Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI S.

P
DENGAN PREMATUR/BBLR/SEDANG MASA KEHAMILAN
Di RUANG FERI Dr DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
TAHUN 2021

Oleh : Desri Handayani

NIM. 2019.C.11a.1004

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Desri Handayani
NIM : 2019.C.11a.1004
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan “Asuhan Keperawatan Pada Bayi S. P
Dengan Prematur/Bblr/Sedang Masa Kehamilan”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik klinik Keperawatan Pada Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas
berkat dan rahmatnya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini dalam rangka memenuhi persyaratan
untuk pemenuhan tugas selanjutnya dengan judul “Laporan Pendahuluan
“Asuhan Keperawatan Pada Bayi S. P Dengan Prematur/Bblr/Sedang Masa
Kehamilan di Ruang Feri Dr Dorris Sylvanus Palangka Raya”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami
kesulitan dan hambatan, akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dari
berbagai pihak. Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini penulis telah
mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik materil
maupun moril.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M. Kes Selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Seluruh staf pengajar jurusan S1 Keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan
eka harap palangka raya yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
pengetahuan selama ini.
3. Kepada kedua orang tua dan saudara-saudara saya yang selama ini telah
banyak memberikan dukungan baik secara materi, doa, nasehat, dan
senantiasa memotivasisayai dalam menyelesaikan laporan pendahuluan ini.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelahiran prematur adalah kelahiran yang berlangsung pada umur


kehamilan 20 minggu hingga 37 minggudihitung dari hari pertama haid
terakhir.1 Kelahiran prematur merupakan masalah penting dibidang
reproduksi manusia baik di negara maju maupun negara berkembang
seperti Indonesia. Sebesar 70% penyebab tingginya kematian perinatal
disebabkan oleh persalinan prematur, sedangkankematian
perinatalsendirimerupakan tolak ukur kemampuan suatu negara dalam
upaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
menyeluruh.2Kelahiran prematur meningkat dari 7,5%(2 juta
kelahiran)menjadi 8,6% (2,2 juta kelahiran) didunia. Angka kejadian
kelahiran prematur dinegara berkembang jauh lebih tinggi, sepertiIndia
(30%), Afrika Selatan (15%), Sudan (31%)dan Malaysia (10%).Angka
kelahiran prematur berkisar 10-20% di Indonesia pada tahun 2009 dan
angka ini menyebabkan Indonesia termasuk dalam peringkat kelima
dengankelahiran prematurterbesar.4Berdasarkan data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI)terjadi penurunan AKB(Angka Kematian
Bayi) sejak tahun 1991 yaitu sebesar 68 per 1.000 kelahiran
hidupmenjadi34 per 1.000 kelahiran hidupmenurut SDKI 2007.3Namun,
angka tersebut masih jauh dari target

Millennium Development Goals (MDGs)ke 4 yang berisi target


untuk menurunkan angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2015 sebesar
23 per 1.000 kelahiran hidup.Disamping itu, adanya program Expanding
Maternaland Neonatal Survival(EMAS)yang bertujuan untuk menurunkan
angka kematianibu danbayi sebesar 25%padatahun 2011 hingga
2016,menjadikan perlunya mempelajari faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi luaran maternal dan perinatal, khususnya pada pada

4
persalinan prematur sehingga dapat menekan angka mortalitas dan
morbiditas ibu dan bayi.5Kelahiran prematur dapat disebabkan karena
adanya masalah kesehatan pada ibu hamil maupun pada janin itu sendiri
yang merupakan faktor risiko dari terjadinya kelahiran prematur. Ibu dan
anak yang dilahirkan dapatmengalami berbagai masalah
kesehatandikarenakan ibu belum siapsecara mental dan fisik
untukmelakukan persalinan, sedangkan pada bayi belum
terjadikematangan organjanin ketika dilahirkan yang mengakibatkan
banyaknya organ tubuh yang belum dapat bekerja secara sempurna. Hal ini
mengakibatkan bayi prematur sulit menyesuikan diri dengan kehidupan luar
rahim, sehingga mengalami banyak gangguan kesehatan.

Berdasarkan adanya sumberdan target tersebut, maka pada penulis


ini dimaksudkan untuk melihat faktor prematuritas apa saja yang
mempengaruhi luaran maternal dan perinatal berdasarkan usia kehamilan
di RSUP Dr. Kariadi Semarang selama tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk menganalisis bagaimana asuhan keperawatan pada Ny.N dengan


post partum pervaginam + episiotomi dalam pemenuhan kebutuhan dasar
nyeri dengan kompres dingin (NaCL 0,9%) di KB IGD dr Doris Sylvanus
Palangka Raya 2021.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Pemberian asuhan keperawatan maternitas pada ibu post partum


pervaginam + episiotomi dalam pemenuhan kebutuhan dasar nyeri dengan
kompres dingin NaCL 0,9 % di Ruangan di KB IGD dr Doris Sylvanus
Palangka Raya 2021

1.3.2 Tujuan Khusus

5
1.3.2.1 Penulis mampu memahami terhadap asuhan keperawatan maternitas
dengan post partum pervagianam + episiotomi.

1.3.2.2 Penulis mampu melakukan penerapan asuhan keperawatan dengan


melaksanakan lima proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian,
menegakkan diagnosa keperawatan, membuat intervensi, melakukan
implementasi serta evaluasi keperawatan pada Ny.N dengan Post
Partum Pervaginam + Episiotomi.

1.3.2.3 Penulis mampu menganalisa dan mengaplikasikan jurnal yang terkait


kasus pada pasien Post Partum Pervaginam + Episiotomi.

1.3.2.4 Penulis mampu menganalisa kepanjangan antara teori dan jurnal kasus
kelolaan.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Penulis

Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang profesional


melalui lima tahap proses keperawatan yang dimulai dari melakukan
pengkajian, menegakan diagnose, membuat intervensi, melakukan
inplementasi dan melakukan evaluasi keperawatan pada pasien post
partum pervaginam + episiotomi.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Menjadi indikator mutu untuk intitusi pendiikan dalam mengevaluasi


keberhasilan program pendidikan khususnya pada bahan ajar mata kuliah
keperawatan maternitas tentang post partum pervaginam + episiotomi.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

Adapun manfaat praktis yang dapat diperoleh antara lain:

1.4.3.1 Sebagai bahan masukkan dan sumbangan pemikiran terhadap


penyelenggaraan rekam medik agar bisa sesuai dengan adanya

6
peraturan agar dapat dilaksanakan atau di implementasikan di rumah
sakit dalam menghadapi akreditasi.

