“A”
DENGAN RETENSIO PLASENTA DI BPM BIDAN MERA
KOTA MEDAN
OLEH :
Dewi Sesmera
Kebidanan Pada Ny.A 35 tahun dengan retensio plasenta di BPM Bidan Mera
Kota Medan. Asuhan kebidanan ini merupakan salah satu tugas dalam memenuhi
tugas Praktik Profesi Bidan di Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.
1. Terulin S. Meliala, AM.Keb, SKM., M.Kes, selaku ketua yayasan rumah sakit
umum Sembiring Deli Tua.
2. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd., M.Kes, selaku Rektor Institut Kesehatan
Deli Husada Deli Tua.
3. Peny Ariani, SST., M.Keb, selaku DEKAN fakultas Kebidanan Institut
Kesehatan Deli Husada Deli Tua.
4. Septa Dwi Insani, S.Keb., Bd, MMRS, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Institut Kesehatan Deli Husada
Deli Tua.
5. Bd. Nurul Aini Siagian, SST, M.Keb, selaku Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengaruh positif kepada
kami.
Kami sadari bahwa asuhan kebidanan ini masih kurang sempurna, maka
dari itu kami berharap kritik dan saran dari pembaca dan semoga bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara global pada tahun 2030 menjadi
70 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu menurut definisi WHO
adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan yang terkait dengan atau
kecelakaan/cidera.
Indonesia yaitu sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup. AKI menurut Profil
Kesehatan Jawa Barat pada tahun 2015 untuk wilayah Jawa Barat sejumlah 823
kematian, selain itu dinyatakan juga bahwa penyumbang terbesar kematian ibu di
Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor dimana terjadi 63 kasus pada tahun 2015.
Penyebab kematian ibu di Indonesia terbesar terjadi karena hipertensi dan pre
eklamsi berat (PEB) (27,1%), infeksi (7,3%), partus lama (1,8%), abortus (0,0%),
perdarahan (30,3%) dan penyebab lainnya (40,8%). Perdarahan dapat terjadi pada
pembekuan darah) dan ruptur uteri. Pada pasca persalinan dapat terjadi karena
atonia uteri, robekan serviks, vagina, dan perineum, sisa plasenta, perdarahan
pasca persalinan tertunda (sekunder), dan juga dapat terjadi karena retensio
plasenta.
hingga atau melebihi 30 menit setelah bayi lahir. Retensio plasenta dapat terjadi
karena usia kehamilan yang kurang bulan, kontraksi rahim yang lemah, dan
tindakan manajemen aktif kala III yang tidak benar. Adapun faktor penyebab lain
terjadinya retensio plasenta yaitu usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun, overdistensi
rahim, seperti kehamilan kembar, hidramnion, atau bayi besar, partus lama atau
persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam
pada multi, partus presipitatus, kotiledon tertinggal, riwayat atonia uteri, plasenta
hipofibrinogenemi.
Retensio plasenta juga dapat dipengaruhi oleh paritas ibu. Hasil penelitian
Khotijah dan Tri Anasari menunjukkan bahwa ibu bersalin yang paritasnya
berisiko (>4) sebagian besar berisiko retensio plasenta. Plasenta yang belum lahir
terjadi plasenta inkarserata, infeksi karena sebagai benda mati, dan perdarahan
pasca partum yang dapat mengancam jiwa ibu serta perdarahan yang hebat hingga
diperoleh dari Bidan Praktik Mandiri (BPM) Bidan Mera pada bulan 1 Januari
profesi bidan yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny.A usia 35 tahun dengan
1. Rumusan Masalah
2. Lingkup Masalah
pada Ny.A 35 tahun dengan retensio plasenta di ruang bersalin dan ruang
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
baik pada masa intranatal maupun postnatal pada kasus Retensio Plasenta.
2. Tujuan Khusus
intranatal pada klien dengan retensio plasenta dengan cepat dan tepat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga
a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
c. Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran
plasenta.
plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal
jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
a. Timbul rasa sakit atau nyeri abdomen oleh adanya his yang bersifat
b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena
yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12% wanita,
dan lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan secara spontan dalam
24 jam.
Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara nulipara
dan multipara.
1) Nulipara
pembukaan.
2) Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal persalinan,
tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara serviks akan
b. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul
c. Keregangan otot-otot
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari
biasa.
e. Teori prostaglandin
kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang
tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil
a. Power
Power ialah suatu kekuatan yang mendorong janin keluar, terdiri dari:
1) His
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang
dimulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopii memasuki dinding uterus,
uterus daerah tersebut. His merupakan kontraksi dan relaksasi otot uterus yang
bergerak dari fundus ke korpus sampai dengan ke servik secara tidak sadar.
daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan lahir) yang membuka,
untuk mendorong isi uterus ke luar. Terjadinya his, akibat dari kerja hormon
oksitosin, regangan dinding uterus oleh isi konsepsi dan rangsangan terhadap
b. Passage
2) Jalan lahir lunak : yang berperan dalam persalinan adalah segmen bahwa
rahim, servik uteri dan vagina, juga otot-otot, jaringan ikat dan ligament
Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger utama,
dan bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin
mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan letak
ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi,
kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang.
d. Psikis (Psikologis)
menghadapi persalinan.
a. Kala I
Kala satu persalinan dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan
lengkap (10cm). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, fase laten (8 jam) serviks
sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
1) Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4
detik.
2) Penanganan
a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah, ketakutan dan
seperti bantu ibu memilih posisi yang diinginkan, tetapi jika ibu ingin
cukup minum.
b. Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
1) Diagnosis
c) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar
2) Penanganan
persalinan.
c. Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.10 Waktu yang paling kritis untuk
III yaitu palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua lalu
3) Masase uterus.
d. Kala IV
Kala IV dimulai dari saat plasenta lahir sampai dengan 2 jam pertama post
partum.
1) Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu
dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa.
Petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dan memastikan
bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang
2) Penanganan
a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit
pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai
pascapersalinan.
c) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan
bayi.
atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Istilah retensio plasenta
Retensio plasenta adalah bila plasenta tidak lepas atau keluar lebih dari 30
Plasenta yang sukar dilepas dengan pertolongan aktif kala tiga bisa
disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Bila sebagian
kecil dari plasenta masih tertinggal di dalam uterus disebut rest plasenta dan
sekunder.
a. Fungsional :
1) His kurang kuat
b. Kelainan – Anatomik
3) Plasenta sudah lepas, tetapi belum dilahirkan (disebabkan oleh tidak adanya
4) Plasenta melekat erat pada dinding uterus karena villi korialis menembus
perkreta).
a. Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
lapisan miometrium.
Gejalanya:
b. Plasenta inkarserata
Gejalanya :
4) Perdarahan sedang
c. Plasenta akreta
Gejalanya :
8) Syok jarang sekali terjadi, kecuali akibat inversion oleh tarikan kuat pada
tali pusat.
5. Patofisiologis
akan ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara pelepasan Duncan) atau plasenta
sudah lepas sebagian tetapi tidak keluar pervaginam (cara pelepasan Schulze),
Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak (perdarahan kala III) dan harus
diantisipasi dengan segera melakukan plasenta manual, meskipun kala uri belum
a. Schulze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan disini terjadi
menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta yang nampak pada vulva ialah
Pelepasan secara Schulze adalah cara yang paling sering kita jumpai.
b. Duncan
plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi
perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas dan terus
letak rendah.
7. Faktor Predisposisi
a. Kelahiran premature
b. Usia
d. Partus lama
Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18
e. Partus presipitatus
f. Kotiledon tertinggal
b. Plasenta previa
c. Kebiasaan merokok
d. Multiparitas grande.
8. Diagnosa
a. Data subjektif
b. Data objektif
tidak teraba bulat dan keras, kontraksi kurang baik, TFU 1 jari diatas pusat
dan vesika urinaria teraba agak menonjol serta terjadi perdarahan segera
9. Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta berupa pengeluaran plasenta apabila plasenta
belum lahir dalam satu setengah jam sampai satu jam setelah bayi lahir terlebih
Jika plasenta tetap melekat, tidak ada tindakan lain yang harus dilakukan
pemisahan telah terjadi, dan jika uterus berkontraksi dengan baik, upaya
dan uterus berkontraksi dengan baik. Ibu harus rileks saat bidan member
tekanan ke bawah dan ke belakang pada fundus yang sedang berkontraksi kuat.
