Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan

generasi akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk

menurunkan angka kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak

dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan

dan sampai berusia 18 tahun. Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan

mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang

berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) (Kemenkes RI

2017).

Perhatian terhadap upaya penurunan AKN menjadi penting karena

kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi

(Kemenkes RI 2017). Menurut World Health Organization (WHO) diantara

negara anggata Association of South East Asian Nations (ASEAN) Indonesia

menduduki peringkat kelima tertinggi AKN dibandingkan negara lainnya

yaitu sebesar 27 per 1000 kelahiran hidup (Unand 2016). Data Kesehatan

Bengkulu 2016 menyebutkan AKN di Provinsi Bengkulu sebesar 8 per 1000

KH (Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2017) sedangkan di Kabupaten

Bengkulu Selatan jumlah AKN sebesar 2,20 per 1000 KH (Dinkes Kabupaten

Bengkulu Selatan 2017).


2

Suistainable Development Goal’s (SDGs) sebagai program lanjutan dari

Millenium Development Goal’s (MDGs) berkomitmen untuk menurunkan

angka kematian bayi hingga menjadi 12 per 1.000 KH pada tahun 2030

(Ermalena 2017). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian

bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun.

AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal,

status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi

lingkungan dan sosial ekonomi (Kemenkes RI 2017).

WHO melaporkan kejadian BBLR di dunia rentang tahun 2005-2010

adalah sebesar 15%. Di South-East Asia angka kejadian BBLR mencapai 24%

dan yang tertinggi ada pada negara India dengan persentase 28%

Susilowati 2016). Provinsi Bengkulu tahun 2016 mencatat sebanyak 387 bayi

(1,5%) dengan BBLR dengan angka kejadian tertinggi di Kabupaten Rejang

Lebong yaitu sebanyak 11 kasus dan terendah di Kabupaten Muko-muko,

Lebong dan Kepahian sebanyak 0 kasus (Dinkes Provinsi Bengkulu 2017)

sedangkan di Kabupaten Bengkulu Selatan sepanjang tahun 2017 terdapat 38

kasus BBLR dimana kasus tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Talang

Randai sebanyak 9 kasus dan terendah di wilayah kerja Puskesmas Kota

Manna, Pasar Manna, Palak Bengkerung dan Anggut (Dinkes Kabupaten

Bengkulu Selatan 2017).

Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi
3

pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan

(intrauterine growth restriction) (Pudjiadti 2014).

Bayi baru lahir dengan berat kurang dari 2500gr mempunyai

permasalahan yang lebih serius untuk segera mendapatkan perawatan dan

pengawasan secara intensif. Hal ini dikarenakan kondisi fisik bayi yang masih

sangat lemah, alat-alat pernafasan belum berfungsi sempurna. Hal ini

menunjukkan bahwa bayi dengan BBLR sangatlah rentan untuk terjangkitnya

suatu infeksi dan penyakit (Manuaba 2014).

Masalah pada bayi BBLR terutama pada prematur terjadi karena

ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir rendah

mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah

terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah

gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular,

hematologi, gastro intestinal, ginjal, termoregulasi. Masalah yang sering

timbul sebagai penyulit BBLR adalah hipotermia, hipoglikemia,

hiperbilirubinemia, infeksi atau sepsis dan gangguan minum (Kemenkes RI

2017).

BBLR merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena

mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran

mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu

bayi dengan BBLR mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus,

hipoglikemia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir

rendah yang dapat diistilahkan dengan kelompok resiko tinggi karena pada

bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesakitan yang lebih

tinggi dengan berat bayi lahir cukup (Manuaba 2014).


4

Rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hasanuddin

Damrah Manna memperlihatkan sepanjang Januari 2017 sampai dengan

Januari 2018 bayi yang mengalami BBLR sebanyak 116 bayi dari 1.148 bayi

yang lahir (RSUD Hasanuddin Damrah Manna 2018).

