Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan
kebidanan di suatu daerah adalah dengan melihat Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di daerah tersebut. Kematian ibu (maternal death)
menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari
setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab atau yang terkait dengan atau
diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan/cedera. Target Millenium Development Goals (MDGs) penurunan
angka kematian ibu antara tahun 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen per tahun,
namun angka kematian ibu hingga saat ini masih kurang dari 1 persen per tahun
(WHO, 2014). 
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan,
atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi
tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah
ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap
kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskular
(Saifudin, 2010). Penyebab kematian langsung ibu di Indonesia didominasi oleh
perdarahan pasca persalinan, hipertensi/eklamsia, dan infeksi. Penyebab tidak
langsung kematian ibu adalah masih banyaknya kasus 3 terlambat dan 4 terlalu
(GKIA, 2016). 
Selaras dengan MDGs, Kementerian Kesehatan menargetkan penurunan
AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran
hidup dan penurunan AKB pada tahun 2015 adalah menjadi 22 kematian per
1.000 kelahiran hidup. Namun hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, rata-rata AKI tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang
mencapai 228 per 100. 000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2015). 
Dalam kehidupan, tidak semua kehamilan dapat berjalan normal, salah
satunya kehamilan resti atau resiko tinggi. Kehamilan resiko tinggi adalah kondisi
pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kemungkinan resiko/bahaya terjadinya
komplikasi pada persalinan yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan
pada ibu dan bayinya (Rochjati, P. 2011). Salah satu faktor resiko tinggi pada ibu
hamil diantaranya adalah jarak kehamilan yang terlalu jauh, riwayat operasi
caesar, riwayat abortus, jarak kehamilan terlalu dekat, letak sungsang dan usia ibu
yang terlalu tua. Ibu yang hamil dengan usia di atas 35 tahun dikatakan beresiko
tinggi karena dapat berdampak seperti meningkatkan komplikasi pada kehamilan,

1
persalinan, nifas dan neonatus. Kehamilan pada usia 35 tahun sering disebut
sebagai batas akhir dan sesudah usia tersebut kehamilan akan menimbulkan
resiko yang lebih besar. Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia
tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak
lentur lagi. (Rochjati, P.2011)
Dampak dari kehamilan resiko tinggi terhadap kehamilan yaitu dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi yang dapat mempengaruhi kondisi ibu dan
janin dalam kandungan seperti abortus, Intrauterine Fetal Death, dan dapat
menyebabkan kesakitan, kecacatan, bahkan sampai kematian. Kehamilan resiko
tinggi juga berdampak terhadap proses persalinan diantaranya perdarahan, partus
macet, dan sampai dengan kematian. Selain berdampak terhadap kehamilan dan
persalinan, kehamilan resiko tinggi akan berdampak juga terhadap masa nifas
yaitu ibu mengalami perdarahan postpartum. Adapun dampak kehamilan resiko
tinggi terhadap bayi baru lahir yaitu bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat
badan rendah ataupun bayi lahir dengan berat badan lebih, dan kematian bayi baru
lahir. (Prawirohardjo, 2014).
Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah
komplikasi yang terjadi. Adapun solusi dari pemerintah yaitu dengan menerapkan
kebijakan program pemerintah pelayanan antenatal harus diberikan sesuai dengan
standar nasional minimal 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester I,
satu kali pada trimester II, dan dua kali pada trimester III. Sesuai dengan
kebijakan tersebut dalam melaksanakan pelayanan antenatal care, bidan. Rumah
sakit pun menerapkan GRSSI-B (Gerakan Rumah Sakit Sayang Ibu – Bayi) yaitu
memberikan pelayanan yang cepat dan aman dengan tetap memperhatikan
kenyamanan pasien dan keluarga. 
Tidak hanya dari program pemerintah dan rumah sakit saja, Puskesmas
Sumberpucung  sudah menerapkan 10 standar pelayanan yang harus dilakukan
oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10T termasuk perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dan bidan juga menganjurkan ibu
hamil untuk periksa secara rutin dari trimester I hingga trimester III  dan
melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ada indikasi
anemia atau tidak serta anjuran ANC terpadu untuk mengedukasi
ketidaknyamanan yang dirasakan ibu hamil setiap trimesternya disertai
peninjauan perkembangan janin, melakukan screening secara rutin, dan segera
periksa apabila ada masalah atau tanda bahaya pada kehamilan. Bidan puskesmas
memberikan anjuran ini sebagai bentuk pelayanan continuity of care adalah suatu
proses dimana tenaga kesehatan yang kooperatif terlibat dalam manajemen
pelayanan kesehatan secara terus menerus dan berkesinambungan. Berdasarkan
dari uraian masalah diatas, penulis tertarik untuk menyusun studi kasus dengan
judul “Asuhan Kebidanan pada Ny E G3P2A0 Usia Kehamilan 9-10 Minggu

2
dengan Umur >35 Tahun dan Riwayat Operasi Caesar di Puskesmas
Sumberpucung Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang.”

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Utama
Mampu menerapkan asuhan kebidanan dengan menggunakan metode
SOAP pada kasus Ny E G3P2A0 Usia Kehamilan 9-10 Minggu dengan Umur
>35 Tahun dan Riwayat Operasi Caesar di Puskesmas Sumberpucung
Kecamatan Sumberpucung 
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Penulis mampu melakukan pengkajian data dasar secara
lengkap dan sistematis pada pada Ny E G3P2A0 Usia
Kehamilan 9-10 Minggu dengan Umur >35 Tahun dan
Riwayat Operasi Caesar di Puskesmas Sumberpucung
Kecamatan Sumberpucung 
1.2.2.2 Penulis mampu menganalisis cara mengantisipasi pada
kasus Ny E G3P2A0 Usia Kehamilan 9-10 Minggu dengan
Umur >35 Tahun dan Riwayat Operasi Caesar di Puskesmas
Sumberpucung Kecamatan Sumberpucung 
1.2.2.3 Penulis mampu mengidentifikasi rencana tindakan asuhan
kebidanan atau intervensi segera pada Ny E G3P2A0 Usia
Kehamilan 9-10 Minggu dengan Umur >35 Tahun dan
Riwayat Operasi Caesar di Puskesmas Sumberpucung
Kecamatan Sumberpucung
1.2.2.4 Mampu mengidentifikasi penerapan teori yang didapatkan
dengan kenyataan kasus pada Ny E G3P2A0 Usia Kehamilan
9-10 Minggu dengan Umur >35 Tahun dan Riwayat Operasi
Caesar di Puskesmas Sumberpucung Kecamatan
Sumberpucung

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, serta bahan dalam
penerapan asuhan kebidanan dalam konteks Continuity of Care terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas, BBL, neonatus, dan pelayanan KB pada kehamilan
dengan usia ibu yang beresiko >35 tahun dan memiliki bekas operasi caesar
pada abdomen.

3
1.3.2 Manfaat Praktis
1.3.2.1 Bagi Ibu Hamil
Sebagai informasi kepada ibu hamil yang termasuk beresiko
tinggi dalam kehamilan.

1.3.2.2 Bagi  Lahan Praktik BPM


Sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk
memberikan pelayanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi
khususnya pada asuhan kebidanan ibu hamil dan juga sebagai
bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan di poli KIA.
1.3.2.3 Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan serta
meningkatkan pemahaman dan pengalaman yang nyata tentang
asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil dan
mampu menganalisis dan memahami penerapan teori yang
didapatkan selama di perkuliahan secara nyata
1.3.2.4 Bagi Institusi Jurusan Kebidanan Universitas Brawijaya
Laporan studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai
referensi dan sumber bacaan tentang asuhan kebidanan pada
Ibu Hamil

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan yang Terjadi pada Kehamilan Trimester I


Pada saat berlangsungnya masa kehamilan, secara tidak langsung tubuh
akan mengalami beberapa perubahan yang cukup signifikan. Perubahan yang
terjadi seperti pembengkakan payudara, kulit pecah-pecah, dan perkembangan
rahim, namun sebagian ibu hamil juga akan mengalami kerontokan pada rambut.
Beberapa wanita hamil, terkadang mereka menginginkan makanan atau minuman
yang segar dan cenderung asam. Masa kehamilan umumnya berlangsung selama
280 hari (Purwoastuti & Walyani, 2015). 
Trimester I (0-12 minggu) sering dianggap sebagai periode penyesuaian
terhadap kenyataaan bahwa mereka sedang mengandung. Pada beberapa wanita
hamil, mereka akan mengalami perasaan cemas, depresi, dan kesedihan. Biasanya
perasaan itu akan berakhir dengan sendirinya seiring dengan mereka menerima
kehamilannya. Pada trimester pertama wanita hamil akan mengalami
ketidaknyamanan seperti mual (nausea), kelelahan, merasa sangat lelah dan
kurang bertenaga, perubahan nafsu makan, dan kepekaan emosional. Pada fase ini
tubuh ibu akan bekerja keras dan sistem dalam tubuh berusaha untuk
membiasakan diri dengan peningkatan hormon progesteron(Sukarni K, 2013). 
Gejala mual-mual sering muncul pada fase ini. Gejala lain diantaranya
produksi air liur berlebihan, sering buang air kecil, perubahan suasana hati, lekas
marah, timbul jerawat, perut kembung dan ngidam. Puting susu mulai membesar
dan areola juga lebih besar dan lebih gelap untuk mempersiapkan ASI untuk buah
hatinya nanti (Purwoastuti & Walyani, 2015). Beberapa para ahli mengemukakan
terdapat perubahan fisik pada ibu hamil yaitu antara lain : 
a. Menurut Kurnia (2009), perubahan fisik pada ibu hamil yaitu sebagai berikut: 
1. Pusing/Sakit Kepala
Sakit kepala yang lebih sering dialami oleh pada ibu hamil pada awal
kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah ke tubuh
sehingga ketika akan mengubah posisi dari duduk / tidur ke posisi
yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa sulit
beradaptasi. Sakit kepala / pusing yang lebih sering daripada biasanya
dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional. Pola makan
yang berubah, perasaan tegang dan depresi juga dapat menyebabkan
sakit kepala. 
 Penyebab pusing
Hormon kehamilan (progesterone) Peningkatan hormone
menyebabkan pembuluh darah melebar sehingga darah cenderung
berkumpul di kaki, sehingga menyebabkan tekanan darah ibu lebih