Metode ini dapat menyebabkan nyeri yang cukup berat dan disstres pada
ibu dan mengakibatkan peregangan dan memar pada ligament uterus penopang.
Jika dilakukan tanpa kontraksi uterus yang baik, inverse akut dapat terjadi. Hal
ini merupakan prosedur yang sangat berbahaya jika dilakukan oleh tangan yang
tidak trampil dan tidak dianjurkan dalam praktik sehari-hari jika dapat
Pelepasan plasenta secara manual. Hal ini harus dilakukan oleh dokter.
Infuse intravena dipasang dulu dan anestetik bekerja secara efektif. Pilihan
anesthesia yang digunakan bergantung pada kondisi umum ibu. Jika anestetik
epidural efektif sudah diberikan dan masih bekerja, tambahannya dapat diberikan
tetapi jika waktu merupakan faktor yang sangat mendesak, anestetik umum dapat
dilakukan.
Pelepasan manual dilakukan dengan tindakan aseptik penuh dan kecuali jika
terdapat kedaruratan yang memaksa, tindakan ini tidak boleh dilakukan sebelum
memastikan keadekuatan kerja analgesia pada ibu. Dengan tangan kiri, tali pusat
ke dalam vagina dan uterus sesuai arah tali pusat. Setelah letak plasenta
ditemukan, tali pusat dilepaskan sehingga tangan kiri dapat digunakan untuk
menopang fundus pada abdomen, untuk mencegah rupture uterus bagian bawah.
direntangkan dan tepi diselipkan tangan secara di antara plasenta dan dinding
dilepaskan dari dinding uterus dengan gerakan mengiris dari arah tepi. Setelah
Pada situasi yang sangat khusus, yaitu ketika tidak ada dokter yang dapat
pascapartum, bidan harus bertindak cekatan untuk menurunkan risiko awitan syok
dan kehilangan darah. Harus diingatkan bahwa risiko terjadinya syok akibat
pelepasan plasenta secara manual lebih besar jika anestetik tidak diberikan. Di
obstetric darurat harus dihubungi. Ibu tidak boleh dipindahkan ke rumah sakit
a. Melakukan penatalaksanaan aktif kala tiga pada semua ibu yang melahirkan
melalui vagina.
dosis kedua.
c. Periksa kandung kemih, jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptic untuk
e. Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum lahir
tali pusat untuk terakhir kalinya, jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera.
g. Jika plasenta belum lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan maka segera
cepat, jarum berlubang besar (16 atau 18 G) untuk mengganti cairan yang
hilang.
f. Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan
menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus uteri.
j. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti member salam (ibu jari
plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap disebelah atas dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana
maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari
tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
l. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri
sambil digeser ke atas (cranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas
m. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk
n. Memindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah
darah).
yang digunakan.
q. Melepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan
f. Tangan kanan dengan posisi obstetric menuju ke ostium uteri dan terus ke
g. Agar tali pusat mudah diraba, mintalah banyuan asisten untuk meregangkan.
plasenta yang sudah lepas untuk menentukan bidang pelepasan yang tepat.
plasenta dilepaskan dari bagian yang sudah terlepas dari dinding rahim
lahan.
k. Pastikan plasenta keluar lengkap dan tidak ada yang tersisa (jika plasenta
l. Apabila terjadi atonia uteri, segera lakukan kompresi bimanual uterus dan
baik.
a. Berikan 20-40 IU oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9% atau Ringer
b. Lanjutkan infus oksitosin 20 IU dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9% atau ringer
d. Bila tarikan tali pusat tidak berhasil, lakukan plasenta manual secara hati-hati.
f. Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi komplikasi
1. Subjektif
2. Objektif
Fisik) :
c. Suhu meningkat
3. Assasment
a. Diagnosa
b. Masalah
c. Potensial masalah
4. Planning
klien, tindakan segera dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang
manual)
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. A Tn. I
Usia : 35 tahun 42 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMU
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Golongan darah : A -
Suku : Jawa Jawa
Alamat : Jl.Alumunium IV LK.XXI.Tanjung mulia
Ibu mengaku hamil 9 bulan, mengeluh mulas sejak pukul 07.00 WIB
pengeluaran lendir darah tetapi belum keluar air-air dari vagina. Gerakan janin
Ini merupakan kehamilan ketiga dan ibu tidak pernah keguguran. HPHT:
posyandu, 3 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Ibu
jarang minum Fe yang diberikan oleh bidan mulai dari trimester kedua
kehamilan. Ibu sudah imunisasi TT5 pada tanggal 19-06-2020. Ibu tidak
ibu tidak pernah mengalami tanda-tanda bahaya kehamilan. Ibu pernah periksa
negatif.