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Berat Lahir

Rendah di RSUD Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan

Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan

masalah adalah “Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada bayi berat lahir

rendah di RSUD Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan

Tahun 2018”.

C. Tujuan

Diharapkan setelah melihat studi kasus yang ada di lapangan mahasiswa

mampu:

1. Umum

Mampu melakukan manajemen asuhan kebidanan pada kasus BBLR di

RSUD Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun

2018.

2. Khusus

Mengetahui penatalaksanaan BBLR pada neonatus sesuai 7 langkah

Varney, yaitu:

a. Mampu melakukan pengkajian data bayi dengan BBLR


5

b. Mampu melakukan interpretasi data, mangkaji masalah, serta

menentukan kebutuhan pada bayi dengan BBLR

c. Mampu menentukan diagnosa potensial pada bayi dengan BBLR

d. Mampu melakukan antisipasi tindakan segera pada bayi BBLR

e. Mampu merencanakan asuhan yang akan diberikan pada bayi BBLR

f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan asuhan yang

telah direncanakan

g. Mampu melakukan evaluasi sesuai dengan asuhan yang telah diberikan

D. Manfaat

1. Bagi RSUD Hasanuddin Damrah

Menambah suasana belajar dengan melakukan asuhan secara

langsung pada pesien dengan tetap memperhatikan Standart Operasional

Prosedur (SOP).

2. Bagi Institusi Akademi Kebidanan Manna

Untuk menambah referensi bacaan mahasiswa dan evaluasi

pembelajaran pratikum di lapangan.

3. Bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan kemampuan untuk membandingkan teori dengan praktik

lapangan

b. Dapat mengetahui asuhan yang dilakukan pada bayi dengan BBLR

c. Dapat menjadikan ilmu pengetahuan sebagai dasar pengalaman praktik

di lapangan.
6

E. Keaslian Penelitian

Laporan studi kasus kebidanan pada bayi berat lahir rendah pernah

dilakukan oleh:

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Hasil Perbedaan


1 Badriyah, J Asuhan Kebidanan Setelah dilakukan Terletak pada
(2015) Pada Bayi Ny. “R” asuhan pada bayi Ny. subjek, lokasi,
Usia 4 Hari dengan “R” Usia 4 Hari waktu, terapi
BBLR dan Ikterus di dengan BBLR dan yang diberikan
Ruang Perinatal RSU Ikterus tidak dan hasil
DR. Wahidin Sudiro ditemukan asuhan
Husodo Mojokerto. kesenjangan antara kebidanan.
teori dan kenyataan.
2 Wahyuni, N, Asuhan Kebidanan Setelah dilakukan Terletak pada
dkk (2015) pada Neonatus asuhan tidak subjek, lokasi,
Prematur dengan ditemukan waktu, terapi
BBLR di Paviliun kesenjangan antara yang diberikan
Anggrek RSUD teori dan kenyataan. dan hasil
Kabupaten Jombang. asuhan
kebidanan.
7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

1. Pengertian

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya saat

lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). Berkaitan

dengan penanganan dan harapan hidupnya. Bayi berat lahir rendah

dibedakan dalam : Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Bayi Berat Lahir

Sangat Rendah (BBLSR) dan Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER)

(Rukiah, 2010).

Kondisi BBLR terjadi karena bayi lahir kecil akibat kelahiran kurang

bulan dan bayi lahir kecil untuk masa kehamilan akibat retardasi

pertumbuhan janin. BBLR sering mengalami komplikasi akibat gangguan

pertumbuhan dan pematangan organ belum sempurna (Rukiah, 2010).

2. Klasifikasi BBLR

Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) klasifikasi BBLR adalah:

a. Menurut harapan hidupnya

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-

1500 gram.

3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang

dari 1000 gram.

6
8

b. Menurut masa gestasinya

1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan

berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau

biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan

(NKB-SMK).

2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat

badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi

pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa

kehamilannya (KMK).

3. Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.

Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas dan lain-lain. Faktor plasenta

seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga

merupakan penyebab terjadinya BBLR. Beberapa penyebab dari bayi

dengan berat badan lahir rendah (Proverawati & Ismawati 2010).

a. Faktor ibu

1) Penyakit

a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan

antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.

b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,

hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.

c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

2) Ibu

a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia

<20 tahun atau >35 tahun.


9

b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1

tahun).

c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3) Keadaan sosial ekonomi

a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini

dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.

b) Aktivitas fisik yang berlebihan

c) Perkawinan yang tidak sah

b. Faktor janin

Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik

(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.

c. Faktor plasenta

Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,

solusio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),

ketuban pecah dini.

d. Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran

tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

4. Permasalahan pada BBLR

BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai

permasalahan yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan

kondisi tubuh yang belum stabil (Surasmi 2015). Menurut Prawirohardjo

(2010), masalah yang terjadi pada BBLR yaitu:

1) Suhu tubuh

a) Pusat pengatur napas tubuh masih belum sempurna


10

b) Otot bayi masih lemah

c) Kemampuan metabolisme panas masih rendah sehingga bayi

dengan BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak

kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar 36,50C-

37,50C.

d) Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan

panas tubuh.

2) Pernafasan

a) Pusat pengatur pernafasan belum sempurna

b) Otot pernafasan dan tulang iga lemah

c) Surfaktan paru-paru masih kurang sehingga perkembangannya tidak

sempurna

d) Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi

paru-paru, gagal pernafasan

3) Alat pencernaan makanan

a) Penyerapan makanan masih lemah atau kurang baik karena fungsi

pencernaannya belum berfungsi sempurna

b) Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan

aspirasi pneumonia

c) Aktivasi otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga

pengosongan lambung berkurang

4) Hepar yang belum matang

Mudah menimbulkan gangguan pemecahan hiperbilirubin sehingga

mudah terjadi hiperbilirubinemi (kuning) sampai menyebabkan ikterus.


11

5) Ginjal yang belum matang

Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih

belum sempurna sehingga mudah terjadi oedema.

6) Perdarahan dalam otak

a) Karena mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan

terjadinya perdarahan dalam otak

b) Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah

c) Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan

kematian bayi.

d) Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga mempermudah

terjadi perdarahan dan nekrosis.

7) Gangguan Immunologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig

E.

5. Patofisiologi pada BBLR

Patofisiologi terjadinya BBLR bergantung terhadap faktor-faktor

yang berkaitan dengan prematuritas dan IUGR. Sangat susah untuk

memisahkan secara tegas antara faktor-faktor yang berkaitan dengan

IUGR dan menyebabkan terjadinya BBLR (Surasmi 2015).

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.

Faktor ibu yamg lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta

seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga

merupakan penyebab terjadinya BBLR (Surasmi 2015).


12

6. Manifestasi Klinis pada BBLR

Manifestasi klinis yang terdapat pada bayi dengan berat badan lahir

rendah adalah sebagai berikut (Surasmi 2015):

a. Prematuritas murni

1) BB <2500 gr, PB <45 cm, LK <33 cm, LD <30cm

2) Massa gestasi <37 minggu

3) Kepala lebih bessar daripada badan , kulit tipis, transpara,

mengkilap, dan licin

4) Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah

dahi, pelipis, telingan dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-

ubun dan sutura lebar

5) Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum

tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun

6) Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum

sempurna

7) Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat

8) Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan

baik

9) Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakkan kurang dan lemah

10) Bayi tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering

mengalami apnea, otot masih hipotonik

11) Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan, dan batuk

belum sempurna
13

b. Dismaturitas

1) Kulit terselubung vernik caseosa tipis/tidak ada

2) Kulit pucat bernoda mekonium, kuning, keriput, tipis

3) Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan

kuat

4) Tali pusat berwarna kuning kehijauan

7. Penatalaksanaan BBLR

Menurut Kemenkes RI (2015), setiap menemukan BBLR dilakukan

manajemen umum sebagai berikut:

1) Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat

2) Jaga patensi jalan napas

3) Nilai segara kondisi bayi tentang tanda vital, meliputi penafasan,

denyut jantung, warna kulit, aktifitas.

