Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh
wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada
ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherney et al,
2007). Tujuan dari pengelolaan proses persalinan adalah mendorong
kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari
petugas kesehatan untuk mengantisipasi dan menangani komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu dan bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi
terutama saat proses persalinan (Koblinsky et al, 2006).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Angka Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu
208/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013). Angka Kematian Ibu untuk Provinsi
Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 116/100.000 kelahiran hidup, sedangkan
Angka Kematian Bayi sebesar 12/1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian
Ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesejahteraan
perempuan dan target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan
Millennium Development Goals (MDGs) tujuan ke 5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah
mengurangi sampai ¾ resiko.
Jumlah kematian ibu atau 102/100.000 kelahiran hidup, maka dari itu
upaya untuk mewujudkan target tersebut masih membutuhkan komitmen dan
usaha keras yang terus menerus (Kemenkes RI, 2013).
Penyebab tingginya angka kematian ibu antara lain, terlalu muda atau terlalu
tua saat melahirkan, tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur,
dan banyaknya persalinan yang ditolong oleh tenaga non profesional
(Koblinsky et al, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian Misar (2012) yang
menyatakan bahwa kejadian komplikasi persalinan ibu melahirkan dengan
kualitas pelayanan kesehatan yang tidak baik beresiko lebih besar untuk

1
mengalami komplikasi dibanding ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan
yang baik.
Faktor yang berperan penting untuk mengurangi angka kematian
maternal antara lain, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan
pelayanan yang baik ketika persalinan (Reeves, 2010). Faktor lain yang dapat
mengurangi angka kematian maternal yaitu akses ke tempat pelayanan
kesehatan terjangkau dan fasilitas kesehatan yang memadai (Aboagye, 2013).
Berdasarkan data SPM cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 97,14%, lebih tinggi
dibanding cakupan tahun 2011 yaitu sebesar 96,79%. Cakupan pertolongan
persalinan khususnya di Kabupaten Sukoharjo tahun 2012 sebesar 96,39%.
Semua Kabupaten/Kota sudah mencapai target SPM tahun 2015 (90%).
Naiknya cakupan pertolongan persalinan menunjukkan meningkatnya
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan
dan perencanaan persalinan yang baik dari ibu maupun keluarga (Dinkes
Jateng, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan Fisiologi Holistik Persalinan dan BBL menggunakan pola pikir
manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa Melakukan pengkajian pada Ny. N umur 25 tahun dengan
kehamilan anak pertama di RS Bhayangkara.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan
berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada Ny. N umur 25
tahun dengan kehamilan anak pertama di RS Bhayangkara.
c. Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi
Ny. N umur 25 tahun dengan kehamilan anak pertama di RS
Bhayangkara.
d. Menyusun rencana tindakan pada Ny. N umur 25 tahun dengan
kehamilan anak pertama di RS Bhayangkara.

2
e. Melakukan Implementasi pada Ny. N umur 25 tahun dengan
kehamilan anak pertama di RS Bhayangkara.
f. Mengevaluasi tindakan pada Ny. N umur 25 tahun dengan kehamilan
anak pertama di RS Bhayangkara.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan
pelayananan kebidanan yang berfokus pada masalah kesehatan ibu hamil
yang berkaitan dengan persalinan.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
secara langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam
menerapkan asuhan kebidanan fisiologi persalinan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa memperoleh wawasan dan dapat mengaplikasikan
asuhan kebidanan fisiologi persalinan yang sesuai dengan teori yang
telah diberikan.
b. Bagi pasien
Setelah memberi asuhan pada klien selama masa kehamilan
diharapkan dapat memberikan saran dan pengetahuan klien tentang
kehamilan dan persalinan.
c. Bagi institusi
1) RS Bhayangkara
Dapat memberikan masukan pada RS Bhayangkara dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan antenatal care.
2) Institusi Pendidikan
Dapat menambah referensi bacaan untuk institusi
pendidikan, terutama pengetahuan tentang asuhan kebidanan
fisiologi persalinan.