5
rendah dari biasanya, yang dapat mengurangi aliran darah ke otak
sehingga menyebabkan pusing sementara pada trimester I
 Anemia 
Hal ini terjadi karena peningkatan volume plasma darah yang
akan mempengaruhi kadar haemoglobin darah, sehingga jika
peningkatan volume dan sel darah merah tidak diimbangi
dengan kadar hemoglobin yang cukup, akan mengakibatkan
terjadinya anemia. 
 Hipertensi (tekanan darah tinggi) 
Karena aliran darah ke otak berkurang, maka asupan oksigen
pun berkurang sehingga menyebabkan pusing. - Kadar gula
darah rendah yang terjadi karena tubuh menyesuaikan dengan
perubahan pada tubuh selama kehamilan 
 Varises 
Hal ini terjadi yaitu karena adanya peningkatan volume plasma
darah yang akan mempengaruhi pada kadar haemoglobin darah
ibu sehingga menyebabkan pusing
 Penanganan Pusing
 Konsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti bayam,
kangkung, brokoli, daun ubi jalar, dan sayur-sayuran
berwarna hijau dan daging merah 
 Konsumsi makanan bergizi seimbang (mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) 
 Minum minimal 2 liter atau 8-10 gelas perhari 
 Atur posisi tidur yang nyaman sebaiknya berbaring miring
kiri 
 Berbaring dengan posisi kaki lebih ditinggikan 
 Hindari posisi tidur terlentang lebih dari 5 menit. - Istirahat
dan tidur yang cukup, siang hari 1-2 jam dan malam ± 8 jam 
 Lakukan gerakan ringan ketika berdiri lama - Kurangi
aktivitas yang berat dan melelahkan. 
 Hindari perubahan posisi secara tiba-tiba seperti dari posisi
jongkok ke posisi berdiri 
 Lakukan teknik nafas dalam. 
 Hindari stress
2. Kram perut 
Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat menstruasi
di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul
hanya beberapa menit dan tidak menetap adalah normal. Hal ini sering
terjadi karena adanya perubahan hormonal dan juga karena adanya

6
pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan ligamen
meregang untuk menyokong rahim. 
3. Meludah 
Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus menerus
dianggap normal sebab hal ini termasuk gejala morning sickness. 
4. Peningkatan berat badan 
Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa kesulitan
memasang kancing / rok celana panjangnya, hal ini bukan berarti ada
peningkatan berat badan yang banyak tapi karena rahim telah
berkembang dan memerlukan ruang juga, dan ini semua karena
pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan pembesaran rahim dan
hormon progesteron yang menyebabkan tubuh menahan air. 
5. Merasa lelah 
Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara aktif untuk menyesuaikan
secara fisik dan emosional untuk kehamilan. Juga peningkatan
hormonal yang dapat mempengaruhi pola tidur. 
6. Morning sickness, mual dan muntah 
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual
dimulai sejak awal kehamilan. Mual muntah di usia muda disebut
morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi
setiap saat. Mual dan muntah disebabkan oleh adanya perubahan
hormon yang terjadi pada ibu hamil. 
 Penyebab Mual dan Muntah
Berikut ini adalah beberapa penyebab umum mual muntah yaitu
(Pratami, 2016): 
- Hormon estrogen dan progesteron
Hormon progesteron dibentuk oleh korpus luteum.
Peningkatan hormon estrogen dan progesteron dapat
mengganggu sistem pencernaan ibu hamil, dan membuat kadar
asam lambung meningkat hingga muncul keluhan mual dan
muntah. Hormon ini dapat memperlambat fungsi metabolisme
termasuk sistem pencernaan. 
- Human chorionic gonadotropin(hCG)
Hormon hCG dalam aliran darah sangat membantu untuk
menjaga persediaan estrogen dan progesteron serta untuk
mencegah masa menstruasi. Meningkatnya hormon hCG secara
tiba-tiba dapat mengakibatkan efek pedih pada lapisan perut,
dan efek ini berupa rasa mual. Hormon ini juga menyebabkan
hilangnya gula dari darah, yang dapat menimbulkan perasaan

7
sangat lapar dan sakit.Jadi hormon hCG ini sangat berpengaruh
terhadap timbulnya rasa mual dan muntah pada ibu hamil. 
- Makanan
Makanan-makanan berminyak dapat menyebabkan mual dan
muntah pada ibu hamil. Fungsi sistem pencernaan yang telah
menurun akibat hormon akan semakin memburuk saat
mendapat asupan makanan yang pedas dan berminyak.
- Faktor fisiologis yang menyebabkan mual dan muntah yaitu
seperti situasi korpus luteum sisi kanan menyebabkan
tingginya kadar hormon steroid di dalam sistem porta hepatik,
perubahan karbohidrat dan metabolisme lemak, dampak pada
kemampuan mencium dan melihat, faktor genetik, hormon
hCG, faktor imunologis, hormon estrogen dan progesteron.
Selain itu terdapat faktor predisposisi mual dan muntah pada
kehamilan dapat dikaitkan dengan perilaku, dukungan,
kelelahan, mual dan muntah di kehamilan sebelumnya,
merokok, masalah sosio-ekonomi, kesulitan dalam masalah
membina hubungan, dan psikologis(Tiran, 2008)
 Cara mengatasi mual pada kehamilan trimester I 
Menurut Purwaningsih & Siti Fatmawati (2010), mual dan muntah
sering dialami oleh ibu hamil trimester I, cara mengatasi masalah
tersebut agar dapat mempertahankan asupan nutrisi dan cairan
pada ibu hamil yaitu sebagai berikut : 
- Menghindari bau atau faktor-faktor penyebab terjadinya mual
dan muntah 
- Sediakan makanan kering seperti biskuit atau roti bakar
sebelum bangun dari tempat tidur di pagi hari 
- Jaga pola makan dengan cara makan sedikit-sedikit tapi sering 
- Hindari makanan yang mengandung lemak, dan berminyak,
serta berbumbu keras 
- Bangun dari tempat tidur secara perlahan-lahan dan jangan
langsung bergerak 
- Banyak mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat 
- Banyak minum air, dan mengkonsumsi vitamin B6 yang
diimbangi dengan istirahat yang cukup. 
7. Konstipasi 
Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena
peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot
sehingga usus bekerja kurang efisien. Adapun keuntungan dari

8
keadaan ini adalah memungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih baik
saat hamil. 
8. Sering buang air kecil 
Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini dikarenakan
rahim yang membesar dan menekan kandung kencing. Keadaan ini
akan menghilang pada trimester II dan akan muncul kembali pada
akhir kehamilan, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin. 
9. Pembesaran payudara
Payudara akan membesar dan mengencang,karena terjadi peningkatan
hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan
untuk mempersiapkan pemberian nutrisi pada jaringan payudara
sebagai persiapan menyusui

2.2 Kehamilan Risiko Tinggi 


2.2.1 Pengertian Kehamilan Risiko Tinggi 
Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat
mempengaruhi keadaan ibu maupun janin pada kehamilan yang
dihadapi (Manuaba, 2012). Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan
yang dapat menyebabkan ibu hamil dan bayi menjadi sakit atau
meninggal sebelum kelahiran berlangsung (Indrawati, 2016).
Karakteristik ibu hamil diketahui bahwa faktor penting penyebab
resiko tinggi pada kehamilan terjadi pada kelompok usia 35 tahun
dikatakan usia tidak aman karena saat bereproduksi pada usia 35 tahun
dimana kondisi organ reproduksi wanita sudah mengalami penurunan
kemampuan untuk bereproduksi, tinggi badan kurang dari 145 cm,
berat badan kurang dari 45 kg, jarak anak terakhir dengan kehamilan
sekarang kurang dari 2 tahun, jumlah anak lebih dari 4. Faktor
penyebab resiko kehamilan apabila tidak segera ditangani pada ibu
dapat mengancam keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang paling
buruk yaitu kematian ibu dan bayi. 
2.2.2 Kriteria Kehamilan Risiko Tinggi 
Kehamilan risiko tinggi dibagi menjadi 3 kategori menurut Rochjati
(2014), yaitu; 
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Merupakan kehamilan yang tidak disertai oleh faktor risiko
atau penyulit sehingga kemungkinan besar ibu akan melahirkan
secara normal dengan ibu dan janinnya dalam keadaan hidup
sehat. 
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan skor 6-10 

9
Merupakan kehamilan yang disertai satu atau lebih faktor
risiko/penyulit baik yang berasal dari ibu maupun janinnya
sehingga memungkinkan terjadinya kegawatan saat kehamilan
maupun persalinan namun tidak darurat. 
3. Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor
>12 Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) merupakan
kehamilan dengan faktor risiko: 
o Perdarahan sebelum bayi lahir, dimana hal ini akan
memberikan dampak gawat dan darurat pada ibu dan
janinnya sehingga membutuhkan rujukan tepat waktu dan
penanganan segera yang adekuat untuk menyelamatkan dua
nyawa. 
o Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, dimana tingkat
kegawatannya meningkat sehingga pertolongan persalinan
harus di rumah sakit dengan ditolong oleh dokter spesialis. 

2.2.3 Faktor-faktor Kehamilan Risiko Tinggi 


Faktor resiko adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan
kemungkinan resiko/bahaya terjadinya komplikasi pada persalinan
yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu dan
bayinya. Ciri- ciri faktor resiko: 
 Faktor resiko mempunyai hubungan dengan kemungkinan
terjadinya komplikasi tertentu pada persalinan. 
 Faktor resiko dapat ditemukan dan diamati/dipantau selama
kehamilan sebelum peristiwa yang diperkirakan terjadi
 Pada seorang ibu hamil dapat mempunyai faktor resiko tunggal,
ganda yaitu dua atau lebih yang bersifat sinergik dan kumulatif.
Hal ini berarti menyebabkan kemungkinan terjadinya resiko lebih
besar. 
Poedji Rochjati dalam Manuaba et al. (2013) menjelaskan ada
beberapa faktor yang mempengaruhi ibu hamil risiko tinggi yaitu
seperti primi muda berusia kurang dari 16 tahun, primipara tua berusia
lebih dari 35 tahun, primipara sekunder dengan usia anak terkecil
diatas 5 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm, riwayat kehamilan
yang buruk (pernah keguguran, pernah persalinan prematur, lahir mati,
dan riwayat persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep, dan operasi caesar), preeklamsia, eklamsia, gravida
serotinus, kehamilan dengan perdarahan antepartum, kehamilan
dengan kelainan letak, kehamilan dengan penyakit ibu yang
mempengaruhi kehamilan. 