Tabel 3.1
Ana Usia Jenis Tempat Ditolon Jenis Usia BB
k ke- bersalin g oleh persalin Kehamila saat
kelamin an n lahir
1. 15th Laki- BPM Bidan Sponta 38 3000
laki n minggu gr
2. 7th Laki- BPM Bidan Sponta 39 2800
laki n minggu gr
3. H A M I L I N I
5. Riwayat Kesehatan
diabetes, malaria, HIV/AIDS, ginjal, asma, dan penyakit menular lainnya. Ibu
6. Riwayat Kontrasepsi
memiliki anak lagi. Ibu hamil saat implant sudah dicabut selama 2 bulan.
a. Biologis
Ibu terakhir makan pukul 06.30 WIB dengan nasi dan lauk pauk. Terakhir
minum pukul 10.00 WIB air putih kurang lebih 250 ml. Terakhir BAK
8. Riwayat Psikososial
mendukung kehamilannya. Status ibu dan suami menikah sudah 16 tahun. Ini
merupakan pernikahan yang pertama bagi ibu maupun suami. Ibu dan keluarga
senang atas kehamilannya yang ketiga ini. Ibu dan keluarga berharap
suami, terkadang keputusan berdua. Ibu ingin bersalin di BPM ditolong oleh
bidan. Ibu memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS). Ibu sudah menyiapkan
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
b. Kesadaran : Composmentis
2. Antropomentri
a. Lila : 25 cm
b. Berat badan sebelum hamil : 42 kg
c. Berat badan selama hamil : 54 kg
d. Tinggi badan : 150 cm
e. Penambahan berat badan : 12 kg
3. Tanda-tanda Vital
tiroid
e. Payudara : Simetris, puting susu menonjol, tidak ada retraksi atau
kolostrum
f. Abdomen : Inspeksi: Tidak terdapat luka bekas operasi
terdapat varises.
moulage.
i. Anus Tidak ada haemoroid
C. ANALISA
Ny. A 35 tahun G3P2A0 usia kehamilan 37 minggu 3 hari inpartu kala I fase
aktif dengan anemia ringan, janin tunggal hidup, presentasi kepala, keadaan
janin baik.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
meneran. Ibu mengatur napas dengan baik dan ibu mengerti untuk
tidak meneran.
hangat ± 200 cc, dan ibu makan nasi dengan lauk pauk.
miring kiri.
resusitasi set.
A. DATA SUBJEKTIF
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
C. ANALISA
Inpartu kala I fase aktif, janin tunggal hidup, presentasi kepala, keadaan janin
baik.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
meneran. Ibu mengatur napas dengan baik dan ibu mengerti untuk
tidak meneran.
12.38 Membantu ibu memilih kembali posisi yang nyaman. Ibu memilih
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa mulasnya semakin kuat dan sudah ada dorongan
untuk meneran.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 85x/menit
c. Suhu : 36,1⁰C
d. Pernapasan : 24x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
kosong.
membuka, ketuban
C. ANALISA
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
litotomi.
13.48 Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan benar diantara
benar.
→ bayi lahir spontan pukul 14.15 WIB, menangis kuat, tonus otot
yang kering.
14.15 Memberi selamat kepada ibu dan bapak atas kelahiran putrinya. Ibu
A. DATA SUBJEKTIF
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
b. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
C. ANALISA
D. PENATALAKSANAAN
14.18 Menjepit tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding
14.19 Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain yang hangat lalu
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak terasa mulas, ibu khawatir karena ari-arinya belum
lahir.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
b. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, terdapat tali
±50cc.
C. ANALISA
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
belum lahir.
lepas.
Ibu tidak merasa mulas, ibu khawatir ari-arinya belum juga lahir.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
b. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, tali pusat menjulur
C. ANALISA
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
30 menit.
diberikan.
dekontaminasi.
14.52 : Inform consent untuk tindakan yang akan dilakukan kepada ibu.
Ibu bersedia.
manual.