1.4.3.2 Dapat digunakan untuk pemecahan masalah dan perbaikan sebagai


pertimbangan, terutama pada masalah dalam pemenuhan standar
akreditasi rekam medis di rumah sakit.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Bayi Prematur


2.1.1 Definisi
2.1.1.1 Definisi prematur
Bayi prematur adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram. Bayi prematur adalah neonatus dengan Berat Badan Lahir pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gram (Tanto, 2014). Dalam hal ini dibedakan menjadi:

1. Prematuritas murni Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat
badan sesuai.
2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan
usia kehamilan
2.1.1.2 Klasifikasi pada bayi premature:
1. Bayi prematur digaris batas
a. 37 mg, masa gestasi
b. 2500 gr, 3250 gr
c. 16 % seluruh kelahiran hidup
d. Biasanya normal
e. Masalah: Ketidak stabilan, kesulitan menyusu, ikterik, RDS mungkin
muncul
f. Penampilan: Lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo
banyak, genitalia kurang berkembang.
2. Bayi Prematur Sedang
a. 31 mg – 36 gestasi
b. 1500 gr – 2500 gram
c. 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup
d. Masalah: Ketidak stabilan, pengaturan glukosa, RDS, ikterik,
anemia, infeksi, kesulitan menyusu.

8
e. Penampilan: Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih
parah, kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak
3. Bayi Sangat Prematur
a. 24 mg – 30 mg gestasi
b. 500 gr – 1400 gr
c. 0,8 % seluruh kelahiran hidup
d. Masalah : semua
e. Penampilan: Kecil tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, kedua
mata mungkin berdempetan (Tanto, 2014).

2.1.2 Etiologi
Prematuritas adalah penyebab utama dari kematian perinatal di negara
idiopatik, meskipun pada beberapa kasus disebabkan oleh infeksi, kelainan uterus,
inkompetensia serviks dan kelainan placenta. Etiologi prematur adalah :
2.1.1.1 Demografi
1. Insidens bertambah
a. Batas usia teratas dan terbawah Mungkin berkaitan dengan
campuran faktor lainnya.
b. Status sosial ekonomi yang rendah
c. Prenatal care yang tidak adekuat
d. Ras. Beberapa penelitian melaporkan kenaikan dua kali lipat kulit
hitam.
2. Gaya hidup dan pekerjaan
a. Terbukti menaikkan insidens
1) Merokok
2) Penggunaan obat-obatan (drug ust)
b. Mungkin insidens naik
1) Berdiri terlalu lama
2) Kelelahan kerja dan kerja terlalu lama
3) Kerja berat mengangkat berat pada pasien yang mempunyai
predisposisi melahirkan prematur.

9
3. Riwayat Reproduksi
Faktor utama dalam menetapkan resiko pada kehamilan yang sedang
berlangsung.
4. Anomali uterus
Lelomiomata pada uterus bisa juga meningkatkan insidens partus
prematurus.
5. Kenaikan berat badan
Berat badan yang rendah atau kenaikan berat badan yang sedikit bisa
meningkatkan resiko.
6. Anemia
a. Alat prediksi yang paling lemah.
b. Kemungkinan berkaitan dengan faktor resiko lainnya.
7. Ukuran uterus dan kelainan placenta
Uterus yang menggelembung (distended) bisa memperbesar perbentukan
junction.
a. Kehamilan ganda
b. Polihramnnion
Faktor yang dapat mendorong timbulnya prematuritas adalah :
1. Faktor ibu adalah meliputi :
a. Usia dibawah 20 tahun atau di atas 35 tahun.
b. Penyakit yang diderita ibu, misalnya pendarahan antepartum,
trauma psikis, toksimia gravidarum.
c. Hipotensi tiba-tiba
d. Pre eklami dan eklamsi
e. Multigravida yang jarak kehamilannya terlalu dekat.
f. Keadaan sosial ekonomi rendah
g. Ibu perokok, peminum alkohol.
2. Faktor janin adalah :
a. Kehamilan ganda
b. Kelainan kromosom
c. Infeksi dalam kandungan

10
d. KPD
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal
b. Radiasi
c. Zat-zat racun (Adnyanti, 2011).

2.1.3 Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prmatur belum diketahui secara jelas.
Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang
memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada
ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan
nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi
obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil
dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan
mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor
tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa
bayiuntuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang
cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur
memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk memungkinkan bayi
beradaptasi dengan lingkungan luar (Tanto, 2014)

2.1.4 Tanda dan Gejala


Karakteristik bayi prematur adalah :
2.1.4.1 Berat badan kurang dari 2500 gram
2.1.4.2 Panjang badan kurang dari 45 cm
2.1.4.3 Lingkar kepala kurang dari 33 cm
2.1.4.4 Lingkar dada kurang dari 30 cm
2.1.4.5 Kepala lebih besar dari badan
2.1.4.6 Kulit tipis transparan
2.1.4.7 Lanugo (bulu-bulu) banyak terutama di dahi, pelipis dan telinga dan
tangan.

11
2.1.4.8 Lemak subkutan kurang.
2.1.4.9 Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(pada wanita). Pada laki-laki tester belum turun.
2.1.4.10 Rambut tipis, halus.
2.1.4.11 Tulang rawan di daun telinga masih kurang sempurna.
2.1.4.12 Putting susu belum terbentuk dengan baik.
2.1.4.13 Pergerakan kurang dan lemah.
2.1.4.14 Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnae.
2.1.4.15 Reflek tonus lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batul
belum sempurna.
2.1.4.16 Kulit tampak mengkilat dan licin (Adnyanti, 2011).
2.1.5 Penatalaksanaan Pada Bayi Premature
2.1.5.1 Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi
sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
1. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bai yang relative lebih luas bila dibandingkan
dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan
kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia
perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh
bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu
untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan
untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta
mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan incubator

12
berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan
pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator
dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg
dan secara berangsur – angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat
tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila incubator tidak
ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang
lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan
memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam
incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas karena
radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai digunakan incubator yang
dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini
ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat
servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan
pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat
bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin
untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku,
warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit
yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan tindakan serta
pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
2. Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan
oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI
yang dihasilkan ibu yang melahirkan premature berbeda dengan
komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan cukup bulan
dan perbedaan ini berlangsung selama kurang lebih 4 minggu. Jadi
apabila bayi lahir sangant premature (<30>
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan
premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan

13
bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi
prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi
untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks,
peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI
perlu dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras
ASI dan menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI perah
kepada bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung.

a. Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu


gestasi) dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari
– hari pertama kalau ASI belum mencukupi dapat diberikan ASI
donor dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali sehari.
b. Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34
minggu), refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah
ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali
sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30 –
31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan
ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.
c. Bayi prematur dengan berat lahir <1250>

3. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama
lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari
dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah sebaik
– baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup
bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar
bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.

Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan


cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia

14
esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga
dilakukan setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada
umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu
pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram kurang
mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari –
hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung
(orogastrik intubation).

Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam


dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam.
Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari
dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.

4. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki
keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan
kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal),
screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat
kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan
aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung
maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi
silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang
berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan:

a. Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi


yang tidak terkena infeksi
b. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi

15
c. Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi
(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu
untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik)
d. Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
e. Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
f. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang
telah disediakan
g. Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
h. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
i. Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
5. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi m
engkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa
menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan
pipet.
6. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya.
Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian
menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si
bayi jarang disentuh.
7. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan
membantu bayi beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah
suhunya stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah
boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan
patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya
mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus
dengan kondisi kesehatan bayi secara umum (Adnyanti, 2011).

2.5.1.2 Perawatan di rumah


1. Minum susu

16
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan
kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan
sendirinya akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga
diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang
terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat
mempercepat pertumbuhan berat anak.
2. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang
belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya
lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh
bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas
ataupun dingin.
3. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya
orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih
sekaligus meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya
cuci tangan sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.
4. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui
lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila
tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini
tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter.
5. Berikan stimulus yang sesuai
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak
bermain, menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap
dan terang, gambar – gambar dan mainan berwarna cerah..

2.1.6 KOMPLIKASI
3.1.6.1 Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin.

17
3.1.6.2 Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu.
3.1.6.3 Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak.
3.1.6.4 Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan
darah.
3.1.6.5 Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC).
3.1.6.6 Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal (Adnyanti,
2011).

18
2.1.7 PATWEY

19
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Bayi Lahir Prematur
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Identitas pasien
Identitas pasien berupa: nama, tanggal lahir, usia, pendidikan, alamat, nama ayah
dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, agama, alamat, suku bangsa.
2.2.1.2 Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga
professional.
2.2.1.3 Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui lebih detail hal yang berhubungan dengan keluhan utama
1. Munculnya keluhan
Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan (gradual/tiba-tiba),
presipitasi/ predisposisi (perubahan emosional, kelelahan, kehamilan, lingkungan,
toksin/allergen, infeksi)
2. Karakteristik
Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi, timing (terus
menerus/intermiten, durasi setiap kalinya), hal-hal yang
meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan, gejala-gejala lain yang
berhubungan.
3. Masalah sejak muncul keluhan
Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.
2.2.1.4 Riwayat masa lampau
1. Prenatal
Keluhan saat hamil, tempat ANC, kebutuhan nutrisi saat hamil, usia kehamilan
(preterm, aterm, post term), kesehatan saat hamil dan obat yang diminum.
2. Natal
Tindakan persalinan (normal atau Caesar), tempat bersalin, obat-obatan yang
digunakan.

3. Post natal
Kondisi kesehatan, apgar score, Berat badan lahir, Panjang badan lahir, anomal
kongenital.
4. Penyakit waktu kecil
5. Pernah dirawat di rumah sakit
Penyakit yang diderita, respon emosional
6. Obat-obat yang digunakan (pernah/sedang digunakan)
Nama obat dan dosis, schedule, durasi, alasan penggunaan obat.
20
7. Allergi
8. Reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat, tanaman, produk rumah
tangga.
9. Imunisasi ( imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu imunisasi)
2.2.1.5 Riwayat keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik berhubungan / tidak
berhubungan dengan penyakit yang diderita klien), gambar genogram dengan
ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi).
2.2.1.6 Riwayat sosial
1. Yang mengasuh anak dan alasannya
2. Pembawaan anak secara umum (periang, pemalu, pendiam, dan kebiasaan
menghisap jari, membawa gombal, ngompol)
3. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman, keselamatan anak, ventilasi,
letak barang-barang)
2.2.1.7 Keadaan kesehatan saat ini
Diagnosis medis, tindakan operasi, obat-obatan, tindakan keperawatan, hasil
laboratorium, data tambahan.
2.2.1.8 Pengkajian pola fungsi Gordon
Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan Status kesehatan sejak lahir,
pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi, penyakit yang menyebabkan anak
absen dari sekolah, praktek pencegahan kecelakaan (pakaian, menukar popok,dll),
kebiasaan merokok orang tua, keamanan tempat bermain anak dari kendaraan,
praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan obat-obatan,ddl).
2.2.1.9 Nutrisi metabolik
Pemberian ASI / PASI, jumlah minum, kekuatan menghisap, makanan yang disukai
/ tidak disukai, makanan dan minuman selama 24 jam, adakah makanan
tambahan/vitamin, kebiasaan makan, BB lahir dan BB saat ini, masalah
dikulit:rash, lesi,dll.
2.2.1.10 Pola eliminasi
Pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak), mengganti pakaian dalam /
diapers (bayi), pola eliminasi urin (frekuensi ganti popok basah/hari, kekuatan
keluarnya urin, bau, warna) d. Aktivitas dan pola latihan Rutinitas mandi (kapan,
bagaimana, dimana, sabun yang digunakan), kebersihan sehari-hari, aktivitas
sehari-hari (jenis permainan, lama, teman bermain, penampilan anak saat bermain,
dll), tingkat aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans, persepsi terhadap kekuatan,
kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, toileting, berpakaian, dll.)
2.2.1.11 Pola istirahat tidur
21
Pola istirahat/tidur anak (jumlahnya), perubahan pola istirahat, mimpi buruk,
nokturia, posisi tidur anak, gerakan tubuh anak.
2.2.1.12 Pola kognitif-persepsi
Responsive secara umum anak, respons anak untuk bicara, suara, objek sentuhan,
apakah anak mengikuti objek dengan matanya, respon untuk meraih mainan, vocal
suara, pola bicara kata-kata, kalimat, menggunakan stimulasi/tidak, kemampuan
untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor telepon, kemampuan anak untuk
mengidentifikasi kebutuhan; lapar, haus, nyeri, tidak nyaman.
2.2.1.13 Persepsi diri – pola konsep diri
Status mood bayi / anak (irritabilitas), pemahaman anak terhadap identitas diri,
kompetensi, banyak/tidaknya teman.

