Anda di halaman 1dari 81

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mewujutkan kwalitas hidup manusia indonesia yang tinggi

yang tinggi, maju dan sejahtera, yang sesuai dengan salah satu visi dan

misi permekes 2018, maka harus di bentuk di mulai dari fase kehamilan,

persalinan dan nifas, pada ibu dan fase tumbuh kembang anak, hal ini yang

menjadi alasan pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak menjadi salah

satu prioritas pembangunan kesehatan di indonesia ( propil kesehatan

indonesia 2016).

Upaya kesehatan ibu hamil dan anak di tujukan untuk mempersiapkan

generasi akan datang yang sehat dan berkualitas serta untuk menurunkan

angka kematian ibu dan anak, indikator angka kematian yang berhubungan

dengan anak yakni angka kematian neonatal, angka kematian bayi dan

angka kematian balita, perhatian terhadap upaya penurunan angka

kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal

memberikan kontribusi terhadap 59 persen kematian bayi ( propil

kesehatan indonesia 2016 ).

Neonatus adalah bayi baru lahir dengan usia 28 hari pada masa

tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupa didalam rahim

dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem, bayi hingga usia

kurang dari satu bulan merupakan golongan yang memiliki resiko

gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan yang

1
muncul sehingga tanpa penanganan yang tepat bisa berakibat fatal,

beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan resiko

diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh

tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya

pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir yaitu

kunsjungan neonatal 1 (6-48 jam kelahiran), kunjungan neonatal ke 2 (3-7

hari), kunjungan neonatal ke 3(8-28 hari) ( propil kesehatan indonesia

2016).

Masalah kesehatan sebagian besar neonatus adalah mengalami

peningkatan kadar bilirubin indirek, keadaan ini terjadi pada hari-hari

pertama kehidupan yang disebabkan karena proses fisiologik pada masa

neonatus yaitu tingginya sel darah merah dan pemecahan sebelum

waktunya sementara fungsi hati belum matang itulah yang menyebabkan

bayi mengalami ikterus fisilogis (nursalam dkk 2005;108).

Ikterus fisiologis merupakan warna kuning pada kulit bayi yang timbul

pada hari ke 2 sampai hari ke 3 setelah lahir dan tidak mempunyai dasar

patologis dan akan hilang dengan sendirinya pada hari ke 10.

Tapi bila ikterus fisiologis tidak di tangani dengan benar maka potensial

akan terjadi ikterus patologis di mana ikterus patologis kadar bilirubin

serum meningkat dengan cepat lebih dari 10 mg/dl di tandai dengan

hemalosis (maryuni2014;236).

Walaupun ikterus fisiologis bukan merupakan patologis tetapi perlu

juga di waspadai karena jika kadar bilirubin inderek yang terlalu tinggi

2
dapat merusak sel-sel otak ( kernikterus), Kernikterus adalah suatu

sindroma neurologis yang timbul sebagai akibat penimbunan bilirubin

dalam sel sel otak yang tidak dapat dihancurkan dan di buang (Sunarto

prawirohartono,2007). Dampak yang terjadi dalam jangka pendek akan

mengalami kejang-kejang , sementara dalam jangka panjang bayi bisa

mengalami cacat neorologis contohnya ketulian, gangguan bicara dan

retardasi mental .Jadi penting sekali mewaspadai keadaan umum si bayi

dan harus terus di monitor ss ( Nur mursiah juke 2017).

Angka kejadian ikterus bayi di Indonesia sekitar 50 % bayi cukup

bulan yang mengalami perubahan warna kulit,mukosa dan mata menjadi

kekuningan (ikterus),dan bayi kurang bulan (premature) kejadian lebih

sering yaitu 75% di laporkan di RSCM tahun 2007 prosentase ikterus

neonatorum pada bayi cukup bulan sebesar 32,1% dan pada bayi kurang

bulan sebesar 42,9% sedangkan di RSU Dr. Soetomo Surabaya kejadian

ikterus sekitar 15,66% . ( Nur mursiah juke 2017 ).

Ikterus fisiologis dapat di tangani secara pemberian ASI yang sedini

mungkin dan secara ade kuat dan penjemuran di bawah sinar matahari

pagi dari pukul 07.00-08.00 WIB selama lebih kurang 30 menit tanpa

mengenakan pakaian dan mata tidak menghadap matahari, sinar matahari

akan mengubah bilirubin bebas menjadi fotoisomer yang larut dalam air

sehingga bilirubin akan dapat dikeluarkan melalui saluran pencernaan

tanpa melalui proses konjugasi (maryuni2014;237).

3
Selama ini penatalaksanaan pada bayi baru lahir dengan ikterus fisiologis

masih banyak ibu-ibu yang belum mengetahui secara benar sehingga bayi

yang menderita kuning yang di rawat dirumah oleh ibusudah dinjemur di

bawah sinar matahari tetapi ibu tidak tahu waktu penatalaksanaannya yang

baik akibatnya bayi tidak mendapatkan perawatan yang tepat, bahkan bayi

tersebut menjadi kernikterus.Hal inidi sebabkan karena minimnya

pengetahuan yang dimiliki oleh ibu, selain itu kurang motivasi akan

dorongan orang terdekat keluarga juga mempengaruhi dalam melakukan

perawatan bayi ikterus fisiologis. Karena tanpa ada dorongan dan kemauan

serta kerelaan untuk bertindak ,sikap ibu d misalnya di masyarakat

sebagilam mengatasi bayi ikterus tidak akan di wujutkan dalam prilaku ibu

serta kurangnya minat ibu untuk memperoleh pengalaman atau informasi

dari orang lain yang lebih mengerti dan pernah mengalami kejadian serupa

dengan ibu tersebut (Nur musriah juke 2017).

Berdasarkan data dari dinas kesehatan Rejang Lebong pada tahun 2016 ibu

melahirkan berjumlah 4655 bayi dengan lahir hidup 4638 (99,6%) lahir

mati 21 bayi (4,5%) kematian neonatal 33 bayi (7 %) dan pada tahun 2017

jumlah ibu melahirkan 4793 bayi lahir hidup 4762 bayi (99,35%) lahir

mati 31 bayi (6,5%) kematian neonatal 34 bayi (7 %).

Dan data kelahiran di puskesmas kampung delima pada tahun 2016

jumlah kelahiran 224 bayi dengan kelahiran hidup 224 (100%) lahir mati

tidak ada dan kematian neonatal 3 (1,3%) , dan pada tahun 2017 jumlah

4
kelahiran 224 bayi lahir hidup 221 bayi (98%) lahir mati 3 bayi ( 1,3%)

dan kematian neonatal tidak ada.

Pada puskesmas kampung delima di temukan kejadian bayi dengan

ikterus fisiologis yang mana terdapat kuning pada badan bayi di bagian

kepala,leher,badan bagian atas,badan bagian bawah dan tungkai di mana

ikterus fisiolofis ini sudah termasuk pada kremer 3. Data puskesmas

Kampung Delima yang mana dapat kita lihat dari data tahun 2016 di

temukan ikterus fisiologis kremer 3 dengan jumlah 85 bayi (37.9%) dan

pada tahun 2017 di temukan 92 bayi (41%) dengan ikterus fisiologis

kremer 3.

Dari data tersebut ikterus fisiologis dengan kremer 3 masih tergolong

tinggi khususnya kita lihat data dari desa seguring pada tahun 2016 di

temukan bayi dari jumlah kelahiran 16 orang bayidan yang mengalami

ikterus fisiologis kremer tiga 7 bayi (43,7%) dan meningkat pada tahun

2017 dengan jumlah kelahiran 19 bayidan yang mengalami ikterus

fisiologis kremer 3 berjumlah 9 bayi (47,3%). Dikarenakan kurangnya

pengetahuan keluarga khususnya ibu tentang penanganan ikterus pada .

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis penulis tertarik

mengambil judul dengan “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Dengan Ikterus Fisiologis “

5
B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian iniadalah untuk memberikan asuhan

kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus fisiologis pada usia 3

sampai 10 hari.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada bayi baru lahir dengan ikterus fisiologis

b. Melakukan interprestasi data yang meliputdiagnosakebidanan,masalah

dan kebutuhan bayibaru lahir dengan ikterus fisiologis.

c. Merumuskan diagnosa potensial bayi baru lahirdengan ikterus.

d. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada bayi barulahir

dengan ikterus fisiologis.

e. Melakukan tindakan sesuai dengan rencana tindakan pada bayi baru

lahir dengan ikterus fisiologis.

g. Mengindentifikasi antisipasi/tindakan segera bayi baru lahir dengan

ikterus fisiologis.

h. Melakukan evaluasi tindakan kebidanan padabayi baru lahir dengan

ikterus fisiologis.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi akademik

Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa , dan sebagai bahan

bacaan, di perpustakaan atau referensi untuk mahasiswa Prodi

Kebidanan Curup Poltekes Kemenkes Bengkulu.

6
Asuhan ini sebagai bahan masukan agar dapat lebih mengoptimalkan

serta meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan kebidanan yang

dilakukan secara maksimal dan komprehensip.

2. Bagi mahasiswa

Asuhan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan membangun

kerangka empiris (hasil lapangan) dan sebagai masukan bagi pihak

ssyang ingin mengembangkan asuhan lebih lanjut.

3. Bagi lahan praktek

Asuhan ini diharapkan dapat menjadi motifasi, informasi dan

masukan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan terutama pada neonatus pada ikterus fisiologi yang

dilakukan dengan penanganan sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan.

