Disusun oleh:
Kelas B
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah sebesar pujian yang dapat memenuhi kesyukuran atas nikmat-Nya
kepada kita semua sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Rahmat yang paling utama
dan salam yang paling sempurna semoga terlimpah kepada penutup para nabi dan rasul, Muhammad
Saw. pembawa agama yang sangat bijaksana dan terpelihara dari segala macam perubahan dan
pergantian berkat pemeliharaan Allah Rabb al ‘Alamin sampai hari akhir.
Makalah ini berjudul Asuhan Kebidanan pada Bayi M dengan hipertermi di Perinatologi
Rawat Inap Ibu dan Anak Puskesmas Tanah Garam, yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Askeb GMN yang dibimbing ibu Dewi Susanti, S.SiT, M. Keb. Makalah ini disusun
bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan teori dan praktik lapangan pada bayi
hipertemi.
Penulis sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan,
bantuan, serta doanya sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktu. Namun demikian, penulis
meminta masukan berupa saran dan kritikan dari seluruh pihak.
Diharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Aamiin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada bayi Ny.Y dengan Asfiksia
menggunakan SOAP
2.1 Pengertian
a. Hipertermi pada bayi baru lahir adalah suatu kondisi dimana suhu inti tubuh bayi berada terus
menerus diatas 37,8 C per oral atau 38,8 C per rektal (Saputra, 2014)
b. Hipertermi adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh mekanisme pengaturan
panas hipotalamus (Maryati , Sujiarti dan Budiarti, 2010)
c. Hipertermi pada neonatus jika suhu tubuh >37,5 C per axila (Rukiyah dan Lia, 2010)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertermi adalah keadaan dimana
suhu ini tubuh diatas batas normal fsiologis sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh dari
individu
2.3 Etiologi
Hipertermi pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh meningkatkan produksi panas,
pengurangan kehilangan panas, atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi (sangat panas)
(Maryati, Sujarti dan Budiarti, 2010)
Tahap terjadinya hiprtermi
a. Tahap I : awal
- Peningkatan denyut jantung
- Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan
- Kulit pucat dan dingin
- Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi
- Rambut kulit bediri
- Pengeluaran keringat berlebih
- Peningkatan suhu tubuh
b. Tahap II : proses demam
- Tubuh teraba hangat/ panas
- Peningkatan nadi dan laju pernafasan
- Dehidrasi ringan sampai berat
- Proses meninggi lenyap
- Mengantuk, kejang akibat iritasi sel saraf
- Mulut kering
- Bayi tidak mau minum
- Lemas
c. Tahap III : pemulihan
- Kulit tampak merah dan hangat
- Berkeringat
- Menggigil ringan
- Kemungkinan menglami dehidrasi
2.4 Patofisiologi
Substansi yang menyebabkan demam disebut pyrogen dan endogen berasal baik dari oksigen
maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik, pirogen
endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrogaf,
pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan pada tingkat temoregulasi di hipotalamus.
Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan mengarah pada meningkatnya kehilangan
cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk
menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.
Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) maka elektrolit-elektrolit yang
ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di hipotalamus anterior
dalam mempertahankan keseimbangan termogulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu
tubuh (Sudarti dan Fauzan, 2010)
PENATALAKSANAAN KASUS
Ruangan : Perinatologi
BIODATA
SUBJEKTIF
a. Keluhan utama: Ibu cemas karena bayi gelisah dan rewel, demam sudah 3 hari disertai
batuk 3 hari, bayi malas menyusu.