3
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus


Ny. N umur 25 tahun mengatakan ia sedang hamil anak pertama. Ny.
N mengatakan ia sangat cemas menghadapi persalinan anak pertamanya. Ny.
N mengatakan dia mengalami siklus haid yang teratur. Lama Ny N haid yaitu
sekitar 5-6 hari dengan pengeluaran darah encer kadang ada gumpalan
sedikit. Ny. N mengatakan haid terakhir adalah 13 juni 2020. Ny. N
mengatakan sekarang ia sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ny. N
mengatakan ia tidak pernah berolaraga. Ny. N mengatakan suami merokok.
Ny. N mengatakan ia dan keluarga tidak memiliki penyakit hipertensi,
ASMA, TBC, jantung, DM, HIV/AIDS. Ny. N mengatakan bahwa sehari
makan 3 kali sehari dengan porsi sekitar setengah piring kurang dengan jenis
makanan nasi, sayur, dan lauk. Ny. N mengatakan ia minum air putih 6-8
gelas sehari. Ny N mengatakan ia kurang mengetahui mengenai pengetahuan
atau memiliki pengalaman bersalin sebelumnya.
Berdasarkan hasil anamnesa, hasil pengkajian Ny. N menunjukkan
secara umum cukup baik. Hasil pemeriksaan menunjukkan TD = 130/80
mmHg, N = 78 x/m, R = 20x/m, BB = 74 kg, TB = 158 cm, LILA = 25 cm.
Pada pemeriksaan mata tidak terdapat oedema, conjungtivas merah muda,
skelera putih. Pada pemeriksaan payudara tidak terdapat benjolan. Pada
pemeriksaan genetalia tidak ada pengeluaran keputihan. Pada pemeriksaan
ektreminas tidak terdapat varises. Berdasarkan hasil anamnesa Ny. N umur 25
tahun G1P0A0, usia kehamilan 39 mingggu, janin tunggal, keadaan janin
baik dengan Kecemasan Menghadapi Persalinan.
B. Kajian Teori
1. Pengertian persalinan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan uri) yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui
vagina secara spontan (Manuaba, 1998; Wiknjosastro dkk, 2005). Pada
akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya

4
timbul kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi dilahirkan (Guyton &
Hall, 2002).
2. Etiologi Persalinan
Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori –
teori yang kompleks. Faktor – faktor humoral, pengaruh prostaglandin,
struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi di sebut
sebagai faktor – faktor yang mengakibatkan persalinan mulai.
MenurutWiknjosastro(2006) mulai dan berlangsungnya persalinan,
antara lain :
a. Teori penurunan hormon
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang
terjadi kira – kira 1 – 2 minggu sebelum partus dimulai. Progesterone
bekerja sebagai penenang bagi otot – otot uterus dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
kadar progesterone turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Villi korialis mengalami perubahan – perubahan, sehingga
kadar estrogen dan progesterone menurun yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi
rahim.
c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin
Jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
segera di keluarkan.
d. Teori distensi rahim
Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan iskemia otot – otot uterus. Hal ini mungkin
merupakan faktor yang dapat menggangu sirkulasi uteroplasenter
sehingga plasenta menjadi degenerasi.
e. Teori iritasi mekanik
Tekananpada ganglioservikale dari pleksus frankenhauser yang
terletak di belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi
uterus akan timbul.

5
f. Induksi partus (induction of labour)
Parus dapat di timbulkan dengan jalan :
1) Gagang laminaria : beberapa laminaria di masukkan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser.
2) Amniotomi : pemecahan ketuban.
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan infuse.
3. Factor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses
persalinan dan kelahiran. Faktor-faktor tersebut dikenal dengan lima P:
passenger (penumpang, yaitu janin dan plasenta), passageway (jalan
lahir), powers (kekuatan), position (posisi ibu), dan psychologic respons
(respon psikologis) (Bobak, 2012).
a. Passanger (Penumpang)
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati
jalan lahir, maka plasenta dianggap juga sebagai bagian dari passenger
yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kehamilan normal (Sumarah et al, 2009)
b. Passageway (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-
lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi meskipun
itu jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dala m
proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap
jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul perlu diperhatikan sebelum persalinan dimulai (Sumarah et
al, 2009).
Tulang panggul di pisahkan oleh pintu atas panggul menjadi
2 bagian :

6
1) Pelvis major : bagian di atas pintu atas panggul dan tidak
berkaitan dengan persalinan.
2) Pelvis minor : menyerupai suatu saluran yang menyerupai sumbu
melengkung ke depan.
Ukuran – ukuran panggul :
1) Distansia spinarium (24 – 26 cm)
2) Distansia cristarium (28 – 30 cm)
3) Conjugate externa (18 – 20 cm)
4) Lingkar panggul (80-90 cm)
5) Conjugate diagonalis (12,5 cm)
Bidang – bidang Hodge Adalah bidang semu sebagai pedoman
untuk menentukan kemajuan persalinan, yaitu seberapa jauh
penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam. Bidang hodge terbaji
menjadi :
1) Hodge I         : promontorium pinggir atas simfisis
2) Hodge II        : hodge I sejajar pinggir bawah simfisis
3) Hodge III      : hodge I sejajar ischiadika
4) Hodge IV      : hodge I sejajar ujung coccygeus
c. Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-oto perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.
Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his yaitu
kontraksi otot-otot rahim, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya
adalah tenaga meneran ibu (Rohani et al.2011).
1) His (kontraksi otot rahim)
His yang normal mempunyai sifat :
 Kontraksi dimulai dari salah satu tanduk rahim.
 Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
 Kekuatannya seperti memeras isi rahim dan otot rahim yang
berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehinnga terjadi
refleksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
2) Kontraksi otot dinding perut.