2.2.1.14 Pola peran – hubungan


Struktur keluarga, masalah/stressor keluarga, interaksi antara anggota keluarga dan
anak, respon anak/bayi terhadap perpisahan, ketergantungan anak dengan orang tua.
2.2.1.15 Sexualitas
Perasaan sebagai laki-laki / perempuan (gender), pertanyaan sekitar sexuality
bagaimana respon orang tua.
2.2.1.16 Koping – pola toleransi stress
Apa yang menyebabkan stress pada anak, tingkat stress, toleransi stress, pola
penanganan masalah, keyakinan agama.
2.2.1.17 Nilai – pola keyakinan
Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen, keyakinan akan
kesehatan, keyakinan agama.
2.2.1.18 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran, postur tubuh, fatigue
2. Tanda – tanda vital
Tekanan darah. Nadi, respirasi, suhu
3. Ukuran anthropometric
Berat badan, panjang badan, lingkar kepala
4. Mata
Konjungtiva, sclera, kelainan mata
5. Hidung
Kebersihan, kelainan
6. Mulut
Kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis
22
7. Telinga
Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan
8. Dada
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung, paru-paru)

9. Abdomen
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
10. Punggung
Ada/tidak kelainan
11. Genetalia
Kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan
12. Ekstremitas
Odema, infuse/transfuse, kontraktor, kelainan
13. Kulit
Kebersihan kulit, turgor kulit, lesi, kelainan
2.2.1.19 Pemeriksaan tumbuh kembang
1. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
kejadian-kejadian penting; pertama kali mengangkat kepala, berguling, duduk
sendiri, berdiri, berjalan, berbicara/kata-kata bermakna atau kalimat, gangguan
mental perilaku.
2. Pelaksanaan pemeriksaan pertumbuhan
a. Pengukuran Berat badan
b. Pengukuran Tinggi badan
c. Pengukuran lingkar lengan atas
d. Pengukuran lingkar kepala
e. Kecepatan tumbuh
f. Pelaksanaan DDST
Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST (Denver Development Screening Test)
untuk umur 0 – 6 tahun perkembangan anak di atur dalam 4 kelompok besar yang disebut
sektor perkembangan yang meliputi:
1) Kemandirian dan bergaul
Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan orang lain.
2) Motorik halus
Kemampuan anak untuk menggunakan bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh
otot halus sehingga tidak perlu tenaga, namun perlu koordinasi yang lebih
kompleks.
3) Kognitif dan bahasa
23
Kemampuan mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pendapat melalui
pengucapan kata-kata, kemampuan mengerti dan memahami perkataan orang lain
serta berfikir.
4) Motorik kasar
Kemampuan anak untuk menggunakan dan melibatkan sebagian besar bagian tubuh
dan biasanya memerlukan tenaga. Jika usia> 6 tahun tanyakan tumbuh kembang
secara umur sebagai berikut:
a) Berat badan lahir, 1 tahun, dan saat ini
b) Pertumbuhan gigi, usia gigi tumbuh, jumlah gigi, masalah dengan pertumbuhan
gigi
c) Usia saat mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama
d) Perkembangan sekolah, lancer, masalah disekolah
e) Interaksi dengan publik dan orang dewasa
f) Partisipasi dengan kegiatan organisasi (kesenian, olahraga,dsb)
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah cara mengidentifikasi,memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko
tinggi.
Diagnosa keperawatan dalam NANDA (2015) yang mungkin muncul pada
kasus Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah yaitu :
2.2.2.1 Keidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot pernafasan
dan penurunan ekspansi paru atau kelelahan.
2.2.2.2 Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kegagalan
mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan.
2.2.2.3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
reflek menghisap dan menelan yang belum sempurna
2.2.2.4 Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi Keperawatan adalah prekripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan
dari klien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.tindakan keperawatan
dipilih untuk membantu klien dalam mencapai hasil klien diharapkan dan tujuan
pemulangan (Doenges,2012).
2.2.3.1 Keidakefektifan pola nafas berhungan dengan imaturitas otot-otot pernafasan dan
penurunan ekspansi paru atau kelelahan.
24
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan,pola nafas menjadi efektif
Kriteria hasil :
Neonatus akan mempertahankan pola pernafasan periodik,membrane mukosa
merah muda.
Intervensi :
1. Kaji frekuensi dan pola pernafasan,perhatikan adaya apnea dan perubahan
frekuensi jantung
Rasional : membantu dalam membedakan periode perputaran pernafasan
normal dari serangan apnetik sejati,terutama sering terjadi pada gestasi minggu
ke-30.
2. Bersihkan jalan nafas sesuai kebutuhan
Rasional : menghilangkan Sekret yang menyumbat jalan napas
3. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok
dibawah bahu untuk menghasilkan hiperekstensi
Rasional : posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode
apnea,khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik atau
hiperkapnea
4. Tinjauan ulang riwayat terhadap obat-obatan yang dapat memperberat depresi
pernapasan pada bayi
Rasional : magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan
aktivitas susunan saraf pusat (SSP).
5. Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi
Rasional : perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan
fungsi pernafasan
6. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi,seperti berikut :
a. Natrium bikarbonat
Rasional : memperbaiki asidosis
b. Antibiotik
Rasional : mengatasi infeksi pernafasan dan sepsis
c. Aminopilin
Rasional : dapat meningkatkan aktivitas pusat pernapasan dan menurunkan
sensitivitas terhadap CO2,menurunkan frekuensi apnea.
2.2.3.2 Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kegagalan
mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan.
Tujuan :
Suhu tubuh dalam batas normal dan tidak hipotermi
25
kriteria hasil :
Suhu tubuh 36,5 - 37,2.
Intervensi :
1. Rawat bayi dalam incubator bersuhu 32 - 35
Rasional : mempertahankan suhu tubuh bayi
2. Pertahankan suhu lingkungan yang adekuat
Rasional : agar tidak terjadi kehilangan panas yang berlebihan
3. Hindari bayi dimandikan
Rasional : memandikan bayi dengan hipotermi membahayakan
4. Monitor suhu tubuh setiap jam
Rasional : mengetahui perkembangan/keadaan bayi
2.2.3.3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
reflek menghisap dan menelan yang belum sempurna
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi kurang dapat terpenuhi
kriteria hasil :
Turgor kulit membaik, BAB dan BAK lancer
Intervensi :
1. Observasi intake dan output setiap hari
Rasional : Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan
kebutuhan nutrisi
2. Monitor berat badan setiap hari
Rasional : membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik
3. Kolaborasi pemberian infus
Rasional : ketentuan dukungan nutrisi didasarkan pada perkiraan kebutuhan
bayi.
2.2.3.4 Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
Tujuan :
Imunne Status,Knowledge : infection control, risk control
Kriteria hasil :
1. Bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi :
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
26
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
7. Gunakan baju,sarung tangan sebagai alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik Selama pemasangan alat
9. Tingkatkan intake nutrisi