D. Keaslian penelitian

Sejauh pengetahuan penulis terdapat beberapa penelitian yang

berhubungan dengan peneliti yai

Tabel1.1 Penelitian yang serupa

Nama Judul Desain Hasil penelitian

Lidiya Asuhan Study asuhan Setelah melakukan


jeneta/2017 kebidanan pada komrehensip asuhan komprehensip
bayi baru lahir pada bayi baru lahir
dengan ikterus dengan ikterus
fisiologis di bpm fisiologis, Penulis

7
‘D” wilayah kerja dapat mengetahui
puskesmas curup bahwa asuhan yang di
kabupaten rejang berikan sudah sesuai
lebong tahun dengan pendekatan
2017 manajemen kebidanan
7 langkah varney dan
data perkembangan
dengan metode soap
serta tidak ditemukan
kesenjangan antara
teori dengan
pelaksanaan
Novalia (2017) Asuhan Study asuhan Setelah melakukan
kebidanan pada komprehensip asuhan komprehensip
bayi R umur pada bayi R , Penulis
13hari dengan dapat mengetahui
ikterus patologi di pelaksanaan asuhan
RSUD Curup kebidanan
tahub 2017 komprehensip pada
bayi R tidak
menemukan
kesenjangan antara
teori dengan
pelaksanaan.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

a. Ikterus adalah diskolorisasi kuning kulit atau organ lain akibat

penumpukan bilirubin dalam darah (Sukarni. S, 2014.186)

b. Ikterus adalah warna kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang

terkadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah (Maryunani,

2014 : 235)

c. Ikterus adalah perubahan warna kulit dan siklera menjadi kuning yang

terjadi akibat peningkatan kadar bilirubin di dalam darah (Buku Ajar

Asuhan Neonatus. 2014 : 109)

2. Batasan Ikterus

a. Menurut Maryunani (2014 : 236) Ikterus dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Ikterus Fisiologis

Ikterus fisiologi terjadi karena reduksi normal sejumlah sel-

sel darah merah setelah lahir.

a) Sebagai akibatnya kadar bilirubin bebas meningkatkan karena

lebih banyak sel-sel darah merah yang dihancurkan.

b) Disebut Ikterus Fisiologis apabila meningginya kadar bilirubin

tidak menimbulkan gangguan fungsi dan kerusakan organ

9
2. Ikterus Patologis

Terjadi karena kondisi abnormal seperti eritroblastosis fetalis,

kelainan duktus empedu atau septikemia

a) Hepar memiliki peran penting dalam penghancuran bilirubin

sehingga bilirubin dapat dibuang keluar.

b) Karena hepar bayi imatur, bayi prematur kurang mampu untuk

membuang kelebihan bilirubin dibanding dengan bayi yang

aterm.

c) Bayi prematur lebih mudah mengalami interus dan

hiperbilirubinemia.

b. Menurut Wahyuni (2012 : 10) Iketrus dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Ikterus Fisiologis

Adalah warna kuning pada kulit dan mata karena peningkatan

bilirubin darah yang terjadi setelah usia 24 jam kelahiran.

2. Ikterus Patologis

Adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis kadar

bilirubinnya mencapai bilai hiperbilirubinemia.

c. Menurut Buku Saku Ajar Askep Ibu Bayi Baru Lahir, E/S (2006 : 199)

Ikterus dibagi menjadi dua yaitu :

1. Ikterus Fisiologis

Adalah suatu kenaikan dan penurunan kadar bilirubin serum

(tidak langsung) dalam kisaran (4 hingga 12 mg/dl). Peningkatan

10
kadar bilirubin ini tidak melebihi 10 mg/dl pada bayi cukup bulan

dan 12 mg/dl pada bayi kurang bulan.

2. Ikterus Patologi

Adalah ditandai dengan kulit kekuning-kuningan dan

peningkatan kadar bilirubin serum di atas 12.9 mg/dl pada bayi

aterm dan 15 ,g/dl pada bayi perterm dalam 24 jam setelah

kelahiran.

3. Tanda dan Gejala

Untuk mengetahui tentang tanda dan gejala ikterus fisiologis menurut

Tabloid-nakita (2007) adalah dengan kulitnya di tekan beberapa detik akan

terlihat warna kuning-kekuningan (kuning pada bayisulit tampak hanya

dengan penerangan lampu tapimudah di lihat dengan cahaya matahari ).

Yaitu dengan cara tekan jari telunjuk kita secara ringan pada tempat-

tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada dan lutut,

tempat yang di tekan akan tampak pucat dan kuning. ( Nur musriah juke

2017)

a. Menurut Maryuni (2014 ; 236) tanda dan gejala dari ikterus adalah :

1. Ikterus fisiologis

a) Adanya ikterus yang timbul pada hari ke 2 atau ke 5, dan

menghilang tidak lebih dari 10 hari.

b) Keadaan umum baik, minum asi baik, berat badan naik, tidak

ada pembesaran hati atau limpa, baung air kecil dan buang air

besar biasa.

11
2. Ikterus Patologis

Disebut hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total

serum meningkat dengan cepat sampai > 10 mg/dl disertai tanda-

tanda hemolisis.

b. Menurut Wahyuni (10, 2012) tanda dan gejala dari ikterus adalah :

1. Ikterus Fisiologis

a) Ikterus timbul pada hari kedua dan ketiga

b) Tidak mempunyai dasar patologis

c) Kadar bilirubin indirek sesudah 2 x 24 jam < 15 g% pada

neonatus cukup bulan dan < 10 mg% pada neonatus kurang

bulan.

d) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin < 5 mg % per hari

e) Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 1 Mg %

f) Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan ≥ 10

mg / dl

g) Tidak mempunyai potensi menjadi kern ikterus (ensepalopati

biliaris yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin

indirek pada otak)

2. Ikterus Patologis

Adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis, kadar

bilirubinnya mencapai nilai hiperbilirubinemia.

4. Etiologi

12
Ikterus merupakan suatu keadaan dimana terjadi penimbunan pigmen

empedu pada tubuh menyebabkan perubahan warna jaringan menjadi

kuning, terutama pada jaringan tubuh yang banyak mengandung serabut

elastin seperti aorta dan skela.

a. Menurut Maryuni 92014 ; 236)

Ikterus disebabkan oleh kelebihan jumlah bilirubin dalam jaringan

1. Bilirubin adalah pigmen yang ditemukan pada hemoglobin dan

empedu.

2. Bilirubin dipecah lebih cepat bila terdapat cahaya dan sebagian

dibuang bersama urine bila kadar bilirubin meningkat, maka

kelebihannya disimpan dalam berbagai jaringan tubuh.

3. Pada kulit penumpukkan ini menyebabkan warna kuning disebut

ikterus

4. Pada otak menyebabkan kerusakan jaringan syarah yang disebut

“Kren Ikterus” dimana dapat menyebabkan retardasi mental dan

bahkan kematian.

5. Penilaian

Sebaiknya penilaian ikterus dilakukan secara laboratoris apabila fasilitas

tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis seperti yang

diungkapkan Kramer bahwa penilaian dapat dilakukan dibawah sinar

matahari biasa (dy light)

Tabel 1

2.1.Penilaian Kremer

13
2.2.Rumus Kramer

Kadar
No Ivas Ikterus
Bilirubin mg/
1 Kepala dan Leher 5

2 Daerah1. + Badan bagian atas 9

3 Daerah 1, 2 + Badan bagian bawah & tungkai 11

4 Daerah 1, 2, 3 + Lengan dan kaki bawah lutut 12

5 Daerah 1, 2, 3, 4 + Tangan dan kaki


6. Partopisologi

a. Menurut Buku Ajar Asuhan Neonatus (2014 : 109)

Pada saat penguraian hemoglobin, hemoglobin dipecahkan menjadi zat

besi, yang disimpan di dalam tubuh atau digunakan untuk

memproduksi lebih banyak sel darah merah; globin, yaitu protein yang

digunakan oleh tubuh, dan bilirubin tak-terkonjugasi. Bilirubin tak-

terkonjugasi bersifat toksik. Bilirubin tak-terkonjugasi dapat larut

dalam lemak, tidak mudah diekskresikan di dalam empedu atau urine,

14
dan dapat terakumulasi di dalam darah, kemudian disimpan di jaringan

saraf dan jaringan lemak vaskular (pembuluh darah) ekstra. Simpanan

bilirubin tak-terkonjugasi berada di bawah kulit, yang menimbulkan

ikterus, dan di dalam otak sehingga menimbulkan toksisitas bilirubin

dan ensefalopati bilirubin. Agar dapat dikirim ke hati guna proses

detoksifikasi, bilirubin tak-terkonjugasi perlu berkaitan dengan

albumim untuk pengiriman ke hati. Setelah berikatan dengan albumim

dan dibawa ke hati, kerja sebuah enzim yang disebut glukuronil

transferase berarti bahwa bilirubin terkonjugasi glukuronida. Bilirubin

terkonjugasi bersifat tidak toksik dan dapat larut air. Bilirubin

terkonjugasi glukuronida diekskresikan ke dalam empedu yang

kemudian akan dibawah ke usus. Setelah berada di dalam usus kerja

bakteri usus mengurangi bilirubin terkonjugasi, yang kemudian dapat

dieksresikan dalam urine atau feses. Rata-rata konsentrasi serum

bilirubin terkonjugasi pada bayi adalah 3-7 kali lebih tinggi

dibandingkan pada individu deswasa.

b. Menurut Nursalam, dkk (108, 2005)

Di dalam sel hati, protein Y dan Z bersenyawa dengan bilirubin dan

dibantu oleh enzim glukorinil transferase mengalami proses konjugasi,

sehingga menghasilkan bilirubin direk.

7. Pencegahan Ikterus

Kejadian ikterus pada bayi baru lahir dapat dicegah dan melakukan

dengan pengawasan antenatal yang baik, menghindari obat yang dapat

15
meningkatkan ikterus pada bayi pada masa kehamilan dan kelahiran,

misalnya silfafurozale, novoglosin oksitosin dan lain-lain, pencegahan dan

pengobatan hipiksia pada janin dan neonatus penggunaan fenobarbital,

pada ibu 1-2 hari sebelum partus. Imunisasi yang baik [ada bayi baru lahir,

pemberian ASI secara dini, pencegahan infeksi.

Menurut teori dari Utami Roesli (2008) inisiasi menyusu dini (early

initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu dini

segera setelah bayi lahir. Yaitu dengan membiarkan kontak kulit bayi

dengan kulit ibu setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Karena

dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya yang di lakukan

segera setelah bayi lahir dapatmenghindarkan bayi terkena ikterus. ( Nur

musriah juke 2017)

a. Menurut Maryuni & Puspita (2014 : 331) pencegahan ikterus dapat

dilakukan dengan dibagi menjadi dua yaitu pencegahan primer dan

pencegahan sekunder.

1. Pencegahan Primer

a) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8 –

12 kli / hari untuk beberapa hari pertama.

b) Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrose atau

air pada bayi yang menadapat ASI dan tidak mengalami

dehidrasi.

2. Pencegahan Sekunder

16
a) Semua wanita hamil harus diperiksa golongan darah A B O dan

resus serta penyaringan serum untuk anti body isoimun yang

tidak biasa.

b) Harus memastikan bahwa semua bayi secara rutin di monitor

terhadap timbulnya ikterus dan menetapkan protokol terhadap

penilaian ikterus yang harus dinilai saat memeriksa tanda-tanda

vital bayi, tetapi tidak kurang dari setiap 8-12 jam.

8. Komplikasi, menurut Wahyuni (2014 ; 11)

Kren Ikterus (ensefalopati biliaris adalah suatu kerusakan otak akibat

adanya bilirubin indirect pada otak. Tanda kren ikterus meliputi letargi,

mata berputar, gerakan tidak menentu (involuntary movements), kejang,

tonus otot meningkat, leher kaku dan akhirnya opistotonus.