10
Menurut Widatiningsih dan Dewi (2017), batasan dalam faktor
risiko atau masalah dapat dibagi menjadi tiga yaitu ada potensi gawat
obstetri (APGO), ada gawat obstetri (AGO), dan ada gawat darurat
obstetri (AGDO). 
Kelompok faktor resiko pada ibu hamil dikelompokkan
menjadi 3 yaitu kelompok I, II, III berdasarkan kapan ditemukan, cara
pengenalan dan sifat atau tingkat resikonya. 
A. Kelompok I Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) ada 10 faktor resiko,
yaitu : 
1. Primi muda 
Menurut Widatiningsih dan Dewi (2017), Ibu hamil pertama
pada umur <20 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Kehamilan pada usia remaja
mempunyai risiko medis yang cukup tinggi karena pada masa
ini alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan
fungsinya. Alasan mengapa kehamilan remaja dapat
menimbulkan risiko antara lain rahim remaja belum siap untuk
mendukung kehamilan. Rahim baru siap melakukan fungsinya
setelah umur 20 tahun, karena pada usia ini fungsi hormonal
melewati masa kerjanya yang maksimal. Rohan dan Siyoto
(2013) menyatakan dampak kehamilan pada kesehatan
reproduksi di usia muda yaitu: 
o Keguguran 
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak
sengaja, misalnya karena terkejut, cemas dan stress. Secara
sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional yang dapat
menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti
tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang
pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. 
o Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan
kelainan bawaan 
Terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama
Rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan,
berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat
hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20
tahun. Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan
ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi
rendah, pemeriksaan kehamilan kurang dan keadaan
psikologi ibu yang kurang stabil selain itu juga disebabkan

11
keturunan (genetik) dan proses pengguguran sendiri yang
gagal. 
o Mudah terjadi infeksi 
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah dan
stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada
kala nifas. 
o Anemia kehamilan atau kekurangan zat besi
Anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat
hamil dan mayoritas seorang ibu mengalami anemia pada
saat hamil. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel
darah merah janin pada plasenta seorang yang kehilangan
sel darah merah semakin lama akan menjadi anemia. 
o Keracunan kehamilan Kombinasi keadaan alat reproduksi
yang belum siap hamil dan anemia, makin meningkatkan
terjadinya keracunan hamil dalam bentuk preeklamsia atau
eklamsia yang dapat menyebabkan kematian. F
o Kematian ibu yang tinggi Remaja yang stress akibat
kehamilannya sering mengambil jalan pintas untuk
melakukan gugur kandungan oleh tenaga dukun. Angka
kematian karena gugur kandungan yang dilakukan dukun
cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui (Manuaba
et al., 2013). 
2. Primi tua 
Primi tua adalah wanita yang mencapai usia 35 tahun atau
lebih pada saat hamil pertama. Ibu dengan usia ini mudah
terjadi penyakit pada organ kandungan yang menua, jalan lahir
juga tambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil
mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan
perdarahan.
3. Anak kecil kurang dari 2 tahun 
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang
dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan Rahim ibu masih butuh
cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Anak
masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. 
4. Primi tua sekunder
Ibu hamil dengan persalinan terakhir >10 tahun yang lalu. Ibu
dalam kehamilan dan persalinan ini seolah – olah menghadapi
persalinan yang pertama lagi. Bahaya yang dapat terjadi yaitu

12
persalinan dapat berjalan tidak lancar dan perdarahan pasca
persalinan.
5. Grande multi 
Ibu pernah hamil atau melahirkan 4 kali atau lebih, karena ibu
sering melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui
keadaan seperti Kesehatan terganggu, kekendoran pada dinding
rahim. Bahaya yang dapat terjadi yaitu kelainan letak,
persalinan letak lintang, robekan rahim pada kelainan letak
lintang, persalinan lama dan perdarahan pasca persalinan.
Grande multipara juga dapat menyebabkan solusio plasenta
dan plasenta previa. 
6. Umur 35 tahun atau lebih Ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih, dimana pada
usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat – alat kandungan dan jalan
lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain
dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi tekanan darah tinggi dan
preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar atau macet,
perdarahan setelah bayi lahir. 
7. Tinggi badan 145 cm atau kurang Terdapat tiga batasan pada
kelompok risiko ini yaitu: 
o Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus.
Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak
proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang
terjadi. Pertama, panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata
sempit dengan janin atau kepala tidak besar dan kedua
panggul ukuran normal tetapi anaknya besar atau kepala
besar. 
o Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup
bulan tetapi mati dalam waktu (umur bayi) 7 hari atau
kurang. 
o Ibu hamil dengan kehamilan sebelumnya belum pernah
melahirkan cukup bulan, dan berat badan lahir rendah
<2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi yaitu persalinan
berjalan tidak lancar dan bayi sukar lahir. Kebutuhan
pertolongan medis yang diperlukan adalah persalinan
operasi sesar (Widatiningsih & Dewi, 2017). 
8. Riwayat Obstetri Buruk (ROB) 
Riwayat Obstetri Buruk dapat terjadi pada: 
o Ibu hamil dengan kehamilan kedua, dimana kehamilan
yang pertama mengalami keguguran, lahir belum cukup
bulan, lahir mati, lahir hidup lalu mati umur <7 hari. 

13
o Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah
mengalami keguguran >2 kali c) Kehamilan kedua atau
lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan. 
9. Persalinan yang lalu dengan tindakan 
Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa
atau pervaginam dengan bantuan alat, seperti: 
o Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir
biasa atau pervaginam (tindakan dengan
cunam/forcep/vakum). Bahaya yang dapat terjadi yaitu
robekan atau perlukaan jalan lahir dan perdarahan pasca
persalinan. 
o Uri manual, yaitu tindakan pengeluaran plasenta dari
rongga rahim dengan menggunakan tangan. Tindakan ini
dilakukan apabila setelah 30 menit uri tidak lahir sendiri
dan apabila terjadi perdarahan uri belum juga lahir
(Widatiningsih & Dewi, 2017). 
10. Bekas operasi sesar Ibu hamil pada persalinan yang lalu
dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada dinding rahim
ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan
rahim yaitu kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan
infeksi (Widatiningsih & Dewi, 2017).

B. Kelompok II 
Ada Gawat Obstetri (AGO) ada 8 faktor resiko. Ada gawat
obstetri(AGO) adalah tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan,
dan nifas yang terdiri dari (Widatiningsih & Dewi, 2017) : 
1. Penyakit pada ibu hamil Penyakit – penyakit yang menyertai
kehamilan ibu yaitu sebagai berikut: 
o Anemia (kurang darah)
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan
zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya
relative mudah bahkan murah. Anemia pada kehamilan
memberi pengaruh kurang baik, seperti kematian muda,
kematian perinatal, prematuritas, dapat terjadi cacat
bawaan, cadangan zat besi kurang. 

o Malaria 
Bila malaria disertai dengan panas tinggi dan anemia, maka
akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya. Bahaya

14
yang dapat terjadi yaitu abortus, intrauterine fetal death
(IUFD), dan persalinan prematur. 
o Tuberkulosis paru 
Tuberkolosis paru tidak secara langsung berpengaruh pada
janin, namun tuberkolosis paru berat dapat menurunkan
fisik ibu, tenaga, dan air susu ibu (ASI) ikut berkurang.
Bahaya yang dapat terjadi yaitu keguguran, bayi lahir
belum cukup umur, dan janin mati dalam kandungan
(Widatiningsih & Dewi, 2017).
o Payah jantung 
Bahaya yang dapat terjadi yaitu payah jantung bertambah
berat, kelahiran prematur. Penyakit jantung memberi
pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam
kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis,
hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang
kemudian disusul oleh abortus.
o Diabetes mellitus
Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang
besar, pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada
kehamilan minggu – minggu terakhir dan ditemukan
glukosa dalam air seni. Bahaya yang dapat terjadi yaitu
persalinan prematur, hidramnion, kelainan bawaan,
makrosomia, kematian janin dalam kandungan sesudah
kehamilan ke-36, kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup
kemudian mati<7 hari). Selain itu dalam kehamilan
diabetes dapat menimbulkan preeklamsia, kelainan letak
janin, dan insufiensi plasenta (Widatiningsih & Dewi,
2017).
o Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune
Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) 
Bahaya yang dapat terjadi yaitu gangguan pada sistem
kekebalan tubuh dan ibu hamil muda terkena infeksi.
Kehamilan memperburuk progesivitas infeksi HIV. Bahaya
HIV pada kehamilan adalah pertumbuhan intra uterin
terhambat dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko
prematur (Widatiningsih & Dewi, 2017). 

o Toksoplasmosis
Toksoplasmosis penularan melalui makanan mentah atau
kurang masak, yang tercemar kotoran kucing yang

15
terinfeksi. Bahaya yang dapat terjadi yaitu infeksi pada
kehamilan muda menyebabkan abortus, infeksi pada
kehamilan lanjut menyebabkan kongenital dan
hidrosefalus. 
o Preeklampsia ringan Tanda – tandanya yaitu edema pada
tungkai dan muka karena penumpukan cairan di sela – sela
jaringan tubuh, tekanan darah tinggi, dalam urin terdapat
proteinuria, sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki
pada kehamilan 6 bulan keatas mungkin masih normal
karena tungkai banyak digantung atau kekurangan vitamin
b1. Bahaya bagi janin dan ibu yaitu menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin, dan janin mati dalam
kandungan.
2. Hamil kembar 
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau
lebih.Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan
menyebabkan keluhan – keluhan seperti sesak nafas, edema
kedua bibir kemaluan dan tungkai, varises, dan hemoroid.
Bahaya yang dapat terjadi yaitu keracunan kehamilan,
hidramnion, anemia, persalinan prematur, kelainan letak,
persalinan sukar, dan perdarahan saat persalinan. 
3. Hidramnion atau Hamil kembar air 
Hidramnion adalah kehamilan dengan jumlah cairan amnion
lebih dari 2 liter, dan biasanya Nampak pada trimester III,
dapat terjadi perlahan – lahan atau sangat cepat. Bahaya yang
dapat terjadi yaitu keracunan kehamilan, cacat bawaan pada
bayi, kelainan letak, persalinan prematur, dan perdarahan pasca
persalinan. 
4. Janin mati dalam rahim atau intrauterine fetal death (IUFD) 
Keluhan yang dirasakan yaitu tidak terasa gerakan janin, perut
terasa mengecil, dan payudara mengecil. Pada kehamilan
normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-
5 bulan. Bila Gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak
bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin
terancam. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin
mati dalam rahim yaitu gangguan pembekuan darah ibu,
disebabkan dari jaringan – jaringan mati yang masuk ke dalam
darah ibu. 
5. Hamil serotinus/hamil lebih bulan 

16
Hamil serotinus adalah ibu dengan usia kehamilan >42 minggu
dimana fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah menurun.
Dampaknya dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus
tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulase) kepala
kurang sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak,
inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan pasca persalinan. 
6. Letak sungsang 
Letak sungsang adalah kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak
janin dalam rahim dengan kepala diatas dan bokong atau kaki
dibawah. Bahaya yang dapat terjadi yaitu bayi lahir dengan
gawat nafas yang berat dan bayi dapat mati (Widatiningsih &
Dewi, 2017). 
7. Letak lintang
Kelainan letak janin didalam rahim pada kehamilan tua (hamil
8-9 bulan), kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim
ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir
biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu
tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak
lintang yaitu pada persalinan yang tidak ditangani dengan
benar, dapat terjadi robekan rahim. Akibatnya adalah
perdarahan yang mengakibatkan anemia berat, infeksi, ibu
syok dan dapat menyebabkan kematian ibu dan janin 

C. Kelompok III 
Ada Gawat Darurat Obstetri (AGDO), ada 2 faktor resiko. Ada gawat
darurat obstetri adalah adanya ancaman nyawa pada ibu dan bayinya
menurut Widatiningsih dan Dewi (2017), terdiri dari : 
1. Perdarahan pada saat kehamilan Perdarahan antepartum adalah
perdarahan sebelum persalinan atau perdarahan terjadi sebelum
kelahiran bayi. Tiap perdarahan keluar dari liang senggama
pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut perdarahan
antepartum. Perdarahan antepartum haru dapat perhatian
penuh, karena merupakan tanda 19 bahaya yang dapat
mengancam nyawa ibu dan janinnya, perdarahan dapat keluar
sedikit – sedikit tapi terus menerus, lama kelamaan ibu
menderita anemia berat atau sekaligus banyak yang
menyebabkan ibu syok dan bayi dapat mengalami kelahiran
prematur sampai kematian janin karena asfiksia. Perdarahan
dapat terjadi pada plasenta previa dan solusio plasenta.
Biasanya disebabkan karena trauma atau kecelakaan dan

17
tekanan darah tinggi atau preeklampsia sehingga terjadi
perdarahan pada tempat melekat plasenta yang menyebabkan
adanya penumpukan darah beku di belakang plasenta. 
2. Preeklamsia berat dan Eklamsia Preeklamsia berat terjadi bila
ibu dengan preeklamsia ringan tidak dirawat dan ditangani
dengan benar. Preeklampsia berat dapat mengakibatkan kejang
– kejang atau eklamsia. Bahaya yang dapat terjadi yaitu ibu
dapat tidak sadar (koma sampai meninggal.

