PENDAHULUAN
1
persalinan, nifas dan neonatus. Kehamilan pada usia 35 tahun sering disebut
sebagai batas akhir dan sesudah usia tersebut kehamilan akan menimbulkan
resiko yang lebih besar. Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia
tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak
lentur lagi. (Rochjati, P.2011)
Dampak dari kehamilan resiko tinggi terhadap kehamilan yaitu dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi yang dapat mempengaruhi kondisi ibu dan
janin dalam kandungan seperti abortus, Intrauterine Fetal Death, dan dapat
menyebabkan kesakitan, kecacatan, bahkan sampai kematian. Kehamilan resiko
tinggi juga berdampak terhadap proses persalinan diantaranya perdarahan, partus
macet, dan sampai dengan kematian. Selain berdampak terhadap kehamilan dan
persalinan, kehamilan resiko tinggi akan berdampak juga terhadap masa nifas
yaitu ibu mengalami perdarahan postpartum. Adapun dampak kehamilan resiko
tinggi terhadap bayi baru lahir yaitu bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat
badan rendah ataupun bayi lahir dengan berat badan lebih, dan kematian bayi baru
lahir. (Prawirohardjo, 2014).
Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah
komplikasi yang terjadi. Adapun solusi dari pemerintah yaitu dengan menerapkan
kebijakan program pemerintah pelayanan antenatal harus diberikan sesuai dengan
standar nasional minimal 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester I,
satu kali pada trimester II, dan dua kali pada trimester III. Sesuai dengan
kebijakan tersebut dalam melaksanakan pelayanan antenatal care, bidan. Rumah
sakit pun menerapkan GRSSI-B (Gerakan Rumah Sakit Sayang Ibu – Bayi) yaitu
memberikan pelayanan yang cepat dan aman dengan tetap memperhatikan
kenyamanan pasien dan keluarga.
Tidak hanya dari program pemerintah dan rumah sakit saja, Puskesmas
Sumberpucung sudah menerapkan 10 standar pelayanan yang harus dilakukan
oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10T termasuk perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dan bidan juga menganjurkan ibu
hamil untuk periksa secara rutin dari trimester I hingga trimester III dan
melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ada indikasi
anemia atau tidak serta anjuran ANC terpadu untuk mengedukasi
ketidaknyamanan yang dirasakan ibu hamil setiap trimesternya disertai
peninjauan perkembangan janin, melakukan screening secara rutin, dan segera
periksa apabila ada masalah atau tanda bahaya pada kehamilan. Bidan puskesmas
memberikan anjuran ini sebagai bentuk pelayanan continuity of care adalah suatu
proses dimana tenaga kesehatan yang kooperatif terlibat dalam manajemen
pelayanan kesehatan secara terus menerus dan berkesinambungan. Berdasarkan
dari uraian masalah diatas, penulis tertarik untuk menyusun studi kasus dengan
judul “Asuhan Kebidanan pada Ny E G3P2A0 Usia Kehamilan 9-10 Minggu
2
dengan Umur >35 Tahun dan Riwayat Operasi Caesar di Puskesmas
Sumberpucung Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang.”
3
1.3.2 Manfaat Praktis
1.3.2.1 Bagi Ibu Hamil
Sebagai informasi kepada ibu hamil yang termasuk beresiko
tinggi dalam kehamilan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
rendah dari biasanya, yang dapat mengurangi aliran darah ke otak
sehingga menyebabkan pusing sementara pada trimester I
Anemia
Hal ini terjadi karena peningkatan volume plasma darah yang
akan mempengaruhi kadar haemoglobin darah, sehingga jika
peningkatan volume dan sel darah merah tidak diimbangi
dengan kadar hemoglobin yang cukup, akan mengakibatkan
terjadinya anemia.
Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Karena aliran darah ke otak berkurang, maka asupan oksigen
pun berkurang sehingga menyebabkan pusing. - Kadar gula
darah rendah yang terjadi karena tubuh menyesuaikan dengan
perubahan pada tubuh selama kehamilan
Varises
Hal ini terjadi yaitu karena adanya peningkatan volume plasma
darah yang akan mempengaruhi pada kadar haemoglobin darah
ibu sehingga menyebabkan pusing
Penanganan Pusing
Konsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti bayam,
kangkung, brokoli, daun ubi jalar, dan sayur-sayuran
berwarna hijau dan daging merah
Konsumsi makanan bergizi seimbang (mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral)
Minum minimal 2 liter atau 8-10 gelas perhari
Atur posisi tidur yang nyaman sebaiknya berbaring miring
kiri
Berbaring dengan posisi kaki lebih ditinggikan
Hindari posisi tidur terlentang lebih dari 5 menit. - Istirahat
dan tidur yang cukup, siang hari 1-2 jam dan malam ± 8 jam
Lakukan gerakan ringan ketika berdiri lama - Kurangi
aktivitas yang berat dan melelahkan.
Hindari perubahan posisi secara tiba-tiba seperti dari posisi
jongkok ke posisi berdiri
Lakukan teknik nafas dalam.
Hindari stress
2. Kram perut
Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat menstruasi
di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul
hanya beberapa menit dan tidak menetap adalah normal. Hal ini sering
terjadi karena adanya perubahan hormonal dan juga karena adanya
6
pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan ligamen
meregang untuk menyokong rahim.
3. Meludah
Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus menerus
dianggap normal sebab hal ini termasuk gejala morning sickness.
4. Peningkatan berat badan
Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa kesulitan
memasang kancing / rok celana panjangnya, hal ini bukan berarti ada
peningkatan berat badan yang banyak tapi karena rahim telah
berkembang dan memerlukan ruang juga, dan ini semua karena
pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan pembesaran rahim dan
hormon progesteron yang menyebabkan tubuh menahan air.
5. Merasa lelah
Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara aktif untuk menyesuaikan
secara fisik dan emosional untuk kehamilan. Juga peningkatan
hormonal yang dapat mempengaruhi pola tidur.
6. Morning sickness, mual dan muntah
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual
dimulai sejak awal kehamilan. Mual muntah di usia muda disebut
morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi
setiap saat. Mual dan muntah disebabkan oleh adanya perubahan
hormon yang terjadi pada ibu hamil.
Penyebab Mual dan Muntah
Berikut ini adalah beberapa penyebab umum mual muntah yaitu
(Pratami, 2016):
- Hormon estrogen dan progesteron
Hormon progesteron dibentuk oleh korpus luteum.
Peningkatan hormon estrogen dan progesteron dapat
mengganggu sistem pencernaan ibu hamil, dan membuat kadar
asam lambung meningkat hingga muncul keluhan mual dan
muntah. Hormon ini dapat memperlambat fungsi metabolisme
termasuk sistem pencernaan.
- Human chorionic gonadotropin(hCG)
Hormon hCG dalam aliran darah sangat membantu untuk
menjaga persediaan estrogen dan progesteron serta untuk
mencegah masa menstruasi. Meningkatnya hormon hCG secara
tiba-tiba dapat mengakibatkan efek pedih pada lapisan perut,
dan efek ini berupa rasa mual. Hormon ini juga menyebabkan
hilangnya gula dari darah, yang dapat menimbulkan perasaan
7
sangat lapar dan sakit.Jadi hormon hCG ini sangat berpengaruh
terhadap timbulnya rasa mual dan muntah pada ibu hamil.
- Makanan
Makanan-makanan berminyak dapat menyebabkan mual dan
muntah pada ibu hamil. Fungsi sistem pencernaan yang telah
menurun akibat hormon akan semakin memburuk saat
mendapat asupan makanan yang pedas dan berminyak.
- Faktor fisiologis yang menyebabkan mual dan muntah yaitu
seperti situasi korpus luteum sisi kanan menyebabkan
tingginya kadar hormon steroid di dalam sistem porta hepatik,
perubahan karbohidrat dan metabolisme lemak, dampak pada
kemampuan mencium dan melihat, faktor genetik, hormon
hCG, faktor imunologis, hormon estrogen dan progesteron.