Kren ikterus biasanya dikaitkan dengan kadar bilirubin serum lebih

tinggi dari 20 mg / dl. Mencegah terjadinya kren ikterus bayi baru lahir

yang penting adalah pengamatan yang ketat dan cermat terhadap

perubahan peningkatan kadar / bilirubin, khususnya ikterus yang

kemungkinan besar menjadi patologis yaitu :

a. Ikterus yang terjadi selama 23 jam pertama

b. Ikterus dengan kadar bilirubin >12,5 mg% pada neonatus cukup bulan

atau >10 mg% pada neonatus kurang bulan.

c. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg % / hari

9. Penanganan Ikterus

17
a. Menurut Maryunani (2014 ; 237) penanganan ikterus secara umum

adalah :

a) Penanganan Umum Ikterus Fisiologis

1. Jaga suhu bayi (36.5 – 37.5 derajat celcius)

b) Beri ASI sedini mungkin dengan jumlah yang mencukupi (adanya

makanan dalam usus akan meninggikan motilitas usus dan

mengikat bilirubin sehingga tidak terjadi penguraian oleh bilirubin.

Glikoronidase menjadi bilirubin indirek yang akan diserap kembali

ke dalam darah (sirkulasi latero – hepatik)

c) Setiap pagi di jemur selama 1 jam antara 07.00 – 08.00 dengan

posisi mata jangan menghadap matahari.

d) Bila keadaan umum bayi memburuk (tidak mau minum / kurang

mau minum, berat badan turun, hati / limfa membesar, kencing dan

buang air besar tidak seperti biasanya, dila di klinik / puskesmas

segera rujuk ke rumah sakit.

b. Penanganan Umum Ikterus Patologis

1. Bila di klinik / puskesmas segera rujuk ke rumah sakit dengan

membawa contoh darah ibu untuk uji ulang / cross-cek.

2. Penanganan di rumah sakit untuk bayi yang hiperbilirubinemia ini

biasanya menggunakan blue light therapy (lampu dengan spektrum

cahaya biru) untuk mempercepat penghancuran bilirubin.

18
3. Bayi yang diletakkan di bawah loe light therapy dengan mata

ditutup, yang tujuannya untuk mencegah kerusakan retina

4. Menggunakan metode fototerapi

a) Fototerapi

Fototerapi digunakan untuk mencegah peningkatan kadar

bilirubin tak-terkonjugasi yang toksis didalam darah hingga

mencapai kadar yang dapat menyebabkan kerusakan jangka

panjang.

Fototerapi bekerja dengan cara membersihkan bilirubin

dan menfasilutasi eksresinya dari tubuh melalui rute selain

konjugasi di hati (Buku Ajar Asuhan Neonatus, 2014 ; 155)

b) Indikasi Untuk Fotoerapi

Pemberian fototerapi didasarkan pada kadar bilirubin

serum dan kondisi individu setiap bayi terutama jika ikterus

terjadi dalam 12-24 jam pertama :

i) Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus

cukup bulan

ii) Dan pada neonatus kurang bulan > 10 mg%

iii) Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5mg% / hari

(Wahyuni, 2012 : 12)

c) Efek Samping Fototerapi

Menurut (Asuhan Neonatus, 2013 ; 204) efek sampi8ng dari

fototerapi adalah :

19
i) Kerusakan retina (lindungi mata bayi dengan penutup

cahaya)

ii) Peningkatan suhu tubuh dan lingkungan

iii) Peningkatan kehilangan cairan dan dehidrasi

iv) Ruam kulit dan luka bakar di kulit

v) Sindrom bayi coklat (urine, serum dan kulit menjadi

coklat bila fototerapi digunakan untuk menangani

hiperbilirubinemia terkonjugasi)

d) Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pelaksanaan

fototerapi / sinar adalah :

i) Lampu yang dipakai pada cahaya dengan panjang

gelombang 420 – 500 nm (sinar biru) (Asuhan Neonatus,

2013 : 204)

ii) Letakkan bayi tanpa menggunakan pakaian di bawah

sinar fototerapi

iii) Daerah kemaluan ditutup untuk melindungi dari vahaya

fototerapi, posisi lampu diatur dengan jarak 20-30 cm di

atas ubuh bayi untuk mendapatkan energi yang optimal.

iv) Tutup mata bayi pada saat disinar, untuki mencegah

kerusakan retina, lepaskan penutup mata setiap kali

fototerapi dimatikan, ganti penutup mata setiap 24 jam.

v) Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam. Jika terjadi

hipotermia atau hipertemia, periksa suhu tubuh setiap jam

20
vi) Pantau asupan dan pengeluaran setiap 8 jam. Timbang

berat badan bayi setiap hari (untuk menentukan asupan

cairan yang akurat dan kehilangan cairan yang tidak

tampak mata yang disebabkan fototerapi)

vii) Berikan asupan cairan 25% di atas kebutuhan cairan

normal, untuk memenuhi peningkatan kehilangan cairan

yang tidak tampak mata serta feses.

viii) Repoisisi bayi sedikitnya setiap 2 jam, pantau kulit

terhadap eksoriasi, ruam atau warna keperakan pada kulit.

ix) Pantau panjang gelombang sinar fototerapi menggunakan

bilimeter setiap penggantian sorotan cahaya ke area mata

yang lain.

x) Pantau kadar bilirubin setiap 8 jam selama 1 hingga 2 hari

pertama.

(Buku Saku Askep Ibu – BBL, 2006 ; 201)

c. Rencana Asuhan Yang Dapat Dilakukan Oleh Bidan

a. Menjelaskan pada keluarga tentang kondisi bayi

b. Jemur bayi tiap pagi di bawah sinar matahari dengan penutup mata

dan genital bayi memakai kertas karbon yang dilapisi kain kassa,

dan posisi bayi selalu dirubah untuk mencegah decubitus dan sinar

ultraviolet dapat merata keseluruh tubuh. Dengan menjemur bayi

pada pagi hari maksimal 30 menit dapat merubah konsentrasi

warna karena ultraviolet yang terkandung didalam sinar matahari

21
akan mengubah bilirubin bebas menjadi fotoisomer yang larut

dalam air, sehingga bilirubin akan dapat dikeluarkan melalui

saluran cerna tanpa melalui proses konjugasi dan pada akhirnya

akan mengurangi konsentrasi warna yang tampak pada lapisan

mukosa kulit maupun sklera mata bayi.

c. Berikan penjelasan pada ibu pentingnya pemberian ASI secara

adekuat karena ASI dapat membantu mencegah terjadinya

hiperbilirubin dan berikan ASI saja serta bantu ibu saat memberi

ASI. Keuntungan pemberian ASI yaitu supaya bayi memperoleh

asupan ASI yang cukup sehingga membantu proses eliminasi yaitu

BAK, BAB karena protein yang terkandung dalam ASI akan

melapisi mukosa usus dan menurunkan penyerapan kembali

bilirubin yang tidak terkonjugasi.

B. Teori Manajemen Kebidanan

a. Pengertian

Dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien, bidan menerapkan

pola pikir dengan menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan

menurut Varney. Manajemen kebidanan tersebut terdiri atas tujuh langkah.

Untuk lebih jelasnya, berikut akan dibahas lebih dalam tentang manajemen

kebidanan.

Secara garis besar ada beberapa pengertian manajemen kebidanan.

22
1. Menurut IBI (50 Tahun IBI). Manajemen kebidanan adalah pendekatan

yang digunakanoleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan

masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data,

diagnosis kebidanan, perencanaan dan evaluasi.

2. Menurut Depkes RI. Manajemen kebidanan adalah metode dan

pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan

oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu,

keluarga dan masyarakat.

3. Menurut Hellen Varney. Manajemen kebidanan adalah proses

pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang

logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.

b. Langkah Manajemen Kebidanan

(Menurut Mangkuji, 2014)

Langkah-langkah manajemen kebidanan merupakan suatu proses

penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis di dalam

menangani masalah. Ada tujuh langkah dalam manajemen kebidanan

menurut Varney :

1. Langkah I : Penumpulan Data Dasar

23
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien

secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain :

a. Keluhan klien

b. Riwayat kesehatan klien

c. Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan

d. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.

e. Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini dikumpulkan semua

informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Pada langkah ini bidan mengumpulkan data dasar

awal secara lengkap.

2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan

semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan

diagnosis atau masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis

dalam lingkup praktek kebidanan yang tergolong pada nomenklatur

standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaitan dengan

pengalaman klien ditemukan dari hasil pengkajian.

3. Langkah III : Identifikasi Diagnosis / Masalah Potensial

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang

sudah teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebutm bidan dapat

melakukan antisipasi agar diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi.

24
Selain itu, bidan harus bersiap-siap apabila diagnosis / masalah

tersebut benar-benar terjadi.

4. Langkah IV : identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera.

Pada langkah ini yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi

perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan

atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai

kondisi klien.

5. Langkah V : Perencanaan Asuhan Yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan

yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi

dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat

juga dari apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan

konseling dan apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan yang

direncanakan harus disetujui oled kedua belah pihak yaitu bidan dan

pasien.

6. Langkah VI : Pelaksanaan

Pada langkah keenam ini kegiatan yang dilakukan adalah

melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke 5

secara aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan, atau

anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri,

bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

25
pelaksanaannya. Dalam situasi ini bidan harus berkolaborasi dengan

tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian bidan harus

bertanggung jawab atas terlaksananya rencana asuhan yang

menyeluruh yang telah dibuat tersebut.

7. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini yang dilakukan bidan adalah melakukan evaluasi

keefektifan asuhan yang sudah diberikan yang mencakup pemenuhan

kebutuhan, untuk menilai apakah sudah benar-benar

terlaksana/terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang tela teridentifikasi

dalam masalah atau diagnose. Mengulang kemabli dari awal setiap

asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui mengapa proses

manajemen ini tidak efektif.

c. Dokumentasi Kebidanan Menggunakan SOAP

1. Pengertian

Menurut Betty Mangkuji dkk, 2014 : 7-8 pengertian dokumentasi

kebidanan adalah sebagai berikut :

a. Suatu sistem pencatatan dan pelaporan tentang layanan mandiri

yang dilakukan oleh bidan.

b. Suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi

dan perkembangan kesehatan reproduksi dan semua kegiatan yang

dilakukan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.

2. Tujuan Pencatatan Asuhan Kebidanan

Menurut Betty Mangkuji dkk, 2014 : 8 :

26
a. Bukti pelayanan yang bermutu / standar

b. Tanggung jawab legal

c. Informasi untuk perlindungan nakes

d. Data statistik untuk perencanaan layanan

e. Informasi pembiayaan / asuransi

f. Perlindungan hak pasien

3. Dokumentasi SOAP

Dokumentasi SOAP (Subjektif, Objectif, Assesment, Planing)

a. Subjektif

- Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesis.

- Berhubungan dengan masalah dan sudut pandang klien (ekpresi

mengenai kekhawatiran dan keluhannya)

- Pada orang yang bisu, di belakang diberi tanda “O” atau “X”

b. Objektif

- Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien

- Hasil pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan diagnotic lain

- Informasi dari keluarga atau orang lain

c. Assesment

- Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan)

data subjektif dan objektif

- Diagnosis / masalah

- Diagnosis / masalah potensial

27
- Antisipasi diagnosis / masalah potensial / tindakan segera.