2.2.4 Bahaya Kehamilan Resiko Tinggi


Dampak yang dapat ditimbulkan akibat ibu hamil dengan risiko tinggi
sendiri dapat berdampak antara lain : 
a. Dampak Kehamilan Berisiko bagi Ibu Dampak fisik Menurut
Prawirohardjo (2011), dampak kehamilan berisiko bagi ibu
secara fisik adalah sebagai berikut: 
 Keguguran (abortus) 
Keguguran merupakan penghentian kehamilan sebelum
janin dapat hidup. Keguguran dini terjadi sebelum usia
kehamilan 12 minggu dan keguguran tahap lanjut terjadi
antara usia kehamilan 12 minggu-20 minggu. 20 
 Partus macet 
Partus macet merupakan pola persalinan yang abnormal
dimana terjadi fase laten dan fase aktif
memanjang/melambat bahkan berhenti ditandai dengan
berhentinya dilatasi serviks atau penurunan janin secara
total atau keduanya. 
 Perdarahan ante partum dan post partum 
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan yang terjadi
setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan
lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum
28 minggu. Perdarahan postpartum merupakan perdarahan
lebih dari 500-6000 ml dalam waktu 24 jam setelah bayi
lahir. Menurut waktu terjadinya perdarahan postpartum
dibedakan menjadi dua, yaitu: Perdarahan postpartum
primer (early postpartum hemorrhage) terjadi dalam 24 jam
setelah anak lahir. Perdarahan postpartum sekunder (late
postpartum hemorrhage) terjadi setelah 24 jam kelahiran,
antara hari ke 5 sampai hari ke 25 postpartum 
 Intra Uterine Fetal Death (IUFD) 

18
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) merupakan kematian
janin dalam rahim sebelum terjadi proses persalinan, usia
kehamilan 28 minggu keatas atau berat janin 1000 gram
dapat juga mengakibatkan kelahiran mati. Ibu yang
mengalami kehamilan berisiko menyebabkan
meningkatnya faktor risiko terjadinya Intra Uterine Fetal
Death (IUFD). Bila janin dalam kandungan tidak segera
dikeluarkan selama lebih dari 4 minggu dapat
menyebabkan terjadinya kelainan darah
(hipofibrinogenemia) yang lebih besar. 21 
 Keracunan dalam kehamilan (Preeklamsia) & kejang
(Eklamsia) Preeklamsia adalah keracunan pada kehamilan
yang biasanya terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau
bisa juga muncul pada trimester kedua. Preeklamsia serta
gangguan tekanan darah lainnya merupakan kasus yang
menimpa setidaknya lima hingga delapan persen dari
seluruh kehamilan. Dua penyakit ini pun tercatat sebagai
penyebab utama kematian serta penyakit pada bayi dan ibu
hamil di seluruh dunia. Dan di Indonesia 3 kematian ibu
terbesar salah satunya disebabkan oleh preeklampsia/
eklampsia. 
b. Dampak Kehamilan Berisiko bagi Janin Menurut
Prawirohardjo (2011), dampak kehamilan berisiko bagi janin
adalah sebagai berikut: 
 Bayi lahir belum cukup bulan Bayi lahir belum cukup
bulan dapat disebut bayi preterm maupun bayi prematur.
Bayi Preterm merupakan bayi yang lahir pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu, tanpa memperhatikan
berat badan lahir. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor
maternal seperti toksemia, hipertensi, malnutrisi maupun
penyakit penyerta lainnya. 
 Bayi lahir dengan Bayi berat lahir rendah (BBLR) Bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)
jam setelah lahir. Penyebab paling besar lahirnya bayi Bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah masalah selama
kehamilan pada ibu, dapat berupa penyakit penyerta pada
ibu, kurang nutrisi, maupun usia ibu. 

19
2.2.5 Skor Poedji Rochjati
Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang
digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga untuk
menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya mempermudah
pengenalan kondisi untuk mencegah terjadi komplikasi obstetrik pada
saat persalinan. KSPR disusun dengan format kombinasi antara
checklist dari kondisi ibu hamil / faktor risiko dengan sistem skor.
Kartu skor ini dikembangkan sebagai suatu teknologi sederhana,
mudah, dapat diterima dan cepat digunakan oleh tenaga non
profesional.
  Fungsi dari KSPR adalah:
1. Melakukan skrining deteksi dini ibu hamil risiko tinggi. 
2. Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan. 
3. Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana
(Komunikasi Informasi Edukasi/KIE).
4. Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan, persalinan, nifas.
5. Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan, persalinan,
nifas dengan kondisi ibu dan bayinya.
6. Audit Maternal Perinatal (AMP) Sistem skor memudahkan
pengedukasian mengenai berat ringannya faktor risiko kepada ibu
hamil, suami, maupun keluarga. Skor dengan nilai 2, 4, dan 8
merupakan bobot risiko dari tiap faktor risiko. Sedangkan jumlah skor
setiap kontak merupakan perkiraan besar risiko persalinan dengan
perencanaan pencegahan. Kelompok risiko dibagi menjadi 3 yaitu:
 Kehamilan Risiko Rendah (KRR) : Skor 2(hijau)
 Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) : Skor 6-10 (kuning)
 Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) : Skor ≥ 12
(merah)

2.2.6 Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi


Pencegahan terjadinya kehamilan risiko tinggi menurut Widatiningsih
dan Dewi (2017) dapat dijabarkan sebagai berikut: 
a. Penyuluhan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) untuk
kehamilan dan persalinan aman tentang : 
 Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat
dilakukan di rumah maupun di polindes, tetapi penolong
persalinan harus bidan, dukun membantu perawatan nifas
bagi ibu dan bayinya.
 Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), memberi penyuluhan
agar pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter

20
puskesmas, di polindes atau puskesmas (PKM), atau
langsung dirujuk ke rumah sakit, misalnya pada letak
lintang dan ibu hamil pertama (primi) dengan tinggi badan
rendah. 
 Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST), diberi
penyuluhan dirujuk untuk melahirkan di rumah sakit
dengan alat lengkap dan di bawah pengawasan dokter
spesialis.
b. Pengawasan Antenatal Memberikan manfaat dengan
ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan
secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan
langkah – langkah dalam pertolongan persalinannya, seperti: 
1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit
yang terdapat saat kehamilan, saat persalinan, dan kala
nifas. 
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai
kehamilan, persalinan, dan kala nifas. 
3. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan
aspek keluarga berencana. 
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal 
c. Pendidikan Kesehatan Pendidikan Kesehatan yang dapat
diberikan kepada ibu, yaitu sebagai berikut: 
 Diet dan pengawasan berat badan. Kekurangan atau
kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak
diinginkan pada wanita hamil. Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan anemia, partus prematur, abortus, dan lain –
lain, sedangkan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan
preeklamsia, bayi terlalu besar, dan lain – lain.
 Manuaba dalam Widatiningsih dan Dewi (2017) pada saat
hamil, bukan merupakan halangan untuk melakukan
hubungan seksual. Umumnya hubungan seksual
diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan
hati – hati. 
 Kebersihan dan pakaian. Kebersihan harus selalu dijaga
pada masa hamil, pakaian harus longgar, bersih, dan mudah
dipakai, memakai sepatu dengan tumit 24 yang tidak terlalu
tinggi, memakai kutang yang menyokong payudara, dan
pakaian dalam selalu bersih.

21
 Perawatan gigi. Wanita hamil pada trimester I mengalami
mual dan muntah (morning sickness). Keadaan ini
menyebabkan perawatan gigi yang tidak diperhatikan
dengan baik, sehingga timbul karies gigi, gingivitis, dan
sebagainya. 
 Perawatan payudara. Perawatan payudara ini bertujuan
memelihara hygiene payudara, melenturkan/menguatkan
puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang datar atau
masuk ke dalam. 
 Imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Imunisasi untuk
melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus
neonatorum. 
 Wanita pekerja. Wanita hamil boleh bekerja tetapi jangan
terlampau berat. Melakukan istirahat sebanyak mungkin.
Menurut undang – undang perburuhan, wanita hamil
berhak mendapat cuti hamil satu setengah bulan sebelum
bersalin atau satu setengah bulan setelah bersalin. 
 Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik. Ketiga
kebiasaan ini secara langsung dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dan menimbulkan
kelahiran dengan berat badan lebih rendah, atau mudah
mengalami abortus dan partus prematurus, dapat
menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan
perkembangan mental. 
 Obat – obatan. Pengobatan penyakit saat hamil harus
memperhatikan apakah obat tersebut tidak berpengaruh
terhadap tumbuh kembang janin.

2.2.7 Penatalaksanaan Kehamilan Resiko Tinggi


Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dengan pemeriksaan dan
pengawasan kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil risiko tinggi yang
lebih difokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu dan
bayi. Pengawasan antenatal menyertai kehamilan secara dini, sehingga
dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dan persiapan
persalinan. Anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan
antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali dengan 1 kali
pada trimester 1, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III,
termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami/pasangan atau
anggota keluarga. 

22
2.2.8 Deteksi Dini Kehamilan Risiko Tinggi 
Deteksi dini adalah upaya penjaringan dan penyaringan yang
dilaksanakan untuk menemukan penyimpangan secepat mungkin.
Deteksi dini kehamilan risiko tinggi adalah upaya penjaringan dan
penyaringan yang dilaksanakan untuk menemukan gejala kehamilan
risiko tinggi sejak awal. Hal-hal yang termasuk dalam deteksi dini
kehamilan risiko tinggi, yaitu usia ibu hamil kurang dari 20 tahun, usia
ibu hamil lebih dari 35 tahun, jumlah anak 3 orang atau lebih, Jarak
kelahiran kurang dari 2 tahun Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145
cm, Ibu dengan berat badan < 45 kg sebelum kehamilan, Ibu dengan
lingkar lengan atas < 23,5 cm, Riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya (perdarahan, kejang kejang, demam tinggi, persalinan
lama, melahirkan dengan cara operasi, dan bayi lahir mati).

2.3 Standar Antenatal Care 


2.3.1 Pengertian Antenatal
Care Asuhan antenatal atau antenatal care adalah pelayanan yang
diberikan oleh tenaga Kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter
umum, bidan) kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan antenatal (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2016). 