4) Bila bayi mengalami gangguan napas, kelola gangguan napas.

5) Bila bayi mengalami kejang, berikan anti konvulsan.

6) Bila bayi dehidrasi, berikan cairan rehidrasi secara IV

7) Kelola bayi sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya

Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai kemungkinan

yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasanya

harus dilakukan dengan intensif. Pengawasan yang harus dilakukan pada

bayi dengan BBLR diantaranya:

a. Pengaturan suhu

Hipotermi disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang lebih luas

disbanding dengan berat badan. Cara mempertahankan suhu antara lain

(Hassan 2015) :
14

1) Kangaroo mother care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi

dengan ibunya. Jika ibu tidak ada, dapat dilakukan oleh orang lain

sebagai penggantinya

2) Pemancar panas (dengan membungkus bayi dan memasang lampu

didekat tempat tidur bayi). Menurut saifudin (2011) beri lampu 60

watt dengan jarak 60 cm dari bayi

3) Ruangan yang hangat

4) Inkubator

b. Nutrisi

Bayi BBLR reflek hisap, telan, dan batuk bellum sempurna,

kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama

lipase masih kurang. Disamping kebutuhan protein 3-5 gram per hari

dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-

baiknya. Pemberian minuman pada umur 3 jam agar bayi tidak

hipoglikemia dan hiperbillirubinemia (Winkjosastr 2014). Apabila

bayi mendapatkan ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup

dengan cara:

1) Perikasa apakah bayi puas setelah menysu

2) Catat jumlah urine setiap bayi kencing untuk menilai kecukupan

minum (minimal 6x sehari)

3) Periksa pada saat ibu meneteki, apabila satu payudara dihisap, Asi

menetes dari payudara yang lain.

4) Apabila bayi memerlukan cairan IV, maka:


15

a) Berikan cairan IV selama 24 jam pertama,

b) Mulai berikan minum peroral pada hari ke-2 atau segera setelah

bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu dan bayi

menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu,

5) Apabila bayi mengalami masalah lain, maka berikan ASI peras

melalui pipa lambung atau dengan pipet,

6) Berikan cairan IV dan ASI sesuai dengan umur bayi,

7) Berikan minum 8x dalam 24 jam (misal 3 jam sekali), apabila bayi

telah mendapat minum 160ml/kg berat badan per hari tetapi masih

tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum,

8) Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bay sudah stabil dan bayi

menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu

dengan baik (Kemenkes RI 2015).

c. Perlindungan terhadap infeksi

Bayi BBLR mudah sekali terkena infeksi. Oleh karena itu upaya

preventif sudah didahulukan sejak pengawasan antenatal, sehingga

tidak terjadi persalinan BBLR, dan pada masa post natal, yaitu jika

keadaan ibu dan bayi mengizinkan, maka bayi dirawat bersama ibu dan

diberi ASI. Untuk mencegah terjadinya infeksi maka :

1) Pisahkan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak

terkena infeksi

2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi

3) Membersihkan tempat tidu bayi segera setelah tidak dipakai lagi

(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu

untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antiseptik.


16

4) Membersihkan ruangan pada waktu-waktu tertentu

5) Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri

6) Jika mungkin, bayi dimandikan di tempat tidur masing masing

dengan perlengkapan sendiri

7) Petugas di bangsal bayi, harus memakai pakaian yang telah

disediakan

8) Petugas yang menderita penyalit menular (infeksi saluran nafas,

diare, konjungtivitis, dll) dilarang merawat bayi.

