkan
kesempatan untuk selamat (Maryunani, 2013).
2.2.1.5. Status ekonomi rendah
Keadaan sosial ekonomi merupakan tolak ukur kualitas rumah tangga karenakeadaan tersebut erat kaitannya dengan
ketahanan pangan, keadaan gizi,pendidikan dan kesehatan rumah tangga.
2.2.1.6. Penyakit
Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Bila ibumempunyai penyakit yang berlangsung
lama atau merugikan kehamilannya, makakesehatan dan kehidupan janin pun terancam.
2.2.1.7. Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan.Seorang ibu yang jarak kehamilannya
dikatakan berisiko apabila hamil dalamjangka kurang dari dua tahun, karena dapat menimbulkan gannguan hasil
konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan atau janin lahirdengan BBLR. Keadaan ini disebabkan
karena kurangnya suplai darah nutrisiakan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap
janin.
2.2.1.8. Pekerjaan
Pekerjaan terkait pada status sosial ekonomi dan aktifitas fisik ibu hamil.Dengan keterbatasan status sosial ekonomi
akan berpengaruh terhadapketerbatasan dalam mendapatkan pelayanan antenatal yang adekuat, pemenuhangizi,
sementara ibu hamil yang bekerja cenderung cepat lelah sebab aktifitasfisiknya meningkat karena memiliki pekerjaan
diluar rumah.
2.2.1.9. Pendidikan rendah
Tingkat pendidikan ibu menggambarkan pengetahuan kesehatan. Seseorangyang memiliki pendidikan tinggi
mempunyai kemungkinan pengetahuan tentangkesehatan juga tinggi, karena makin mudah memperoleh informasi
yangdidapatkan tentang kesehatan lebih banyak dibandingkan dengan yangberpendidikan rendah. Tingkat pendidikan
merupakan faktor yang mendasaripengambilan keputusan. Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin mampu
mengambil keputusan bahwa pelayanan kesehatan selama hamil dapat mencegahgangguan sedini mungkin bagi ibu
dan janinnya. Pendidikan juga sangat eratkaitannya dengan tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan dan
giziselama masa kehamilan (Simarmata, 2010).
2.2.1.10. Merokok
Nikotin pada rokok menimbulkan kontriksi pembuluh darah, akibatnya alirandarah ke janin melalui tali pusat janin
akan berkurang sehingga mengurangikemampuan distribusi zat makanan yan diperlukan oleh janin. Sedangkan karbon
monoksida akan mengikat hemoglobin dalam darah, akibatnya akan mengurangikerja hemoglobin yang mestinyan
mengikat oksigen untuk disalurkan keseluruhtubuh sehingga akan mengganggu distribusi zat makanan serta oksigen ke
janin.
2.2.1.11. Konsumsi alkohol/obat-obatan terlarang
Penggunaan obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi alkohol selama hamilmerupakan risiko untuk terjadinya
gangguan pertumbuhan janin ataupum kelainankongenital, dengan demikian kejadian BBLR lebih besar dari pada ibu
hamil yangtidak menggunakan obat-obatan terlarang atau mengkonsumsi alkohol.
2.2.1.12. Anemia kehamilan
Sebagian besar penyebab anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besiyang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin. Anemia gizi besi terjadi karenatidak cukupnya zat gizi besi yang diserap dari makanan sehari-hari guna
pembentukan sel darah merah sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antarapemasukan dan pengeluaran zat besi
dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkandistribusi oksigen ke jaringan akan berkurang yang akan menurunkan
metabolisme jaringan sehingga pertumbuhan janin akan terhambat dan berakibatBBLR (Trihardiani, 2011).
2.2.2. Faktor kehamilan
2.2.2.1. Kehamilan ganda
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilanganda dapat memberikan risiko yang lebih
tinggi terhadap bayi dan ibu. Olehkarena itu, dalam menghadapi kehamilan ganda harus dilakukan pengawasan yang
lebih intensif. Kebutuhan untuk pertumbuhan hamil ganda lebih besar sehinggaapabila terjadi difisiensi nutrisi seperti
anemia hamil dapat mengganggupertumbuhan janin dalam rahim(Lubis, 2011).
Berat badan janin pada kehamilan ganda lebih ringan dari pada janin padakehamilan tunggal pada umur kehamilan
yang sama. Sampai kehamilan 30minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal.
Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil, karena regangan yang berlebihanmenyebabkan peredaran darah plasenta
mengurang. Berat badan satu janin padakehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan dari pada janin kehamilan
tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar<2500 gr (Wulandari, 2011).

2.2.2.2. Komplikasi kehamilan


Komplikasi kehamilan seperti perdarahan (perdarahan antepartum: perdarahanpervaginam yang terjadi sebelum bayi
lahir sebelum kehamilan 28 mingguseringkali berhubungan dengan aborsi atau kelainan dan perdarahan postpartum),
preeklampsia/eklampsia (kondisi ibu hamil dengan tekanan darah meningkat,hingga terjadi spasme pembuluh darah,
sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta,maka sirkulasi uteroplasenter akan terganggu, pasokan nutrisi dan O2 akan
terganggu sehingga janin akan mengalami pertumbuhan yang terganggu dan bayiakan lahir dengan BBLR (Kurniawati,
2010), serta ketuban pecah dini (kondisidimana air ketuban keluar sebelum waktunya dan biasanya faktor penyebab
palingsering adalah terjadinya benturan pada kandungan).
2.2.2.3. Umur kehamilan
Umur kehamilan ibu adalah batas waktu ibu mengandung, yang dihitung mulaidari hari pertama haid terakhir (HPHT).
Umur kehamilan ibu umumnyaberlangsung 40 minggu atau 280 hari seperti kebiasaan orang awam 9 bulan 10hari.
Disebut matur atau cukup bulan adalah rentang 37- 42 minggu, bila <37minggu disebut prematur atau kurang bulan,
bila >42 minggu disebut post maturatau serotinus (Albugis, 2008).
2.2.3. Faktor janin
Cacat bawaan yaitu kelainan bawaan pertumbuhan struktur organ janin sejakpembuahan. Cacat bawaan merupakan
penyebab terjadinya persalinan prematur,BBLR, keguguran, lahir mati, atau kematian bayi setelah persalinan pada
minggupertama. Karena itu pada setiap kehamilan perlu pemeriksaan antenatal untukdapat mengetahui kemungkinan
kelainan cacat bawaan yaitu lewat pemeriksaanultrasonografi (USG).

Anda mungkin juga menyukai