- Pedokumentasian tindakan (I) dan evaluasi (E) meliputi asuhan

mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling dan

tindak lanjut (follow up).

C. Kewenangan bidan

Kewenangan bidan merupakan aspek hukum dan perundangan yang

mengatur tugas pokok dan kopetensi bidan yang berkaitan dengan kasus yang

dipilih. Kewenangan berdasarkan peraturan yang terkait dan berlaku serta

yang utama mengacu pada peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggarakan

praktek bidan.

Pada pasal 9 di sebutkan bahwa pelayanan meliputi :

1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak.

2. Pelayanan kesehatan anak .

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Dalam kasus ini pelayanan kesehatan anak sebagai mana yang di

sebutkan pada pasal 9 adalah pelayanan yang diberikan pada bayi baru lahir,

anak balita dan anak prasekolah. Bidan berwenang untuk :

1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan

hipotermi, IMD, injeksi vit k, perawatan bayi baru lahir dan masa

neonatal (0-28hari) dan perawatan tali pusat.

2. Penangananhipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk .

3. Penanganankegawat-daruratan ,di lanjutkan dengan perujukan.

28
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai dengan program pemerintah.

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi,anak balita dan anak pra sekolah.

6. Pemberian konsling dan penyuluhan.

7. Pemberian surat kelahiran.

8. Pemberian surat kematian.

C. Kerangka Pikir / Pemecahan Pemasalahan

Penyebab Ikterus Fisiologi

Ikterus disebabkan Adalah suatu kenaikan dan penurunan


oleh kelebihan jumlah kadar Bilirugin serum dalam kisaran (4
hingga 12 mg/dl). Peningkatan bilirugin
bilirugin dalam
tidak melebihi 10 mg.dl pada bayi cukup
jaringan (Maryuni)
bulan dan 12 mg/dl pada bayi kurang
(2014:236) bulan (menurut buku saku ajar askep
ibu. BBL) (2006 : 199)

Tanda-tanda Ikterus Fisiologis

1) Adanya ikterus yang timbul hari ke


2 atau ke 5 dan menghilang tidak
lebih dari 10 hari.
2) Keadaan umum baik, berat badan
baik, tidak ada pembesaran.
3) Hati/limpa, buang air kecil atau BAB
Biasa
(maryuni 2014 – 236)

Penata Plaksanaan Hasil Penata


1. Penanganan umum Ikfis jaga suhu bayi Pelaksanaan
2. Beri ASi sedini mungkin dengan jumlah
mencukupi. Ikterus sudah
3. Setiap pagi dijemur slemaa 1 jam antara hilang di atas hari
07.00 – 08.00 dengan posisi mata
jangan menghadap matahari ke 10 ke lahiran
4. Bila keadaan bayi memburuk segera
rujuk ke rumah sakit (Maryunani)
(2014 : 237)

29
D. Kerangka Konseptual

INPUT PROSES OUTPUT


Bayi Baru Lahir A. Manajemen Asuhan Hasil asuhan :
dengan Ikterus Kebidanan Varney Ikterus teratasi
Fisiologi 1. Pengkajian Kebidanan :
Dengan data fokus : a. A. Data Subjektip 1. Keadaan umum
1. Keadaan Umum : 1.Keluhan utama : baik
Baik 2.Riwayat 2. Kesadaran :
2. Warna Kulit : kehamilan,persalinan Compos mentis
kuning pada hari ke- ,nifas yang lalu 3. TTV
3. Bagian kepala dan B. Data Objektif Suhu : 36,5-37,5
leher,dada,perut 1.Pemeriksaan Umum Nadi : 120-
(kremer 3). a. Keadaan umum 160x/mnt
4. Sklera : Ikterus b.Kesadaran umum RR : 40-60x/mnt
5. Bayi kurang mau c. TTV 4. Antropometri
menyusu < 8 kali / RR,Pols,Suhu BB : 2500-4000gr
24 jam d. Antopometri TB : 48-52 cm
3. 6. Urine : pekat TB,BB,LK,LD LK : 33-35
7. Feses : kuning 2. Pemeriksaan fisik LD: 30-38 cm
4. 8. Tidak ada riwayat a. Muka 5.Bayi tidak
hepatitis b.Mata terlihat kuning
5. 9. Ras : asli asia c. Ektremitas lagi pada hari ke
6. 10.Riwayat kawin 2. Interpretasi Data 10
campur (ras asia ): 3. Masalah Potensial 6. Warna kulit
tidak ada 4. Tindakan Segera badan bagian atas
7. 11. Riwayat 5. Intervensi tidak kuning di
persalinan : 6. Implementasi hari ke 10
a. 12.Persalinan normal 7. Evaluasi 7. Sklera : an
b. 13. Riwayat KPD Catatan perkembangan ikterik pada hari
negatip dengan dokumentasi SOAP ke
c. 14. Tidak ada tanda 1. Subjektif 8.Bayi menyusu
infeksi 2. Objekstif dengan adekuat
d. 15. Tidak ada cepal 3. Analisa yaitu > 8-10 x/24
hematoma 4. Penatalaksanaan jam
e. 16. Aspiksia negatip 6.Urine : jernih
17. TTV pada hari ke 6
RR, Pols, Suhu 7.Feses : kuning
18. Antopometri
TB,BB,LK,LD

30
F. Konsep Asuhan Kebidanan Ikterus fisiologis

Tanggal pengkajian : ......Bulan ..

Jam pengkajian : ..... WIB

Tempat pengkaian : ......

Pengkaji : ........

A. Data Subjektif

1. Identitas

a. Bayi

Nama bayi : By Ny.....

Umur : 3-5 hari setelah lahir

Lahir : .... Bulan .... Tahun............

Jam lahir : ...... WIB

b. Orang tua

Nama ayah : Tn....

Umur : 25-40 tahun

Agama : .......

Pendidikan : SD/SMP/SMA/DIII/S1

Pekerjaan :

Alamat :

c. Nama ibu : Ny......

Umur : .......

Agama : ..........

Suku : ........

31
Pendidikan : SD/SMP/SMA/DIII/SI/S2/S3

Pekerjaan : PNS/Swasta/Tani

Alamat : ..........

1. Anamese

a. Keluhan utama

Ibu mengatakan :

- Telah melahirkan anaknya 3 – 5 hari yang lalu

- Saat lahir bayinya normal tidak ada kekuningan pada tubuh.

- Bayinya kurang menyusu

- Bayi lahir spontan, bayi langsung menangis

- Bayi lebih banyak tidur

- Kuning pada tubuh bayi timbul pada hari ke 3

b. Riwayat kesehatan keluarga

Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit jantung,

Hipertensi,gangguan pernapasan,HIV/AIDS,dan penyakit menular

lainnya (hepatitis,malaria dan lain lain)

c. Riwayat Perinatal,Natal dan Post Natal

No Kehamilan Persalinan Bayi Nifas

UK ANC TT Tgl Temp Peno Jenis Penyulit JK BB Laktasi Penyulit


at long

Dokter
1 mg ... x ... x ... .... / bidan .... ..... ... .. .... ...

32
d. Pola pemenuhan nutrisi

1) Nutrisi

Jenis : ASI

Frekuensi : < 8 kali sehari

Durasi : < 5 menit

Masalah pemberian ASI : ada,ASI sedikit yang keluar

2) Eliminasi

a) BAK

Frekuensi : < 6 kali sehari

Bau : khas urine

Warna : kuning

Masalah : tidak ada

b) BAB

Frekuensi : < 4 kali

Konsistensi : lembek

Warna : kuning

Bau : khas feses

Masalah : tidak ada

b. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

33
Tanda – tanda vital

Nadi : 120-160 x/menit

RR : 40 – 60 x/menit

Suhu : 36,5`C – 37`C

Berat badan : 2500 – 4000 gram

Panjang badan : 45 – 50 cm

Lingkar kepala : 33 – 35 cm

Lingkar dada : 30 – 33 cm

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Rambut : ada/tidak ada

Caput Succedaneum : ada/tidak ada

Cepal hematom : ada/tidak ada

Masalah : ada /tidak ada

b. Muka

Warna kulit : Kuning

Sianosis : ya/tidak

c. Mata

Bentuk : Simetris/tidak

Conjungtiva : Anemis/Ananemis

Sklera : Ikterik

d. Hidung

Bentuk : Simetris/tidak

34
Kebersihan : Bersih/Kotor

Polip : Ada/tidak ada

Secret : Ada/tidak ada

e. Telinga

Bentuk : Simetris/tidak simetris

Secret : Ada/tidak ada

Kebersihan : Bersih/Kotor

f. Mulut dan bibir

Mukosa bibir : Kering

Lidah : Kuning/tidak

Reflek hisap : Kurang

Masalah : Ada

g. Leher

Warna kulit : Kuning

Nyeri tekan : ada/tidak ada

Tonus otot : Baik/kurang

Pembengkakan : Ada/tidak ada

h. Dada

Bentuk : Simetris/tidak simetris

Benjolan : Ada/tidak ada

Warna kulit : Kuning

i. Abdomen

Bentuk : Simetris/tidak simetris

35
Keadaan : Kembung/tidak kembung

Pem.Hati : +/-

Pem. Limpe : +/-

Bising usus : +/-

Tali pusat : Basah/kering

Warna kulit : Kuning batas pusat

j. Kulit

Warna kulit : Kuning batas tubuh bagian atas

Verniks Caseosa : Ada/tidak ada

Tanda lahir : Ada/tidak ada

k. Punggung

Bentuk : Datar/tidak datar

Kelainan : Ada/tidak

Warna kulit : Kuning

l. Ekstermitas

1) Atas

Bentuk : Simetris/tidak simetris

Kebersihan ; Bersih/Kotor

Warna kuku : Tidak kuning

Warna kulit : Tidak kuning

Grade : 1/2/3

Pergerakan : Baik/kurang

Kelainan : Ada/tidak ada

36
2) Bawah

Bentuk : Simetris/tidak simetris

Warna kuku : Tidak kuning

Warna kulit : Tidak kuning

Pergerakan : Baik/kurang

Kelainan : Ada/tidak ada

m.Genetalia

1) Peremp : Labia mayora sudah/belum menutupi

labia minora

2) Laki – laki : Testis sudah turun/belum

Masalah : Ada/tidakada

n. Anus

Lubang anus : Ada/tidak ada

Pengeluaran BAB : Feses kuning

3. Pemeriksaan reflek

a. Reflek rooting : Lemah/baik

Yaitu bayi menoleh kearah sentuhan dipipinya atau dekat mulut bayi

a. Reflek sucking : Lemah/baik

Yaitu bayi akan melakukan gerakan menghisap ketika menyentuh mulut

bayi.

4. Pemeriksaan Penunjang

Bilirubin : < 10 mg

37
II. Interprestasi Data

Diagnosa

By. Ny.....umur 3-5 hari dengan ikterus fisiologis.