9) Kulit dan tali pusat harus dibersihkan sebaik baiknya

10) Pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca

d. Penimbangan berat badan

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dengan

erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan

berat badan harus dilakukan dengan tepat. Bayi dengan BBLR akan

kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama. Bayi dengan berat

lahir >1500 gr dapat kehilangan berat badan sampai 10%. Berat lahir

biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi

komplikasi. Untuk itu perlu dilakukan penimbangan berat badan bayi

setiap hari untuk mengetahui penambahan atau pengurangan berat

badan bayi dan dapat disesuaikan dengan pemberian cairan atau ASI

(Kemenkes RI 2015).
17

B. Manajemen Kebidanan

1. Manajemen Kebidanan

Manejemen kebidanan adalah suatu metode proses berpikir yang

logis dan sistematis. Istilah manejemen kebidanan digunakan untuk

memberikan bentuk khusus dari proses yang dilakukan oleh bidan di

dalam suatu asuhan atau pelayanan kebidanan (Varney 2014). Asuhan

kebidanan pada bayi dengan BBLR ini merupakan manajemen kebidanan

yang terdiri dari tujuh langkah yang dikembangkan oleh Varney dan

didokumentasikan dalam bentuk Varner dan SOAP.

2. Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut Varney (2014)

Proses manajemen terdiri dari 7 (tujuh) langkah yang berurutan

dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai

dengan pengumpulan data dasar yang berakhir dengan evaluasi. Ketujuh

langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat

diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat

diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa

berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Ketujuh langkah tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap yaitu :

1. Riwayat kesehatan
18

2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya

3. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil

studi

b. Langkah II (kedua) : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah

atau diagnose dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan kemudian diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah

atau diagnosa yang spesifik.

c. Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah

Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose/masalah potensial ini

benar-benar terjadi.

d. Langkah IV (empat) : Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan

Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota

tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.


19

e. Langkah V (kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi

atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak

lengkap dapat dilengkapi.

f. Langkah VI (keenam) : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan

aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau

anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri,

ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya

(misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar

terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter,

untuk menangani klien yang mengalami komplikasi.

g. Langkah VII (terakhir) : Evaluasi

Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.


20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode

deskriptif dengan tipe studi kasus. Metode penelitian deskriptif adalah suatu

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Stake (Notoatmodjo 2010)

memaparkan studi kasus sebagai metode penelitian yang memiliki tujuan

penting dalam meneliti dan mengungkap keunikan serta kekhasan karakteristik

yang terdapat dalam kasus yang diteliti, dimana kasus tersebut menjadi

penyebab mengapa penelitian dilakukan. Penelitian ini adalah laporan kasus

Asuhan kebidanan pada bayi berat lahir rendah di RSUD Hasanuddin Damrah

Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2018.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatologi RSUD Hasanuddin

Damrah Manna Bengkulu Selatan.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2018.

C. Subjek Penelitian/ Partisipan

Subyek studi kasus adalah suatu yang dijalankan sebagai bahan penelitian

yang dapat diambil datanya (Notoatmodjo 2010). Pada studi kasus ini yang

19
21

menjadi subyek adalah bayi berat lahir rendah di RSUD Hasanuddin Damrah

Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2018.

D. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data atau informasi metode yang digunakan

penulis adalah :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek

atau obyek penelitian oleh perorangan maupun organisasi (Notoatmodjo

2010). Data primer diperoleh dengan cara :

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik digunakan supaya mengetahui keadaan fisik

pasien secara sistematis dengan cara :

1) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan secara

sistematis, observasi dilakukan dengan menggunakan indera

penglihatan, pendengaran dan penciuman sehingga suatu alat

mengumpulkan data. Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai

dari kepala sampai kaki.

2) Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera

peraba, tangan dan jari.

3) Perkusi

Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengetuk dan

membandingkan kiri dan kanan pada setiap daerah permukaan


22

tubuh dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan

mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.