Selain itu terdapat faktor predisposisi mual dan muntah pada
kehamilan dapat dikaitkan dengan perilaku, dukungan,
kelelahan, mual dan muntah di kehamilan sebelumnya,
merokok, masalah sosio-ekonomi, kesulitan dalam masalah
membina hubungan, dan psikologis(Tiran, 2008)
Cara mengatasi mual pada kehamilan trimester I
Menurut Purwaningsih & Siti Fatmawati (2010), mual dan muntah
sering dialami oleh ibu hamil trimester I, cara mengatasi masalah
tersebut agar dapat mempertahankan asupan nutrisi dan cairan
pada ibu hamil yaitu sebagai berikut :
- Menghindari bau atau faktor-faktor penyebab terjadinya mual
dan muntah
- Sediakan makanan kering seperti biskuit atau roti bakar
sebelum bangun dari tempat tidur di pagi hari
- Jaga pola makan dengan cara makan sedikit-sedikit tapi sering
- Hindari makanan yang mengandung lemak, dan berminyak,
serta berbumbu keras
- Bangun dari tempat tidur secara perlahan-lahan dan jangan
langsung bergerak
- Banyak mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat
- Banyak minum air, dan mengkonsumsi vitamin B6 yang
diimbangi dengan istirahat yang cukup.
7. Konstipasi
Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena
peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot
sehingga usus bekerja kurang efisien. Adapun keuntungan dari
8
keadaan ini adalah memungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih baik
saat hamil.
8. Sering buang air kecil
Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini dikarenakan
rahim yang membesar dan menekan kandung kencing. Keadaan ini
akan menghilang pada trimester II dan akan muncul kembali pada
akhir kehamilan, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
9. Pembesaran payudara
Payudara akan membesar dan mengencang,karena terjadi peningkatan
hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan
untuk mempersiapkan pemberian nutrisi pada jaringan payudara
sebagai persiapan menyusui
9
Merupakan kehamilan yang disertai satu atau lebih faktor
risiko/penyulit baik yang berasal dari ibu maupun janinnya
sehingga memungkinkan terjadinya kegawatan saat kehamilan
maupun persalinan namun tidak darurat.
3. Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor
>12 Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) merupakan
kehamilan dengan faktor risiko:
o Perdarahan sebelum bayi lahir, dimana hal ini akan
memberikan dampak gawat dan darurat pada ibu dan
janinnya sehingga membutuhkan rujukan tepat waktu dan
penanganan segera yang adekuat untuk menyelamatkan dua
nyawa.
o Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, dimana tingkat
kegawatannya meningkat sehingga pertolongan persalinan
harus di rumah sakit dengan ditolong oleh dokter spesialis.
10
Menurut Widatiningsih dan Dewi (2017), batasan dalam faktor
risiko atau masalah dapat dibagi menjadi tiga yaitu ada potensi gawat
obstetri (APGO), ada gawat obstetri (AGO), dan ada gawat darurat
obstetri (AGDO).
Kelompok faktor resiko pada ibu hamil dikelompokkan
menjadi 3 yaitu kelompok I, II, III berdasarkan kapan ditemukan, cara
pengenalan dan sifat atau tingkat resikonya.
A. Kelompok I Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) ada 10 faktor resiko,
yaitu :
1. Primi muda
Menurut Widatiningsih dan Dewi (2017), Ibu hamil pertama
pada umur <20 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Kehamilan pada usia remaja
mempunyai risiko medis yang cukup tinggi karena pada masa
ini alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan
fungsinya. Alasan mengapa kehamilan remaja dapat
menimbulkan risiko antara lain rahim remaja belum siap untuk
mendukung kehamilan. Rahim baru siap melakukan fungsinya
setelah umur 20 tahun, karena pada usia ini fungsi hormonal
melewati masa kerjanya yang maksimal. Rohan dan Siyoto
(2013) menyatakan dampak kehamilan pada kesehatan
reproduksi di usia muda yaitu:
o Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak
sengaja, misalnya karena terkejut, cemas dan stress. Secara
sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional yang dapat
menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti
tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang
pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
o Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan
kelainan bawaan
Terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama
Rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan,
berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat
hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20
tahun. Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan
ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi
rendah, pemeriksaan kehamilan kurang dan keadaan
psikologi ibu yang kurang stabil selain itu juga disebabkan
11
keturunan (genetik) dan proses pengguguran sendiri yang
gagal.
o Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah dan
stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada
kala nifas.
o Anemia kehamilan atau kekurangan zat besi
Anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat
hamil dan mayoritas seorang ibu mengalami anemia pada
saat hamil. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel
darah merah janin pada plasenta seorang yang kehilangan
sel darah merah semakin lama akan menjadi anemia.
o Keracunan kehamilan Kombinasi keadaan alat reproduksi
yang belum siap hamil dan anemia, makin meningkatkan
terjadinya keracunan hamil dalam bentuk preeklamsia atau
eklamsia yang dapat menyebabkan kematian. F
o Kematian ibu yang tinggi Remaja yang stress akibat
kehamilannya sering mengambil jalan pintas untuk
melakukan gugur kandungan oleh tenaga dukun. Angka
kematian karena gugur kandungan yang dilakukan dukun
cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui (Manuaba
et al., 2013).
2. Primi tua
Primi tua adalah wanita yang mencapai usia 35 tahun atau
lebih pada saat hamil pertama. Ibu dengan usia ini mudah
terjadi penyakit pada organ kandungan yang menua, jalan lahir
juga tambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil
mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan
perdarahan.
3. Anak kecil kurang dari 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang
dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan Rahim ibu masih butuh
cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Anak
masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya.
4. Primi tua sekunder
Ibu hamil dengan persalinan terakhir >10 tahun yang lalu. Ibu
dalam kehamilan dan persalinan ini seolah – olah menghadapi
persalinan yang pertama lagi. Bahaya yang dapat terjadi yaitu
12
persalinan dapat berjalan tidak lancar dan perdarahan pasca
persalinan.
5. Grande multi
Ibu pernah hamil atau melahirkan 4 kali atau lebih, karena ibu
sering melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui
keadaan seperti Kesehatan terganggu, kekendoran pada dinding
rahim. Bahaya yang dapat terjadi yaitu kelainan letak,
persalinan letak lintang, robekan rahim pada kelainan letak
lintang, persalinan lama dan perdarahan pasca persalinan.
Grande multipara juga dapat menyebabkan solusio plasenta
dan plasenta previa.
6. Umur 35 tahun atau lebih Ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih, dimana pada
usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat – alat kandungan dan jalan
lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain
dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi tekanan darah tinggi dan
preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar atau macet,
perdarahan setelah bayi lahir.
7. Tinggi badan 145 cm atau kurang Terdapat tiga batasan pada
kelompok risiko ini yaitu:
o Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus.
Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak
proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang
terjadi. Pertama, panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata
sempit dengan janin atau kepala tidak besar dan kedua
panggul ukuran normal tetapi anaknya besar atau kepala
besar.
o Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup
bulan tetapi mati dalam waktu (umur bayi) 7 hari atau
kurang.
o Ibu hamil dengan kehamilan sebelumnya belum pernah
melahirkan cukup bulan, dan berat badan lahir rendah
<2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi yaitu persalinan
berjalan tidak lancar dan bayi sukar lahir. Kebutuhan
pertolongan medis yang diperlukan adalah persalinan
operasi sesar (Widatiningsih & Dewi, 2017).
8. Riwayat Obstetri Buruk (ROB)
Riwayat Obstetri Buruk dapat terjadi pada:
o Ibu hamil dengan kehamilan kedua, dimana kehamilan
yang pertama mengalami keguguran, lahir belum cukup
bulan, lahir mati, lahir hidup lalu mati umur <7 hari.
13
o Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah
mengalami keguguran >2 kali c) Kehamilan kedua atau
lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan.
9. Persalinan yang lalu dengan tindakan
Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa
atau pervaginam dengan bantuan alat, seperti:
o Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir
biasa atau pervaginam (tindakan dengan
cunam/forcep/vakum). Bahaya yang dapat terjadi yaitu
robekan atau perlukaan jalan lahir dan perdarahan pasca
persalinan.
o Uri manual, yaitu tindakan pengeluaran plasenta dari
rongga rahim dengan menggunakan tangan. Tindakan ini
dilakukan apabila setelah 30 menit uri tidak lahir sendiri
dan apabila terjadi perdarahan uri belum juga lahir
(Widatiningsih & Dewi, 2017).
10. Bekas operasi sesar Ibu hamil pada persalinan yang lalu
dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada dinding rahim
ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan
rahim yaitu kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan
infeksi (Widatiningsih & Dewi, 2017).