Data dasar :

Data subjektif :

Ibu mengatakan :

- Telah melahirkan anaknya 3-5 hari yang lalu.

- Ibu cemas dengan keadaan anaknya

- Jenis persalinan spontan

- Bayi langsung nangis dan tidak ada pembengkakan pada

Kepala bayi.

- Saat bayi lahir sehat dan tidak ada kekuningan pada tubuh

- Dan kuningmulai timbul pada hari ke 3.

- ASI ibu masih sangat sedikit

- Tidak ada riwayat keluarga kawin campur (ras asia)

Data objektif :

1. Kesadaran umum : baik/tidak

2. Antopometri

a. BB : 2500-4000 gr

b. PB : 48-52 cm

c. Lingkar kepala : 33-35 cm

d. Lingkar dada : 30-38 cm

e. LILA : 11-12 cm

38
3. Tanda Tanda Vital

a. Nadi : 120 – 160 x/menit

b. Pernapasan : 40 – 60 x/menit

c. Suhu : 36,5-37,5`C

4. Reflek pada bayi

a. Reflek rooting : Lemah

b. Reflek sucking : Lemah

5. Pemeriksaan fisik

a. Kulit

Warna : Kuning

b. Mata

Seklera : Ikterik

c. Dada

Warna kulit : Kuning

d. Telinga

Warna kulit : Kuning

e. Hidung

Warna kulit : Kulit kuning

f. Leher

Warna kulit : Kulit kuning

g. BAB

Warna : Kuning

39
6. Masalah

- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan pada bayi.

- Ibu merasa cemas dengan kondisi anaknya.

7. Kebutuhan

- Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan dengan ASI.

- Mengajarkan tehnik menyusui yang benar dan mengajarkan tehnik

perawatan payudara.

- Perawatan bayi baru lahir normal.

- Menjemur bayi di sinar matahari pagi dengan pakaian terbuka.

III. Masalah Potensial

Ikterus patologis

IV. Kebutuhan Segera

Rujuk ke Rumah Sakit Umum

V. INTERVENSI

N Tujuan/Kriteri Intervensi Rasionalisasi


a
O

D Tujuan : 1. Beri penjelasan 1. ikterus fisiologi kejadian yang


Ikterus teratasi pada ibu bahwa lazim dialami bayi dan di
X
Kriteria : kondisi anaknya perkirakan 50-60 persen bayi aterm
1. Keadaan masih normal. akan mengalami ikterus. Maka
umum dengan penjelasan ini diharapkan

40
Bayi ibu tidak cemas lagi dan dapat
2. TTV dalam merawat bayinya dengan baik.
batas
Normal :
R : 40-50x/m
N:120-
150x/m
S:36,5-
37,5`C
3. Ibu sering
menyusui
bayinya.
4. Kebutuhan
cairan dan
nutrisi ibu
untuk
menyusui
bayi cukup.
` 2. Anjurkan ibu 2. Beri ASI sedini mungkin dengan

untuk menyusui jumlah yang mencukupi (adanya

bayinya sesering makanan dalam usus akan

mungkin minimal meninggikan motilitas usus dan

2-3 jam sekali mengikat bilirubin sehingga

sampai bayi tidak terjadi penguraian oleh

melepaskan beta glikoronidase menjadi

payudara terasa blirubin indirek yang akan di

kosong dan bayi serap kembali kedalam darah

41
melepas (sirkulasi latero-hepatik).

putingnya sendiri. Bilirubin ini dapat larut dalam

air dan pada kadar tertentu

diekskresikan melalui ginjal ,

dimana sebagian diekskresikan

melalui saluran cerna dalam

bentuk urobilinogen dan keluar

bersama feses sebagai

sterkobilin

3. Anjurkan 3. Dengan menganjurkan keluarga


keluarga untuk memberikan motivasi dan suport
memberikan untuk pemberian ASI kepada ibu
Motivasi dan diharapkan bayi mendapatkan ASI
suport untuk yang cukup.
memberikan ASI
pada bayinya.
4. Anjurkan ibu 4. Menjelaskan pentingnya
untuk memenuhi makanan yang bergizi bagi ibu
kebutuhan nutrisi dan cairan yang cukup. Dengan
dan cairan agar pemenuhan kebutuhan nutrisi
produksi ASI dan cairan yang cukup bagi ibu
yang dibutuhkan di harapkan kondisi ibu dan bayi
bayi mencukupi tetap baik.
dan dapat
meningkatkan
kondisi kesehatan
setelah

42
melahirkan
5. Anjurkan ibu 5. Setiap pagi bayi di jemur selama
untuk menjemur lebih kurang 30 menit dengan
bayinya di kondisi tidak mengenakan
sinarmatahari pagi pakaian dan posisi jangan
sekitar jam 07.00- menghadap sinar matahari.
08.00 WIB kurang Dengan menjemur bayi di bawah
lebih selama 30 sinar matahari akan bilirubin
menit dengan bebas menjadi fotoisomer yang
kondisi tidak larut dalam air sehingga bilirubin
menggunakan akan dapat dikeluarkan melalui
pakaian. saluran pencernaan tanpa melalui
proses konjugasi dan
pada akhirnya akan mengurangi
konsentrasi warna kuning yang
tampak pada lapisan mukosa kulit
maupun sklera mata bayi.
Tujuan : 1. Ajarkan ibu tehnik 1. Posisi menyusui yang baik dan
menyusui yang benar merupakan faktor penentu
MI Cairan dan
baik dan benar sukses menyusui, posisi
nutrisi bayi
dengan meletakan menyusui yang tepat akan
terpenuhi.
bayi menghadap membantu perlekatan (latch on)
Kriteria :
ke posisi ibu bayi di mana perlekatan yang
1. Bayi
dengan posisi benar akan membantu bayi
menyusu
menyanggah mengisap ASI secara efektif dan
dengan ade
seluruh tubuh mencegah terjadinya puting lecet
kuat.
bayi,jangan hanya atau luka.
2. Bayi
leher dan bahunya Dengan posisi kepala dan tubuh
menyusu
saja. bayi lurus, hadapkan bayi ke
sering
dada ibu ,sehingga hidung bayi
minimal 2-3

43
jam sekali. berhadapan dengan puting susu ,
3. Kebutuhan dekatkan tubuh bayi ke tubuh ibu
cairan dan menyentuh bibir bayi keputing
nutrisi bayi susunya dan menunggu sampai
terpenuhi. mulut bayi terbuka lebar segera
4. Posisi dekatkan bayi ke payudara
menyusu sehingga bibir bawah bayi
yang benar. terletak dibawah puting susu ibu,
cara melekatkan mulut bayi
dengan benar yaitu dagu
menempel pada payudara ibu ,
mulut bayi terbuka lebar dan
bibir bawah bayi terbuka lebar
2. Beri penjelasan 2. Untuk sering memberi makanan
pada ibu untuk bayi selama hari hari pertama
menyusui bayinya kehidupan bayi untuk
sesering mungkin memudahkan keluarnya
minimal 2-3 jam mekonium, mekonium memiliki
sekali supaya bayi kandungan bilirubin yang tinggi
sering untuk dan penundaan keluarnya
memudahkan mekonium meningkatkan
keluarnya reabsorpsi bilirubin sebagai
mekonium bagian dari pirau enterohepatik .

M Tujuan : 1. Beri penjelasan 1. Ikterus fisiologis terjad imulai hari


pada ibu bahwa ke 2 sampai ke 3 dan akan
2 Cemas pada
kondisi anaknya menghilang dalam tempo 10 hari.
ibu teratasi
sudah normal. Dengan memberikan penjelasan
dan ikterus
pada ibu tentang kondisi anaknya
pada bayi
di harapkan ibu sudah tidak cemas
berkurang

44
Kriteria : lagi.

KU bayi baik
TTV :

R : .40-50x/m

N:120-150x/m

S :36.5-37,5`C

2. Beri penjelasan 2. Tanda-tanda bahaya ini dapat


pada ibu tanda – terdiri dari pucat, hipotonia,
tanda bahaya pada (menjuntai) enggan atau menolak
bayi dan harus disusui,mengantuk secara
mewaspadai tanda berlebihan, muntah, menangis
perburukan secara melengking, fireksia, dan
kondisi yang gawat nafas. Dengan penjelasan
dapat berarti ini diharapkan ibu cepat mengerti
bahwa bayi bila terjadi pada bayinya kondisi
memerlukan seperti ini ibu cepat membawa
perhatian medis. bayinya kefasilitas kesehatan
terdekat.
3. Ajarkan ibu untuk 3.Aspek penting dalam perawatan
merawat bayi bayi baru lahir adalah jaga bayi
dengan baik, tetap hangat dan kering dan
menjaga memandikan bayi untuk menjaga
kehangatan dan kebersihannya.
kebersihan bayi.

4. Anjurkan keluarga 4. Dengan memberikan motivasi dan


untuk memberi support mental kepada ibu di
motivasi dan harapkan ibu mampu merawat

45
support mental bayinya dengan baik.
pada ibu agar ibu
mampu untuk
merawat anaknya

VI. 1mplementasi

Implementasi sesuai intervensi

VII. Evaluasi

Setelah implementasi dilakukan evaluasi dilanjutkan denganpendokumentasi

SOAP pada kunjungan berikutnya.

G. Pertanyaan penelitian

Bagaimana Asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus fisiologis di

wilayah puskesmas Kampung delima.s

46
BAB III

METODE LAPORAN KASUS

A. Jenis laporan Kasus

Dalam konsep penelitian secara umum , desain penelitian yang di pilih

harus dapat menjawab tujuan penelitian, desain penelitian sangat

tergantung pada masalah penelitian sejauh mana telah di ketahui masalah

tersebutdan sejauh mana kemungkinan sumber data bisa di dapatkan .

Study kasus asuhan kebidanan komprehensif pada bayi baru lahir ini

di lakukan dengan menggunakan jenis metode penelitian studi penelaahan

kasusdengan carameneliti suatu permasalahan yang berhubungan dengan

kasus itu sendiri, faktor faktor yang mempengaruhi , kejadian kejadian

khusus yang muncul sehubungandengan kasus maupun tindakan dan

sssssreaksi kasus terhadap suatu perlakuan.

Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dalam bentuk study

kasus(Case Study) .Yakni dengan cara meneliti suatu permasalahan yang

berhubungan dengan kasus itu sendiri,faktor-faktor yang mempengaruhi,

kejadian-kejadian khususnya yang muncul sehubungan dengan kasus

maupun tindakan dan reaksi ksus terhadap suatu perlakuan

Metode pelaporan ini dipilih oleh peneliti untuk memperoleh pemahaman

yang mendalam dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan

ikterus fisiologis.

47
B. Lokasi dan waktu

1. Tempat study kasus

Study kasus ini dilaksanakan di Bidan Praktek Mandiri Wolayah

kabupaten Rejang Lebong.

