Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN LINGKUNGAN PERAWATAN DENGAN SUHU TUBUH

PADA BAYI PREMATUR DI RUANG PERAWATAN BAYI

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh :
Rizki Dian Cahyawati
219.C.0044

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MAHARDIKA


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2023
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum akhir usia gestasi 37
minggu tanpa memperhitungkan berat badan lahirnya (World Health
ganization, 2022). Bayi yang lahir prematur belum memiliki organ tubuh
yang sempurna seperti bayi yang lahir cukup usia. Bayi prematur akan banyak
mengalami kesulitan untuk berdaptasi di luar kandungan. Semakin pendek
masa kehamilan maka semakin kurang sempurna pertumbuhan fungsi organ
dalam tubuh nya dan berakibat komplikasi hingga tingginya angka kematian
bayi prematur. (Anafrin dkk, 2022). Bayi prematur dibagi menjadi 3 sub-
kategori yaitu: sangat prematur (kurang dari 28 minggu), prematur (28 hingga
32 minggu), prematur sedang hingga akhir (32 hingga 37 minggu) (WHO,
2022).
World Health Organization mengatakan bahwa dalam setiap tahunnya
terjadi 15 juta kelahiran bayi prematur dengan perbandingan 1:10 bayi di
seluruh Dunia. Sekitar 1 juta anak meninggal setiap tahun akibat komplikasi
kelahiran prematur. Secara umum prematur adalah penyebab utama kematian
yang terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun. Sebagian besar kelahiran
prematur terjadi di Negara Afrika dan Asia Selatan. Kelahiran prematur benar-
benar menjadi masalah kesehatan dunia saat ini. Terdapat perbedaan dalam
mempertahankan kualitas hidup bayi prematur dengan lingkungan dimana dia
dilahirkan, lebih dari 90% bayi prematur meninggal di negara yang berstatus
ekonomi yang rendah. Sedangkan di negara yang berstatus ekonomi yang
tinggi angka kematian bayi prematur kurang dari 10%. Indonesia berada di
urutan tertinggi ke lima angka kematian bayi prematur di dunia, yaitu sekitar
675.700 pertahun. (WHO, 2022)
Prevalensi bayi prematur di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu sekitar
7-14% bahkan di beberapa kabupaten hingga mencapai 16%. Prevelensi ini
lebih besar dari negara berkembang yaitu 5-9% dan 12-13% di USA.
(Kemenkes RI, 2022). Prevelensi bayi prematur di berbagai Provinsi di
Indonesia antara lain yaitu , Provinsi Aceh 51,04%, Banten 23,86%, Jambi
24,05%, Kalimantan Selatan 17,07%, Kalimantan Timur 16,03% DI
Yogyakarta 15,02%, Lampung 24,83%, Maluku 51,28%, Papua Barat 40,37%,
Riau 48,37% dan Provinsi Jawa Barat 23,48%. (Riskesdas, 2018)
Berdasarkan data riset kesehatan dasar Provinsi Jawa Barat Tahun 2018
bahwa tingkat kelahiran bayi prematur di setiap kota menunjukan angka
sebagai berikut, Bogor 18,13 %, Sukabumi 23,79% Cianjur 47,50% Bandung
19,83% Garut 24,39%, Tasikmalaya 25,31%, Ciamis 10,09% Kuningan
16,65% Majalengka 14,39% Sumedang 21,69%, Indramayu 29,75%, Subang
21,28%, Purwakarta 11,63%, Karawang 24,28% Bekasi 25,77%, dan Cirebon
23,31% (Riskesdas, 2018). Menurut data diatas menunjukan bahwasannya
Cirebon salah satu kota yang memiliki angka kelahiran bayi prematur yang
tinggi.
Hasil penelitian Padila & Agustien, (2019), menyatakan bahwa bayi yang
terdapat di inkubator dinding tunggal berusia 31-36 minggu kehamilan yang
termasuk kedalam premature sedang (91,67%), berat badan bayi antara 1.000-
1.350 gram dan suhu tubuh 35,35oC yang termasuk kedalam hipotermi sedang.
Sedangkan data pada bayi di inkubator tunggal dengan sungkup yaitu 31-36
minggu kehamilan yang termasuk kedalam golongan prematur sedang
(83.33%), berat badan bayi 1.000-1.950 gram dan suhu tubuh rata-rata
36,09oC dan termasuk ke dalam jenis hipotermia sedang. Hasil yang di dapat
dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara bayi
prematur yang mengalami hipotermi dalam inkubator dinding tunggal dan
inkubator dinding tunggal dengan sungkup. melalui uji T di dapatkan nilai t
lebih besar dari nilai t table maka menunjukan terdapat perbedaan suhu tubuh
antara kedua kelompok, yang dimana inkubator dinding tunggal yang disertai
dengan sungkup lebih meningkat dibanding inkubotor tunggal tanpa sungkup.
Sedangkan dalam penelitian Kurnia & Yunita (2020) menejelaskan bahwa
suhu tubuh bayi prematur di ruang muttazam (bayi) pada kelompok kontrol,
dari 5 responden 80% Memiliki Suhu Tubuh 36oC – 36,8 oC dan 20%
memiliki suhu 36,9 oC – 37,1 oC. Suhu tubuh pada bayi yang diberikan terapi
sentuhan seluruhnya 100% memiliki suhu tubuh 37,2 oC – 37,5 oC. Adanya
perubahan tersebut menunjukan bahwa terapi sentuh berpengaruh terhadap
kestabilan suhu tubuh bayi prematur dan membuat bayi lebih nyaman. Dengan
hasil Uji Statistik menggunakan Uji t tidak berpasangan diperoleh p Value
0,000 < α 0,05 keberhasilan dalam penelitian ini disebabkan karena penerapan
SOP yang benar. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai lingkungan perawatan yang
berhubungan dengan perubahan suhu tubuh bayi prematur. Maka dari penulis
mengambil judul “Hubungan Lingkungan Perawatan dengan Suhu Tubuh
Pada Bayi Prematur di Ruang Perawatan Bayi”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah pada
penelitian ini yaitu apakah ada hubungan lingkungan perawatan dengan suhu
tubuh pada bayi prematur di ruang perawatan bayi ?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Tujuan Umum
Mengidentifikasi hubungan lingkungan perawatan dengan suhu tubuh
pada bayi prematur di ruang perawatan bayi.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi lingkungan perawatan pada bayi prematur
2. Untuk mengidentifikasi suhu tubuh pada bayi prematur
3. Untuk mengidentifikasi hubungan lingkungan perawatan dan suhu
tubuh pada bayi prematur di ruang perawatan bayi