B. Kelompok II
Ada Gawat Obstetri (AGO) ada 8 faktor resiko. Ada gawat
obstetri(AGO) adalah tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan,
dan nifas yang terdiri dari (Widatiningsih & Dewi, 2017) :
1. Penyakit pada ibu hamil Penyakit – penyakit yang menyertai
kehamilan ibu yaitu sebagai berikut:
o Anemia (kurang darah)
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan
zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya
relative mudah bahkan murah. Anemia pada kehamilan
memberi pengaruh kurang baik, seperti kematian muda,
kematian perinatal, prematuritas, dapat terjadi cacat
bawaan, cadangan zat besi kurang.
o Malaria
Bila malaria disertai dengan panas tinggi dan anemia, maka
akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya. Bahaya
14
yang dapat terjadi yaitu abortus, intrauterine fetal death
(IUFD), dan persalinan prematur.
o Tuberkulosis paru
Tuberkolosis paru tidak secara langsung berpengaruh pada
janin, namun tuberkolosis paru berat dapat menurunkan
fisik ibu, tenaga, dan air susu ibu (ASI) ikut berkurang.
Bahaya yang dapat terjadi yaitu keguguran, bayi lahir
belum cukup umur, dan janin mati dalam kandungan
(Widatiningsih & Dewi, 2017).
o Payah jantung
Bahaya yang dapat terjadi yaitu payah jantung bertambah
berat, kelahiran prematur. Penyakit jantung memberi
pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam
kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis,
hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang
kemudian disusul oleh abortus.
o Diabetes mellitus
Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang
besar, pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada
kehamilan minggu – minggu terakhir dan ditemukan
glukosa dalam air seni. Bahaya yang dapat terjadi yaitu
persalinan prematur, hidramnion, kelainan bawaan,
makrosomia, kematian janin dalam kandungan sesudah
kehamilan ke-36, kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup
kemudian mati<7 hari). Selain itu dalam kehamilan
diabetes dapat menimbulkan preeklamsia, kelainan letak
janin, dan insufiensi plasenta (Widatiningsih & Dewi,
2017).
o Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune
Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)
Bahaya yang dapat terjadi yaitu gangguan pada sistem
kekebalan tubuh dan ibu hamil muda terkena infeksi.
Kehamilan memperburuk progesivitas infeksi HIV. Bahaya
HIV pada kehamilan adalah pertumbuhan intra uterin
terhambat dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko
prematur (Widatiningsih & Dewi, 2017).
o Toksoplasmosis
Toksoplasmosis penularan melalui makanan mentah atau
kurang masak, yang tercemar kotoran kucing yang
15
terinfeksi. Bahaya yang dapat terjadi yaitu infeksi pada
kehamilan muda menyebabkan abortus, infeksi pada
kehamilan lanjut menyebabkan kongenital dan
hidrosefalus.
o Preeklampsia ringan Tanda – tandanya yaitu edema pada
tungkai dan muka karena penumpukan cairan di sela – sela
jaringan tubuh, tekanan darah tinggi, dalam urin terdapat
proteinuria, sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki
pada kehamilan 6 bulan keatas mungkin masih normal
karena tungkai banyak digantung atau kekurangan vitamin
b1. Bahaya bagi janin dan ibu yaitu menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin, dan janin mati dalam
kandungan.
2. Hamil kembar
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau
lebih.Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan
menyebabkan keluhan – keluhan seperti sesak nafas, edema
kedua bibir kemaluan dan tungkai, varises, dan hemoroid.
Bahaya yang dapat terjadi yaitu keracunan kehamilan,
hidramnion, anemia, persalinan prematur, kelainan letak,
persalinan sukar, dan perdarahan saat persalinan.
3. Hidramnion atau Hamil kembar air
Hidramnion adalah kehamilan dengan jumlah cairan amnion
lebih dari 2 liter, dan biasanya Nampak pada trimester III,
dapat terjadi perlahan – lahan atau sangat cepat. Bahaya yang
dapat terjadi yaitu keracunan kehamilan, cacat bawaan pada
bayi, kelainan letak, persalinan prematur, dan perdarahan pasca
persalinan.
4. Janin mati dalam rahim atau intrauterine fetal death (IUFD)
Keluhan yang dirasakan yaitu tidak terasa gerakan janin, perut
terasa mengecil, dan payudara mengecil. Pada kehamilan
normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-
5 bulan. Bila Gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak
bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin
terancam. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin
mati dalam rahim yaitu gangguan pembekuan darah ibu,
disebabkan dari jaringan – jaringan mati yang masuk ke dalam
darah ibu.
5. Hamil serotinus/hamil lebih bulan
16
Hamil serotinus adalah ibu dengan usia kehamilan >42 minggu
dimana fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah menurun.
Dampaknya dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus
tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulase) kepala
kurang sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak,
inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan pasca persalinan.
6. Letak sungsang
Letak sungsang adalah kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak
janin dalam rahim dengan kepala diatas dan bokong atau kaki
dibawah. Bahaya yang dapat terjadi yaitu bayi lahir dengan
gawat nafas yang berat dan bayi dapat mati (Widatiningsih &
Dewi, 2017).
7. Letak lintang
Kelainan letak janin didalam rahim pada kehamilan tua (hamil
8-9 bulan), kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim
ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir
biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu
tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak
lintang yaitu pada persalinan yang tidak ditangani dengan
benar, dapat terjadi robekan rahim. Akibatnya adalah
perdarahan yang mengakibatkan anemia berat, infeksi, ibu
syok dan dapat menyebabkan kematian ibu dan janin
C. Kelompok III
Ada Gawat Darurat Obstetri (AGDO), ada 2 faktor resiko. Ada gawat
darurat obstetri adalah adanya ancaman nyawa pada ibu dan bayinya
menurut Widatiningsih dan Dewi (2017), terdiri dari :
1. Perdarahan pada saat kehamilan Perdarahan antepartum adalah
perdarahan sebelum persalinan atau perdarahan terjadi sebelum
kelahiran bayi. Tiap perdarahan keluar dari liang senggama
pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut perdarahan
antepartum. Perdarahan antepartum haru dapat perhatian
penuh, karena merupakan tanda 19 bahaya yang dapat
mengancam nyawa ibu dan janinnya, perdarahan dapat keluar
sedikit – sedikit tapi terus menerus, lama kelamaan ibu
menderita anemia berat atau sekaligus banyak yang
menyebabkan ibu syok dan bayi dapat mengalami kelahiran
prematur sampai kematian janin karena asfiksia. Perdarahan
dapat terjadi pada plasenta previa dan solusio plasenta.
Biasanya disebabkan karena trauma atau kecelakaan dan
17
tekanan darah tinggi atau preeklampsia sehingga terjadi
perdarahan pada tempat melekat plasenta yang menyebabkan
adanya penumpukan darah beku di belakang plasenta.
2. Preeklamsia berat dan Eklamsia Preeklamsia berat terjadi bila
ibu dengan preeklamsia ringan tidak dirawat dan ditangani
dengan benar. Preeklampsia berat dapat mengakibatkan kejang
– kejang atau eklamsia. Bahaya yang dapat terjadi yaitu ibu
dapat tidak sadar (koma sampai meninggal.
18
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) merupakan kematian
janin dalam rahim sebelum terjadi proses persalinan, usia
kehamilan 28 minggu keatas atau berat janin 1000 gram
dapat juga mengakibatkan kelahiran mati. Ibu yang
mengalami kehamilan berisiko menyebabkan
meningkatnya faktor risiko terjadinya Intra Uterine Fetal
Death (IUFD). Bila janin dalam kandungan tidak segera
dikeluarkan selama lebih dari 4 minggu dapat
menyebabkan terjadinya kelainan darah
(hipofibrinogenemia) yang lebih besar. 21
Keracunan dalam kehamilan (Preeklamsia) & kejang
(Eklamsia) Preeklamsia adalah keracunan pada kehamilan
yang biasanya terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau
bisa juga muncul pada trimester kedua. Preeklamsia serta
gangguan tekanan darah lainnya merupakan kasus yang
menimpa setidaknya lima hingga delapan persen dari
seluruh kehamilan. Dua penyakit ini pun tercatat sebagai
penyebab utama kematian serta penyakit pada bayi dan ibu
hamil di seluruh dunia. Dan di Indonesia 3 kematian ibu
terbesar salah satunya disebabkan oleh preeklampsia/
eklampsia.
b. Dampak Kehamilan Berisiko bagi Janin Menurut
Prawirohardjo (2011), dampak kehamilan berisiko bagi janin
adalah sebagai berikut:
Bayi lahir belum cukup bulan Bayi lahir belum cukup
bulan dapat disebut bayi preterm maupun bayi prematur.