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa lega ari-arinya sudah lahir dan ibu merasa mulas.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda Vital
±20cc.
C. ANALISA
Jam Penatalaksanaan
mendengarkan.
15.27 : Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu tidak boleh turun dari tempat
15.28 : Mengajarkan ibu dan keluarga masase uterus agar rahim tetap
pembalut.
pada partograf)
Identitas
Nama : Ny. E Nama : Tn. B
Umur : 27 Tahun Umur : 28 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/ Bangsa : Minang/ Indonesia
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Keadilan Alamat : Jl. Keadilan
SUBYEKTIF
- Ibu mengatakan perutnya mulas dan sakit sampai ke pinggang, serta ada
keluar lendir bercampur darah dari vagina
- Ibu inpartu kala I fase aktif
OBYEKTIF
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital :
- TD : 120/70 mmHg
- HR : 89 x/i
- RR : 20 x/i
- T : 36,9˚C
Pemeriksaan Kebidanan
- Palpasi Leopold
Leopold I : TFU pertengahan pusat – Px, teraba bokong
Leopold II : PuKa
Leopold III : Presentasi Kepala, sudah masuk PAP
Leopold IV : Penurunan kepala 2/5, Hodge III
- Auskultasi
DJJ : Regular
Frekuensi : 143 x/i
- Inspeksi
Perimeum : Terdapat luka parut bekas robekan lahiran anak
1
Vulva : Tidak ada pembengkakan, Tidak ada varices,
ada
pengeluaran lendir bercampur darah
Kelenjar bartolin : Tidak ada pembengkakan
Anus : Tidak ada hemoroid
5. Pemeriksaan Dalam
Portio : posisi ante flexi
Pembukaan serviks : 7 cm
Ketuban : Utuh
Penurunan bagian terendah : UUK ki-dep
ASSESMENT
Ny. E G1 P0 A0 UK 39 minggu, inpartu kala I fase aktif, janin hidup
tunggal intra uterin, keadaan ibu dan janin baik.
PLANNING
2. Beritahu kondisi ibu dan janin saat ini dalam keadaan baik. Keadaan umum
ibu baik, kesadaran composmentis, TD: 120/70 mmHg, HR: 89 x/i, RR: 20
x/i, T: 36,9˚C. DJJ: 143 x/i, pembukaan 7 cm, ketuban utuh, presentase
kepala.
memijat ibu.
4. Berikan asuhan sayang ibu sehingga ibu merasa aman pada saat proses
persalinan.
5. Atur aktivitas dan posisi ibu agar ibu merasa nyaman dalam proses
persalinan.
PERSIAPAN ALAT
- Bak instrumen partus set: Klem kocher 2 buah, Gunting tali pusat 1
buah, gunting, lurus 1 buah, pinset siugis 1 buah, arteri klem 2 buah,
- Nierbeken 1 buah
- Waskom plasenta
- Handscoon 2 pasang
- Obat uterotonika (oksitosin dan metil ergometrin)
- Lidokain 1 %
- Spuit 3 dan 5 cc
PERLENGKAPAN
- Handuk 1 buah
DATA SUBJEKTIF
Biodata Ibu Suami
OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
b. Status emosional : Normal
c. Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
b. TB : 158 cm
BB : sebelum hamil 50 kg, BB sekarang 60 kg
LILA : 24 cm
Palpasi Leopod
Leopod I : TFU 3 jari bawah px, pada fundus teraba satu bagian bulat,
lunak (bokong).
Leopod II : Bagian kanan ibu teraba memanjang seperti papan, ada
tahanan dan keras (punggung). Bagian kiri ibu teraba
kecil-kecil, banyak (ekstremitas).
Leopod III : Bagian terandah janin teraba satu bagian bulat, keras
(kepala).
Leopod IV : Kedua tangan tidak bertemu / divergen (sudah masuk
panggul)
TBJ : (33-11) x 155 = 3.410 gram
Auskultasi DJJ : Punctum maksimum kuadran kanan bawah pusat.
Frekuensi : 140 kali per menit ( 3/10/35)
His : Frekuensi : 3 kali dalam 10 menit
Durasi : 40 Detik
Kekuatan : sedang
Pemeriksaan Dalam
Portio : posisi ante flexi
Pembukaan serviks : 7 cm
Ketuban : Utuh
Penurunan bagian terendah : UUK ki-dep
ASSESMENT
Ny. L G1 P0 A0 UK 39 minggu, inpartu kala I fase aktif, janin hidup
tunggal intra uterin, keadaan ibu dan janin baik.