7
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum.
d. Position (Posisi Ibu)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Menurut Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012)
mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman,
dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik dalam persalinan yaitu
posisi tegak yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan
jongkok. Posisi tegak dapat memberikan sejumlah keuntungan, hal itu
dikarenakan posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu
penurunan janin, dapat mengurangi insiden penekanan tali pusat,
mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah
kompresi pembuluh darah serta posisi tegak dapat membuat kerja
otot-otot abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim
saat ibu mengedan (Bobak, 2012).
e. Psychologic Respons (Psikologis)
Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya
dorongan positif, persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi
adaptasi/coping (Sukarni & Wahyu, 2013). Psikologis adalah bagian
yang krusial saat persalinan, ditandai dengan cemas atau menurunnya
kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi nyeri persalinan.
Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu
dikeluarkannya hormon katekolamin. Hormon tersebut menghambat
kontraksi uterus dan aliran darah plasenta (Manurung, 2011).
Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual;
Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya; Kebiasaan adat; Dukungan
dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Rohani et al,2011).
4. Tahap-tahap Persalinan
Tahap-tahap persalinan dibagi menjadi empat yaitu:
a. Kala I

8
Kala satu persalinan dimulai sejak awal kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekueni, intensitas dan durasi) hingga servik
menipis dan membuka lengkap (10 cm). Menurut azwar
(2004), persalinan kala I adalah pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Dengan ditandai dengan :
1) Penipisan dan pembukaan serviks.
2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekuensi minimalm 2 kali dalam 10 menit).
3) Keluarnya lendir bercampur darah.
Kala I terdiri dari atas dua fase, yaitu fase inisial (laten) dan
fase aktif.
1) Fase laten berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
dan fase aktif dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm.
2) Fase aktif dibagi dalam tiga fase lagi, yakni:
a) fase akselerasi yaitu pembukaan 3 cm menjadi 4 cm dalam
waktu 2 jam;
b) fase dilatasi maksimal yaitu pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
dalam waktu 2 jam;
c) fase deselerasi yaitu pembukaan lambat kembali, dari
pembukaan 9 cm sampai pembukaan lengkap (10 cm) dalam
waktu 2 jam.
Fase- fase tersebut dijumpai pada primigravida, sedangkan
dalam multigravida juga terjadi fase tersebut, akan tetapi fase laten,
fase aktif dan fase deselerasi lebih pendek (Sukarni & Wahyu, 2013;
Wiknjosastro, 2008). Kontraksi  menjadi lebih kuat dan sering pada
fase aktif. Keadaan tersebut dapat dijumpai pada primigravida
maupun multigravida, tetapi pada multigravida fase laten, fase aktif
das fase deselerasi terjadi lebih pendek.
1) Primigravida

9
Osteum uteri internum akan membuka terlebih dahulu
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Keadaan osteum
uteri eksternal membuka, berlangsung kira – kira 13 – 14 jam.
2)  Multigravida
Osteu uteri internum sudah membuka sedikit sehingga
osteum uteri internum dan eksternum serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi dalam waktu yang bersama.
b. Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi (Wiknjosastro,
2008).
Menurut winkjosastro (2002), di mulai dari pembukaan
lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Pada primigravida berlangsung 2
jam dan pada multigravida berlangsung 1 jam.
Pada kala pengluaran, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih
lama, kira – kira 2 -3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk
ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot – otot dasar panggul
yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan
pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air bersih, dengan tanda
anus terbuka.
Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka
dan perineum meregang. Dengan his mengedan maksimal kepala janin
di lahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka, dagu
melewati perineum. Setelah his istriadat sebentar, maka his akan
mulai lagi untuk meneluarkan anggota badan bayi.
c. Kala III
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Tahap ini berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Karakteristik pelepasan plasenta ditandai
dengan uterus bulat dan keras, tiba-tiba darah keluar dan tali pusat