Pada pemeriksaan ini dengan menggunakan pemeriksaan reflek

patella yaitu ekstremitas bawah atau kaki. Pada kasus ini dilakukan

pemeriksaan reflek patella.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan

suara-suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan

stetoskop. Pada pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk

mengetahui tekanan darah, bunyi nafas dan jantung pasien. Pada

pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan stetoskop dan

spigmomanometer untuk mengetahui tekanan darah

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan keterangan atau

pemberian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian.

c. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang berencana,

antara lain meliputi : melihat, mencatat jumlah dan taraf aktifitas

tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan di teliti

(Notoatmodjo 2010).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lingkungan studi

kasus yang meliputi :


23

a. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang

berhubungan dengan dokumen resmi maupun dokumen tidak resmi,

misal laporan, catatan-catatan di dalam kartu klinik sedangkan yang

tidak resmi adalah segala bentuk dokumen dibawah tanggung jawab

instansi tidak resmi, seperti biografi, catatan harian (Notoatmodjo

2010).

b. Data kepustakaan

Data kepustakaan adalah memperoleh berbagai informasi baik

berupa teori-teori, generalisasi maupun konsep yang dikembangkan

oleh berbagai ahli dari buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo

2010).

E. Analisis Data

Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis

berdasarkan data subyektif dan obyektif sehingga dapat dirumuskan diagnosa

kebidanannya, kemudian peneliti menentukan prioritas masalah, lalu

menyusun rencana asuhan dan melakukan implementasi serta evaluasi asuhan

kebidanan dengan cara dinarasikan. Analisis selanjutnya membandingkan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan dengan teori dan penelitian terdahulu.
24

DAFTAR PUSTAKA

Badriyah Jamiatul 2015. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. “R” Usia 4 Hari
dengan BBLR dan Ikterus di Ruang Perinatal RSU DR. Wahidin Sudiro
Husodo Mojokerto, Jurnal. Poltekkes Majapahit, Jawa Tengah.

Dinkes Provinsi Bengkulu 2017. Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu Tahun


2016. Dinkes Bengkulu, Bengkulu.

Dinkes Kabupaten Bengkulu Selatan. 2017. Profil Kesehatan Kabupaten


Bengkulu Selatan Tahun 2016. Dinkes Bengkulu Selatan, Manna.

Hassan R 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika, Jakarta.

Kemenkes RI 2015. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal


Esensial Dasar - Buku Acuan. Kemenkes RI, Jakarta.

Kemenkes RI 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Kemenkes RI,


Jakarta.

Manuaba Ida Bagus Gde 2014. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC, Jakarta.

Machfoedz Irchaam 2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.


Fitramaya, Yogyakarta.

Notoatmodjo Soekidjo 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Prawiroharjo 2010. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta

Proverawati Atikah & Ismawati Cahyo 2010. BBLR : Berat Badab Lahir Rendah.
Nuha Medika, Yogyakarta

Pudjiadti Antonius & Hegar Badrul 2014. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Indonesia. IDAI, Jakarta.

Rukiah Ai Yeyeh & Yulianti Lia 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Trans
Info Media, Jakarta.

RSUD Hasanuddin Damrah 2018. Register Pasien. RSUD Hasanuddin Damrah,


Manna.

Surasmi A Handayani & Kusuma H 2015. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC,
Jakarta.
25

Susilowati Enny, Rocky Wilar & Praevilia Salendu 2016. faktor-faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUP. Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado, Jurnal. Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Unand 2016. Faktor Apakah yang Berhubungan dengan Kejadian Hiperbilirubin


Patologis pada Bayi Baru Lahir di RSUD Adnaan WD Payakumbuh
Tahun 2016. Universitas Andalas, Padang.

Varney Helen 2011. Varney’s Midwifery. Jones and Bartlet Publishing, America.