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah disusun, dimana tindakan keperawatan memenuhi klien
sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai dengan baik. Hal ini terlaksana karena
adanya kerjasama yang baik dan partisipasi klien, keluarga dan keperawatan suatu
tim medis lainnya.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh
mana dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.(Hidayat,2011) tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemapuan klien dalam mencapai tujuan.hal ini dapat
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan
2.2.5.1 Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)
2.2.5.2 Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan)

27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI S. P
DENGAN PREMATUR/BBLR/SEDANG MASA KEHAMILAN
2.3 Asuhan Keperawatan
2.3.2 Pengkajian
Nama Mahasiswa : Desri Handayani
NIM : 2019.C.11a.1004
Ruang Praktek : RS RUANG FERI
Tanggal Praktek : 10 Maret 2021
Tanggal Dan Jam Pengkajian : 10 Maret Jam 07.00 WIB
2.3.2.1 Identitas Klien:
Nama : By. S. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tgl. Lahir : Palangkaraya, 20 Juli 2001
Umur : 4 hari
Anak Ke : Satu (pertama)
Nama Ayah : Tn. W
Nama Ibu : Ny. S. P
Pendidikan Ayah : SLTA
Pendidikan Ibu : SLTA
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Alamat : Mahir Mahar No. 4
Tanggal MRS : 21 april 2021 (di Ruang Feri)
Diagnosa Medis : NP/BBLR/SMK
Sumber Informasi: Status/rekam medik

2.3.2.2 Riwayat Keperawatan


1. Riwayat Keperawatan Sekarang (PRESENT ILLNESS)
a. Keluhan Utama :
bayi lahir prematur (35 minggu) BBLR (2100 gram), melalui SC
b. Lama keluhan : 4 hari.
c. Akibat timbulnya keluhan :
bayi dirawat terpisah dari ibu secara inten- sif.
d. Faktor yang memperberat : tidak ada.
e. Upaya untuk mengatasi : dirawat di Ruang Neonatologi.
f. Lainnya : tidak ada.
28
2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya (PAST HISTORY)
a. Prenatal : ibu eklamsi.
b. Natal : lahir melalui sectio caesaria.
c. Post-Natal :
1) apgar score 7-9; BB= 2100 gram; PB= 47 cm; LK= 32 cm; LD= 30 cm;
LLA= 12 cm.
2) Luka/operasi : tidak ada.
3) Alergi : tidak ada.
4) Pola kebiasaan : tidak terkaji.
5) Tumbuh kembang : tidak dikaji.
6) Imunisasi : belum diimunisasi.
7) Status gizi : baik, penurunan BB= 2100 gram menjadi 2000 gram.
8) Psikososial :
9) Psikosexual : tidak dikaji
10) Interaksi :
11) Lainnya :
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Komposisi keluarga :
belum bertemu orangtua klien. Klien tinggal bersama ayah, ibu & pem-bantu.
b. Lingkungan rumah dan komunitas :
tinggal di kampung yang padat penduduknya.
c. Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga:
ayah tamatan SLTA & bekerja swasta dengan dibantu oleh ibu
d. Kultur dan kepercayaan : adat dayak
e. Fungsi dam hubungan keluarga :
klien merupakan anak pertama sehingga keluarga berharap banyak.
f. Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan:
ibu belum dapat me- nyusui klien.
g. Persepsi keluarga tentang penyakit klien:
keluarga pasrah terhadap apa yang terjadi & menerima-nya.
h. Lainnya : tidak dikaji.

2.3.2.3 Pemeriksaan Fisik (Head to toe)


1. (Khusus Neonatus)
a. Reflek moro : positif.
b. Reflek menggenggam : positif, lemah.
c. Reflek menghisap : positif, namun masih lemah.
29
d. Tonus otot/aktifitas : positif.
e. Kekuatan menangis : kuat.
2. Anak dan Neonatus)
a. Keadaan umum : menangis kuat, lemah.
b. Tanda-tanda vital : HR= 140x/mnt, RR= 38x/mnt, suhu= 36,5oC.
c. Kepala dan wajah :
LK= 32 cm, rambut tipis, terdapat lanugo, tidak ada cephal hematom,
fontanella tidak menonjol.
d. Mata :
Mengeluarkan sekret banyak, terutama mata kiri, berkedip bila terpapar
cahaya.
e. Telinga : reflek terkejut positif.
f. Hidung : dapat bersin
g. Mulut : mukosa kering.
h. Tenggorokan : tidak ada kelainan.
i. Leher : tidak ada kelainan.
j. Dada : LD= 30 cm.
k. Paru-paru : Ves/vel, ronchi -/-; wheezing -/-, RR= 38x/mnt.
l. Jantung : S1 S2 tunggal, murmur positif sistole, HR= 140x/mnt.
m. Abdomen :
SOEPL, terdengar bunyi bising usus, tali pusat masih basah, tidak terdapat
distensi abdomen.
n. Ginjal : tidak ada kelainan.
o. Genetalia : jenis kelamin perempuan.
p. Rektum : terdapat anus, iritasi/kemerahan di sekitar anus.
q. Extremitas : plantar crease > 1/3 anterior.
r. Punggung : tidak terdapat spina bifida.
s. Neurologi : tidak ada kelainan.
t. Endokrin : tidak ada kelainan.

2.3.2.4 Pola Fungsi Kesehatan


1. Nutrisi dan metabolisme : ASI/PASI 12x25 cc.
2. Eliminasi : BAB/BAK biasa.
3. Istirahat dan tidur : cukup ( 18 jam sehari).
4. Aktifitas dan latihan : lemah.
5. Lainnya : tidak dikaji.