2.3.2 Tujuan Pelayanan Antenatal 


a. Semua ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang komprehensif
dan berkualitas sehingga ibu hamil dapat menjalani kehamilan dan
persalinan dengan pengalaman yang bersifat positif serta melahirkan
bayi yang sehat dan berkualitas. Pengalaman yang bersifat positif
adalah pengalaman yang menyenangkan dan memberikan nilai tambah
yang bermanfaat bagi ibu hamil dalam menjalankan perannya sebagai
perempuan, istri dan ibu. (Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu
Kemenkes Republik Indonesia, 2020) 
b. Tujuan Khusus Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2013, tujuan khusus antenatal terpadu meliputi: 
 Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif
dan berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu
hamil, konseling KB dan pemberian ASI. 
 Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil
dalam mendapatkan pelayanan antenatal terpadu,
komprehensif, dan berkualitas. 

23
 Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang
diderita ibu hamil 
 Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan
pada ibu hamil sedini mungkin. 
 Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan
sesuai dengan sistem rujukan yang ada 

2.3.3 Standar Pelayanan Antenatal 


Standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang dilakukan kepada
ibu hamil memenuhi kriteria 10 T (Kementrian Republik Indonesia,
2016). Pelayanan yang diberikan yaitu : 
 Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan bila < 145 cm, maka factor risiko panggul
sempit kemungkinan sulit melahirkan secara normal.
Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali periksa.
Sejak bulan ke-4 pertambahan berat badan paling sedikit
1kg/bulan. 
 Pengukuran tekanan darah Tekanan darah normal yaitu
120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg, ada factor risiko hipertensi (tekanan
darah tinggi) dalam kehamilan.
 Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) Hasil LiLA bila
<23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi
Kronis (KEK) dan berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR). 
 Pengukuran tinggi Rahim Pengukuran tinggi Rahim
berguna untuk melihat pertumbuhan janin apakah sesuai
dengan usia kehamilan. 
 Penentuan letak janin (presentasi janin) dan perhitungan
denyut jantung janin Apabila trimester III bagian bawah
janin bukan kepala atau kepala belum masuk panggul,
kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain. Bila
denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit atau lebih
dari 160x/menit menunjukkan ada tanda gawat janin,
segera rujuk. 
 Penentuan status imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Perlu
mendapatkan suntikan tetanus toksoid sesuai anjuran
petugas Kesehatan untuk mencegah tetanus pada ibu dan
bayi. Jadwal pemberian imunisasi TT yaitu TT 1 diberikan
saat kunjungan pertama (sedini mungkin pada kehamilan),

24
TT2 4 minggu setelah TT1 (pada kehamilan), TT3 6 bulan
setelah TT2 (pada kehamilan, jika selang waktu minimal
terpenuhi), TT4 1 tahun setelah TT3 dan TT5 1 tahun
setelah TT4. 
 Pemberian tablet tambah darah Ibu hamil sejak awal
kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari
minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum
pada malam hari untuk mengurangi rasa mual. 
 Tes laboratorium 
o Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi
ibu hamil bila diperlukan. 
o Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu
kekurangan darah (anemia).
o Tes pemeriksaan urine (air kencing). 
o Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan Sifilis,
sementara pemeriksaan malaria dilakukan di daerah
endemis.
 Konseling dan penjelasan Tenaga Kesehatan memberi
penjelasan mengenai perawatan kehamilan, pencegahan
kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi menyusui dini
(IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI Eksklusif,
Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan
ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan ibu
hamil. 
 Tata laksana atau mendapatkan pengobatan Berdasarkan
hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu
hamil harus sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga
kesehatan. Sedangkan kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

2.3.4 Jadwal Kunjungan Antenatal


Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu
hamil melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama
masa kehamilan. Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan frekuensi
minimal di tiap trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester
pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal satu kali pada
trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal dua kali

25
pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan)
(Kemenkes Republik Indonesia, 2018). Ibu hamil melakukan
kunjungan antenatal care minimal empat kali yaitu
 Kunjungan pertama/K1 (Trimester I) K1 adalah kunjungan
pertama ibu hamil pada masa kehamilan ke pelayanan
kesehatan. Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan
dapat menetapkan data dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dan
kesehatan ibu sampai persalinan. Kegiatan yang dilakukan
sebagai berikut: anamnesa, pemeriksaan fisik umum,
pemeriksaan khusus obstetri, penilaian risiko kehamilan,
menentukan taksiran berat badan janin, pemberian
imunisasi TT1, KIE pada ibu hamil, penilaian status gizi,
dan pemeriksaan laboratorium (Wagiyo & Putrono, 2016). 
 Kunjungan kedua/K2 (Trimester II) Pada masa ini ibu
dianjurkan untuk melakukan kunjungan antenatal care
minimal satu kali. Pemeriksaan terutama untuk menilai
risiko kehamilan, laju pertumbuhan janin, atau cacat
bawaan. Kegiatan yang dilakukan pada masa ini 11 adalah
anamnesis keluhan dan perkembangan yang dirasakan ibu,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG, penilaian risiko
kehamilan, KIE pada ibu, dan pemberian vitamin (Wagiyo
& Putrono, 2016). 
 Kunjungan ketiga dan keempat/K3 dan K4 (Trimester III)
Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan
antenatal care setiap dua minggu sampai adanya tanda
kelahiran. Pada masa ini dilakukan pemeriksaan: anamnesis
keluhan dan gerak janin, pemberian imunisasi TT2,
pengamatan gerak janin, pemeriksaan fisik dan obstetri,
nasihat senam hamil, penilaian risiko kehamilan, KIE ibu
hamil, pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium ulang
(Wagiyo & Putrono, 2016)

BAB III
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

Konsep asuhan kebidanan dapat didokumentasikan dengan cara SOAP,


yang meliputi S (Subjektif), O (Objektif), A (Assessment), P (Planning). Asuhan
kebidanan yang diberikan kepada klien membutuhkan pencatatan dan pelaporan
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menuntut tanggung jawab dan tanggung

26
gugat dari berbagai permasalahan yang mungkin dialami oleh klien berkaitan dengan
pelayanan yang diberikan (Handayani dan Mulyati, 2017). 

S (Subjektif) = Data subjektif adalah data yang diperoleh dan hasil bertanya dari
pasien, suami, atau keluarga (Sulistyawati, 2011).
 Biodata
 Nama
Identitas dimulai dengan Nama pasien, yang harus lengkap: Nama
depan, Nama tengah (bila ada), Nama keluarga dan Nama panggilan
akrab (Matondang, 2009; h.4). Hal ini agar tidak tertukar dengan
pasien yang memiliki nama hampir mirip dan tidak salah dalam
memberikan intervensi
 Umur 
Penting dikaji karena salah satu hal yang dapat mempengaruhi kondisi
ibu. USIA ibu kurang dari 19 tahun dan USIA ibu lebih dari 35 tahun
termasuk resiko tinggi dalam kehamilan (Manuaba, 2010; h.243).
 Pendidikan
Perlu dikaji untuk mengetahui tingkat pendidikan pasien dan
memudahkan dalam pemberian informasi dan pendekatan selanjutnya
yang berhubungan dengan kehamilan.
 Pekerjaan
Perlu dikaji karena ibu yang bekerja cenderung lelah fisik atau stress,
sehingga berpotensi mengalami persalinan preterm. (Cunningham GF,
et al 2006 h.771).
 Suku bangsa
Perlu dikaji karena perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit
sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa (Matondang,
2009; h.6).
 Agama
Kepercayaan dan tradisi dapat menghambat perilaku hidup sehat.
(Matondang, 2009; h.6)

 Alamat
Perlu dikaji untuk mengetahui tentang keadaan dan kondisi tempat
tinggalnya. (Varney, 2006; h.11)
 Alasan Datang
Perlu dikaji untuk mengetahui alasan datang ke petugas kesehatan, (Davey,
2005 h.5)
 Keluhan Utama

27
Perlu dikaji merupakan dasar utama untuk memulai evaluasi masalah pasien
(Williams, 2005 h.23).
 Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu
Data yang perlu dikaji adalah penyakit yang pernah diderita baik itu
pada masa kanak-kanak dan masa dewasa, penyakit spesifik seperti
diabetes mellitus, penyakit jantung dan penyakit menular HIV/AIDS,
tuberkulosis. yang dapat berakibat terjadinya resiko tinggi pada
kehamilan (Varney, et al 2006 h.32)
 Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
masa kehamilan, persalinan dan nifas.
 Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
 Riwayat Obstetri
 Riwayat Haid
Perlu dikaji untuk mengetahui tentang usia saat menarche, frekuensi,
lamanya, sifat darah yang keluar, dismenore, HPHT dan HPL (Varney,
2006; h.33) Umur kehamilan dapat diketahui berdasarkan HPHT (Hari
Pertama Haid Terakhir) dan HPL digunakan untuk mengetahui
perkiraan persalinan (Varney, 2006;h.790).
 Riwayat Kehamilan,persalinan, nifas yang lalu
Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil,
ada atau tidaknya penyakit, upaya mengatasi penyakit tersebut. Pada
persalinan penyulit dalam persalinan, caramelahirkan, siapa yang
menolong dalam persalinan. Dan penyulit-penyulit dalam nifas.
(Matondang, 2009; h.13)
 Riwayat Kehamilan sekarang
Perlu dikaji untuk mendeteksi komplikasi, beberapa ketidaknyamanan
dan keluhan yang dialami pasien (Varney, 2006 h.525)

 Pola Kebutuhan Sehari- hari


 Nutrisi
Untuk mengetahui pola makan dan minum selama hamil dan makanan
apa saja yang dikonsumsi. Pada dasarnya dianjurkan makan empat
sehat Lima sempurna. Nilai gizi dapat ditentukan dengan
bertambahnya berat badan 6,5 sampai 15 kg selama hamil. Karena

28
bertambahnya berat badan terlalu besar dan kurang Akan berakibat
terjadinya penyulit pada kehamilan. (Manuaba, 2010; h 117)
 Eliminasi
Untuk mengetahui kebiasaan buang air kecil maupun buang air besar,
Pada ibu hamil TM I dan TM III Akan terjadi sering kencing
(Nokturia) karena semakin membesarnya uterus sehingga menekan
kandung kemih.(Varney, 2006 h.538).
 Istirahat
Perlu dikaji jadwal tidur dan istirahat, Karena istirahat dan tidur teratur
dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan
perkembangan dan pertumbuhan janin. (Manuaba, 2010; h.122)
 Pola Aktivitas
Perlu dikaji, Karena semakin tua kehamilan aktifitas bekerja harus
makin dikurangi dan bekerjalah sesuai dengan kemampuan. (Manuaba,
2010; h.117).Olahraga saat hamil dianjurkan adalah jalan-jalan waktu
pagi hari untuk ketenangan dan mendapatkan udara Segar (Manuaba
2010; h.120)
 Personal Hygiene
Perlu Dikaji untuk mengetahui apakah ibu menjaga personal hygiene
atau tidak, sehingga dapat mempengaruhi kesehatan ibu (Varney 2006;
h.646). Perlu pengawasan gigi saat hamil, karena sering terjadi karies
gigi yang berkaitan dengan emesis-hiperemesis gravidarum,
hipersalivasi dapat menimbulkan timbunan kalsium di sekitar gigi
(Manuaba 2010; h.122)
 Hubungan seksual
Perlu dikaji, Hamil bukan halangan untuk melakukan hubungan
seksual.Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan apabila ada
indikasi (Manuaba 2010; h.120).