Bayi Preterm merupakan bayi yang lahir pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu, tanpa memperhatikan
berat badan lahir. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor
maternal seperti toksemia, hipertensi, malnutrisi maupun
penyakit penyerta lainnya.
Bayi lahir dengan Bayi berat lahir rendah (BBLR) Bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)
jam setelah lahir. Penyebab paling besar lahirnya bayi Bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah masalah selama
kehamilan pada ibu, dapat berupa penyakit penyerta pada
ibu, kurang nutrisi, maupun usia ibu.
19
2.2.5 Skor Poedji Rochjati
Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang
digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga untuk
menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya mempermudah
pengenalan kondisi untuk mencegah terjadi komplikasi obstetrik pada
saat persalinan. KSPR disusun dengan format kombinasi antara
checklist dari kondisi ibu hamil / faktor risiko dengan sistem skor.
Kartu skor ini dikembangkan sebagai suatu teknologi sederhana,
mudah, dapat diterima dan cepat digunakan oleh tenaga non
profesional.
Fungsi dari KSPR adalah:
1. Melakukan skrining deteksi dini ibu hamil risiko tinggi.
2. Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan.
3. Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana
(Komunikasi Informasi Edukasi/KIE).
4. Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan, persalinan, nifas.
5. Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan, persalinan,
nifas dengan kondisi ibu dan bayinya.
6. Audit Maternal Perinatal (AMP) Sistem skor memudahkan
pengedukasian mengenai berat ringannya faktor risiko kepada ibu
hamil, suami, maupun keluarga. Skor dengan nilai 2, 4, dan 8
merupakan bobot risiko dari tiap faktor risiko. Sedangkan jumlah skor
setiap kontak merupakan perkiraan besar risiko persalinan dengan
perencanaan pencegahan. Kelompok risiko dibagi menjadi 3 yaitu:
Kehamilan Risiko Rendah (KRR) : Skor 2(hijau)
Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) : Skor 6-10 (kuning)
Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) : Skor ≥ 12
(merah)
20
puskesmas, di polindes atau puskesmas (PKM), atau
langsung dirujuk ke rumah sakit, misalnya pada letak
lintang dan ibu hamil pertama (primi) dengan tinggi badan
rendah.
Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST), diberi
penyuluhan dirujuk untuk melahirkan di rumah sakit
dengan alat lengkap dan di bawah pengawasan dokter
spesialis.
b. Pengawasan Antenatal Memberikan manfaat dengan
ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan
secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan
langkah – langkah dalam pertolongan persalinannya, seperti:
1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit
yang terdapat saat kehamilan, saat persalinan, dan kala
nifas.
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai
kehamilan, persalinan, dan kala nifas.
3. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan
aspek keluarga berencana.
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal
c. Pendidikan Kesehatan Pendidikan Kesehatan yang dapat
diberikan kepada ibu, yaitu sebagai berikut:
Diet dan pengawasan berat badan. Kekurangan atau
kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak
diinginkan pada wanita hamil. Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan anemia, partus prematur, abortus, dan lain –
lain, sedangkan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan
preeklamsia, bayi terlalu besar, dan lain – lain.
Manuaba dalam Widatiningsih dan Dewi (2017) pada saat
hamil, bukan merupakan halangan untuk melakukan
hubungan seksual. Umumnya hubungan seksual
diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan
hati – hati.
Kebersihan dan pakaian. Kebersihan harus selalu dijaga
pada masa hamil, pakaian harus longgar, bersih, dan mudah
dipakai, memakai sepatu dengan tumit 24 yang tidak terlalu
tinggi, memakai kutang yang menyokong payudara, dan
pakaian dalam selalu bersih.
21
Perawatan gigi. Wanita hamil pada trimester I mengalami
mual dan muntah (morning sickness). Keadaan ini
menyebabkan perawatan gigi yang tidak diperhatikan
dengan baik, sehingga timbul karies gigi, gingivitis, dan
sebagainya.
Perawatan payudara. Perawatan payudara ini bertujuan
memelihara hygiene payudara, melenturkan/menguatkan
puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang datar atau
masuk ke dalam.
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Imunisasi untuk
melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus
neonatorum.
Wanita pekerja. Wanita hamil boleh bekerja tetapi jangan
terlampau berat. Melakukan istirahat sebanyak mungkin.
Menurut undang – undang perburuhan, wanita hamil
berhak mendapat cuti hamil satu setengah bulan sebelum
bersalin atau satu setengah bulan setelah bersalin.
Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik. Ketiga
kebiasaan ini secara langsung dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dan menimbulkan
kelahiran dengan berat badan lebih rendah, atau mudah
mengalami abortus dan partus prematurus, dapat
menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan
perkembangan mental.
Obat – obatan. Pengobatan penyakit saat hamil harus
memperhatikan apakah obat tersebut tidak berpengaruh
terhadap tumbuh kembang janin.
22
2.2.8 Deteksi Dini Kehamilan Risiko Tinggi
Deteksi dini adalah upaya penjaringan dan penyaringan yang
dilaksanakan untuk menemukan penyimpangan secepat mungkin.
Deteksi dini kehamilan risiko tinggi adalah upaya penjaringan dan
penyaringan yang dilaksanakan untuk menemukan gejala kehamilan
risiko tinggi sejak awal. Hal-hal yang termasuk dalam deteksi dini
kehamilan risiko tinggi, yaitu usia ibu hamil kurang dari 20 tahun, usia
ibu hamil lebih dari 35 tahun, jumlah anak 3 orang atau lebih, Jarak
kelahiran kurang dari 2 tahun Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145
cm, Ibu dengan berat badan < 45 kg sebelum kehamilan, Ibu dengan
lingkar lengan atas < 23,5 cm, Riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya (perdarahan, kejang kejang, demam tinggi, persalinan
lama, melahirkan dengan cara operasi, dan bayi lahir mati).
23
Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang
diderita ibu hamil
Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan
pada ibu hamil sedini mungkin.
Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan
sesuai dengan sistem rujukan yang ada
24
TT2 4 minggu setelah TT1 (pada kehamilan), TT3 6 bulan
setelah TT2 (pada kehamilan, jika selang waktu minimal
terpenuhi), TT4 1 tahun setelah TT3 dan TT5 1 tahun
setelah TT4.
Pemberian tablet tambah darah Ibu hamil sejak awal
kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari
minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum
pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.
Tes laboratorium
o Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi
ibu hamil bila diperlukan.
o Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu
kekurangan darah (anemia).
o Tes pemeriksaan urine (air kencing).
o Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan Sifilis,
sementara pemeriksaan malaria dilakukan di daerah
endemis.
Konseling dan penjelasan Tenaga Kesehatan memberi
penjelasan mengenai perawatan kehamilan, pencegahan
kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi menyusui dini
(IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI Eksklusif,
Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan
ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan ibu
hamil.
Tata laksana atau mendapatkan pengobatan Berdasarkan
hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu
hamil harus sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga
kesehatan. Sedangkan kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
25
pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan)
(Kemenkes Republik Indonesia, 2018). Ibu hamil melakukan
kunjungan antenatal care minimal empat kali yaitu
Kunjungan pertama/K1 (Trimester I) K1 adalah kunjungan
pertama ibu hamil pada masa kehamilan ke pelayanan
kesehatan. Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan
dapat menetapkan data dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dan
kesehatan ibu sampai persalinan. Kegiatan yang dilakukan
sebagai berikut: anamnesa, pemeriksaan fisik umum,
pemeriksaan khusus obstetri, penilaian risiko kehamilan,
menentukan taksiran berat badan janin, pemberian
imunisasi TT1, KIE pada ibu hamil, penilaian status gizi,
dan pemeriksaan laboratorium (Wagiyo & Putrono, 2016).
Kunjungan kedua/K2 (Trimester II) Pada masa ini ibu
dianjurkan untuk melakukan kunjungan antenatal care
minimal satu kali. Pemeriksaan terutama untuk menilai
risiko kehamilan, laju pertumbuhan janin, atau cacat
bawaan. Kegiatan yang dilakukan pada masa ini 11 adalah
anamnesis keluhan dan perkembangan yang dirasakan ibu,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG, penilaian risiko
kehamilan, KIE pada ibu, dan pemberian vitamin (Wagiyo
& Putrono, 2016).