30
2.3.2.5 Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik Test)
1. Laboratorium :
a. GDA : 82 mg/L.
b. Leukosit : 6600 x 109/L.
c. Hb : 24,0 gr/DL.
Diff Eosinofil:
a. SC : 73
b. Ly : 27
c. Thrombosit : cukup.
d. Foto : tidak ada.
e. Lainnya : HV/A, B : 16,8 mg%.
2. Program Terapi
Tanggal 24 Juli 2001:
a. /B15 12 x 25 cc s/d 12 x 40 cc + extra.
3. Thermoregulasi.
Tanggal 26 Juli 2001:
d. Fototherapy:
1) 1x12 jam I.
2) 1x 24 jam II.

31
2.3.3 ANALISA DATA

No/ DATA KEMUNGKINAN MASALAH DIAGNOSA


Tgl PENYEBAB
1. S: Bayi tidak Immaturitas, transisi Risiko hipo- Risiko hipotermia
24/7/ aktif, lemah lingkungan, ekstra termia. berhubungan de-ngan
2001 O: -Suhu= uterus neonatus. immaturitas, transisi
36oC. -RR= lingkungan ekstra
38x/mnt, uterus neo-natus.
-HR= 140x/
mnt.
-Kulit
dingin.

2. S: Lemah ser-ta Letargi sekunder Ketidakefektifa Ketidakefektifan pola


24/7/ cengeng akibat prematuritas. n pola pem- pemberian ma-kan
2001 O: -Reflek me- berian makan bayi berhubu-ngan
ngisap ma-sih bayi. dengan le-thargi
lemah. sekunder a-kibat
-NGT ter- prematuritas.
pasang.
-BB= 2000
gr.
-Ada mun-
tah  5-10 cc.

3. S= tidak dikaji. Kerentanan terha-dap Risiko terha- Risiko kerusakan


24/7/ O: -Kulit dise- infeksi nosoko-mial dap kerusa-kan integritas kulit ber-
2001 kitar anus efek iritan ling- integritas kulit. hubungan dengan
kemerahan kungan sekunder. kerentanan terha-dap
-Lembab infeksi nosoko-mial,
pada dae-rah efek iritan lingkungan
genital & sekun-der.
anus.
-BAB/BAK
+.

4. S: Klien agak Immaturitas, radiasi Ketidakseim- Ketidakseimbang-an

32
25/7/ ce-ngeng. lingkungan, kehila- bangan cair-an cairan berhu-bungan
2001 O: -Mukosa bi- ngan melalui kulit/ & elektrolit dengan immaturitas,
bir kering. paru. radi-asi lingkungan,
-Turgor kulit kehilangan melalui
masih baik. kulit/paru.
-BB= 2000
gr.
-Klien
menda-
pat
fotothera-py
pada tgl. 26
Juli 2001
sebanyak 2
seri.
5. S: tidak dikaji. Kerentanan bayi/ Risiko terha- Risiko terhadap
25/7/ O: -Tubuh ku- immaturitas, baha-ya dap infeksi. infeksi berhubu-ngan
2001 ning. lingkungan, luka dengan ke-rentanan
-Tali pusat terbuka (tali pusat). bayi/im-maturitas,
masih ba- bahaya lingkungan,
sah. luka terbuka (tali
-Umur 4 hari, pusat).
lahir prema-
tur.
-Belum men-
dapat imu-
nisasi.

2.3.4. MAYORITAS MASALAH

33
2.3.4.1 Risiko hipotermia berhubungan de-ngan immaturitas, transisi lingkungan ekstra
uterus neo-natus.
2.3.4.2 Ketidakefektifan pola pemberian ma-kan bayi berhubu-ngan dengan le-thargi
sekunder a-kibat prematuritas.
2.3.4.3 integritas kulit ber-hubungan dengan kerentanan terha-dap infeksi nosoko-mial, efek
iritan lingkungan sekun-der.
2.3.4.4 Ketidakseimbang-an cairan berhu-bungan dengan immaturitas, radi-asi lingkungan,
kehilangan melalui kulit/paru.
2.3.4.5 Risiko terhadap infeksi berhubu-ngan dengan ke-rentanan bayi/im-maturitas,
bahaya lingkungan, luka terbuka (tali pusat).

34
2.3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No/ DIAGNOSA RENCANA RASIONAL Jam IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl INTERVENSI
1. Risiko hipotermia 1. Tempatkan bayi di 1. Agar suhu 1. Mengatur suhu in- S: tidak dikaji.
berhubungan de- bawah pemanas tubuh bayi tetap 0715 kubator. O: -Klien
ngan immaturi-tas, /inkubator. stabil. 2. Mengukur suhu tu- tetap ha-
transisi ling-kungan 2. Pertahankan suhu 2. Agar 0820 buh klien= 36,4oC. ngat,
ekstra u-terus ruang perawatan. lingkungan tidak 3. Memantau suhu suhu=
neonatus. 3. Kaji suhu mempengaruhi lingkungan. 36,7oC.
Tujuan: rectal/axilla setiap 2 kondi-si klien. 4. Menghindarikan bayi -Akral
Hipotermia tidak jam bila per-lu. 3. Untuk S/D dari sumber dingin hangat.
terjadi. 4. Kaji status infant memantau su-hu dengan me-makaikan A: Masalah
Kriteria Hasil: yang menunjukkan tubuh bayi, bila pakaian/ popok yang terata-si
 Mempertahan-kan stress dingin. ada perubahan kering. sebagian.
suhu ling-kungan 5. Hindarkan dapat segera di 5. Memberikan ma-kan P: Teruskan
tetap normal. meletak-kan bayi dekat lakukan melalui sonde susu 25 ren-cana
 Bayi tidak ke- deng-an sumber dingin/ tindakan. cc tiap 2 jam. intervensi.
dinginan. daerah terbuka. 4. Untuk 1020 6. Memberikan susu
mengetahui melalui botol.
1040

35
sedini mungkin 7. Mengkaji kebutu-han
bila ada nutrisi klien.
riwayat/keadaan
yang stress
terhadap dingin.
5. Agar
terhindar dari
penurunan suhu
tu-buh secara
menda-dak
akibat pengaruh
lingkungan.
2. Ketidakefektifan 1. Kaji pola makan 1. Agar dapat 1. Mengganti popok/ S: tidak dikaji.
pola pemberian bayi & kebutuhan diketahui secara pakaian bayi bila O:- PASI
makan bayi ber- nutrisi. tepat pola ma- basah. diberikan
hubungan dengan 2. Diskusikan dengan kan & kebutuhan 2. Memberikan masa-se personde
lethargi sekunder orangtua mengenai nut-risi bayi. 1115 pada daerah yang & per
akibat prematuri-tas. pemberian ASI. 2. Keterlibatan tertekan. oral, 40
Tujuan: 3. Berikan intervensi orangtua sangat 3. Menimbang BB (2000 cc +