O (Data Obyektif)
  Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum
Keadaan umum pasien dapat diketahui dengan cara kesan keadaan
sakit, posisi pasien, kesadaran dan kesan status gizi. (Matondang,
2009; h.22)
 Tingkat Kesadaran
Menilai kesadaran ibu yaitu dengan melihat :
 Composmentis : Sadar penuh
 Apatis : Acuh tak acuh

29
 Somnolen : Selalu ingin tidur, mengantuk tetapi dapat
mengikuti perintah  sederhana ketika dirangsang.
 Delirium : Kesadaran menurun serta kacau motoric, berontak,
teriak.
 Sopor : Sangat sulit untuk dibangunkan, tidak konsisten.
 Semikomatosa : Reaksi terhadap nyeri saja, tidak mengikuti
perintah atau  tidak berbicara koheren.
 Koma : Kesadaran hilang dan tidak berespon pada setiap
stimulus (Matondang 2009; h.33)
 Tanda-tanda Vital
o Nadi
Pemeriksaan nadi sebaiknya dilakukan pada keempat
ekstremitas. Pemeriksaan yang dilakukan mencakup frekuensi
atau laju nadi, irama, isi atau kualitas dan ekualitas nadi.
 Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafsan yang dihitung dalam 1
menit, normalnya 12-20x/menit
 Tekanan darah
Ideal pengukuran tekanan darah pada pasien yaitu pada
keempat ekstremitas. Pengukuran pada satu ekstremitas
dibenarkan apabila pada palpasi teraba denyut nadi yang
normal. Keadaan pasien pada waktu pengukuran tekanan darah
dapat mempengaruhi hasil dan penilaiannya.
 Berat Badan
Untuk mengetahui penambahan berat badan ibu. Pada wanita hamil
normalnya 6,5 kg sampai 15 kg (Manuaba,2010; h.117)
 Tinggi Badan
Untuk Mengetahui tinggi badan pasien normal atau tidak,normalnya
lebih dari 145 cm. Apabila ibu mempunyai tinggi badan kurang dari
145 cm dapat dicurigai ibu memiliki panggul sempit (Manuaba,2008;
h.30)

 Suhu
Untuk mengetahui apakah ada kemungkinan demam atau febris yang
merupakan gejala adanya infeksi yang dapat berdampak pada
kehamilan
 LILA
Ukuran normalnya adalah 23,5 cm atau lebih, perlu ditanyakan
untuk mengetahui status gizi ibu. Apabila ibu mempunyai

30
LILA kurang dari 23,5 cm maka dapat dicurigai bahwa ibu
mengalami kekurangan energy kronik (Matondang 2009; h.33).

 Pemeriksaan Fisik
 Rambut
Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, menilai warna rambut,
kelebatan dan karakteristik rambut (Alimul, 2006).
 Bentuk kepala
Untuk mengetahui bentuk kepala ibu mesochepal
 Muka
Pada ibu hamil biasanya akan muncul cloasma gravidarum (Sarwono
2008; h 179), dilihat apakah simetris atau tidak, ada edema atau tidak
dan warna bagian muka apakah pucat atau tidak
 Mulut
Melihat keadaan bibir, gigi dan gusi, lidah. Selama hamil sering terjadi
karies, hipersalivasi dapat menimbulkan timbunan kalsium di sekitar
gigi. (Manuaba 2010; h.122)
 Leher 
Untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar thyroid atau tidak
 Payudara
Pada kehamilan payudara akan membesar dan tegang dan tampak
lebih kehitaman, areola hiperpigmentasi, glandula montgomery
tampak lebih jelas, puting susu menonjol.(Kusmiyati et al, 2009; h.57)
 Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga, dan pendengaran, pada ibu hamil TM I
 Abdomen
o Inspeksi
Untuk mengetahui ada striae gravidarum dan linea nigra.
Melihat bentuk membesarnya uterus apakah sesuai dengan usia
kehamilan pada ibu hamil TM I. (Kusmiyati et al, 2009; h.67)

 Palpasi
Observasi atau palpasi untuk merasakan gerakan janin,
mengukur TFU dan menentukan letak, presentasi, posisi.
(Varney, 2006; h.527).
 Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus uteri,
bagian  janin dalam fundus, letak kepala atau bokong

31
dengan satu tangan di fundus dan tangan lain di atas
simfisis.
 Leopold II : Untuk menentukan bagian apa yang berada
di samping, punggung teraba rata seperti papan,
ekstremitas teraba kecil-kecil.
 Leopold III : Untuk Menentukan bagian terbawah janin
apakah
sudah masuk atau masih bisa digoyang.
 Leopold IV : Untuk menentukan bagian terbawah janin
dan berapa jauh janin sudah masuk pintu atas panggul
(Manuaba, 2010; h.116-117).
 Auskultasi
Pemeriksaan dilakukan pada bagian abdomen ibu hamill
menggunakan stetoskop dan doppler untuk mendengarkan
detak jantung janin (Mandriwati, 2008). Untuk mendengarkan
denyut jantung janin, normalnya 120 sampai 160 detak per
menit Prawirohardjo, 2009; h.95)
 Taksiran Berat Janin
Janin aterm saat usia kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu dan
memiliki berat janin normal sekitar 2500 sampai 3000 gram.
(Manuaba, 2010; h.100). Jika berat janin kurang dari 2500 termasuk
berat badan lahir rendah/prematur (Varney, 2006; h.523).
 Umur Kehamilan
Untuk menentukan usia kehamilan dapat dilakukan dengan
menghitung hari pertama haid terakhir dengan rumus naegle,
menghitung dengan TFU, menghitung gerakan janin pertama kali
dirasakan, mendengarkan denyut jantung janin, memperhitungkan
masuknya kepala ke pintu atas panggul dan mempergunakan USG
(Manuaba, 2010; h.128).
 Genitalia 
Melihat bentuk, warna, pembengkakan, luka, varises, pengeluaran
cairan (warna, konsistensi, jumlah). Pada kehamilan TM I keadaan
genetalia normal. (Kusmiyati et al, 2009; h.57)
 Anus 
Untuk mengetahui kebersihan dan adanya hemoroid atau tidak
(Sulistyawati, 2011).
 Ekstremitas :Atas
Untuk melihat adanya edema pada jari dan reflek patella.
 Ekstremitas Bawah

32
Untuk Melihat adanya edema pada pergelangan kaki, refleks tendon
dalam kuadrisep (kedutan lutut), Varises dan tanda homans jika ada
indikasi. (Varney, 2006; h.530)

 Pemeriksaan Penunjang
 Darah Hb
Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2x selama kehamilan pada
trimester 9 dan trimester III
 Pemeriksaan Urine 
Untuk mengetahui kandungan protein atau glukosa di dalamnya
(Varney,2006; h531). Pada pemeriksaan urine menggunakan reagen
dipstick jika ditemukan hasil positif  maka itu menandakan terjadi
preeklampsia sedangkan pemeriksaan glukosa dilakukan untuk
mendiagnosa adanya diabetes pada kehamilan (Walsh et al,
2007;h133).

A (Assessment)
Diagnosa kebidanan dari data dasar hasil analisis dan interpretasi dari data subjektif
dan objektif yang akan diproses menjadi masalah atau diagnosis.(Varney 2006; h.27)
NY_G_P_A umur_tahun, hamil_minggu dengan kehamilan normal, janin tunggal
hidup intrauterine
a. Masalah
adalah kesenjangan yang diharapkan dengan fakta atau kenyataan. Masalah
yang dialami oleh pasien dengan kehamilan trimeter 1 adalah mual dan
pusing.
b. Diagnosa 
c. Identifikasi Kebutuhan
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan dokter sesuai dengan kondisi klien. (Varney,
2006; h.27)

P(Planning)
Planning ini disertai evaluasi yang merupakan proses tahap akhir dari rangkaian
proses asuhan kebidanan Menurut Varney. Pada langkah ini untuk memeriksa apakah
rencana asuhan yang dilakukan benar-benar mencapai tujuan. Yaitu memenuhi
kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada diagnosis (Varney, 2006; h.27).
Menurut Varney (2006; h.531) pengembangan rencana asuhan yang komprehensif
pada ibu hamil mencakup komponen berikut:
 Penentuan kebutuhan untuk melakukan tes laboratorium atau tes penunjang
lain untuk menyingkirkan, atau membedakan antara berbagai komplikasi yang

33
mungkin timbul.
 Penentuan kebutuhan untuk melakukan konsultasi dengan dokter.
 Menentukan tindakan instruksional untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran.
 Penentuan kebutuhan untuk mengatasi ketidaknyamanan atau upaya terapi
lain.
 Penentuan kebutuhan pengobatan.
 Penentuan untuk melakukan konseling
 Penjadwalan kunjungan ulang berikutnya.

34
BAB IV
TINJAUAN KASUS

4.1 Vignette
Seorang wanita usia  37 tahun G3P2A0 datang ke puskesmas pada hari Senin, 30 Mei
2022 datang ke poli KIA untuk memeriksakan keluhan yang dirasakan. Beliau datang
karena merasakan mual dan pusing sejak kemarin malam dan sifatnya hilang timbul.
Ny E tidak mengkonsumsi obat apapun untuk meredakan keluhannya sejak kemarin
malam. Ny E mengatakan bahwa dirinya saat ini sedang hamil dikarenakan 2 hari
yang lalu melakukan tes kehamilan dan hasilnya positif. HPHT 25 Maret 2022.
Kehamilan ini merupakan kehamilan ketiga. Ny E mengatakan tidak pernah
keguguran. Anak pertama dilahirkan secara normal dengan ditolong bidan dengan BB
4200 gram, tanpa ada perdarahan dan komplikasi.  Lalu anak kedua dilahirkan secara
SC dikarenakan ketuban telah pecah terlebih dahulu sedangkan tidak disertai
pembukaan dan kepala janin tidak segera turun ke panggul setelah dilakukan
observasi. Ny.E menggunakan KB Suntik 3 bulan. Tidak ada riwayat penyakit
apapun dan tidak ada alergi. Hasil pemeriksaan : BB/TB: 73/148, TD: 129/79, N/RR:
88/21, S: 36,3, Lila: 34, IMT: Gemuk, Palpasi : masih belum terasa jelas.