Kunjungan ketiga dan keempat/K3 dan K4 (Trimester III)
Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan
antenatal care setiap dua minggu sampai adanya tanda
kelahiran. Pada masa ini dilakukan pemeriksaan: anamnesis
keluhan dan gerak janin, pemberian imunisasi TT2,
pengamatan gerak janin, pemeriksaan fisik dan obstetri,
nasihat senam hamil, penilaian risiko kehamilan, KIE ibu
hamil, pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium ulang
(Wagiyo & Putrono, 2016)
BAB III
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
26
gugat dari berbagai permasalahan yang mungkin dialami oleh klien berkaitan dengan
pelayanan yang diberikan (Handayani dan Mulyati, 2017).
S (Subjektif) = Data subjektif adalah data yang diperoleh dan hasil bertanya dari
pasien, suami, atau keluarga (Sulistyawati, 2011).
Biodata
Nama
Identitas dimulai dengan Nama pasien, yang harus lengkap: Nama
depan, Nama tengah (bila ada), Nama keluarga dan Nama panggilan
akrab (Matondang, 2009; h.4). Hal ini agar tidak tertukar dengan
pasien yang memiliki nama hampir mirip dan tidak salah dalam
memberikan intervensi
Umur
Penting dikaji karena salah satu hal yang dapat mempengaruhi kondisi
ibu. USIA ibu kurang dari 19 tahun dan USIA ibu lebih dari 35 tahun
termasuk resiko tinggi dalam kehamilan (Manuaba, 2010; h.243).
Pendidikan
Perlu dikaji untuk mengetahui tingkat pendidikan pasien dan
memudahkan dalam pemberian informasi dan pendekatan selanjutnya
yang berhubungan dengan kehamilan.
Pekerjaan
Perlu dikaji karena ibu yang bekerja cenderung lelah fisik atau stress,
sehingga berpotensi mengalami persalinan preterm. (Cunningham GF,
et al 2006 h.771).
Suku bangsa
Perlu dikaji karena perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit
sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa (Matondang,
2009; h.6).
Agama
Kepercayaan dan tradisi dapat menghambat perilaku hidup sehat.
(Matondang, 2009; h.6)
Alamat
Perlu dikaji untuk mengetahui tentang keadaan dan kondisi tempat
tinggalnya. (Varney, 2006; h.11)
Alasan Datang
Perlu dikaji untuk mengetahui alasan datang ke petugas kesehatan, (Davey,
2005 h.5)
Keluhan Utama
27
Perlu dikaji merupakan dasar utama untuk memulai evaluasi masalah pasien
(Williams, 2005 h.23).
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Data yang perlu dikaji adalah penyakit yang pernah diderita baik itu
pada masa kanak-kanak dan masa dewasa, penyakit spesifik seperti
diabetes mellitus, penyakit jantung dan penyakit menular HIV/AIDS,
tuberkulosis. yang dapat berakibat terjadinya resiko tinggi pada
kehamilan (Varney, et al 2006 h.32)
Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
masa kehamilan, persalinan dan nifas.
Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
Riwayat Obstetri
Riwayat Haid
Perlu dikaji untuk mengetahui tentang usia saat menarche, frekuensi,
lamanya, sifat darah yang keluar, dismenore, HPHT dan HPL (Varney,
2006; h.33) Umur kehamilan dapat diketahui berdasarkan HPHT (Hari
Pertama Haid Terakhir) dan HPL digunakan untuk mengetahui
perkiraan persalinan (Varney, 2006;h.790).
Riwayat Kehamilan,persalinan, nifas yang lalu
Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil,
ada atau tidaknya penyakit, upaya mengatasi penyakit tersebut. Pada
persalinan penyulit dalam persalinan, caramelahirkan, siapa yang
menolong dalam persalinan. Dan penyulit-penyulit dalam nifas.
(Matondang, 2009; h.13)
Riwayat Kehamilan sekarang
Perlu dikaji untuk mendeteksi komplikasi, beberapa ketidaknyamanan
dan keluhan yang dialami pasien (Varney, 2006 h.525)
28
bertambahnya berat badan terlalu besar dan kurang Akan berakibat
terjadinya penyulit pada kehamilan. (Manuaba, 2010; h 117)
Eliminasi
Untuk mengetahui kebiasaan buang air kecil maupun buang air besar,
Pada ibu hamil TM I dan TM III Akan terjadi sering kencing
(Nokturia) karena semakin membesarnya uterus sehingga menekan
kandung kemih.(Varney, 2006 h.538).
Istirahat
Perlu dikaji jadwal tidur dan istirahat, Karena istirahat dan tidur teratur
dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan
perkembangan dan pertumbuhan janin. (Manuaba, 2010; h.122)
Pola Aktivitas
Perlu dikaji, Karena semakin tua kehamilan aktifitas bekerja harus
makin dikurangi dan bekerjalah sesuai dengan kemampuan. (Manuaba,
2010; h.117).Olahraga saat hamil dianjurkan adalah jalan-jalan waktu
pagi hari untuk ketenangan dan mendapatkan udara Segar (Manuaba
2010; h.120)
Personal Hygiene
Perlu Dikaji untuk mengetahui apakah ibu menjaga personal hygiene
atau tidak, sehingga dapat mempengaruhi kesehatan ibu (Varney 2006;
h.646). Perlu pengawasan gigi saat hamil, karena sering terjadi karies
gigi yang berkaitan dengan emesis-hiperemesis gravidarum,
hipersalivasi dapat menimbulkan timbunan kalsium di sekitar gigi
(Manuaba 2010; h.122)
Hubungan seksual
Perlu dikaji, Hamil bukan halangan untuk melakukan hubungan
seksual.Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan apabila ada
indikasi (Manuaba 2010; h.120).
O (Data Obyektif)
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
Keadaan umum pasien dapat diketahui dengan cara kesan keadaan
sakit, posisi pasien, kesadaran dan kesan status gizi. (Matondang,
2009; h.22)
Tingkat Kesadaran
Menilai kesadaran ibu yaitu dengan melihat :
Composmentis : Sadar penuh
Apatis : Acuh tak acuh
29
Somnolen : Selalu ingin tidur, mengantuk tetapi dapat
mengikuti perintah sederhana ketika dirangsang.
Delirium : Kesadaran menurun serta kacau motoric, berontak,
teriak.
Sopor : Sangat sulit untuk dibangunkan, tidak konsisten.
Semikomatosa : Reaksi terhadap nyeri saja, tidak mengikuti
perintah atau tidak berbicara koheren.
Koma : Kesadaran hilang dan tidak berespon pada setiap
stimulus (Matondang 2009; h.33)
Tanda-tanda Vital
o Nadi
Pemeriksaan nadi sebaiknya dilakukan pada keempat
ekstremitas. Pemeriksaan yang dilakukan mencakup frekuensi
atau laju nadi, irama, isi atau kualitas dan ekualitas nadi.
Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafsan yang dihitung dalam 1
menit, normalnya 12-20x/menit
Tekanan darah
Ideal pengukuran tekanan darah pada pasien yaitu pada
keempat ekstremitas. Pengukuran pada satu ekstremitas
dibenarkan apabila pada palpasi teraba denyut nadi yang
normal. Keadaan pasien pada waktu pengukuran tekanan darah
dapat mempengaruhi hasil dan penilaiannya.
Berat Badan
Untuk mengetahui penambahan berat badan ibu. Pada wanita hamil
normalnya 6,5 kg sampai 15 kg (Manuaba,2010; h.117)
Tinggi Badan
Untuk Mengetahui tinggi badan pasien normal atau tidak,normalnya
lebih dari 145 cm. Apabila ibu mempunyai tinggi badan kurang dari
145 cm dapat dicurigai ibu memiliki panggul sempit (Manuaba,2008;
h.30)
Suhu
Untuk mengetahui apakah ada kemungkinan demam atau febris yang
merupakan gejala adanya infeksi yang dapat berdampak pada
kehamilan
LILA
Ukuran normalnya adalah 23,5 cm atau lebih, perlu ditanyakan
untuk mengetahui status gizi ibu. Apabila ibu mempunyai
30
LILA kurang dari 23,5 cm maka dapat dicurigai bahwa ibu
mengalami kekurangan energy kronik (Matondang 2009; h.33).
Pemeriksaan Fisik
Rambut
Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, menilai warna rambut,
kelebatan dan karakteristik rambut (Alimul, 2006).