10
memanjang (Manurung, 2011 & Wiknjosastro, 2008).Kala III adalah
waktu untuk pelepasan dan pengluaran uri (mochtar, 1998). Di mulai
segera setelah bayi baru lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit (saifudin, 2011)
1) Tanda dan gejala kala III
Menurut depkes RI (2004) tanda dan gejala kala III adalah :
perubahan bentuk dan   tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang,
semburan darah tiba – tiba.
2) Fase – fase dalam pengluaran uri (kala III)
Menurut Mochtar (1998) fase – fase dalam pengluaran uri
meliputi :
a) Fase pelepasan uri
Cara lepasnya luri ada beberapa macam, yaitu :
 Schultze : lepasnya seperti kita menutup payung , cara ini
paling sering terjadi (80%). Yang lepas duluan adalah
bagian tengah, kemudian seluruhnya.
 Duncan : lepasnya uri mulai dari pinggir, uri  lahir akan
mengalir keluar antara selaput ketuban pinggir plasenta.
b) Fase pengeluaran uri
Persat – perasat untuk mengetahui lepasnya uri, antara lain :
 Kustner, dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada
atas simfisis, tali pusat di tegangkan maka bila tali pusat
masuk (belum lepas), jika diam atau maju ( sudah lepas).
 Klein, saat ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali
pusat kembali ( belum lepas), diam atau turun ( sudah
lepas).
 Strassman, tegangkan tali pusat dan ketok fundus bila tali
pusat bergetar (belum lepas), tidak bergetar (sudah lepas),
rahim menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah
panjang, rahim bundar dank eras, keluar darah secara tiba
– tiba.
3) Prosedur Kala III

11
Kala III adalah setelah bayi lahir hingga plasenta keluar. Asuhan
persalinan yang dilakukan adalah:
a) Periksa adakah bayi ke-2
b) Suntikkan oksitosin intramuskular pada lateral paha ibu, atau
intravena bila sudah terpasang infus
c) Pasang klem tali pusat 3 cm dari umbilikus bayi, lalu tali
pusat ditekan dan didorong ke arah distal atau ke sisi plasenta,
dan pasang klem tali pusat ke-2 sekitar 2 cm dari klem
pertama
d) Gunting tali pusat di antara kedua klem, hati-hati dengan perut
bayi
e) Lalu bayi diberikan kepada petugas kesehatan lain yang
merawat bayi, atau bayi segera diletakkan di dada ibu untuk
inisiasi menyusu dini (IMD)
f) Lakukan peregangan tali pusat saat uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan plasenta
g) Cara peregangan tali pusat adalah satu tangan membawa klem
ke arah bawah, sedangkan tangan lainnya memegang uterus
sambil didorong ke arah dorso kranial
h) Jika tali pusat bertambah panjang maka pindahkan klem
hingga jarak 5-10 cm dari vulva ibu, lakukan peregangan tali
pusat berulang dengan perlahan hingga plasenta lahir spontan
i) Jika dalam 30 menit plasenta tidak lahir spontan, atau
terjadi retensio plasenta, maka lakukan manual plasenta.
j) Saat proses melahirkan plasenta, dilarang menarik tali pusat
terlalu keras karena dapat menyebabkan plasenta keluar tidak
utuh. Plasenta yang keluar harus diperiksa apakah keluar utuh.
Jaringan plasenta yang tertinggal di dalam uterus dapat
menyebabkan komplikasi di masa nifas seperti infeksi
postpartum atau perdarahan pervaginam. 

12
d. Kala IV
Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir dua jam pertama post partum. Tahap ini disebut juga dengan
tahap pemulihan (Bobak, 2012). Hal yang perlu dievaluasi dalam kala
IV yaitu tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan pervaginam
dan kondisi vesika urinaria (Manurung, 2011 & Wiknjosastro,2008).
Menurut saifudin (2002), kala IV dimulai dari saat lahirnya
plasena sampai 2 jam pertama post partum. Observasi yang di lakukan
pada kala IV adalah :
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
5. Tanda-tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan dibagi menjadi tiga kategori yaitu tanda
kemungkinan persalinan, tanda awal persalinan, dan tanda positif
persalinan. Ibu hamil dapat saja mengalami semua tanda persalinan ini
atau sebagian.
a. Tanda kemungkinan persalinan
1) Sakit pinggang
Nyeri yang samar, ringan, mengganggu, dan dapat hilang-timbul.
2) Kram pada perut bagian bawah
 Seperti kram menstruasi, dan dapat disertai dengan rasa tidak
nyaman di paha.
3) Tinja yang lunak
 Buang air beberapa kali dalam beberapa jam, dapat disertai
dengan  kram perut atau gangguan pencernaan.
4) Desakan untuk berbenah
Lonjakan energi yang mendadak menyebabkan ibu
hamil melakukan banyak aktivitas dan keinginan untuk
menuntaskan persiapan bagi bayi.