b. Riwayat ANC : G1P1A0H1
- ANC : 2 kali ketempat bidan
- Penyakit selama hamil : tidak ada
- Kebiasaan waktu hamil : tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat-obatan atau jamu
c. Riwayat INC
- Lahir tanggal : 06 Oktober 2020
- Jenis persalinan : Normal
- Ditolong oleh : Bidan
- Keadaan bayi baru lahir :
BB/PB : 3200g/ 50cm
Menangis : ada
d. Riwayat penyakit sekarang : aspirasi pneumoni
OBJEKTIF
Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada caput, tidak ada molase, ubun-ubun sedikit cekung
Wajah : tidak pucat, mata simetris, bibir tidak sianosis, pernafasan
cuping hidung,pd hidung terpasang NGT
Dada : simetris,
Perut : bulat, pusar bersih
Ekstemitas : ekstremitas kiri kanan simetris, gerakan aktif, pada tangan
terpasang infus
Punggung : bersih, tidak ada spinabifida
Genitalia : labia mayora menutupi labia minora
Reflek : morro+, rooting+, sucking+ tp tdk adekuat, babynski +
ASSASMENT
PENATALAKSANAAN
1. Inform concern untuk pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan
Ev: inform concern sudah ditandatangani pada awal pasien masuk tgl 15 oktober 2020
2. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Ev: cuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah tindakan
3. Melakukan kolaborasi dengan dr. jaga :
- Praxion drop 2x0.4 cc
Ev: memberikan obat demam pct drop 0,4cc, melonggarkan bedung bayi, mengompres
bayi
4. Jam 21.00 WIB dr.Doni,S,pA visite ke perinatology advice dr,S.pA
- Mercotin drop 3x1tts
Ev: memberikan obat batuk bayi melalui oral
5. Menyarankan ibu tetap menyusui bayi langsung secara ondemand, bila bayi kurang
menyusu ASI akan diberi petugas melalui NGT
Ev: ibu menyusui bayi setiap bayi tampak haus,
6. Melakukan pengukuran suhu tiap 3 jam
4.1 Pengkajian
Pada saat melakukan pengkajian pada tanggal 18 Oktober 2020 jam 18.00 WIB,
ditemukan bayi M berumur 12 hari telah dirawat di rawat inap selama 3 hari dengan
diagnosa aspirasi pneumoni. Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu sekarang 38,1C,
saturasi 91%, nadi 112x/i, pernafasan 66x/i, berat badan 3000 gram dan bayi malas
menyusu. Data yang didapat mempunyai persamaan dengan teori tanda dan gejala
hipertermi yaitu suhu > 37.5C, malas minum, frekuensi nafas lebih dari 60x/i,
Dari data subjektif ditemukan bayi dirawat diperinatologi dengan aspirasi pneumoni,
jadi bisa ditarik kesimpulan bayi mengalami infeksi sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh ,
hal ini sejalan dengan teori dimana penyebab dari hipertermi salah satunya adalah infeksi.
4.2 Diagnosa
Dari data subjektif dan objektif, penulis merumuskan diagnosa yang muncul sesuai
dengan keadaan pasien. Diagnosa pada kasus ini adalah bayi M dengan hipertermi. Diagnosa
ini ditegakkan karena ditemukan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5C, hal ini sesuai dengan teori
dari pengertian hipertemi.
4.4 Evaluasi
Hasil yang diperoleh selama melakukan penatalaksaan bayi M dengan hipertermi
adalah kenaiakan suhu pada bayi masih saja terjadi walau mengompres, melonggarkan
bedung dan pemberian antipiretik sudah dilakukan. Suhu bayi turun setelah penatalaksaan
dan kembali naik beberapa saat kemudian. Kenaikan suhu pada bayi M berkaitan dengan
infeksi yang masih ada pada bayi M. Hal ini sejalan dengan teori dimana pemberian obat
penurun panas adalah untuk membuat anak merasa nyaman dan mengurangi kecemasan
orangtua, bukan untuk menurunkan suhu tubuh.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data subjektif dan objektif pada bayi M penulis menarik kesimpulan bahwa hipertermi
pada bayi masih saja terjadi bila sumber infeksi belum hilang dari tubuh bayi
5.2 Saran
5.2.1 Bagi petugas puskesmas
Diharapkan tidak rutin menggunakan antipiretik sebagai pilihan utama penatalaksanaan
hipertermi. Sebaiknya pemberian antipiretik bila suhu bayi sudah mencapai 38,0C