Bentuk kepala
Untuk mengetahui bentuk kepala ibu mesochepal
Muka
Pada ibu hamil biasanya akan muncul cloasma gravidarum (Sarwono
2008; h 179), dilihat apakah simetris atau tidak, ada edema atau tidak
dan warna bagian muka apakah pucat atau tidak
Mulut
Melihat keadaan bibir, gigi dan gusi, lidah. Selama hamil sering terjadi
karies, hipersalivasi dapat menimbulkan timbunan kalsium di sekitar
gigi. (Manuaba 2010; h.122)
Leher
Untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar thyroid atau tidak
Payudara
Pada kehamilan payudara akan membesar dan tegang dan tampak
lebih kehitaman, areola hiperpigmentasi, glandula montgomery
tampak lebih jelas, puting susu menonjol.(Kusmiyati et al, 2009; h.57)
Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga, dan pendengaran, pada ibu hamil TM I
Abdomen
o Inspeksi
Untuk mengetahui ada striae gravidarum dan linea nigra.
Melihat bentuk membesarnya uterus apakah sesuai dengan usia
kehamilan pada ibu hamil TM I. (Kusmiyati et al, 2009; h.67)
Palpasi
Observasi atau palpasi untuk merasakan gerakan janin,
mengukur TFU dan menentukan letak, presentasi, posisi.
(Varney, 2006; h.527).
Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus uteri,
bagian janin dalam fundus, letak kepala atau bokong
31
dengan satu tangan di fundus dan tangan lain di atas
simfisis.
Leopold II : Untuk menentukan bagian apa yang berada
di samping, punggung teraba rata seperti papan,
ekstremitas teraba kecil-kecil.
Leopold III : Untuk Menentukan bagian terbawah janin
apakah
sudah masuk atau masih bisa digoyang.
Leopold IV : Untuk menentukan bagian terbawah janin
dan berapa jauh janin sudah masuk pintu atas panggul
(Manuaba, 2010; h.116-117).
Auskultasi
Pemeriksaan dilakukan pada bagian abdomen ibu hamill
menggunakan stetoskop dan doppler untuk mendengarkan
detak jantung janin (Mandriwati, 2008). Untuk mendengarkan
denyut jantung janin, normalnya 120 sampai 160 detak per
menit Prawirohardjo, 2009; h.95)
Taksiran Berat Janin
Janin aterm saat usia kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu dan
memiliki berat janin normal sekitar 2500 sampai 3000 gram.
(Manuaba, 2010; h.100). Jika berat janin kurang dari 2500 termasuk
berat badan lahir rendah/prematur (Varney, 2006; h.523).
Umur Kehamilan
Untuk menentukan usia kehamilan dapat dilakukan dengan
menghitung hari pertama haid terakhir dengan rumus naegle,
menghitung dengan TFU, menghitung gerakan janin pertama kali
dirasakan, mendengarkan denyut jantung janin, memperhitungkan
masuknya kepala ke pintu atas panggul dan mempergunakan USG
(Manuaba, 2010; h.128).
Genitalia
Melihat bentuk, warna, pembengkakan, luka, varises, pengeluaran
cairan (warna, konsistensi, jumlah). Pada kehamilan TM I keadaan
genetalia normal. (Kusmiyati et al, 2009; h.57)
Anus
Untuk mengetahui kebersihan dan adanya hemoroid atau tidak
(Sulistyawati, 2011).
Ekstremitas :Atas
Untuk melihat adanya edema pada jari dan reflek patella.
Ekstremitas Bawah
32
Untuk Melihat adanya edema pada pergelangan kaki, refleks tendon
dalam kuadrisep (kedutan lutut), Varises dan tanda homans jika ada
indikasi. (Varney, 2006; h.530)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Hb
Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2x selama kehamilan pada
trimester 9 dan trimester III
Pemeriksaan Urine
Untuk mengetahui kandungan protein atau glukosa di dalamnya
(Varney,2006; h531). Pada pemeriksaan urine menggunakan reagen
dipstick jika ditemukan hasil positif maka itu menandakan terjadi
preeklampsia sedangkan pemeriksaan glukosa dilakukan untuk
mendiagnosa adanya diabetes pada kehamilan (Walsh et al,
2007;h133).
A (Assessment)
Diagnosa kebidanan dari data dasar hasil analisis dan interpretasi dari data subjektif
dan objektif yang akan diproses menjadi masalah atau diagnosis.(Varney 2006; h.27)
NY_G_P_A umur_tahun, hamil_minggu dengan kehamilan normal, janin tunggal
hidup intrauterine
a. Masalah
adalah kesenjangan yang diharapkan dengan fakta atau kenyataan. Masalah
yang dialami oleh pasien dengan kehamilan trimeter 1 adalah mual dan
pusing.
b. Diagnosa
c. Identifikasi Kebutuhan
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan dokter sesuai dengan kondisi klien. (Varney,
2006; h.27)
P(Planning)
Planning ini disertai evaluasi yang merupakan proses tahap akhir dari rangkaian
proses asuhan kebidanan Menurut Varney. Pada langkah ini untuk memeriksa apakah
rencana asuhan yang dilakukan benar-benar mencapai tujuan. Yaitu memenuhi
kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada diagnosis (Varney, 2006; h.27).
Menurut Varney (2006; h.531) pengembangan rencana asuhan yang komprehensif
pada ibu hamil mencakup komponen berikut:
Penentuan kebutuhan untuk melakukan tes laboratorium atau tes penunjang
lain untuk menyingkirkan, atau membedakan antara berbagai komplikasi yang
33
mungkin timbul.
Penentuan kebutuhan untuk melakukan konsultasi dengan dokter.
Menentukan tindakan instruksional untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran.
Penentuan kebutuhan untuk mengatasi ketidaknyamanan atau upaya terapi
lain.
Penentuan kebutuhan pengobatan.
Penentuan untuk melakukan konseling
Penjadwalan kunjungan ulang berikutnya.
34
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1 Vignette
Seorang wanita usia 37 tahun G3P2A0 datang ke puskesmas pada hari Senin, 30 Mei
2022 datang ke poli KIA untuk memeriksakan keluhan yang dirasakan. Beliau datang
karena merasakan mual dan pusing sejak kemarin malam dan sifatnya hilang timbul.
Ny E tidak mengkonsumsi obat apapun untuk meredakan keluhannya sejak kemarin
malam. Ny E mengatakan bahwa dirinya saat ini sedang hamil dikarenakan 2 hari
yang lalu melakukan tes kehamilan dan hasilnya positif. HPHT 25 Maret 2022.
Kehamilan ini merupakan kehamilan ketiga. Ny E mengatakan tidak pernah
keguguran. Anak pertama dilahirkan secara normal dengan ditolong bidan dengan BB
4200 gram, tanpa ada perdarahan dan komplikasi. Lalu anak kedua dilahirkan secara
SC dikarenakan ketuban telah pecah terlebih dahulu sedangkan tidak disertai
pembukaan dan kepala janin tidak segera turun ke panggul setelah dilakukan
observasi. Ny.E menggunakan KB Suntik 3 bulan. Tidak ada riwayat penyakit
apapun dan tidak ada alergi. Hasil pemeriksaan : BB/TB: 73/148, TD: 129/79, N/RR:
88/21, S: 36,3, Lila: 34, IMT: Gemuk, Palpasi : masih belum terasa jelas.
35
4.2 Dokumentasi SOAP
No Registrasi : 00189759
Hari/Tanggal : Senin, 30 Mei 2022
Jam : 09.00 WIB
Tempat : Poli KIA Puskesmas Sumberpucung
Pengkaji : Galuh Pramesti Cintani Aisha
Pemeriksa : Wiji Lestari, S.Tr.Keb
Pengkajian
Data Subjektif
Identitas
Nama : Ny E
Usia : 37 Tahun
Nama suami : Tn A
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jatiguwi Rt 039/009
Asuransi : BPJS
Alasan Kunjungan
Ibu ingin memeriksakan kehamilan
Keluhan
1. Ibu datang ke Poli KIA dengan keluhan mual dan
pusing sejak sejak kemarin malam.