13
b. Tanda awal persalinan
1) Kontraksi yang tidak berkembang
Kontraksi cenderung mempunyai panjang, kekuatan, dan frekuensi
yang sama. Kontraksi pra persalinan ini dapat berlangsung singkat
atau terus menerus selama beberapa jam sebelum berhenti atau
mulai berkembang.
2) Keluarnya darah
Aliran lendir yang bernoda darah dari vagina
3) Rembesan cairan ketuban dari vagina
Disebabkan oleh robekan kecil pada membran (ROM).
c. Tanda Positif Persalinan 
1) Kontraksi yang berkembang
Menjadi lebih lama, lebih kuat, dan atau lebih dekat jaraknya
bersama dengan berjalannya waktu, biasanya disebut “Sakit” atau
“Sangat Kuat” dan terasa didaerah perut pinggang, atau keduanya.
2) Aliran cairan ketuban yang deras dari vagina
Disebabkan oleh robekan membran yang besar (ROM).
3) Pelebaran leher rahim
Leher rahim membuka sebagai respon terhadap kontraksi yang
berkembang.
d. Tanda – tanda permulaan persalinan
Menurut Manuaba (1998), tanda – tanda permulaan peralinan :
1) Lightening atau settling atau dropping
Yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.
3) Perasaan sering – sering atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit di perut dan di pegang oleh adanya kontraksi.
Kontraksi lemah di uterus, kadang – kadag di sebut “ traise labor
pains”.

14
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah juga bercampur darah (bloody show)
e. Tanda – tanda inpartu.
Menurut Mochtar (1998), tanda – tanda inpartu :
1) Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan
teratur.
2) Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan – robekan kecil pada serviks’
3) Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah
ada.
6. Persiapan Persalinan
Persiapan persalinan terbagi menjadi dua, antara lain:
a. Pemilihan metode persalinan
Dalam hal ini penting adanya komunikasi antara dokter atau
bidan dan pasangan suami-istri. Sesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan. Pertimbangkan juga segi resiko dan efek yang terjadi
setelahnya. Misalnya dengan melahirkan normal, operasi caesar
maupun waterbirth.
b. Tempat melahirkan
Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan jarak
tempuh dari rumah untuk memperkirakan waktu sampai ke rumah
sakit atau BPS. Perhatikan kepadatan lalu lintas pada jam-jam tertentu
sehingga dapat mempersiapkan jalur alternatif untuk sampai ke rumah
sakit atau BPS tersebut.
c. Tenaga medis penolong persalinan
Dokter kandungan maupun bidan yang sekiranya akan
menangani proses persalinan sebaiknya ditentukan dari jauh-jauh hari.
Ada baiknya menciptakan kesinambungan antara tenaga medis yang
memantau kehamilan ibu sedari awal, sehingga dapat tahu betul
perihal perkembangan ibu dan janin.
d. Persiapan mental ibu

15
Menghindari kepanikan dan ketakutan, menyiapkan diri
ibu, mengingat bahwa setelah semua ini ibu akan mendapatkan buah
hati yang didambakan.Menyimpan tenaga untuk melahirkan, tenaga
akan terkuras jika berteriak-teriak dan bersikap gelisah.
Dengan bersikap tenang, ibu dapat melalui saat persalinan
dengan baik dan  lebih siap.Dukungan dari orang-orang terdekat,
perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu memberikan
semangat untuk ibu yang akan melahirkan.
e. Persiapan kebutuhan
1) Persiapan yang harus dibawa untuk ibu selama persalinan:
 Sikat gigi (Untuk ibu hamil)  serta pasta gigi
 Minum dan makan untuk ibu
 Sarung bersih
 Celana dalam bersih
 Pembalut
 Handuk
 Sabun
 Kaos kaki
 Baju ganti
 Bra untuk menyusui
 Barang-barang pribadi lainnya
2) Persiapan untuk bayi yang sudah lahir:
 Popok
 Handuk bersih
 Kantong plastik atau pot tanah liat untuk ari-ari (plasenta)
 Baju atau stelan
 Topi dan selimut bayi
7. Mekanisme Persalinan Normal
Menurut Manuaba (1999) gerakan – gerakan janin
dalam persalinan adalah  sebagi berikut :