2. Waktu penelitian

Pelaksanaan study kasus ini di laksanakan pada bulan April sampai

dengan bulan Juli 2018 (jadwal terlampir).

C. Subjek Laporan Tugas Akhir

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang bayi baru

lahir dengan ikterus fisiologis, tehnik pengambilan sampel atau sujek

penelitian yang akan digunakan adalah purposive sampling yaitu

pengambilan sampel secara purposive di dasarkan pada suatu

pertimbangan yang di buat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat

populasi yang sudah di ketahui sebelumnya (Notoadmojo ,2010)

D. Instrumen Laporan Kasus

Secara umum pengertian instrumen penelitian adalah alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data study kasus asuhan kebidanan bayi

baru lahir dengan ikterus fisiologis dengan kriteria intervensi :

1. Keluarga bersedia di berikan informasi tentang bayi baru lahir dengan

ikterus fisiologis

2. Bayi tidak cacat konginetal

3. Bayi mempunyai berat badan normal (2500 s/d 4000 )

48
4. Bayi dengan kriteria ikterus dengan kremer 3 yaitubayi kuning dari

bagian kepala dan leher,badan bagian atas, bagian bawah dan tungkai

Instrumen yang di gunakan peneliti adalah lembar observasi, wawancara

dan study dokumentsi dlam bentuk format asuhan kebidanan pada bayi

baru lahir .

E. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data , tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standr data yang di dapatkan.

Pengumpulan data dpat menggunakan data primer dan data sekunder data

primer adalah sumber data yang langsung dan data sekunder sumber data

yang tidak langsung misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Data primer dikumpulkan dengan cara pengamatan/observasi,

wawancara,intervensi tindakan

Data sekunder di kumpulkan antara lain dengan cara menggunakan daftar

lisan ,formulir komplikasi data dan lain-lain.

F. Triangulasi data

Merupakan tehnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

dari berbagai tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada ,

triangulasi data ada dua yaitu triangulasi data sumber dan tehnik ,

Triangulasi tehnik bearti peneliti menggunakan tehnikpengumpulan data

yang berbeda beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama

49
peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan

dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

Triungulasi sumber bearti untuk mendapatkan data dari sumber yang

berbeda-beda dengan tehnik yang sama .

G. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang di gunakan peneliti dalam menggunakan laporan

tugas akhir antara lain :

1. Alat yang di gunakan adalah :

Stestokop, timbangan bayi , ukur tinggi badan (meteran),senter, jam

tangan, termometer, tong spatel, handscoon.

Kain kasa, kapas alkohol, bayi baru lahir

2. Bahan yang di gunakan adalah :

Format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, format wawancara,

Catatan medik, status pasien atau buku KIA , kain kasa , kapas alkohol

50
BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran lokasi penelitia

Desa seguring adalah desa yang di bawah wilayah Puskesmas Kampung

delima yang mana berlokasi di kecamatan Curup utara kabupaten Rejang

lebong , desa Seguring mempunyai satu polindes yang ditempati satu bidan

desa yang mana sarana prasarana yang di miliki polindes tersebut adalah 1

kamar bersalin,1 tempat tidur untuk ibu nifas, partus set, stetoskop,tensi

meter, doppler, hecting set, alat cek Hb, set KB, dan alat pemeriksaan fisik .

Jenis pelayanan yang di berikan berupa layanan KIA-KB,ANC,Persalinan 24

jam, pelayanan nifas.

B. Tinjauan kasus

Tanggal pengkajian : 20 Mei 2018

Jam pengkajian : 10.00WIB

Tempat pengkaian : Rumah pasien

Pengkaji : Floren sisca.R.

A. Data Subjektif

1. Identitas

a. Bayi

Nama bayi : By Ny R

51
Umur : 5 hari setelah lahir

Lahir : 14 Mei 2018

Jam lahir : 09.30 WIB

b. Orang tua

Nama ayah : Tn T

Umur : 31 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : petani

Alamat : Desa seguring Kec. Curup utara

c. Nama ibu : Ny R

Umur : 30 Tahun

Agama : Islam

Suku : Rejang

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tani

Alamat : Desa seguring Kec. Curup utara

2. Anamese

a. Keluhan utama

Ibu mengatakan :

- Telah melahirkan anaknya 5 hari yang lalu

- Saat lahir bayinya normal tidak ada kekuningan pada tubuh.

- Bayinya kurang menyusu

52
- Bayi lahir spontan, bayi langsung menangis

- Bayi lebih banyak tidur

- Puting susu ibu lecet

- Kuning pada tubuh bayi timbul pada hari ke 5

b. Riwayat kesehatan keluarga

Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit jantung,

Hipertensi,gangguan pernapasan,HIV/AIDS,dan penyakit menular

lainnya (hepatitis,malaria dan lain lain)

c. Riwayat Perinatal,Natal dan Post Natal

No Kehamilan Persalinan Bayi Nifas

UK ANC TT Tgl Temp Peno Jenis Penyulit JK BB Laktasi Penyulit


at Long

14/ Spo Tidak L 25 Tidak


1 36 4x 2x 5/1 polin Bidan ntan ada K 00 Ada ada
mg 8 des

d. Pola pemenuhan nutrisi

1) Nutrisi

Jenis : ASI

Frekuensi : < 8 kali sehari

Durasi : < 5 menit

Masalah pemberian ASI : ada,ASI sedikit yang keluar

2) Eliminasi

a) BAK

Frekuensi : < 6 kali sehari

53
Bau : khas urine

Warna : kuning

Masalah : tidak ada

b) BAB

Frekuensi : < 4 kali

Konsistensi : lembek

Warna : kuning

Bau : khas feses

Masalah : tidak ada

b. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

Tanda – tanda vital

Nadi : 125 x/menit

RR : 40 x/menit

Suhu : 36,5`C

Berat badan : 2500 gram

Panjang badan : 48 cm

Lingkar kepala : 33 cm

Lingkar dada : 31 cm

2. Pemeriksaan fisik

54
a. Kepala

Rambut : Ada

Caput Succedaneum : Tidak ada

Cepal hematom : Tidak ada

Masalah : Tidak ada

b. Muka

Warna kulit : Kuning

Sianosis : Tidak

c. Mata

Bentuk : Simetris

Conjungtiva : Ananemis

Sklera : Ikterik

d. Hidung

Bentuk : Simetris

Kebersihan : Bersih

Polip : Tidak ada

Secret : Tidak ada

e. Telinga

Bentuk : Simetris

Secret : Tidak ada

Kebersihan : Bersih

f. Mulut dan bibir

Mukosa bibir : Kering

55
Lidah : Tidak

Reflek hisap : Baik

Masalah : Tidak

g. Leher

Warna kulit : Kuning

Nyeri tekan : Tidak ada

Tonus otot : Baik

Pembengkakan : Tidak ada

h. Dada

Bentuk : Simetris

Benjolan : Tidak ada

Warna kulit : Kuning

i. Abdomen

Bentuk : Simetris

Keadaan : Tidak kembung

Pem.Hati : -

Pem. Limpe : -

Bising usus : +

Tali pusat : kering

Warna kulit : Kuning batas pusat

j. Kulit

Warna kulit : Kuning batas tubuh bagian atas

Verniks Caseosa : Tidak ada

56
Tanda lahir : Tidak ada

k. Punggung

Bentuk : Datar

Kelainan : Tidak

Warna kulit : Kuning

l. Ekstermitas

a. Atas

Bentuk : Simetris

Kebersihan : Bersih

Warna kuku : Tidak kuning

Warna kulit : Tidak kuning

Grade : 3

Pergerakan : Baik/kurang

Kelainan : Tidak ada

b. Bawah

Bentuk : Simetris

Warna kuku : Tidak kuning

Warna kulit : Tidak kuning

Pergerakan : Baik

Kelainan : Tidak ada

m. Genetalia

a. Laki – laki : Testis sudah turun

Masalah : Tidak ada

57
n. Anus

Lubang anus : Ada

Pengeluaran BAB : Feses kuning

3. Pemeriksaan reflek

a. Reflek rooting : Lemah

Yaitu bayi menoleh kearah sentuhan dipipinya atau dekat mulut bayi

b. Reflek sucking : Lemah

Yaitu bayi akan melakukan gerakan menghisap ketika menyentuh

mulut bayi

4. Pemeriksaan Penunjang

Bilirubin : < 10 mg

II. Interprestasi Data

Diagnosa

By. Ny R umur 5 hari dengan ikterus fisiologis.

Data dasar :

Data subjektif :

Ibu mengatakan :

- Telah melahirkan anaknya 5 hari yang lalu.

- Ibu cemas dengan keadaan anaknya

- Jenis persalinan spontan

- Puting susu ibu lecet atau luka

58
- Bayi langsung nangis dan tidak ada pembengkakan pada

Kepala bayi.

- Saat bayi lahir sehat dan tidak ada kekuningan pada tubuh

- Dan kuning mulai timbul pada hari ke 5.

- ASI ibu masih sangat sedikit

- Tidak ada riwayat keluarga kawin campur (ras asia)

Data objektif :

1. Kesadaran umum : Baik

2. Antopometri

a. BB : 2500 gr

b. PB : 48 cm

c. Lingkar kepala : 33 cm

d. Lingkar dada : 31 cm

e. LILA : 11 cm

3. Tanda Tanda Vital

d. Nadi : 125 x/menit

e. Pernapasan : 40 x/menit

f. Suhu : 36,5`C

4. Reflek pada bayi

a. Reflek rooting : Baik

b. Reflek sucking : Baik

5. Pemeriksaan fisik

a. Kulit

59
Warna : Kuning

b. Mata

Seklera : Ikterik

c. Dada

Warna kulit : Kuning

d. Telinga

Warna kulit : Kuning

e. Hidung

Warna kulit : Kulit kuning

f. Leher

Warna kulit : Kulit kuning

g. BAB

Warna : Kuning

6. Masalah

- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan pada bayi dan puting

susu ibu lecet.

- Ibu merasa cemas dengan kondisi anaknya.

7. Kebutuhan

- Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan dengan ASI.

- Mengajarkan tehnik menyusui yang benar dan mengajarkan tehnik

perawatan payudara.

- Perawatan bayi baru lahir normal.

60
- Menjemur bayi di sinar matahari pagi dengan pakaian terbuka.