35
4.2 Dokumentasi SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “E” G3P2A0 USIA KEHAMILAN 


9-10 MINGGU DENGAN UMUR > 35 TAHUN DAN 
RIWAYAT OPERASI CAESAR DI PUSKESMAS SUMBERPUCUNG 
KECAMATAN SUMBERPUCUNG KABUPATEN MALANG

No Registrasi : 00189759
Hari/Tanggal : Senin, 30 Mei 2022
Jam : 09.00 WIB
Tempat : Poli KIA Puskesmas Sumberpucung
Pengkaji : Galuh Pramesti Cintani Aisha
Pemeriksa : Wiji Lestari, S.Tr.Keb

 Pengkajian 
 Data Subjektif
 Identitas 
Nama : Ny E
Usia : 37 Tahun
Nama suami : Tn A
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jatiguwi Rt 039/009 
Asuransi : BPJS
 Alasan Kunjungan
Ibu ingin memeriksakan kehamilan 
 Keluhan
1. Ibu datang ke Poli KIA dengan keluhan mual dan
pusing sejak sejak kemarin malam. 
2. Pusing yang dirasakan sifatnya hilang timbul dan ibu
tidak mengkonsumsi obat apapun untuk meredakan
keluhannya sejak kemarin malam. 

 Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
HPHT : 25 Maret 2022
TP : 30 Mei 2022
HPL : 1 Januari 2023
UK : 9 minggu 3 hari

36
Siklus : 28 hari (Teratur)
Lama haid : 7-8 hari
Sifat : encer merah terang
Dismenore : Tidak
Keluhan lain : Tidak ada
Keputihan : Sedikit, tidak bau, dan tidak gatal

 Riwayat Kehamilan Sekarang


1. Ibu mengatakan bahwa dirinya saat ini sedang hamil
dikarenakan 2 hari yang lalu melakukan tes kehamilan
dan hasilnya positif
2. HPHT tanggal 25 Maret 2022
3. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan ketiga dan
tidak pernah keguguran

 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


Dengan anak pertama dilahirkan secara normal dengan
ditolong bidan dengan BB 4200 gram, tanpa ada perdarahan
dan komplikasi. Lalu anak kedua dilahirkan secara SC
dikarenakan ketuban telah pecah terlebih dahulu sedangkan
tidak disertai pembukaan dan kepala janin tidak segera turun ke
panggul setelah dilakukan observasi.

Ana Tahun Persalinan Penolong Masa BB/TB Perdarahan Komplikasi


k ke- Gestasi

1 2006 Normal Bidan Aterm (38 4200/50 Tidak ada Tidak ada
(PMB) mg)

2 2016 SC Dokter (RS) Preterm 2800/46 Tidak ada KPD, kepala


(34 mg) belum masuk
panggul

 Riwayat menyusui 
Ibu mengatakan anak pertama sampai anak ke terakhir ASI
eksklusif selama 6 bulan

 Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat
penyakit/gangguan reproduksi seperti mioma uteri, kista, mola
hidatidosa, PID, endometriosis, KET, ataupun kembar.

37
 Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah memakai kontrasepsi KB Suntik 3
bulan selama kurang lebih 4 tahun. 

 Riwayat Kesehatan 
1. Riwayat kesehatan yang pernah dialami 
 Ibu tidak pernah menderita penyakit seperti
hipertensi, jantung hepar, DM, PMS/HIV/AIDS,
TBC. Riwayat kesehatan keluarga, Keluarga ibu
dan suami tidak ada yang menderita penyakit
seperti hipertensi, DM, TBC, Hepatitis,
HIV/AIDS, serta penyakit keturunan seperti
buta warna dan penyakit kelainan darah. 
 Ibu tidak memiliki alergi terhadap makanan dan
obat-obatan
2. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu saat ini sedang hamil dan mengalami mual disertai
pusing 
3. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit seperti jantung, darah tinggi,
asma, malaria, kencing manis, HIV/AIDS, keturunan
kembar maupun penyakit jiwa lainnya dan tidak ada
keturunan hipertensi.

 Kebiasaan-kebiasaan 
1. Pola nutrisi
Selama hamil makan sebanyak 3-4 porsi dalam sehari
dengan porsi sedang didominasi lauk. Untuk kebutuhan
air putih, ibu minum air 8-10 gelas air putih gelas besar.
2. Pola Istirahat dan tidur
 Siang : ± 1 jam 
 Malam : ± 6-7 jam
 Tidak biasa begadang
3. Pola aktivitas sehari – hari 
Selama hamil, ibu beraktivitas di dalam rumah yaitu
bersih bersih, nyapu, nyuci dan memasak
4. Pola seksualitas 
Frekuensi : Sering (2-3x dalam seminggu) 
Keluhan : Tidak ada

38
5. Personal hygiene
Mandi : 2 x sehari
Ganti pakaian : 2 x sehari
6. Merokok dan penggunaan alkohol sebelum / selama
hamil 
Ibu tidak memiliki kebiasaan merokok atau memakai
alkohol baik sebelum atau selama hamil. 
7. Obat- obatan atau jamu sebelum / selama hamil 
Selama hamil ibu tidak mengkonsumsi jamu-jamuan
dan ibu hanya mengonsumsi obat-obatan dari Bidan.

 Keadaan Psikososial 
1. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan keadaan
sekarang. Ibu mengatakan bahwa ibu mengetahui hamil
dengan usia ibu > 35 tahun dan memiliki riwayat SC
merupakan kehamilan yang berisiko.
2. Ibu mengatakan suami dan keluarga memberikan
dukungan terhadap kehamilan ini

 Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 TD : 129/79
 N : 88
 P : 21
 S : 36.3
2. Pemeriksaan Antropometri
 BB sebelum hamil : 72
 BB setelah hamil : 73
 Tinggi Badan : 148 cm
 IMT : 33,3 (gemuk)
 Lila : 34 cm
3. Pemeriksaan Fisik
 Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
 Leher : Tidak dilakukan
 Payudara : Tidak dilakukan 
 Abdomen : 
 Inspeksi :Terdapat bekas luka operasi
caesar, terdapat linea nigra

39
 Palpasi : Belum teraba 
 Genitalia : Tidak dilakukan
 Ekstremitas : Tidak terdapat edema pada kaki dan
tidak ada varises

 Assessment
 Diagnosis
Ny E G3P2A0 umur 37 tahun usia kehamilan 9-10 minggu dengan
kehamilan normal, janin tunggal hidup intrauterine

 Masalah
Mual Pusing, Kehamilan resiko tinggi

 Kebutuhan
 KIE mengenai cara mengatasi ketidaknyamanan berupa mual
pusing yang dirasakan oleh ibu hamil
 KIE tentang pola makan dan menjaga gizi seimbang pada ibu
hamil
 KIE tentang kehamilan beresiko dan perencanaan kehamilan
 KIE tentang ANC terpadu

 Planning
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa kondisi ibu
dalam keadaan normal, TTV: TD: 129/79 mmHg, S: 36,3 0C,
N:88x/menit, RR: 21x/menit, IMT ibu berlebih dan masuk pada
kategori gemuk. Usia kehamilan ibu 9 minggu 2 hari.
E/ ibu mengerti dan memahami hasil pemeriksaan yang disampaikan
oleh bidan
2. Memberikan KIE kepada ibu terkait ketidaknyamanan kehamilan TM
I seperti mual, pusing
E/ ibu mengerti dan sudah mengetahui tentang ketidaknyamanan
kehamilan TM I 
3. Memberikan KIE  mengenai cara mengatasi ketidaknyamanan yang
dirasakan yaitu mual dan pusing yaitu dengan cara mengkonsumsi
makanan dan minuman hangat untuk meredakan mual dan tidak
melakukan aktivitas berat disertai istirahat yang cukup untuk
mengurangi pusing yang dirasakan.
E/ ibu memahami dan dapat menyebutkan kembali cara mengatasi 
ketidaknyamanan yang dirasakan

40
4. Memberikan KIE terkait pemenuhan nutrisi ibu hamil dan
menganjurkan  ibu untuk tetap menjaga pola makan dengan porsi
sedikit tapi sering dan mengkonsumsi makanan hangat serta menjaga
asupan gizi yang baik yaitu makan-makanan yang bergizi seimbang
dan memperbanyak minum air putih. karena akan berpengaruh pada
ibu maupun janin.
E/ ibu mengerti dan bersedia untuk menjaga pola makan
5. Memberikan konseling terkait ANC terpadu yang harus dilakukan
yaitu trimester 1 minimal 1x sebelum minggu ke 16, trimester 2
minimal 1x antara minggu ke 24-28, trimester 3 minimal 2x antara 30-
32 dan antara minggu ke 36-38
E/ ibu memahami dan berkomitmen untuk mengikuti ANC secara
rutin karena mengetahui manfaat dari ANC
6. Memberikan konseling tentang kehamilan beresiko dengan
memberitahu ibu tentang resiko hamil dengan usia lebih dari 35 tahun
dan memiliki luka bekas operasi caesar, seperti abortus (keguguran),
kematian ibu dan janin, persalinan prematur, kelahiran dengan berat
badan rendah, serta penyakit atau kelainan yang bisa terjadi pada
janin 
E/ Ibu memahami kehamilan beresiko dan memahami kondisinya saat
ini 
7. Memberikan konseling terkait pemeriksaan Hb yang harus dilakukan
pada minggu depan (1 minggu kemudian)  untuk mengidentifikasi
apakah ada indikasi anemia atau tidak
E/ Ibu bersedia dan memahami tujuan pemeriksaan Hb pada ANC
berikutnya
8. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan persalinan pada usia
kehamilan 36 minggu di rumah sakit karena kondisi ibu termasuk
faktor resiko tinggi yang harus ditangani oleh dokter obgyn
E/ ibu mengerti dan bersedia
9. Diberikan vitamin Tiamin HCL (Vit B1) 50 mg (10) dengan dosis 1x1
sesudah makan karena Ibu hamil dan menyusui membutuhkan lebih
banyak asupan vitamin B1 per harinya. 
E/ ibu memahami manfaat vitamin tiamin HCl yang diberikan bidan
dan bersedia rutin mengkonsumsi.
10.Diberikan Kalsium Laktat (Kalk) 500 mg (10) dan dikonsumsi 1x1
setelah makan karena pada ibu hamil ini berfungsi untuk
mematangkan pertumbuhan tulang dan gigi dan janin dan juga
berfungsi mencegah serta mengatasi kadar kalsium yang rendah di
dalam darah atau hipokalsemia

41
E/ Ibu memahami manfaat dari kalsium laktat dan bersedia
mengkonsumsi secara rutin
11.Diberikan tablet Tambah Darah Kombinasi : Besi sulfat 200
mg+Asam folat 0,25 mg (30) 1x1  setelah maka karena penting untuk
pencegahan anemia pada ibu hamil
E/ ibu memahami manfaat pemberian tablet tambah darah dan bersedia
mengkonsumsi.