16
a. Engagement ( masuknya kepala ) : kepala janin berfiksir pada pintu
atas panggul.
b. Descent ( penurunan )
Penurunan di laksanakan oleh satu / lebih.
1) Tekanan cairan amnion
2) Tekanan langsung fundus pada bokong kontraksi otot abdomen.
3) Ekstensi dan penelusuran badan janin.
4) Kekuatan mengejan.
c. Fleksion (fleksi)
Fleksi di sebabkan karena anak di dorong maju dan ada
tekanan pada PAP, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Pada
fleksi ukuran kepala yang melalui jalan lahir kecil, karena diameter
fronto occopito di gantikan diameter sub occipito.
d. Internal rotation ( rotasi dalam)
Pada waktu terjadi pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari janin memutar ke depan ke bawah
simfisis ( UUK berputar ke depan sehingga dari dasar panggul UUK
di bawah simfisis)
e. Extensition ( ekstensi )
Ubun – ubun kecil (UUK) di bawah simfisis  maka sub occiput
sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi ( ekstensi).
f. External rotation (rotasi luar)
Gerakan sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan
kapala denga punggung anak.
g. Expulsion ( ekspusi ) : terjadi kelahiran bayi seluruhnya.

8. Perubahan – Perubahan Fisiologis Dalam Persalinan


Menurut pusdiknakes 2003, perubahan fisiologis
dalam persalinan meliputi :
a. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan
kenaikan sistolik rata – rata 10 – 20 mmHg dan kenaikan diastolic rata

17
– rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi uterus, tekanan darah kembali
normal pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas
juga akan meningkatkan tekanan darah.
b. Metabolism
Selama persalinan metabolism karbohidrat aerobic maupun
metabolism anaerobic akan naik secara berangsur disebabkan karena
kecemasan serta aktifitas otot skeletal. Peningkatan inni ditandai
dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernafasan, kardiak output,
dan kehilangan cairan.       
c. Suhu badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selam persalinan, terutama
selam persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan suhu di
anggap normal jika tidak melebihi 0.5 – 1 ˚C.
d. Denyut jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung
secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak
jantung  sedikit meningkat di bandingkan sebelum persalinan.
e. Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka terjadi
peningkatan laju pernafasan yang di anggap normal. Hiperventilasi
yang lama di anggap tidak normal dan bias menyebabkan alkalosis.
f. Perubahan pada ginjal
Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin di sebabkan
oleh peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran plasma
ginjal. Proteinuria yang sedikit di anggap biasa dalam persalinan.
g. Perubahan gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makan padat secara substansial
berkurang banyak sekali selama persalinan. Selai itu, pengeluaran
getah lambung berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan hamper
berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan
tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa.
Mual atau muntah biasa terjadi samapai mencapai akhir kala I.

18
h. Perubahan hematologi
Hematologi meningkat sampai 1,2 garam/100 ml
selama persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti
sebelum persalinan sehari setelah pasca persalinan kecuali ada
perdarahan post partum.
9. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. Ibu
mempunyai keinginan untuk meneran. Ibu merasa tekanan yang
semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya. Perineum
menonjol. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau
steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati- hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,
perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan
ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi
dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika

19
terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut
dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah # 9).
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks
sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali /
menit ). Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
 Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran :
 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinganan untuk meneran

20
 Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
 Menganjurkan ibu ntuk beristirahat di antara kontraksi.
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
 Menganjurkan asupan cairan per oral.
 Menilai DJJ setiap lima menit.
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara,
merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk
meneran
 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin
meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai
meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi.
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan
bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah
bokong ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan
tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut
dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala

21
keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi :
 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di
dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi (biparietal).
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan
lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu
anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu
posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum
tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada
di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang
kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

22
25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di
tempat yang memungkinkan).
26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian pusat.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu
dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya. (IMD)
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
(Pastikan)
32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi,
memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas
ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali pusat
35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan
klem dengan tangan yang lain.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan

23
tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan
cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio
uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingg kontraksi berikut mulai.
 Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang
anggota keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.
Mengluarkan plasenta.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
 Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
o Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
o Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
o Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
o Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
o Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30
menit sejak kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut.
39) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan
serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau

24
klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selapuk yang tertinggal. Segera setelah
plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus menjadi keras).
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di
dalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus tidak
berkontraksi setelah melakukan masase selam 15 detik mengambil
tindakan yang sesuai.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih
bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul
mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5 %.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian
kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau
kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

25
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam :
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
 Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anesthesia lokal dan menggunakan teknik
yang sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap
30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama
dua jam pertama pasca persalinan.
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah.
Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu
memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu
minuman dan makanan yang diinginkan.