Wahyuni Ni’matul & Hexawan Tjahja W 2015. Asuhan Kebidanan pada


Neonatus Prematur dengan BBLR di Paviliun Anggrek RSUD Kabupaten
Jombang, Jurnal. Stikes Pemkab Jombang, Jawa Timur.
26

Jadwal Penelitian
Kegiatan Bulan
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli
Pengajuan Judul
Survei Awal
Proses Bimbingan Bab I-Bab III
Ujian Proposal
Perizinan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan Data
Interpretasi Hasil & Pembahasan
Penyusunan Karya Ilmiah
Ujian Karya Ilmiah
Pembuatan Jurnal Karya Ilmiah
27

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Calon Responden


Di
Tempat

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program D-III Akademi


Kebidanan Manna, saya akan melakukan penelitian tentang “Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten
Bengkulu Selatan Tahun 2018”. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk
mengetahui bagaimanakah penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi dengan
BBLR.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian ini, selanjutnya saya mohon kesediaan ibu untuk
menyediakan waktu dan bekerja sama dalam proses penelitian ini. Demikian
lembar persetujuan ini saya buat, atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan
terima kasih.

Tanda Tangan Responden Peneliti

(……………………………) (Mariya Sagita)


28

PEDOMAN WAWANCARA
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI
DENGAN BBLR

A. Karakteristik Informan
Nama : ...................................
Umur : ...................................
Jenis Kelamin : ...................................
Pendidikan : ...................................
Pekerjaan : ...................................
Hubungan dengan
Responden : ...................................

B. Pertanyaan Wawancara Untuk Pasien


1. Siapakan nama bayi anda?
........................................................................................................................
2. Berapakah umur bayi?
........................................................................................................................
3. Apakah keluhan yang dialami bayi?
........................................................................................................................
4. Apakah anggota keluarga yang lain ada yang menderita penyakit menular
atau menahun?
........................................................................................................................
5. An “X” adalah bayi yang ke berapa? tolong ibu sebutkan usia kehamilan,
jenis persalinan, penolong, penyulit saat persalinan sebelumnya dan berat
badan bayi serta kondisi bayi saat lahir sebelumnya!
6. Apakah ibu berstatus menikah?
........................................................................................................................
7. Pada usia berapakah ibu menikah?
........................................................................................................................
8. Sudah berapa lama usia pernikahan ibu?
........................................................................................................................
9. Apakah bayi sudah pernah diimunisasi? Jika ya imunisasi apa saja yang
sudah didapatkah bayi?
........................................................................................................................
10. Apakah asupan nutrisi bayi berasal ASI? Jika ya berapa kali frekuensi bayi
menyusu dalam sehari dan berapa banyak?
........................................................................................................................
11. Jika tidak, mengapa ibu tidak memberikan ASI pada bayi?
........................................................................................................................
12. Apakah bayi sudah BAB? Jika ya berapa kali?
........................................................................................................................
13. Apakah bayi sudah BAK? Jika ya berapa kali?
........................................................................................................................
29

C. Pertanyaan Wawancara Untuk Petugas Kesehatan


1. Apakah anda melakukan pemeriksaan kondisi umum pasien?
........................................................................................................................
2. Apakah anda melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien (nadi, suhu
dan denyut jantung)?
........................................................................................................................
3. Apakah anda melakukan pemeriksaan antropometri pasien (lingkar kepala,
lingkar dada, panjang badan, berat badan dan lingkar lengan atas)?
........................................................................................................................
4. Apa sajakah penjelasan yang anda berikan kepada ibu/ keluarga tentang
kondisi pasien?
........................................................................................................................
5. Apa sajakah anjuran yang anda berikan kepada ibu/ keluarga tentang
kondisi pasien?
........................................................................................................................
6. Apa sajakah terapi obat yang anda berikan kepada ibu/ keluarga untuk
mengatasi kondisi pasien?
........................................................................................................................
7. Apakah anda melakukan pendokumentasian atas tindakan yang anda
lakukan terhadap pasien?
........................................................................................................................
8. Apakah anda melakukan kunjungan rumah untuk mengetahui
perkembangan kondisi pasien?
........................................................................................................................
9. Jika ya, berapa kali anda melakukan kunjungan rumah?
........................................................................................................................
10. Tolong anda sebutkan intervensi yang anda lakukan beserta evaluasi dalam
setiap kunjungan?
........................................................................................................................