2. Pusing yang dirasakan sifatnya hilang timbul dan ibu
tidak mengkonsumsi obat apapun untuk meredakan
keluhannya sejak kemarin malam.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
HPHT : 25 Maret 2022
TP : 30 Mei 2022
HPL : 1 Januari 2023
UK : 9 minggu 3 hari
36
Siklus : 28 hari (Teratur)
Lama haid : 7-8 hari
Sifat : encer merah terang
Dismenore : Tidak
Keluhan lain : Tidak ada
Keputihan : Sedikit, tidak bau, dan tidak gatal
1 2006 Normal Bidan Aterm (38 4200/50 Tidak ada Tidak ada
(PMB) mg)
Riwayat menyusui
Ibu mengatakan anak pertama sampai anak ke terakhir ASI
eksklusif selama 6 bulan
Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat
penyakit/gangguan reproduksi seperti mioma uteri, kista, mola
hidatidosa, PID, endometriosis, KET, ataupun kembar.
37
Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah memakai kontrasepsi KB Suntik 3
bulan selama kurang lebih 4 tahun.
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang pernah dialami
Ibu tidak pernah menderita penyakit seperti
hipertensi, jantung hepar, DM, PMS/HIV/AIDS,
TBC. Riwayat kesehatan keluarga, Keluarga ibu
dan suami tidak ada yang menderita penyakit
seperti hipertensi, DM, TBC, Hepatitis,
HIV/AIDS, serta penyakit keturunan seperti
buta warna dan penyakit kelainan darah.
Ibu tidak memiliki alergi terhadap makanan dan
obat-obatan
2. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu saat ini sedang hamil dan mengalami mual disertai
pusing
3. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit seperti jantung, darah tinggi,
asma, malaria, kencing manis, HIV/AIDS, keturunan
kembar maupun penyakit jiwa lainnya dan tidak ada
keturunan hipertensi.
Kebiasaan-kebiasaan
1. Pola nutrisi
Selama hamil makan sebanyak 3-4 porsi dalam sehari
dengan porsi sedang didominasi lauk. Untuk kebutuhan
air putih, ibu minum air 8-10 gelas air putih gelas besar.
2. Pola Istirahat dan tidur
Siang : ± 1 jam
Malam : ± 6-7 jam
Tidak biasa begadang
3. Pola aktivitas sehari – hari
Selama hamil, ibu beraktivitas di dalam rumah yaitu
bersih bersih, nyapu, nyuci dan memasak
4. Pola seksualitas
Frekuensi : Sering (2-3x dalam seminggu)
Keluhan : Tidak ada
38
5. Personal hygiene
Mandi : 2 x sehari
Ganti pakaian : 2 x sehari
6. Merokok dan penggunaan alkohol sebelum / selama
hamil
Ibu tidak memiliki kebiasaan merokok atau memakai
alkohol baik sebelum atau selama hamil.
7. Obat- obatan atau jamu sebelum / selama hamil
Selama hamil ibu tidak mengkonsumsi jamu-jamuan
dan ibu hanya mengonsumsi obat-obatan dari Bidan.
Keadaan Psikososial
1. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan keadaan
sekarang. Ibu mengatakan bahwa ibu mengetahui hamil
dengan usia ibu > 35 tahun dan memiliki riwayat SC
merupakan kehamilan yang berisiko.
2. Ibu mengatakan suami dan keluarga memberikan
dukungan terhadap kehamilan ini
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 129/79
N : 88
P : 21
S : 36.3
2. Pemeriksaan Antropometri
BB sebelum hamil : 72
BB setelah hamil : 73
Tinggi Badan : 148 cm
IMT : 33,3 (gemuk)
Lila : 34 cm
3. Pemeriksaan Fisik
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Leher : Tidak dilakukan
Payudara : Tidak dilakukan
Abdomen :
Inspeksi :Terdapat bekas luka operasi
caesar, terdapat linea nigra
39
Palpasi : Belum teraba
Genitalia : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Tidak terdapat edema pada kaki dan
tidak ada varises
Assessment
Diagnosis
Ny E G3P2A0 umur 37 tahun usia kehamilan 9-10 minggu dengan
kehamilan normal, janin tunggal hidup intrauterine
Masalah
Mual Pusing, Kehamilan resiko tinggi
Kebutuhan
KIE mengenai cara mengatasi ketidaknyamanan berupa mual
pusing yang dirasakan oleh ibu hamil
KIE tentang pola makan dan menjaga gizi seimbang pada ibu
hamil
KIE tentang kehamilan beresiko dan perencanaan kehamilan
KIE tentang ANC terpadu
Planning
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa kondisi ibu
dalam keadaan normal, TTV: TD: 129/79 mmHg, S: 36,3 0C,
N:88x/menit, RR: 21x/menit, IMT ibu berlebih dan masuk pada
kategori gemuk. Usia kehamilan ibu 9 minggu 2 hari.
E/ ibu mengerti dan memahami hasil pemeriksaan yang disampaikan
oleh bidan
2. Memberikan KIE kepada ibu terkait ketidaknyamanan kehamilan TM
I seperti mual, pusing
E/ ibu mengerti dan sudah mengetahui tentang ketidaknyamanan
kehamilan TM I
3. Memberikan KIE mengenai cara mengatasi ketidaknyamanan yang
dirasakan yaitu mual dan pusing yaitu dengan cara mengkonsumsi
makanan dan minuman hangat untuk meredakan mual dan tidak
melakukan aktivitas berat disertai istirahat yang cukup untuk
mengurangi pusing yang dirasakan.
E/ ibu memahami dan dapat menyebutkan kembali cara mengatasi
ketidaknyamanan yang dirasakan
40
4. Memberikan KIE terkait pemenuhan nutrisi ibu hamil dan
menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan dengan porsi
sedikit tapi sering dan mengkonsumsi makanan hangat serta menjaga
asupan gizi yang baik yaitu makan-makanan yang bergizi seimbang
dan memperbanyak minum air putih. karena akan berpengaruh pada
ibu maupun janin.
E/ ibu mengerti dan bersedia untuk menjaga pola makan
5. Memberikan konseling terkait ANC terpadu yang harus dilakukan
yaitu trimester 1 minimal 1x sebelum minggu ke 16, trimester 2
minimal 1x antara minggu ke 24-28, trimester 3 minimal 2x antara 30-
32 dan antara minggu ke 36-38
E/ ibu memahami dan berkomitmen untuk mengikuti ANC secara
rutin karena mengetahui manfaat dari ANC
6. Memberikan konseling tentang kehamilan beresiko dengan
memberitahu ibu tentang resiko hamil dengan usia lebih dari 35 tahun
dan memiliki luka bekas operasi caesar, seperti abortus (keguguran),
kematian ibu dan janin, persalinan prematur, kelahiran dengan berat
badan rendah, serta penyakit atau kelainan yang bisa terjadi pada
janin
E/ Ibu memahami kehamilan beresiko dan memahami kondisinya saat
ini
7. Memberikan konseling terkait pemeriksaan Hb yang harus dilakukan
pada minggu depan (1 minggu kemudian) untuk mengidentifikasi
apakah ada indikasi anemia atau tidak
E/ Ibu bersedia dan memahami tujuan pemeriksaan Hb pada ANC
berikutnya
8. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan persalinan pada usia
kehamilan 36 minggu di rumah sakit karena kondisi ibu termasuk
faktor resiko tinggi yang harus ditangani oleh dokter obgyn
E/ ibu mengerti dan bersedia
9. Diberikan vitamin Tiamin HCL (Vit B1) 50 mg (10) dengan dosis 1x1
sesudah makan karena Ibu hamil dan menyusui membutuhkan lebih
banyak asupan vitamin B1 per harinya.
E/ ibu memahami manfaat vitamin tiamin HCl yang diberikan bidan
dan bersedia rutin mengkonsumsi.
10.Diberikan Kalsium Laktat (Kalk) 500 mg (10) dan dikonsumsi 1x1
setelah makan karena pada ibu hamil ini berfungsi untuk
mematangkan pertumbuhan tulang dan gigi dan janin dan juga
berfungsi mencegah serta mengatasi kadar kalsium yang rendah di
dalam darah atau hipokalsemia
41
E/ Ibu memahami manfaat dari kalsium laktat dan bersedia
mengkonsumsi secara rutin
11.Diberikan tablet Tambah Darah Kombinasi : Besi sulfat 200
mg+Asam folat 0,25 mg (30) 1x1 setelah maka karena penting untuk
pencegahan anemia pada ibu hamil
E/ ibu memahami manfaat pemberian tablet tambah darah dan bersedia
mengkonsumsi.