36
 Pola pemberian spesifik untuk mening diperlukan secara 1120 gr). extra.
makan bayi katkan pemberian aktif. 4. Mengkaji TTV: -Reflek
efektif. makan per oral yang 3. Agar 1230 Suhu= 36,7oC, HR= menghi-sap
Kriteria Hasil: efektif selain melalui kemampuan ba- 144x/mnt, RR= 36x/ mulai kuat.
 Bayi meneri-ma sonde. yi untuk makan/ mnt. A: Masalah
nutrisi de-ngan 4. Tingkatkan mi-num dapat belum teratasi
adekuat. pemberi-an makan per dilakukan per seluruh-nya.
 Bayi dapat ma- oral & penurunan oral. P: Rencana
kan tanpa ban- pemberi-an makan 4. Meningkatk inter-vensi
tuan sonde. enteral se-jalan dengan an ke-mampuan tetap dite-

 Reflek mengi-sap makin efektifnya bayi bayi ma-kan per ruskan.

bayi terus makan /minum melalui oral.

meningkat se- mulut

hingga dapat di
berikan per oral.

3. Risiko kerusakan 1. Ganti 1. Untuk 5. Mengukur suhu tu- S: tidak dikaji.


integritas kulit popok/pakaian bayi mencegah ter- 0720 buh klien & suhu O: - Kulit
berhubungan de- setiap kali basah jadinya lingkungan. disekitar

37
ngan kerentanan 2. Berikan talk setiap kelembaban aki- 6. Mengkaji status in- anus
terhadap infeksi mengganti popok/pa- bat kencing bayi. fant, apakah terda-pat masih
nosokomial, efek kaian. 2. Untuk stress terhadap dingin. kemeraha
iritan lingkungan menghindari 0920 7. Mengganti popok/ n/iri-tasi.
sekunder. 3. Masase dengan iritasi terutama pakaian bayi yang -
Tujuan: lem-but kulit yang pada daerah basah. Popok/pa
Integritas kulit ba-ik. sehat, terutama pada sekitar anus/ 1030 8. Memberikan susu kaian
dae-rah yang tertekan. perineal. botol & sonde 30 cc selalu
Kriteria Hasil: 4. Monitor terus 3. Untuk tiap 2 jam. diganti.
 Iritasi pada dae- kondisi/ perubahan merangsang 1120 9. Melakukan masase A: Masalah
rah perineal mi- yang ter-jadi. sirkulasi. dengan lembut pa-da teratasi
nimal 4. Agar dapat punggung bayi. sebagian.
 Popok/pakaian diketahui kondisi 1210 10. Menghitung kebutu- P: Rencana
tidak dibiarkan kulit klien & han cairan bagi kli-en. inter-vensi
lembab & basah dapat dilakukan 11. Mengukur TTV: su- tetap di
in-tervensi 1245 hu= 36,8oC, HR= teruskan.
secepatnya. 148x/mnt, RR= 40x/
mnt.
12. Mendiskusikan de-

38
ngan orangtua apa-
kah klien bisa dibe-
rikan ASI langsung
dari ibunya (ternya-ta
tidak bisa karena ASI
tidak keluar.

4. Ketidakseimbang-an 1. Berikan cairan sesuai 1. Untuk mencegah/ 1. Mengukur suhu tu-buh S: tidak dikaji.
cairan berhu-bungan kebutuhan bayi & usia. menghindari 0725 & suhu inkuba-tor. O: -Klien
dengan immaturitas, 2. Timbang BB setiap hari. terjadi-nya 2. Menyarankan orang menda-
radi-asi lingkungan, 3. Monitor & catat intake – ketidakseimba- tua untuk membe-suk pat terapi
kehilangan mela-lui output setiap hari, ngan cairan. 0845 klien & membe-rikan foto-
kulit/paru. bandingkan jumlah 2. Untuk memantau perhatian. terapi
Tujuan: untuk menentukan a-pabila terjadi 3. Memberikan susu seba-nyak
Mempertahankan status ketidakseimba- peruba-han, botol & sonde tiap 2 2 seri.
keseimbangan ngan. sehingga dapat 0935 jam. -Intake
cairan & elektrolit. 4. Pertahankan suhu segera diatasi. S/D 4. Setiap mengganti diting-
lingkungan tetap nor- 3. Upaya popok/pakaian me- katkan,
mal. pencegahan mantau keadaan tali PASI

39
sedini mungkin pusat serta tan-da- 12x40 cc
bila terjadi tanda infeksi. + extra.
5. Kaji tanda-tanda ketidakseim- 5. Menimbang BB= 2000 -Mukosa
peningkatan kebutuhan bangan. gram. ke-ring,
cairan & TTV: 1025 6. Monitor tanda-tan-da klien ce-
ii. Peningkatan suhu terjadinya gang-guan ngeng.
tubuh. 4. Untuk mencegah 1100 keseimbang-an cairan. A: Masalah
iii. Hipovolemik shock. terjadinya 7. Melakukan tindakan belum teratasi.
iv. Sepsis. kehilangan cairan sesuai prosedur P: Rencana
v. Asfiksia & hipoksia. karena pe- pencegahan infeksi, inter-vensi
6. Monitor laboratorium. ningkatan/penuru seperti: tetap di
nan suhu tubuh.  cuci tangan se- teruskan.
5. Untuk dilakukan belum & sesu-dah
upa-ya S/D memegang klien.
pencegahan &  Membatasi/me-
pe-nanganan ngurangi inte-raksi
sedini & setepat dengan klien.
mungkin.  Menerapkan teknik
steril seti-ap