PLANNING
1. Lakukan pendekatan pada pasien dengan ara memperkenalkan diri,
menanyakan keluhan, menggali imformasi dengan menggunakan prinsip
5S (salam, sapa, senyum, sopan, dan santun)
2. Beritahu kondisi ibu dan janin saat ini dalam keadaan baik. Keadaan
umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD: 120/70 mmHg, HR: 89 x/i,
RR: 20 x/i, T: 36,9˚C. DJJ: 143 x/i, pembukaan 7 cm, ketuban utuh,
presentase kepala.
3. Beritahu pada keluarga ibu untuk memberikan dukungan moril dengan
mendampingi ibu agar merasa nyaman dan menawarkan minum serta
memijat ibu.
4. Berikan asuhan sayang ibu sehingga ibu merasa aman pada saat proses
persalinan.
5. Atur aktivitas dan posisi ibu agar ibu merasa nyaman dalam proses
persalinan.
6. Persiapkan alat pertolongan persalinan, pakaian pasien, dan pakaian bayi
PERSIAPAN ALAT
- Bak instrumen partus set: Klem kocher 2 buah, Gunting tali pusat 1
buah, Gunting episiotomi 1 buah, Setengah kocher 1buah, Kateter
nelaton 1 buah, Benang tali pusat
- Bak instrumen heacting set: Nald powder 1 buah, Nald heacting 2
buah, gunting, lurus 1 buah, pinset siugis 1 buah, arteri klem 2 buah,
catgut cromik ukuran 0,3
- Nierbeken 1 buah
- Waskom berisi larutan DTT
- Waskom plasenta
BAHAN DAN OBAT
- Kassa steril 4 lembar
- Kapas DTT 3 buah
- Handscoon 2 pasang
- Obat uterotonika (oksitosin dan metil ergometrin)
- Lidokain 1 %
- Spuit 3 dan 5 cc
PERLENGKAPAN
- Duk segi empat / kain alas bokong
- Handuk 1 buah
- Pelindung diri (celemek dan sarung tangan)
- Pakaian ibu ( baju, kain, pembalut, dan celana dalam)
- Pakaian bayi (bedong, baju, popok)
- Tempat sampah kering, basah, dan tajam
7. Pantau kemajuan persalinan ibu dengan menggunakan partograf dengan
mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam. Mendeteksi apakah
proses persalinan berjalan dengan normal.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai apa saja yang dilakukan selama
kebidanan ini dilakukan pada Ny.A 35 tahun dengan Retensio Plasenta di BPM
Bidan Mera Kota Medan, yang dilaksanakan mulai tanggal 6 Oktober 2020.
bab ini.
A. Kala I
1. Subjektif
37 minggu 3 hari. Ibu mengatakan mulas sejak pukul 07.00 WIB, mulas
dirasakan semakin kuat dan teratur, sudah ada pengeluaran lendir darah
Mulas juga dapat terjadi karena pengaruh janin, dan juga teori
prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, hal ini juga disokong dengan
adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun
darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
persalinan.
rasa sakit atau nyeri abdomen oleh adanya his yang bersifat intermiten
datang lebih kuat, sering, dan teratur, keluar lendir bercampur darah
(bloody show). Pada pengkajian yang diperoleh, ibu sudah ada tanda-tanda
hamil anak ketiga, tidak pernah keguguran dan riwayat persalinan lalu
secara vacum dan spontan ditolong oleh dokter di RS. Persalinan terakhir
7 tahun yang lalu ditolong oleh bidan normal, tidak ada penyulit, tidak ada
Fe yang diberikan oleh bidan mulai trimester kedua. Ibu pernah periksa
HbsAg negatif.
Hb 9-10 gr% = anemia ringan, Hb 7-8 gr% = anemia sedang, Hb <7 gr% =
anemia berat. Pengaruh anemia pada saat persalinan salah satunya yaitu
kala tiga dapat diikuti retensio plasenta. Dari data yang didapatkan ibu dan
terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12% wanita, dan lebih
dari 80% wanita akan memulai persalinan secara spontan dalam 24 jam.