26
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
10. Kecemasan Menghadapi Persalinan
a. Definisi Kecemasan Menghadapi Persalinan
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri
kecemasan atau ketakutan yang tidak realistic, juga rasional, dan tidak
dapat secara intensif ditampilkan dengan cara-cara yang jelas
Sigmund Freud mengemukakan bahwa yang disebut cemas adalah
suatu keadaan perasaan dimana individu merasa lemah sehingga tidak
berani serta tidak mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional
sesuai dengan yang seharusnya (Wiramihardja, 2015).
b. Aspek-Aspek Kecemasan
Deffenbacher dan Hazaleus mengemukakan bahwa aspek-aspek
kecemasan, meliputi hal-haldibawah ini (Ghufron dan Risnawati,
2012).
1) Kekawhatiran (worry) merupakan pikiran negative tentang
dirinya sendiri, seperti perasaan negative bahwa ia lebih jelas
dibandingkan dengan teman-temannya.
2) Emosionalitas (imisionality) sebagai reaksi diri terhadap
rangsangan saraf otonomi, seperti jantung berdebar-debar,
keringat dingin, dan tegang.
3) Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task
generated interference) merupakan kecenderungan yang dialami
seseorang yang selalu tertekan karena pemikiran yang rasioal
terhadap tugas.
A. Faktor-Faktor Kecemasan

27
Adler dan Rodwan, menyatakan terdapat dua faktor yang
menyebabkan adanya kecemasan, faktor pertama pengalaman yang
negatif pada masa lalu, pengalaman ini mengenai peristiwa yang dapat
terulang lagi pada masa mendatang, faktor kedua fikiran yang tidak
rasional (Ghufron dan Risnawati, 2012).
Bahwa faktor yang menyebabkan ibu hamil anak pertama
merasa cemas biasanya disebabkan oleh faktor fisik, pengalaman dan
lingkungan. Faktor yang menjadi penyebab timbulnya kecemasan
biasanya berhubungan dengan kondisi kesejahteraan ibu dan bayi yang
akan dilahirkan, pengalaman keguguran, rasa aman dan nyaman selama
kehamilan, penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi orang tua,
sikap memberi dan menerima kehamilan, keuangan keluarga, dukungan
suami.
B. Upaya Meredakan Kecemasan
Pada dasarnya kecemasan secara umum dapat diredakan dengan
relaksasi fisiologis, meditasi, rutin berolah raga. Selain itu kecemasan
dapat diredakan dengan mengontrol pikiran-pikiran bahkan dapat dibantu
melalui layanan konseling ringkas berfokus solusi, dan konseling kognitif
behavior. Berbagai upaya dalam meredakan kecemasan selama
kehamilan ada empat yaitu :
1. Dukungan suami
Dukungan keluarga terutama suami sangat dominan dalam
mengurangi kecemasan selama kehamilan. Dukungan suami adalah
dorongan, motivasi terhadap istri baik secara moral maupun material.
Kehadiran suami bagi seorang ibu yang mengalami kesulitan dapat
memberikan moral, fisik sehingga dapat mengurangi beban yang
dirasakan, khususnya pada masa kehamilan dan saat menghadapi
proses persalinan.
2. Konseling
Konseling tenaga kesehatan sebagai professional seperti
dokter spesialis kandungan, dokter umum, bidan tidak kalah peran
dalam membantu meredakan kecemasan selama pemeriksaan

28
kehamilan. Konseling yang dilakukan secara benar pada masa
kehamilan trimester III, sangat mempengaruhi mekanisme koping dan
berdampak pada timbulnya kepercayaan diri sendiri serta penurunan
kecemasan dalam menghadapi persalinan.
3. Senam Hamil
Senam hamil merupakan salah satu metode dalam
membantu ibu hamil meredakan kecemasan dan memudahkan dalam
proses persalinan. Upaya meredakan kecemasan secara umum terbagi
menjadi dua yaitu :
1) Terapi farmakologis
Merupakan terapi yang diberikan dengan menggunakan obat-
obatan
2) Terapi non farmakologi
Merupakan terapi tanpa menggunakan obat-obatan yang dapat
digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan yaitu dengan
terapi music, meditasi, relaksasi, terapi hewan dan aroaterapi.