III. Masalah Potensial

Ikterus patologis

IV. Kebutuhan Segera

Rujuk ke Rumah Sakit Umum

V. INTERVENSI

N Tujuan / Kriteria Intervensi Rasionalisasi


O

D Tujuan : 1. Beri penjelasan 1. ikterus fisiologi kejadian


Ikterus teratasi pada ibu bahwa yang lazim dialami bayi
X
Kriteria : kondisi anaknya dan di perkirakan 50-60
1. Keadaan umum masih normal. persen bayi aterm akan
Bayi mengalami ikterus. Maka
2. TTV dalam batas dengan penjelasan ini
Normal : diharapkan ibu tidak
R : 40-50x/m cemas lagi dan dapat

61
N:120- 150x/m merawat bayinya dengan
S:36,5-37,5`C baik.
3. Ibu sering
menyusui bayinya
dan puting susu
tidak lecet lagi.
4. Kebutuhan cairan
dan nutrisi ibu
untuk menyusui
bayi cukup.
5. Ibu dan keluarga
menjemur bayinya
selama 30menit
setiappagi dari jam
07.00-08.00 WIB.
6. Tanda-tanda
ikterus tidak ada
lagi seperti :
a. Kulit bayi tidak
kuning lagi
b. Mukosa bibir
lembab,sklera
ikterik.
c. Kadar bilirubin
tidak melebihi
batas normal.
` 2. Anjurkan ibu 2. Beri ASI sedini mungkin
untuk menyusui dengan jumlah yang
bayinya sesering mencukupi (adanya
mungkin minimal makanan dalam usus
2-3 jam sekali akan meninggikan

62
sampai bayi motilitas usus dan
melepaskan mengikat bilirubin
payudara terasa sehingga tidak terjadi
kosong dan bayi penguraian oleh beta
melepas putingnya glikoronidase menjadi
sendiri. blirubin indirek yang
akan di serap kembali
kedalam darah (sirkulasi
latero-hepatik).
Bilirubin ini dapat larut
dalam air dan pada kadar
tertentu diekskresikan
melalui ginjal , dimana
sebagian diekskresikan
melalui saluran cerna
dalam bentuk
urobilinogen dan keluar
bersama feses sebagai
sterkobilin
3. Anjurkan keluarga 3. Dengan menganjurkan
untuk memberikan keluarga memberikan
Motivasi dan motivasi dan suport untuk
suport untuk pemberian ASI kepada ibu
memberikan ASI diharapkan bayi
pada bayinya. mendapatkan ASI yang
cukup.
4. Anjurkan ibu untuk 4. Menjelaskan pentingnya
memenuhi makanan yang bergizi
kebutuhan nutrisi bagi ibu dan cairan yang
dan cairan agar cukup. Dengan

63
produksi ASI yang pemenuhan kebutuhan
dibutuhkan bayi nutrisi dan cairan yang
mencukupi dan cukup bagi ibu di
dapat harapkan kondisi ibu dan
meningkatkan bayi tetap baik.
kondisi kesehatan
setelah melahirkan
5. Anjurkan ibu untuk 5. Setiap pagi bayi di jemur
menjemur bayinya selama lebih kurang 30
di sinarmatahari menit dengan kondisi
pagi sekitar jam tidak mengenakan
07.00-08.00 WIB pakaian dan posisi jangan
kurang lebih menghadap sinar
selama 30 menit matahari.
dengan kondisi Dengan menjemur bayi di
tidak menggunakan bawah sinar matahari
pakaian. akan bilirubin bebas
menjadi fotoisomer yang
larut dalam air sehingga
bilirubin akan dapat
dikeluarkan melalui
saluran pencernaan tanpa
melalui proses konjugasi
dan
pada akhirnya akan
mengurangi konsentrasi
warna kuning yang
tampak pada lapisan
mukosa kulit maupun
sklera mata bayi.

64
Tujuan : 1. Ajarkan ibu tehnik 1. Posisi menyusui yang baik
Cairan dan nutrisi menyusui yang dan benar merupakan
MI
bayi terpenuhi dan baik dan benar faktor penentu sukses
puting susu tidak dengan meletakan menyusui, posisi
lecet lagi. bayi menghadap ke menyusui yang tepat akan
Kriteria : posisi ibu dengan membantu perlekatan
1. Bayi menyusu posisi menyanggah (latch on) bayi di mana
dengan ade kuat. seluruh tubuh perlekatan yang benar
2. Bayi menyusu bayi,jangan hanya akan membantu bayi
sering minimal 2- leher dan bahunya mengisap ASI secara
3 jam sekali. saja. efektif dan mencegah
3. Kebutuhan cairan terjadinya puting lecet
dan nutrisi bayi atau luka.
terpenuhi. Dengan posisi kepala dan
4. Posisi menyusu tubuh bayi lurus,
yang benar. hadapkan bayi ke dada ibu
5. Puting susu sudah ,sehingga hidung bayi
tidak lecet lagi. berhadapan dengan puting
susu , dekatkan tubuh bayi
ke tubuh ibu menyentuh
bibir bayi keputing
susunya dan menunggu
sampai mulut bayi terbuka
lebar segera dekatkan bayi
ke payudara sehingga
bibir bawah bayi terletak
dibawah puting susu ibu,
cara melekatkan mulut
bayi dengan benar yaitu
dagu menempel pada
payudara ibu , mulut bayi

65
terbuka lebar dan bibir
bawah bayi terbuka lebar
2. Beri penjelasan 2. Untuk sering memberi
pada ibu untuk makanan bayi selama hari
menyusui bayinya hari pertama kehidupan
sesering mungkin bayi untuk memudahkan
minimal 2-3 jam keluarnya mekonium,
sekali supaya bayi mekonium memiliki
sering untuk kandungan bilirubin yang
memudahkan tinggi dan penundaan
keluarnya keluarnya mekonium
mekonium meningkatkan reabsorpsi
bilirubin sebagai bagian
dari pirau enterohepatik .

M Tujuan : 1. Beri penjelasan 1. Ikterus fisiologis terjad


Cemas pada ibu pada ibu bahwa imulai hari ke 2 sampai ke
2
teratasi dan ikterus kondisi anaknya 3 dan akan menghilang
pada bayi berkurang sudah normal. dalam tempo 10 hari.
Kriteria : Dengan memberikan
KU bayi baik penjelasan pada ibu
TTV : tentang kondisi anaknya di
R : .40-50x/m harapkan ibu sudah tidak
N:120-150x/m cemas lagi.
S :36.5-37,5`C
2. Beri penjelasan 2. Tanda-tanda bahaya ini
pada ibu tanda – dapat terdiri dari pucat,
tanda bahaya pada hipotonia, (menjuntai)
bayi dan harus enggan atau menolak
mewaspadai tanda disusui,mengantuk secara

66
perburukan kondisi berlebihan, muntah,
yang dapat berarti menangis secara
bahwa bayi melengking, fireksia, dan
memerlukan gawat nafas. Dengan
perhatian medis. penjelasan ini diharapkan
ibu cepat mengerti bila
terjadi pada bayinya
kondisi seperti ini ibu
cepat membawa bayinya
kefasilitas kesehatan
terdekat.
3. Ajarkan ibu untuk 3. Aspek penting dalam
merawat bayi perawatan bayi baru lahir
dengan baik, adalah jaga bayi tetap
menjaga hangat dan kering dan
kehangatan dan memandikan bayi untuk
kebersihan bayi. menjaga kebersihannya.

4. Anjurkan keluarga 4. Dengan memberikan


untuk memberi motivasi dan support
motivasi dan mental kepada ibu di
support mental harapkan ibu mampu
pada ibu agar ibu merawat bayinya dengan
mampu untuk baik.
merawat anaknya

67
VI. 1mplementasi

No Hari/Tgl/Jam Implementasi Respon Paraf

Dx Minggu 1. Menberikan 1. Ibu mengerti


20 Mei 2018 penjelasan pada ibu bahwa kondisi
09.00 wib bahwa kondisi anaknya
anaknya normal normal.

Minggu 2. Menjelaskan hasil 2. Hasilpemeriksa


20 Mei 2018 pemeriksaan. an bayi dalam
09.45 wib keadaan sehat
TTV
Nadi : 125
x/mnt
R : 40 x/mt
T : 36,5 C
Warnah kulit
kuning batas
dada

Minggu 3. Menganjurkan 3. Keluarga


20 mei 2018 keluarga untuk memberikan
10.00 WIB memberikan motivasi suport pada ibu
dan suport padaibu dan ibu telah
untuk pemberian ASI memberikan
kepada bayinya. ASI kepada
bayinya.

68
Minggu 4. Mengajarkan ibu 4. Ibu
20 Mei 2018 untuk merawat bayi menyelimuti
10.10 WIB dengan baik,menjaga bayi saat tidur
kehangatan dan dan ibu tetap
kebersihan serta menjaga
merawat tali pusat kebersihan tali
bayi. pusat bayi.

Minggu 5. Mengajarkan ibu 5. Saat jari di


20 Mei 2018 tehnik menyusui yang dekatkan pada
10.25 WIB benar dengan posisi mulut bayi ,
tangan dan kaki bayi bayi tampak
sejajar dengan mencari dan
menghadap perut ibu saat puting susu
serta merangsang di masuk
mulut bayi atau pipi kedalam mulut
bayi dengan bayi , bayi
menggunakan jari tampak
telunjuk atau menghisap
kelingking dengan baik
(rooting)supaya bayi dan bayi
terangsang dan menyusu bayi
mencari puting susu tampak tenang
serta mau menghisap dan puting susu
( sucking). tidak sakit lagi.

Minggu 6. Menganjurkan ibu 6. Ibu menyusui


20 Mei 2018 untuk menyusui bayinya kurang
10.35 WIB bayinya sesering lebih setiap 2

69
mungkin minimal 2-3 jam sekali.
jam sekali, dan
menyusui sampai
payudara terasa
kosong.

Minggu 7. Menganjurkan ibu 7. Ibu sudah


20 Mei 2018 untuk memenuhi mengkonsumsi
10.40 WIB kebutuhan nutrisi dan nasi sebanyak 1
cairan ibu agar piring dengan
produksi ASI yang di lauk telur,
butuhkan bayi tempe dan
bertambah banyak sayuran,serta
dan dapat ibu sudah
meningkatkan minum lebih
pemulihan kondisi kurang dari 8
kesehatan setelah gelas sehari.
melahirkan seperti
sayur sayuran, telur,
daging, serta kacang
kacangan dan banyak
minum air putih.

Minggu 8. Menganjurkan ibu 8. Ibu sudah


20 Mei 2018 untuk menjemurkan menjemur
11.00 WIB bayinya disinar bayinyatadi
matahari pagi sekitar pagi jam 07.00
jam 07.00-08.00 WIB WIB di bawah
kurang lebih selama sinar matahari
30 menit dengan pagi tanpa
kondisi tidak mengenakan

70
menggunakan pakaian.
pakaian.

Minggu 9. Memberikan 9. Ibu sudah


21 Mei 2018 dukungan pada ibu belajar untuk
11.10 WIIB secara psikologi agar menyusui
ibu lebih percaya diri bayiny
untuk menyusui
bayinya.