2. Objektif
Berdasarkan data dan teori yang ada, keadaan ibu dalam batas
terdapat luka bekas operasi. Palpasi: TFU pertengahan pusat dan Prosesus
Xifoideus, Mc. Donald: 30 cm. teraba bagian keras, bulat, tidak melenting
bagian kanan (puka), bagian terendah janin kepala, sudah tidak dapat
normal.
pembukaan 5 cm, ketuban positif, ubun ubun kecil kanan depan, Hodge-II,
10 menit). Dari teori dan data yang didapatkan bahwa ibu sudah memasuki
tanda-tanda persalinan.
cm, ketuban negatif, Hodge-III, ubun ubun kecil depan, tidak ada
normal. Dari teori dan data yang didapatkan bahwa ibu sudah memasuki
3. Analisa
minggu 3 hari inpartu Kala I fase aktif, janin tunggal hidup, presentasi
4. Penatalaksanaan
memilih posisi yang nyaman, memantau kesejahteraan ibu dan janin setiap
diberikan seperti bantu ibu memilih posisi yang diinginkan, tetapi jika ibu
ingin ditempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring kiri, selain itu
B. Kala II
1. Subjektif
Pada pukul 13.30 ibu memasuki kala II, ibu mengeluh mulasnya
semakin kuat dan sudah ada dorongan untuk meneran. Menurut teori, data
subjektif yang didapatkan dari tanda gejala kala II yaitu his, menjadi lebih
kuat, pasien mulai mengejan. Data subjektif yang diperoleh dari ibu sudah
sesuai dengan teori bahwa ibu sudah memasuki kala II dan segera
menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan. Kala II tidak ada
penyulit, normal.
2. Objektif
ubun ubun kecil depan, tidak ada moulage, terdapat tekanan anus/anus
terbuka. Sesuai teori yang ada bahwa tanda gejala kala II yaitu
vulva dengan diameter 5-6 cm. His menjadi lebih kuat, kontraksinya
selama 50-100 detik, datangnya tiap 2-3 menit, pasien mulai mengejan,
pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar
sudah ada tanda gejala yang ada. Selanjutnya ibu dipimpin bersalin.
Selanjutnya, bayi lahir spontan pukul 14.15 WIB menangis kuat, tonus
otot aktif, warna kulit kemerahan. Kala II tidak ada penyulit, normal.
3. Analisa
ditegakkan analisa “Ny. A usia 35 tahun inpartu kala II, janin hidup”.
4. Penatalaksanaan
untuk meneran. Memeriksa DJJ untuk mengetahui keadaan janin baik atau
keadaan janin saat ini dalam batas normal. Menyiapkan ibu dan keluarga
bawah bokong ibu, dan mendekatkan partus set. Mengajarkan ibu cara
meneran yang baik dan benar diantara kontraksi. Ibu dapat mengikuti dan
meneran dengan baik dan benar. Memimpin persalinan, bayi lahir spontan
pukul 14.15 WIB, menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan,
basah dengan yang kering. Memberi selamat kepada ibu dan bapak atas
kelahiran putrinya. Selanjutnya mengecek janin kedua dan tidak ada janin
kedua.
C. Kala III
1. Subjektif
Dari data yang didapatkan bahwa ibu tidak mengalami mulas. Ibu
mengeluh masih merasa mulas pada bagian perut. Hal ini tidak sesuai
dengan teori menurut Kenneth bahwa kontraksi yang dialami ibu adalah
tidak normal, seharusnya ibu mengalami mulas karena hal itu merupakan
2. Objektif
Dari data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik yaitu
dengan melakukan palpasi apakah ada janin kedua atau tidak. Menurut
teori, pengkajian awal pada kala III yaitu palpasi uterus untuk menentukan
apakah ada bayi yang kedua lalu melakukan manajemen aktif kala III.
3. Analisa
4. Penatalaksanaan
pada 1/3 paha bagian luar 2 menit setelah bayi lahir, selanjutnya menjepit
tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding perut bayi, menjepit
Menyusu Dini. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain yang hangat lalu
memakaikan topi bayi. Menurut teori, penatalaksanaan aktif pada kala III
D. Retensio Plasenta
1. Subjektif
Ibu merasa tidak mulas dan merasa takut karena ari-arinya belum
belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi
lahir. Salah satu gejalanya yang dirasakan oleh ibu yaitu uterus tidak
berkontraksi. Ibu merasa tidak mulas sama dengan uterus yang tidak
yang ada.