40
melakukan
6. Untuk memantau prosedur pada
perkembangan klien.
/peruba-han yang 8. Mengambil spesi-men
terjadi secepat darah.
mungkin, teru- 9. Monitor TTV: suhu=
tama bila ada 37,1oC, HR= 140x/
kecu-rigaan mnt, RR= 40x/mnt.
terjadinya ke- 1130
tidakseimbangan
ca-iran. 1245
5. Risiko terhadap 1. Berikan lingkungan 1. Agar bayi 1. Mengukur suhu S: tidak dikaji.
infeksi berhubu- yang melindungi klien terhindar dari 0710 tubuh. O: -Tubuh
ngan dengan ke- dari infeksi seperti: risiko terjadinya 2. Mengganti popok/ klien
rentanan bayi/im-  cuci tangan infeksi. pakaian bayi. terlihat
maturitas, bahaya sebe-lum menyentuh S/D 3. Mencuci tangan se- kuning.
lingkungan, luka klien. belum & sesudah -Suhu=
terbuka (tali pu-sat).  Ikuti protap memegang klien. 37,2oC,
isolasi pada bayi. 4. Memberikan susu HR=

41
Tujuan:  lakukan/terapkan 0910 botol & sonde 40 cc/ 144x/
Infeksi dapat di teknik steril saat 2. Untuk 2 jam + extra. mnt, RR=
cegah. melakukan tinda- mengetahui 5. Mengatur posisi klien 40 x/mnt.
kan pada bayi. setiap perubahan 0920 untuk pembe-rian -Leukosit=
2. Kaji perubahan suhu yang terjadi. fototerapi. 6600.
tubuh serta tanda/ge-jala 3. Untuk 6. Menimbang BB= A: Masalah
klinis yang timbul mengetahui 2000 gr. belum teratasi.
3. Monitor hasil peme- apabila terjadi 7. Observasi keadaan P: Rencana
riksaan laboratorium. infeksi secara umum & suhu klien inter-vensi
4. Monitor tanda-tanda dini. setiap 3 jam. tetap dite-
terjadi infeksi & pan-tau 4. Agar tanda & 8. Mengukur TTV: ruskan.
serta rawat tali pusat gejala terjadinya 1255 suhu= 37,2oC, HR=
bayi secara benar. infeksi da-pat 144x/ mnt, RR= 40
segera diketahui. x/mnt.

42
43
BAB IV
PENUTUP

Setelah Melakukan Tindakan Asuhan Keperawatan Pada Bayi S. P Dengan


Prematur/Bblr/Sedang Masa Kehamilan Di Ruang Feri Dr Doris Sylvanus
Palangka Raya 2021, Dapat Diambil Beberapa Kesimpulan, Dan Digunakan
Sebagai Bahan Pertimbangan Bagi Pemberian Asuhan Keperawatan Pada bayi
prematur.

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang peneliti lakukanpada kasus bayi baru lahir Ny L
umur 2 haridengan prematuritas yang mulai dirawat tanggal 17 Juli sampai
tanggal19 Juli2013, peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :
3.1.1 Di dalam pengkajian warna kulit kebiruan, gerakan kurang aktif,
tangisan bayi merintih, pada data obyektif keadaan umum cukup
TTV: RR : 80kali/menit, HR : 148kali/menit, S : 36,50C,
pemeriksaanantopometri : BB : 1700 gram, PB : 39 cm, LK : 29
cm, LD : 27 cm.
3.1.2 Dari interpretasi data dasar diperoleh diagnosa kebidanan By. Ny L
umur 2 haridenganprematuritas, tidak ada masalah yang timbul.
3.1.3 Dalam kasus ini diagnosa potensial tidak terjadi pada By. Ny.
Lkarena dilakukan perawatan sehingga tidak mengarah terjadinya
kerusakan otak dan hipotermia.
3.1.4 Antisipasi yang dilakukan adalah tindakan resusitai ½ menit yang
pertama yang meliputi: menjaga kehangatan bayi, mengatur posisi
bayi dengan meletakkanbayi pada tempat yang datar dan kepala
dalam posisi sedikit ekstensi, menghisap lendir pada hidung dan
mulut bayi, mengeringkan bayi, menilai apakah bayi menangis atau
bernapas spontan dan teratur.
3.1.5 Perencanaan yang dilakukan pada kasus ini adalah beritahu ibu dan
keluarga tentang keadaan bayi, lakukan penilaian tindakan

44
resusitasi ½ menit yang pertama, evaluasi tindakan resusitasi ½
menit yang pertama, lakukan tindakan resusitasi ½ menit yang
kedua apabila tindakan resusitasi yang pertama gagal, lakukan
evaluasi tindakan, berikan asuhan bayi normal (injeksi vit.K 1 mg,
salep mata, periksa antopometri bayi), berikan terapi sesuai advis
dokter, periksa keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi.
3.1.6 Pelaksanaan yang dilakukan pada kasus ini yaitu dilakukan sesuai
dengan rencana tindakan yang dibuat secara menyeluruh
3.1.7 Hasil evaluasi yang didapat pada bayi baru lahir dengan yaitu ibu
dan keluarga sudah mengerti tentang kondisi bayi, tindakan
resusitasi ½ menit yang pertama sudah diberikan, hasil dari
tindakan resusitasi ½ menit yang pertama belum berhasil, resusitasi
½ menit yang kedua sudah dilakukan, hasil evaluasi dari tindakan
menunjukkan bayi berwarna kemerahan; tangisan merintih; tonus
otot cukup, perawatan bayi normal sudah dilakukan (vit.K 1 mg
sudah diberikan, salep mata sudah diberikan, antropometri bayi
sudah di periksa), terapi untuk bayi sudah diberikan sesuai advis
dokter, keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital bayi (RR :
80x/menit, HR:148x/menit, suhu: 36,5ºC
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan untuk
perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah:

3.2.1 Bagi Rumah Sakit


Diharapkan agar rumah sakit dapat menambah jumlah tenaga
kesehatan khususnya di ruang anak agar dapat memberikan
pelayanan kepada pasien dengan seoptimal mungkin dan dapat
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
3.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar institusi pendidikan dapat lebih meningkatkan
atau menambah referensi, sehingga dapat membantu penulis atau

45
mahasiswa yang akan mengambil kasus yang sama
3.2.3 Bagi Perawat
Diharapkan agar perawat dapat meningkatkan kemampuan dan
kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
khususnyapada bayi prematur dan dapat melakukan asuhan
keperawatan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan sesuai
dengan SOP (Standart Operasional Prosedur) yang ditetapkan.

46
DAFTAR PUSTAKA

Adnyanti Niti. 2011. Laporan Pendahuluan Pada Bayi Premature. Bali http://niti-
adnyani.blogspot.co.id/2011/09/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dengan
4945.html (diakses pada tanggal 8 November 2015).

Lia Dewi VN. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jogjakarta: Salemba
Medika.

Tanto Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV. Jakarta : Media
Aesculapiu

47

Anda mungkin juga menyukai