42
4.3 Pathway Kasus

43
4.4 Kartu Skor Poedji Rochjati 

SKRINING / DETEKSI DINI IBU RISIKO TINGGI

Nama :Ny.E Alamat : Jatiguwi


Umur Ibu : 37 th Kec./ Kab : Kab. Malang
Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT
Hamil Ke : 3. Haid Terlambat tgl : 25 Maret 2022
Perkiraan Persalinan tgl :1 Januari 2023
Periksa I
Umur Kehamilan : 9 mg 3 hari Di Poli KIA Puskesmas Sumberpucung

I II III I
V
KEL NO. Masalah/ Faktor Resiko SKOR TRIBULA
F.R. N
Skor Awal Ibu Hamil 2 (2)I II III.1 III.2

I Terlalu muda, hamil 1 ≤ 16 th 4

Terlalu tua, hamil 1 ≥ 35 th 4

Terlalu lambat hamil I, kawin ≥ 4 th 4

Terlalu lama hamil lagi (≥ 10 th) 4

Terlalu cepat hamil lagi (2 th) 4

Terlalu banyak anak, 4/ lebih 4

Terlalu tua, umur ≥ 35 th 4 4

Terlalu pendek < 145 cm 4

Pernah gagal kehamilan 4

Pernah melahirkan dengan :

a. Tarikan tang/ Vakum 4

b. Uri dirogoh 4

c. Diberi Infus/ Tranfusi 4

II Pernah Operasi Sesar 8 8

Penyakit pada ibu hamil :

a. kurang darah b. Malaria 4

c. TBC Paru d. Payah Jantung 4

e. Kencing manis (Diabetes) 4

f. Penyakit Menular Seksual 4

Bengkak pada muka / tungkai dan tekanan 4


darah tinggi

Hamil Kembar 2 Atau lebih 4

Hamil kembar air (Hydramnion) 4

Bayi Mati dalam Kandungan 4

Kehamilan Lebih bulan 4

Letak Sungsang 8

Letak Lintang 8

III Perdarahan dalam kehamilan 8

Preeklampsia dalam kehamilan 8

Preeklampsia Berat / Kejang-kejang 8

JUMLAH 14
SKOR

BAB V

44
ANALISIS KASUS

Analisis Kasus
Pada bagian ini penulis menyajikan pembahasan dengan membandingkan
antara teori yang didapatkan selama ini dengan manajemen asuhan kebidanan masa
kehamilan yang diterapkan pada Ny.E usia 37 tahun G3P2A0 UK 9-10 minggu di
Puskesmas Sumberpucung dapat disimpulkan bahwa keluhan yang dirasakan
merupakan perubahan fisiologis yang wajar pada ibu hamil, namun yang perlu
disorot adalah Ny E memiliki factor resiko tinggi pada kehamilan karena berusia
>35 tahun dan memiliki bekas luka operasi Caesar. Dari pengkajian didapatkan
hasil sebagai berikut :
 Anamnesis yang dilakukan saat pasien datang ke poli KIA Puskesmas
Sumberpucung sudah sesuai dengan teori manajemen varney yang mana
dihasilkan dari hasil bertanya kepada pasien/keluarga. Pada kasus ibu
hamil Ny E usia 37 tahun usia kehamilan 9-10 minggu diperoleh data
subjektif bahwa saat ini sedang hamil dengan usia kehamilan 9-10
minggu, perhitungan usia kehamilan ini dilakukan oleh penulis dan
dikonfirmasi oleh bidan melalui HPHT Ny E yang diketahui 25 Maret
2022.Alasan ibu datang ini untuk memeriksakan kehamilan yang
diperoleh dari hasil testpack Ny E yang menunjukkan hasil +. Hal ini
seusai dengan teori bahwa kehamilan bisa didetekesi menggunakan
plano test dengan mengambil sampel urin orang yang terkait.
 Dari pengkajian dapat diketahui bahwa Ny E berusia 37 tahun dan
memiliki luka operasi Caesar (Didapati 2 faktor resiko tinggi). Saat
mengetahui, bidan langsung memberikan informasi dan konseling
terkait kehamilan resiko tinggi dan memberikan rujukan saat usia
kehamilan 36 minggu untuk melakukan perencanaan persalinan di
rumah sakit. Hal ini sejalan dengan teori bahwasanya jika dilakukan
skoring pada Kartu Skor Poedji Rochyati didapatkan hasil skor 14
dimana termasuk dalam kategori Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST)
dengan jumlah skor >12 Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) yang mana
harus ditolong oleh dokter spesialis di RS karena terdapat beberapa resiko
sebagaimana yang dijelaskan bidan kepada Ny E, yaitu :
- Perdarahan pasca persalinan
- Pre eclampsia
- Persalinan macet
1. Tatalaksana yang diberikan oleh bidan yaitu memberikan
informasi dan konseling sebagaimana disebutkan sebelumnya
dan memberikan kalsium laktat untuk memperkuat pertumbuhan
tulang dan gigi janin mengatasi kadar kalsium yang rendah di
dalam darah atau hipokalsemia. Mengingat usia ibu yang sudah
lebih dari 35 tahun.

45
2. Pemberian Tiamin HCL (b1) karena secara fisiologis ibu
membutuhkan asupan vitamin B1 yang lebih banyak saat hamil.
 Interpretasi data yang didapatkan pada Ny.E umur 37 tahun G3P2A0
usia kehamilan 9-10 minggu, muncul keluhan yaitu mual dan pusing
sejak kemarin malam.
o Mual
- Mual yang dirasakan pada ibu merupakan efek dari
perubahan hormone yang terjadi pada ibu hamil. Karena
adanya peningkatan hormone progesterone dan estrogen
dapat menganggu sistem pencernaan ibu hamil, dan
membuat kadar asam lambung meningkat hingga muncul
keluhan mual dan muntah. Hormon ini dapat
memperlambat fungsi metabolisme termasuk sistem
pencernaan. Bidan menjelaskan kepada pasien bahwa hal
tersebut wajar.
- Tatalaksana yang diberikan oleh bidan yaitu KIE tentang
menjaga pola makan dengan prinsip porsi sedikit tapi
sering dan mengkonsumsi makanan hangat agar tidak
memicu mual pada Ny E. Tatalaksana yang diberikan
bidan ini merupakan tatalaksana secara non-
farmakologis. Adapun cara lain untuk mengatasi mual
secara non farmakologis, yaitu :
o Self Hiponesis
Self hipnosis merupakan salah satu pendekatan
nonfarmakologis untuk mengurangi gejala mual
dan muntah. Hipnosis mempengaruhi kekuatan
sugesti diri.
o Menjaga asupan makanan dan pola makan
 Hindari makanan yang mengandung
lemak, dan berminyak, serta berbumbu
keras 
 Banyak mengkonsumsi makanan tinggi
karbohidra
o Kebiasaan
 Bangun dari tempat tidur secara perlahan-
lahan dan jangan langsung bergerak 
 Menghindari stress dan mengkonsumsi
jahe hangat.

46
o Aromaterapi peppermint
Aromaterapi peppermint bersifat menghangatkan
dan dapat berefek relaksasi otot-otot,
meringankan sesak nafas saat pemakaian dengan
dihirup (Koesoemardiyah, 2009). Snyder dan
Lindquist mengatakan aromaterapi peppermint
dapat digunakan untuk melemaskan otot-otot
yang kram, memperbaiki gangguan ingestion,
digestion, menurunkan terjadinya mual dan
muntah serta mengatasi ketidakmampuan flatus
(Andriani, 2017).
Lalu Adapun terapi farmakologi yang dapat diberikan
kepada ibu hamil yang mengalami mual secara terus
menerus adalah:
 Ondansentron
 Pyrodixine
o Pusing
Pusing yang dirasakan pasien bisa mengarah ke fisiologis
namun juga bisa mengarah ke patologis. Pada peemriksaan,
bidan menjelaskan bahwa pusing yang dirasakan bisa diredakan
dengan terapi nonfarmakologi untuk sementara. Lalu untuk
mengidentfikasi apakah Ny E terkena anemia atau tidak, bidan
menyarankan untuk melakukan pemeriksaan Hemoglobin pada
minggu depan. Pemeriksaan Haemoglobin sangat dibutuhkan
untuk ibu hamil karena  bermanfaat untuk mengetahui
kemungkinan adanya anemia pada ibu hamil. Normal Hb untuk
ibu hamil adalah > 11 gr%.
KIE yang diberikan oleh bidan dalam menangani
masalah pusing yang dikeluhkan oleh pasien adalah terakit
pemenuhan nutrisi yang banyak mengandung zat besi dan
menjaga istirahat dan pikiran agar tidak tegang dan pemberian
kablet tambah darah. Hal ini juga sesuai dengan teori yang
penulis ketahui bahwasanya tatalaksana pusing secara
nonfarmakologis bisa dengan:
- Istirahat yang cukup. Karena hal ini dapat membuat
rileks pikiran dan juga tubuh sehingga membuat aliran
darah tubuh ke otak menjadi lancer dan dapat meredakan
pusing yang dirasakan.

47
Secara farmakologis dapat diatasi oleh :
- Pemberian kablet tambah darah kombinasi. Pemberian
tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu
cara yang paling cocok bagi ibu hamil untuk
meningkatkan kadar Hb sampai tahap yang diinginkan,
karena setiap tablet mengandung 60 mg Fe sehingga
sangat efektif. Selama kehamilan minimal diberikan 90
tablet sampai usia kehamilan 42 minggu. Diberikan sejak
awal kehamilan dan 30 tablet setelah melahirkan. Minum
tablet zat besi pada saat makan atau segera sesudah
makan dapat mengurangi mual yang menyertainya, tetapi
juga akan menurunkan jumlah zat besi yang diabsorbsi.
(Manuaba, 2012).
 Diagnosa potensial pada Ny E ditemukan adanya anemia sehingga
dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut yaitu pemeriksaan Hb untuk
mengetahui apakah Ny E anemia atau tidak.
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa dalam praktek lahan
ini tidak didapati kesenjangan antara teori dan lahan praktek. Justru
pada lahan praktek, penulis mendapatkan banyak ilmu yang mungkin
hanya bisa didapati ketika melakukan praktek lahan, yaitu cara
memberikan pemahaman yang tepat kepada pasien, cara berkomunikasi
dengan pasien menyesuaikan dengan latar belakang pasien dan beberapa
hal lainnya.

48
DAFTAR PUSTAKA

Negro, Z. Delaruelle, T. A. Ivanova, S. Khan, R. Ornello, B. Raffaelli,


Reuter, U. (2017). Headache and pregnancy: a systematic
review. The Journal of Headache and Pain, 18(1), 1- 20. doi:
10.1186/s10194-017-0816-0
Seda Karacay Yikar, & Nazik, E. (2018). Effects of prenatal education
on complaints during pregnancy and on quality of life. Jurnal
Elsevier. doi: https://doi.org/10.1016/j.pec.2018.08.02 3
Patimah, Meti., Nurdianti., Dewi. Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil
Tentang Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester I dan
Penatalaksanaannya. Tasikmalaya: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat. Vol. 41, No. 3
Patimah, M. (2017) ‘Pengetahuan dan Kecemasan Ibu Hamil TrimesterI
Primigravida Tentang Keluhan Pada Kehamilan Trimester I dan
Penanganannya’, BIMTAS, 1
Nurhayati, S. (2018). Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Z
GIP0 Kehamilan Normal dengan Keluhan Pusing di PMB Siti
Zulaikah, SST Desa Jogoroto Kecamatan Jogoroto Kabupaten
Jombang. STIKES Insan Cendekia Medika Jombang, Jombang.
Retrieved from http://repo.stikesicmejbg.ac.id/795/

49

Anda mungkin juga menyukai