42
4.3 Pathway Kasus
43
4.4 Kartu Skor Poedji Rochjati
I II III I
V
KEL NO. Masalah/ Faktor Resiko SKOR TRIBULA
F.R. N
Skor Awal Ibu Hamil 2 (2)I II III.1 III.2
b. Uri dirogoh 4
Letak Sungsang 8
Letak Lintang 8
JUMLAH 14
SKOR
BAB V
44
ANALISIS KASUS
Analisis Kasus
Pada bagian ini penulis menyajikan pembahasan dengan membandingkan
antara teori yang didapatkan selama ini dengan manajemen asuhan kebidanan masa
kehamilan yang diterapkan pada Ny.E usia 37 tahun G3P2A0 UK 9-10 minggu di
Puskesmas Sumberpucung dapat disimpulkan bahwa keluhan yang dirasakan
merupakan perubahan fisiologis yang wajar pada ibu hamil, namun yang perlu
disorot adalah Ny E memiliki factor resiko tinggi pada kehamilan karena berusia
>35 tahun dan memiliki bekas luka operasi Caesar. Dari pengkajian didapatkan
hasil sebagai berikut :
Anamnesis yang dilakukan saat pasien datang ke poli KIA Puskesmas
Sumberpucung sudah sesuai dengan teori manajemen varney yang mana
dihasilkan dari hasil bertanya kepada pasien/keluarga. Pada kasus ibu
hamil Ny E usia 37 tahun usia kehamilan 9-10 minggu diperoleh data
subjektif bahwa saat ini sedang hamil dengan usia kehamilan 9-10
minggu, perhitungan usia kehamilan ini dilakukan oleh penulis dan
dikonfirmasi oleh bidan melalui HPHT Ny E yang diketahui 25 Maret
2022.Alasan ibu datang ini untuk memeriksakan kehamilan yang
diperoleh dari hasil testpack Ny E yang menunjukkan hasil +. Hal ini
seusai dengan teori bahwa kehamilan bisa didetekesi menggunakan
plano test dengan mengambil sampel urin orang yang terkait.
Dari pengkajian dapat diketahui bahwa Ny E berusia 37 tahun dan
memiliki luka operasi Caesar (Didapati 2 faktor resiko tinggi). Saat
mengetahui, bidan langsung memberikan informasi dan konseling
terkait kehamilan resiko tinggi dan memberikan rujukan saat usia
kehamilan 36 minggu untuk melakukan perencanaan persalinan di
rumah sakit. Hal ini sejalan dengan teori bahwasanya jika dilakukan
skoring pada Kartu Skor Poedji Rochyati didapatkan hasil skor 14
dimana termasuk dalam kategori Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST)
dengan jumlah skor >12 Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) yang mana
harus ditolong oleh dokter spesialis di RS karena terdapat beberapa resiko
sebagaimana yang dijelaskan bidan kepada Ny E, yaitu :
- Perdarahan pasca persalinan
- Pre eclampsia
- Persalinan macet
1. Tatalaksana yang diberikan oleh bidan yaitu memberikan
informasi dan konseling sebagaimana disebutkan sebelumnya
dan memberikan kalsium laktat untuk memperkuat pertumbuhan
tulang dan gigi janin mengatasi kadar kalsium yang rendah di
dalam darah atau hipokalsemia. Mengingat usia ibu yang sudah
lebih dari 35 tahun.
45
2. Pemberian Tiamin HCL (b1) karena secara fisiologis ibu
membutuhkan asupan vitamin B1 yang lebih banyak saat hamil.
Interpretasi data yang didapatkan pada Ny.E umur 37 tahun G3P2A0
usia kehamilan 9-10 minggu, muncul keluhan yaitu mual dan pusing
sejak kemarin malam.
o Mual
- Mual yang dirasakan pada ibu merupakan efek dari
perubahan hormone yang terjadi pada ibu hamil. Karena
adanya peningkatan hormone progesterone dan estrogen
dapat menganggu sistem pencernaan ibu hamil, dan
membuat kadar asam lambung meningkat hingga muncul
keluhan mual dan muntah. Hormon ini dapat
memperlambat fungsi metabolisme termasuk sistem
pencernaan. Bidan menjelaskan kepada pasien bahwa hal
tersebut wajar.
- Tatalaksana yang diberikan oleh bidan yaitu KIE tentang
menjaga pola makan dengan prinsip porsi sedikit tapi
sering dan mengkonsumsi makanan hangat agar tidak
memicu mual pada Ny E. Tatalaksana yang diberikan
bidan ini merupakan tatalaksana secara non-
farmakologis. Adapun cara lain untuk mengatasi mual
secara non farmakologis, yaitu :
o Self Hiponesis
Self hipnosis merupakan salah satu pendekatan
nonfarmakologis untuk mengurangi gejala mual
dan muntah. Hipnosis mempengaruhi kekuatan
sugesti diri.
o Menjaga asupan makanan dan pola makan
Hindari makanan yang mengandung
lemak, dan berminyak, serta berbumbu
keras
Banyak mengkonsumsi makanan tinggi
karbohidra
o Kebiasaan
Bangun dari tempat tidur secara perlahan-
lahan dan jangan langsung bergerak
Menghindari stress dan mengkonsumsi
jahe hangat.
46
o Aromaterapi peppermint
Aromaterapi peppermint bersifat menghangatkan
dan dapat berefek relaksasi otot-otot,
meringankan sesak nafas saat pemakaian dengan
dihirup (Koesoemardiyah, 2009). Snyder dan
Lindquist mengatakan aromaterapi peppermint
dapat digunakan untuk melemaskan otot-otot
yang kram, memperbaiki gangguan ingestion,
digestion, menurunkan terjadinya mual dan
muntah serta mengatasi ketidakmampuan flatus
(Andriani, 2017).
Lalu Adapun terapi farmakologi yang dapat diberikan
kepada ibu hamil yang mengalami mual secara terus
menerus adalah:
Ondansentron
Pyrodixine
o Pusing
Pusing yang dirasakan pasien bisa mengarah ke fisiologis
namun juga bisa mengarah ke patologis. Pada peemriksaan,
bidan menjelaskan bahwa pusing yang dirasakan bisa diredakan
dengan terapi nonfarmakologi untuk sementara. Lalu untuk
mengidentfikasi apakah Ny E terkena anemia atau tidak, bidan
menyarankan untuk melakukan pemeriksaan Hemoglobin pada
minggu depan. Pemeriksaan Haemoglobin sangat dibutuhkan
untuk ibu hamil karena bermanfaat untuk mengetahui
kemungkinan adanya anemia pada ibu hamil. Normal Hb untuk
ibu hamil adalah > 11 gr%.
KIE yang diberikan oleh bidan dalam menangani
masalah pusing yang dikeluhkan oleh pasien adalah terakit
pemenuhan nutrisi yang banyak mengandung zat besi dan
menjaga istirahat dan pikiran agar tidak tegang dan pemberian
kablet tambah darah. Hal ini juga sesuai dengan teori yang
penulis ketahui bahwasanya tatalaksana pusing secara
nonfarmakologis bisa dengan:
- Istirahat yang cukup. Karena hal ini dapat membuat
rileks pikiran dan juga tubuh sehingga membuat aliran
darah tubuh ke otak menjadi lancer dan dapat meredakan
pusing yang dirasakan.
47
Secara farmakologis dapat diatasi oleh :
- Pemberian kablet tambah darah kombinasi. Pemberian
tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu
cara yang paling cocok bagi ibu hamil untuk
meningkatkan kadar Hb sampai tahap yang diinginkan,
karena setiap tablet mengandung 60 mg Fe sehingga
sangat efektif. Selama kehamilan minimal diberikan 90
tablet sampai usia kehamilan 42 minggu. Diberikan sejak
awal kehamilan dan 30 tablet setelah melahirkan. Minum
tablet zat besi pada saat makan atau segera sesudah
makan dapat mengurangi mual yang menyertainya, tetapi
juga akan menurunkan jumlah zat besi yang diabsorbsi.
(Manuaba, 2012).
Diagnosa potensial pada Ny E ditemukan adanya anemia sehingga
dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut yaitu pemeriksaan Hb untuk
mengetahui apakah Ny E anemia atau tidak.
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa dalam praktek lahan
ini tidak didapati kesenjangan antara teori dan lahan praktek. Justru
pada lahan praktek, penulis mendapatkan banyak ilmu yang mungkin
hanya bisa didapati ketika melakukan praktek lahan, yaitu cara
memberikan pemahaman yang tepat kepada pasien, cara berkomunikasi
dengan pasien menyesuaikan dengan latar belakang pasien dan beberapa
hal lainnya.
48
DAFTAR PUSTAKA
49