1.4 Manfaat Penelitian


a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam bidang keperawatan
untuk mengetahui hubungan lingkungan perawatan dengan suhu tubuh
pada bayi prematur.

b. Manfaat Praktis
1. Bagi ITEKes Mahardika
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kegiatan praktik
dan pokok-pokok pembelajaran serta dapat melaksanakan pengabdian
masyarakat dan mengayomi kepada bayi prematur
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pelayanan
terkait tentang pencegahan kelahiran bayi prematur.
3. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi perawat tentang
pentingnya lingkungan perawatan dan suhu tubuh pada bayi prematur
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan peneliti mampu mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh pada saat penelitian dan menambah
wawasan peneliti tentang lingkungan perawatan dan suhu tubuh pada
bayi prematur
5. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan
pengetahuan bagi pasien serta keluarga pasien terkait lingkungan
perawatan dengan suhu tubuh.

1.5 Keaslian Penelitian


1. Padila & Agustien, (2019) Suhu tubuh bayi prematur di inkubator dinding
tunggal dengan inkubator dinding tunggal disertai sungkup. Tujuan
penelitian ini untuk membandingkan rata-rata perubahan suhu tubuh bayi
di inkubator dinding tunggal dengan perubahan suhu tubuh bayi di
inkubator dinding tunggal yang disertai sungkup. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini metode deskriptif kompratif. Penelitian ini dilakukan
pada 24 bayi prematur yang dibagi menjadi 2 kelompok, yang di setiap
kelompoknya berjumlah 12 bayi prematur yang dilahirkan dengan usia
gestasi 30-37 minggu dengan BBLR 1000-1900. Persamaannya adalah
variabel suhu tubuh bayi prematur, sedangkan perbedaanya adalah judul,
pengambilan jenis penelitian, sampel, tempat dan waktu, responden.

