Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) belum dapat mengatur suhu tubuhnya

dengan sempurna dalam menghaapi perubahan lingkungan dari kehidupan

intrauterine ke kehidupan ekstrauterin yang suhuunya lebih tinggi.Suhu dingin

menyebabkan BBLR menggunakan cadangan lemak untuk menghasilkan panas.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan

pada bayi dengan BBLR yaitu, menggunakan penerapan metode kangguru

(PMK).PMK sangat dianjurkan bagi negara-negara berkembang mengingat

terbatasnya fasilitas pelayanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan. PMK

adalah suatu peran pembantu perawatan incubator dengan cara meletakkan bayi di

dada ibu sehingga terjadi kontak antara kulit bayi dan kulit ibu sehingga suhu

tubuh bayi tetap normal, meningkatkan keberhasilan menyusui, stimulasi dini

1
kasih sayang terjalin antar ibu dan bayi, mengurangi biaya rumah sakit, tidak

memerlukan incubator serta efisiensi tenaga kesehatan.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 2010 sesuai hasil sensus

penduduk tahun 2010 yang telah dihitung adalah laki – laki sebesar 20 bayi per

1000 kelahiran hidup, sedangkan perempuan sebesar 14 per 1000 kelahiran hidup.

Hasil survey Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa

Angka Kematian Bayi di Indonesia mempunyai angka yang relative lebih tinggi,

yaitu sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup (target MDG’s sebesar 23 per 1000

kelahiran hidup pada tahun 2015). (Dinkes,2013) dengan BBLR di Kota

Makassar adalah 0,71% dimana terdapat 184 bayi lahir dengan BBLR dari 25.830

bayi lahir hidup.

BBLR termasuk salah satu factor utama dalam peningkatan moralitas dan

morbiditas bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang dalam

kehidupannya. Menurut Rustam Mochtar (1998) dalam cendekia (2012), frekuensi

bayi berat lahir rendah (BBLR) di negara maju berkisar antar 3,6-10,8% manakala

di negara berkembang, frekuensinya berkisar antara 10-43%.

Ditambahkan pula oleh Boy (2007) bahwa perilaku ibu dalam

melaksanakan PMK akan sangat membantu pening- katan suhu tubuh bayi dan

menghindari terjadinya hipotermi. Pelekatan bayi BBLR pada ibu selama 24 jam

akan membantu suhu tubuh bayi tetap stabil karenaibu mengkondisikan

tempatyang samadengankondisi pada rahimibu tapi banyak ibu- ibu postpartum

yang tidak melaksanakan PMK ini dengan baik dan menyebabkan

2
bayi mengalami hipotermi. (Jurnal Husada Mahakam Volume III No.9 ,Mei 2015

,hal .452-522)

Bobak (2005) juga mengungkapkan bahwa BBLR memiliki lebih sedikit

massa otot, lebih sedikit lemak coklat, lebih sedikit lemak subkutan untuk

menyimpan panas, dan sedikit kemampuan untuk mengontrol kapiler kulit. Hal ini

mengakibatkan BBLR mudah mengalami kehilangan panas tubuh dan beresiko

terjadi hipotermia. Oleh karena itu BBLR memerlukan perhatian khusus untuk

mempertahankan suhu tubuhnya.Hasil penelitian Miller, Lee, dan Gould (2011)

tentang hipotermia pada BBLR. Hipotermia banyak terjadi pada BBLR dan

dikaitkan dengan perdarahan intraventikuler dan kematian. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Knobel, Holditch, Davis, Scwartz, dan Wimmer, (2009) tentang

vasokonstriksi perifer pada BBLR ekstrim menunjukan bahwa suhu tubuh

menurun selama 12 jam pertama kehidupan.

Selain pengaturan suhu yang masih rendah, BBLR memiliki daya tahan

tubuh yang masih lemah dan pembentukan antiboi belum sempurna sehingga

perlindungan terhadap infeksi sangat pentinng bagi semua bayi baru

lahir.Peningkatan suhu tubuh menunjukkan tanda adanya infeksi.Selain itu suhu

yang tidak stabil juga merupakan tanda adanya infeksi, sehingga tindakan yang

harus dilakukan adalah menghindari terjadinya kehilangan panas.

Kondisi ini sering terjadi pada neonatus yang baru lahir.Di dalam tubuh

ibunya, suhu tubuh fetus terlalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan

ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri

melalui aktifitas metabolismenya. Perubahan kondisi terjadi pada neonates yang

3
baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir

maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonates harus

mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya.

Semakin kecil tubuhh neonates, semakin sedikit cadangan lemaknya.

Semakin kecil tubuh neonates juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan

masanya. Temperatur rektal biasanya lebih rendah 1-2 ℉ atau 0,556 – 1,112 ℃ di

banding suhu innti tubuhnya. Suhu membrane timpani sangat akurat karena

telinga tengah mempunyai sumber vascular yang sama sebagaimana vascular yang

menuju hipotalamus.

Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan

suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada

pediatric, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab

itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk

mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu

rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat

berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya.

Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada

ketiga unsur tersebut.

Dari data RSKDIA Pertiwi Makassar pada tahun 2014 dari jumlah 610

kelahiran bayi ditemukan sebanyak 259 bayi (42,5%) dengan kelahiran normal

dan 351 bayi (57,5%) dengan kelahiran tidak normal, sementara tahun 2015 dari

848 jumlah kelahiran bayi terdapat 416 bayi (49,1%) dengan kelahiran normal

dan

432 bayi (50,9%) dengan kelahiran tidak normal diantaranya 2016 bayi (50%)

4
kasus BBLR, 116 bayi (26,9%) kasus asfiksia, dan kasus premature 100 bayi

(23,1%),dan pada tahun 2016 kasus BBLR ada 270 bayi, serta data jumlah

kelahiran bayi untuk tahun 2017 sementara masih dalam rekapan. (Medical

Record 2017).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Kangguru Terhadap

Peningkatan Suhu Tubuh BBLR di RSKDIA Pertiwi Makassar pada tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah

yaitu : “Apakah ada pengaruh penerapan metode kangguru terhadap peningkatan

suhu tubuh BBLR di RSKDIA Pertiwi Makassar tahun 2017 ?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan diketahui pengaruh penerapan metode kangguru

terhadap peningkatan suhu tubuh BBLR di RSKDIA Pertiwi Makassar pada tahun

2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai

pengaruh penerapan metode kanguru terhadap peningkatan suhu tubuh BBLR.

5
2. Manfaat Praktis

a. Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

tentang penelitian serta menerapkan ilmu yang telah diperoleh

selama menempuh pendidikan.

b. Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

lembaga pendidikan dalam konteks penerapan metode kanguru

secara menyeluruh, khususnya mengenai penerapan metode

kanguru terhadap peningkatan suhu tubuh BBLR sehingga

lulusan Prodi Diploma IV Kebidanan diharapkan mampu

memberikan kontribusinya dalam pelayanan kesehatan ibu dan

anak.

Anda mungkin juga menyukai