D. Observasi yang Perlu Dilakukan


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : ........................................
Kesadaran : ........................................
Tanda-tanda vital
Nadi : .....................x/menit
RR : .....................x/menit
Suhu : .....................0C
2. Apgar Score
Menit 1 :
Menit 5 :
Menit 10 :
3. Pemeriksaan Antropometri
Lingkar Kepala : .....................cm
Lingkar Dada : .....................cm
Berat Badan : .....................kg
30

Tinggi Badan : .....................cm


Lingkar Lengan Atas : .....................cm
4. Refleks
Refleks Moro : .............................................................................
Refleks Rooting : .............................................................................
Refleks Suching : .............................................................................
Refleks Plantar : .............................................................................
Refleks Tonik Neck : .............................................................................
5. Pemeriksaan Fisik
Kepala : .............................................................................
Rambut : .............................................................................
Mata : .............................................................................
Muka : .............................................................................
Telinga : .............................................................................
Hidung : .............................................................................
Mulut : .............................................................................
Leher : .............................................................................
Kulit : .............................................................................
Perut : .............................................................................
Ekstremitas : .............................................................................
Genetalia : .............................................................................
Anus : .............................................................................
Tulang punggung : .............................................................................
31

INSTRUMEN PENELITIAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI
DENGAN BBLR

Hari / Tanggal Periksa :


Jam :
Tempat :

Subjektif
1. Biodata Bayi
Nama bayi :
Umur :
Tanggal lahir :
Jenis kelamin :

2. Biodata Orang tua


Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : Umur :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :
Alamat : Alamat :

3. Data Kesehatan
1) Riwayat Kehamilan
G...P...A... hidup
Komplikasi pada kehamilan : ............................
2) Riwayat Persalinan
a) Tanggal/ Jam Persalinan :
b) Jenis persalinan :
c) Lama persalinan :
- Kala I : ............ menit
- Kala II : ............ menit
- Kala III : ............ menit
- Kala IV : ............ menit
d) Anak lahir seluruhnya jam :
e) Warna air ketuban :
f) Trauma persalinan :
g) Penolong persalinan :
h) Penyulit dalam persalinan :
i) Bonding attachment :

Obyektif
: Pemeriksaan Umum
KU :
32

TTV
Pols : ..... x/menit
RR : ..... x/menit
Suhu : .....0C
Antropometri
PB : .... cm
BB : .... gr
LD : .... cm
Lila : .... cm
LK : .... cm
Apgarscore :
Tanda 1’ 5’’ 10’’
Appearance Color (Warna Kulit)
Pulse (Denyut Jantung)
Grimace (Refleks)
Activity (Tonus Otot)
Respiration (Usaha Bernapas)
JUMLAH

 Pemeriksaan Fisik
 Kulit
....................................................................................................
 Kepala
....................................................................................................
 Mata
....................................................................................................
 Telinga
....................................................................................................
 Hidung
....................................................................................................
 Mulut
....................................................................................................
 Leher
....................................................................................................
 Dada
....................................................................................................
 Abdomen
....................................................................................................
 Ekstremitas
Atas
....................................................................................................
Bawah
....................................................................................................
33

 Punggung
....................................................................................................
 Genetalia
....................................................................................................
 Anus
....................................................................................................
 Eliminasi
....................................................................................................

 Pemeriksaan Refleks
1) Moro :
2) Rooting :
3) Sucking :
4) Grasping :
5) Neck Righting :
6) Tonic Neck :
7) Startle :
8) Babinski :
9) Merangkak :
10)Menari / Melangkah :
11)Ekstruasi :
12) Galant’s :

 Pemeriksaan Penunjang

Analisa
Bayi ........, umur ......... hari, jenis kelamian ........., dengan BBLR
Masalah :
Kebutuhan :
Masalah Potensial :
Tindakan Segera :

Penatalaksanaan
Hari / Tanggal :
Jam :

Catatan Perkembangan
Hari / Tanggal :
Jam :
S :
O :
A :
P :

Anda mungkin juga menyukai