2. Kurnia et al., (2020)Pengaruh sentuhan pada kenaikan suhu tubuh bayi


prematur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keefektivan terapi
sentuhan pada bayi prematur. Metode yang digunakan Pre Experimental
Designs dengan Static-group comparasion Design. Teknik sampling
mengunakan System Random Samping. Dengan jumlah responden
sebanyak 10 bayi yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelokmpok
kontrol dan kelompok perlakuan. Pengumpulan data menggunakan
observasi dengan mengunakan alat ukur suhu berupa termometer raksa.
Hasil dari penelitian ini didapatkan p value 0,000 ( α < 0,05) nilai ini
menunjukan adanya pengaruh yang signifikan terapi sentuh terhadap suhu
tubuh bayi prematur. Persamaannya adalah variabel suhu tubuh bayi
prematur, sedangkan perbedaanya adalah judul, pengambilan jenis
penelitian, sampel, tempat dan waktu, responden.

3. (Heriyeni, 2018) pengaruh metode kanguru terhadap stabilitis suhu tubuh


bayi di ruang perinatologi rumah sakit umum Daerah Bengkalis. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode kanguru pada bayi
stabilitas suhu. Jenis penilitian ini menggunakan analisis kuantitatif
dengan Quasy Eksperimental dan metode dalam penelitian ini
menggunakan uji non-parametik seperti uji wicoxon. Instrumen dalam
penelitian ini juga menggunakan halaman observasi dan termometer.
Dilakukan dengan responden sebanyak 34 yang diberikan metode kanguru
selama 1 hari. Hasil yang didapat menunjukan sebelum di berikan terapi
suhu tubuh bayi 35,45oC sedangkan suhu tubuh yang telah di berikan
terapi sebesar 37,10oC. Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukan
perbedaan yang signifikan anatara suhu tubuh sebelum dan sesudah
dilakukan terapi dengan p =0,003<0,005. Bayi yang baru lahir akan
mudah mengalami kehilangan suhu tubuh atau dapat disebut juga dengan
hipotermi. Dengan metode kanguru dapat mencegah terjadinya kehilangan
panas pada bayi melalui kontak kulit anatara ibu dan bayi secara konduksi
dan radiasi. Persamaannya adalah variabel suhu tubuh bayi prematur,
sedangkan perbedaanya adalah judul, pengambilan jenis penelitian,
sampel, tempat dan waktu, responden.
DAFTAR PUSTAKA
Anafrin, Lia dan Nurul. (2022). E-BOOK Model Promosi Kesehatan dan Asuhan
Terintegrasi Pada Bayi Prematur. Bojong Pekalongan Jawa tengah;PT Nasya
Expanding Management. https://books.google.co.id/books?
id=tQBgEAAAQBAJ&pg=PA41&dq=prematur+adalah&hl=id&newbks=1&
newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&ovdme=1&sa=X&ved=2ahUK
EwjdiPewoMb9AhUID7cAHS3sDzMQ6wF6BAgCEAU#v=onepage&q=pre
matur%20adalah&f=false Diakses pada 06 Maret 2023 pukul 22:51 WIB
World Health Organization Preterm Birth WHO. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/preterm-birth Diakes pada 07 Maret 2023 pukul 14:46
Kementrian Kesehatan RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021.
Jakarta : Kemenkes RI
Laporan Rikesdas (2018)
https://drive.google.com/drive/folders/1XYHFQuKucZIwmCADX5ff1aDhfJ
gqzI-l
Heriyeni, H. (2018). Pengaruh Metode Kanguru Terhadap Stabilitis Suhu Tubuh
Bayi Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Bengkalis. Menara
Ilmu, XII(1), 86–93.
Kurnia, D. P., Yunita, T. F., & STIKES Nahdlatul Ulama Tuban, D. (2020). Jkmk
Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa Pengaruh Terapi Sentuh Pada
Kenaikan Suhu Tubuh Bayi Prematur Di Rumah Sakit Muhammadiyah
Tuban. 13–19. http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php?
journal=jkmk&page=index
Padila, P., & Agustien, I. (2019). Suhu Tubuh Bayi Prematur di Inkubator
Dinding Tunggal dengan Inkubator Dinding Tunggal Disertai Sungkup.
Jurnal Keperawatan Silampari, 2(2), 113–122.
https://doi.org/10.31539/jks.v2i2.651

Anda mungkin juga menyukai