VII. EVALUASI

Hari/Tanggal Evaluasi

Minggu,21 Mei 2018 S : Ibu mengatakan anaknya terlihat kuning pada hari
ke -5 setelah lahir,tubuh sampai dada dan bagian mata
terlihat kuning, ibu cemas dengan keadaan anaknya dan
berharap semoga tidak terjadi apapun terhadap anaknya.
O : Tanda TandaVital :
Suhu : 36,5 ‘C
Nadi : 125 x/mnt
Pernapasan : 40 x/mnt
Muka : Warna kekuningan
Mata : Sklera ikterik

71
Leher : Tampak kekuningan
Dada : Tampak kekuningan
A : Bayi “ R “ umur 5 hari dengan ikterus fisiologis
P : Implementasi di lanjutkan
1. Menganjurkan ibu untuk menyusui minimal 2-3
kali sehari
Respon : ibu sudah menyusui bayinya setiap
bayinya menangis saja.
2. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk
menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi
selama 30 menit tanpa menggunakan pakaian
Respon : suami sudah menjemur bayi di bawah
sinar matahari tadi pagi pukul 7.30 WIB selama
15 menit dengan menggunakan pakaian.
3. Menganjurkan ibu untuk memenuhikebutuhan
nutrisi dan cairannya
Respon : ibu tadi sudah makan nasi 1 piring
dengan lauk tempe, sayur dan telur , ibu juga
sudah minum lebih dari 8gelas sehari.
4. Mengajarkan pada ibu cara menyusu yang benar
Respon : ibu bisa sebagian tehnik menyusu
dengan benar seperti merangsang reflek mulut
bayi agar bayi membuka mulutnya.
5. Mengajarkan ibu dan keluarga cara merawat
bayinya
Respon : ibu sudah bisa memasang bedong bayi
tapi masih terlihat ragu dan bisa merawat tali
pusat bayi ketika basah.

72
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal Evaluasi Paraf

Senen, 21 Mei S : ibu mengatakan bayi menyusu kuat, tapi


masih terlihat kuningdan ibu berharap tidak
2018
terjadi hal yang tidak di inginkan.
O : Tanda tanda vital :
Suhu : 36,3’
Nadi : 118 x/mnt
Pernapasan : 40 x/mnt
Muka : warna kekuningan
Mata : sklera ikterik
Leher : tampak kekuningan
Dada : tampak kekuningan
A : Bayi “ R “ umur 8 hari dengan ikterus
fisiologis
P : Implementasi di lanjutkan
1. Menganjurkan ibu untuk menyusui
minimal 2-3 kali sehari
Respon : ibu sudah menyusui bayinya
setiap bayinya menangis saja.
2. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk
menjemur bayi di bawah sinar matahari
pagi selama 30 menit tanpa
menggunakan pakaian
Respon : mertua sudah menjemur bayi di
bawah sinar matahari tadi pagi pukul
7.30 WIB selama 15 menit dengan
tanpa menggunakan pakaian tapimasih
sebagian di tutupi dengan bedong.

73
3. Menganjurkan ibu untuk
emenuhikebutuhan nutrisi dan cairannya
Respon : ibu sudah makan nasi 3 x
sehari dengan porsi 1 piring dengan lauk
tempe, sayur dan telur , ibu juga sudah
minum lebih dari 8 sgelas sehari.
4. Mengajarkan pada ibu cara menyusu
yang benar
Respon : ibu bisa sebagian tehnik
menyusu dengan benar seperti
memposisikan bayi menghadapke perut
ibu dan merangsang reflek mulut bayi
agar bayi membuka mulutnya.
5. Mengajarkan ibu dan keluarga cara
merawat bayinya
Respon : ibu sudah bisa merawat
bayinya dan memasang bedong bayi
serta popok bayinya dan bisa merawat
tali pusat bayi yang hampir lepas.

Selasa,22Mei S : ibu mengatakan bayi menyusu kuat ,tapi


masih terlihat agak kuning dan ibu berharap
2018
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
O : Tanda tanda vital :
Suhu : 36’C
Nadi : 110 x/mnt
Pernapasan : 43 x/mnt
Muka : warna kekuningan
Mata : sklera ikterik
Leher : tampak kekuningan
Dada : tidak kuning lagi

74
A : Bayi “ R “ umur 9 hari dengan ikterus
fisiologis
P : Implementasi di lanjutkan
1. Menganjurkan ibu untuk menyusui
minimal 2-3 kali sehari
Respon : ibu sudah mulai rutin menyusui
bayinya 2 jam sekali.
2. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk
menjemur bayi di bawah sinar matahari
pagi selama 30 menit tanpa
menggunakan pakaian
Respon : hari ini bayi tidak di jemur
karena hari hujan.
3. Menganjurkan ibu untuk
emenuhikebutuhan nutrisi dan cairannya
Respon : ibu sudah makan nasi 3 x
sehari dengan porsi 1 piring dengan lauk
tempe, sayur dan telur , ibu juga sudah
minum lebih dari 8 sgelas sehari.
4. Mengajarkan pada ibu cara menyusu
yang benar
Respon : ibu bisa sebagian tehnik
menyusu dengan benar seperti
memposisikan bayi menghadapke perut
ibu dan merangsang reflek mulut bayi
agar bayi membuka mulutnya.
5. Mengajarkan ibu dan keluarga cara
merawat bayinya
Respon : ibu sudah bisa merawat
bayinya dan memasang bedong bayi
serta popok bayi .

75
Rabu, 23 Mei S : ibu mengatakan bayi menyusu kuat ,tapi
bagian wajah dan mata masih terlihat agak
2018
kuning dan ibu berharap tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan.
O : Tanda tanda vital :
Suhu : 36’C
Nadi : 100 x/mnt
Pernapasan : 40 x/mnt
Muka : warna kekuningan
Mata : sklera ikterik
A : Bayi “ R “ umur 9 hari dengan ikterus
fisiologis
P : Implementasi di lanjutkan
1. Menganjurkan ibu untuk menyusui
minimal 2-3 kali sehari
Respon : ibu sudah mulai rutin menyusui
bayinya 2 jam sekali.
2. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk
menjemur bayi di bawah sinar matahari
pagi selama 30 menit tanpa
menggunakan pakaian
Respon : mertua sudah menjemur
bayinya selama 20 menit tanpa
menggunakan pakaian .
3. Menganjurkan ibu untuk
emenuhikebutuhan nutrisi dan cairannya
Respon : ibu sudah makan nasi 3 x
sehari dengan porsi 1 piring dengan lauk
tempe, sayur dan telur , ibu juga sudah
minum lebih kurang 10 segelas sehari.
4. Mengajarkan pada ibu cara menyusu

76
yang benar
Respon : ibu bisa menyusu dengan benar
seperti memposisikan bayi menghadap
ke perut ibu dan merangsang reflek
mulut bayi agar bayi membuka mulutnya
dan bayi menyusu dengan tenang.
5. Mengajarkan ibu dan keluarga cara
merawat bayinya
Respon : ibu sudah bisa merawat
bayinya dengan baik .

Kamis, 24Mei
S : ibu mengatakan bayi menyusu kuat bagian
2018 badan dan wajah sudah tidak kuning lagi tapi
matamasih kekuningan.
O : Tanda tanda vital :
Suhu : 36’C
Nadi : 100 x/mnt
Pernapasan : 40 x/mnt
Muka : warna kekuningan
Mata : sklera ikterik
A : Bayi “ R “ umur 10 hari dengan ikterus
fisiologis
P : Implementasi di lanjutkan
1. Menganjurkan ibu untuk menyusui
minimal 2-3 kali sehari
Respon : ibu sudah mulai rutin menyusui
bayinya 2 jam sekali.
2. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk
menjemur bayi di bawah sinar matahari
pagi selama 30 menit tanpa
menggunakan pakaian

77
Respon : mertua sudah menjemur
bayinya selama 30 menit tanpa
menggunakan pakaian .
3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan cairannya
Respon : ibu sudah makan nasi 3 x
sehari dengan porsi 1 piring dengan lauk
tempe, sayur dan telur , ibu juga sudah
minum lebih dari 10 segelas sehari.
4. Mengajarkan pada ibu cara menyusu
yang benar
Respon : ibu bisa menyusu dengan benar
seperti memposisikan bayi menghadap
ke perut ibu dan merangsang reflek
mulut bayi agar bayi membuka mulutnya
dan bayi menyusu dengan tenang.
5. Mengajarkan ibu dan keluarga cara
merawat bayinya
Respon : ibu sudah bisa merawat
bayinya dengan baik .

S : ibu mengatakan bayi menyusu kuat bagian


Jumat, 25 Mei
badan dan wajah sudah tidak kuning lagi tapi
2018
mata masih agak kekuningan.
O : Tanda tanda vital :
Suhu : 36’C
Nadi : 115 x/mnt
Pernapasan : 45 x/mnt
Muka : warna kekuningan
Mata : sklera ikterik
A : Bayi “ R “ umur 11 hari dengan ikterus

78
fisiologis
P : Implementasi di lanjutkan
1. Mengingatkan ibu untuk sering
menyusui minimal 2-3 kali sehari
Respon : ibu sudah menyusui bayinya
tiap 2 jam sekali.
2. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk
menjemur bayi di bawah sinar matahari
pagi selama 30 menit tanpa
menggunakan pakaian
Respon : suami sudah menjemur bayinya
selama 30 menit tanpa menggunakan
pakaian .
3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan cairannya
Respon : ibu sudah makan nasi 3 x
sehari dengan porsi 1 piring dengan lauk
tempe, sayur dan telur , ibu juga sudah
minum lebih dari 10 segelas sehari.
4. Mengajarkan pada ibu cara menyusu
yang benar
Respon : ibu bisa melakukan tehnik
menyusui dengan benar.
5. mengajarkan ibu dan keluarga cara
merawat bayinya
Respon : ibu sudah bisa merawat
bayinya dengan baik .

Sabtu, 26 Mei S : ibu mengatakan bayi menyusu kuat bagian


badan dan tidak tampak kuningan lagi.
2018
O : Tanda tanda vital :

79
Suhu : 36’C
Nadi : 115 x/mnt
Pernapasan : 45 x/mnt
A : Bayi “ R “ umur 12 hari dengan ikterus
fisiologis
P : Implementasi di lanjutkan
1. Mengingatkan ibu untuk sering
menyusui minimal 2-3 kali sehari
Respon : ibu sudah menyusui bayinya
tiap 2 jam sekali.
2. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk
menjemur bayi di bawah sinar matahari
pagi selama 30 menit tanpa
menggunakan pakaian
Respon : suami sudah menjemur bayinya
selama 30 menit tanpa menggunakan
pakaian .
3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan cairannya
Respon : ibu sudah makan nasi 4 x
sehari dengan porsi 1 piring dengan lauk
tempe, sayur dan telur , ibu juga sudah
minum lebih dari 10 segelas sehari.
4. Mengajarkan pada ibu cara menyusu
yang benar
Respon : ibu bisa melakukan tehnik
menyusui dengan benar.
5. mengajarkan ibu dan keluarga cara
merawat bayinya
Respon : ibu sudah bisa merawat
bayinya dengan baik .

80
81

Anda mungkin juga menyukai