2. Objektif
menit setelah bayi lahir. Pukul 14.45 WIB, 30 menit plasenta belum juga
lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.
3. Analisa
4. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif serta
plasenta belum lahir. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin
kedua karena plasenta belum juga lahir. Menurut teori, Menurut Claire
memiliki efek stimulasi pada otot polos uterus, pada dosis rendah dapat
pusat.
dalam menyusuri tali pusat hingga ke kavum uteri hingga mencapai tempat
implantasi plasenta. Membuka tangan obstetric menjadi seperti memberi
dalam ke kiri dan kanan sambil bergeser dengan menggunakan sisi ulna
segmen bawah rahim dan melahirkan plasenta. Plasenta lahir pukul 15.05
semua ibu yang melahirkan melalui vagina. Bila plasenta tidak lahir dalam
kandung kemih. Ulangi kembali penanganan tali pusat dan tekanan dorso-
kranial.
belum lahir dalam waktu 30 menit. Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan
jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera. Jika plasenta belum lahir
Memasang infus set dan cairan infuse NaCl 0,9% atau RL dengan
dalam keadaan kosong. Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat. Setelah
obstetrik menjadi datar seperti member salam (ibu jari merapat ke jari
belakang, tali pusat tetap disebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan
sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta
ibu). Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus
dan kiri sambil digeser ke atas (cranial ibu) hingga semua perlekatan
dan peralatan lain yang digunakan, melepaskan dan rendam sarung tangan
vital ibu.
proses penanganan kasus ini sebagian besar sudah sesuai dengan teori
E. Kala IV
1. Subjektif
Pada 2 jam pasca persalinan ibu masih merasa mulas pada bagian
perutnya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Kenneth bahwa ibu akan
bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang
luar biasa. Petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dan
2. Objektif
82x/menit, pernapasan 20x/menit. Wajah ibu tampak pucat tetapi tidak ada
tanda-tanda syok. TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba bulat, kandung
yaitu rupture pada bagian kulit perineum dan mukosa vagina. Jumlah
3. Analisa
4. Penatalaksanaan
Menurut teori, periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap
30 menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai
Ajari ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus dan
menit sekali.
untuk menangani dan juga mencegah terjadinya infeksi. Jenis obat ini
akibat bakteri.
mendapat asuhan yang cepat dan juga tepat, serta Ny.A dapat melalui
plasenta di BPM Bidan Mera ini penulis menemukan faktor yang mendukung
1. Faktor Pendukung
bidan di BPM Bidan Mera dalam melakukan asuhan dan juga dalam
2. Faktor Penghambat
yang berarti terjalinnya kerjasama yang baik antara penulis dengan Ny.A dan
keluarga serta kerjasama penulis dengan bidan yang ada di BPM Bidan Mera.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
masalah yang terjadi pada pasien serta penatalaksanaan yang telah diberikan.
Asuhan yang diberikan untuk masalah retensio plasenta telah sesuai dengan
berikut :
1. Data subjektif yang diperoleh dari Ny.A dapat dikaji dengan fokus dan
teori.
2. Data objektif yang didapat dengan melakukan pemeriksaan fisik, dan data
Evaluasi yang didapat ibu tidak mengalami komplikasi dan juga ibu dapat
B. Saran
plasenta, kesehatan pada ibu nifas, maupun perawatan bayi baru lahir.
3. Profesi Bidan
Kementrian Kesehatan RI. Info DATIN. Jakarta Selatan: Pusat Data dan
Informasi; 2014. [Diakses tanggal 14 Oktober 2020]. Didapat dari
http://www.depkes.go.id
Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta: EGC.
Khotijah, dkk. 2011. Jurnal Hubungan Usia dan Paritas dengan Retensio
Plasenta.
Varney, Helen, dkk. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta:
EGC.
Damayanti, Ika Putri, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif
pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir Edisi 1. Yogyakarta: Deepubllish
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Norwitz, Errol. 2007. At a Glance Obstetri dan Ginekologi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
Banister, Claire, dkk. 2007. Pedoman Obat Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.
Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta:
EGC.