BAB III

29
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Ny. N umur 25 tahun mengatakan ia sedang hamil anak pertama. Ny.
N mengatakan ia sangat cemas menghadapi persalinan anak pertamanya. Ny.
N mengatakan dia mengalami siklus haid yang teratur. Lama Ny N haid yaitu
sekitar 5-6 hari dengan pengeluaran darah encer kadang ada gumpalan
sedikit. Ny. N mengatakan haid terakhir adalah 13 juni 2020. Ny. N
mengatakan sekarang ia sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ny. N
mengatakan ia tidak pernah berolaraga. Ny. N mengatakan suami merokok.
Ny. N mengatakan ia dan keluarga tidak memiliki penyakit hipertensi,
ASMA, TBC, jantung, DM, HIV/AIDS. Ny. N mengatakan bahwa sehari
makan 3 kali sehari dengan porsi sekitar setengah piring kurang dengan jenis
makanan nasi, sayur, dan lauk. Ny. N mengatakan ia minum air putih 6-8
gelas sehari. Ny N mengatakan ia kurang mengetahui mengenai pengetahuan
atau memiliki pengalaman bersalin sebelumnya. Berdasarkan hasil anamnesa,
hasil pengkajian Ny. N menunjukkan secara umum cukup baik. Hasil
pemeriksaan menunjukkan TD = 130/80 mmHg, N = 78 x/m, R = 20x/m, BB
= 74 kg, TB = 158 cm, LILA = 25 cm.
Pada pemeriksaan mata tidak terdapat oedema, conjungtiva merah
muda, skelera putih. Pada pemeriksaan payudara tidak terdapat benjolan.
Pada pemeriksaan genetalia tidak ada pengeluaran keputihan. Pada
pemeriksaan ektreminas tidak terdapat varises. Berdasarkan hasil anamnesa
Ny. N umur 25 tahun G1P0A0, usia kehamilan 39 mingggu, janin tunggal,
keadaan janin baik dengan Kecemasan Menghadapi Persalinan. Dari hasil
pemeriksaan diketahui bahwa Ny N dalam keadaan sehat, tetapi dari
pemeriksaan tekanan darah Ny N sangat cemas yang biasanya tekanan
darahnya normal setelah ingin menjalankan persalinan dia merasa cemas
dengan persalinan anak pertamanya.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nilda Yulita
Siregar dkk (2021) yang berjudul “Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester III
Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas”. Hasil penelitian

30
menunjukkan hanya 60% ibu hamil TM III yang mengalami cemas ringan.
Kecemasan yang terjadi sebagia besar pada primigravida karena merupakan
pengalaman pertama hamil, dan akan semakin mencemaskan jika semakin
dekat dengan proses persainan (Bobok, 2009). Ada hubungan yang bermakna
antara gravida dengan kecemasan dalam menghadapi persalinan. Ibu hamil
dengan primigravida lebih cenderung mengalami kecemasan karena
kehamilan merupakan pengalaman baru yang akan mereka hadapi (Yonne
dkk, 2009). Hal itu dapat dipengaruhi oleh salah satunya adalah tingkat
kecemasan,umur, pendidikan, gravida dan dukungan suami. Pengalaman dari
lingkungan yang berbeda menunjukkan bahwa orang terbaik untuk menjadi
pendamping persalinan adalah wanita yang lebih tua, seseorang yang telah
memiliki anak. Namun, dukungan suami dalam persalinan juga dapat
bermanfaat. Kelahiran adalah pengalaman yang sangat emosional dan bagi
beberapa orang, terutama suami, keterlibatan yang lebih aktif akan membuat
keseluruhan proses persalinan menjadi istimewa (World Health
Organization, 2013).
B. Analisis
Ny. N umur 25 tahun G1P0A0, usia kehamilan 39 mingggu, janin
tunggal, hidup dengan kecemasan menghadapi persalinan.
C. Penatalaksanaan
1. Memeberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi sehat
dan kehamilan sudah memasuki waktu persalinan
Ev : ibu mengerti hasil pemeriksaan.
2. Mengajarkan ibu cara mengurangi kecemasan dengan melakukan tarik
nafas dalam
Ev : ibu sudah melakukannya.
3. Menganjurkan kepada ibu untuk menonton televisi, mendengar musik
untuk mengalihkan perhatian dari kecemasan
Ev : ibu akan melakukannya.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan olahraga di pagi hari
Ev : ibu siap melakukannya.
5. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan tarik nafas

31
Ev : ibu sudah melakukannya.
6. Memberikan pujian positif ketika ibu mampu meneruskan aktivitas sehari-
hari dan lainnya meskipun mengalami kecemasan
Ev : keluarga siap melakukannya.
7. Mendampingi ibu bicara dengan tenang dan berikan ketenangan serta rasa
nyaman
Ev : sudah dilakukan.
8. Menjelaskan mengenai perubahan fisiologis dan psikologis pada ibu
hamil. perubahan-perubahan organ reproduksi, Penambahan berat badan
selama hamil TM III, payudara akan membesar dan tegang, Ibu akan
sering BAK.
Ev : ibu mengerti apa yang disampaikan.
9. Menjelaskan tentang tanda bahaya yang terjadi selama kehamilan, seperti :
- Perdarahan dari jalan lahir
- Sakit kepala yang sangat hebat
- Penglihatan kabur
- Rasa nyeri yang sangat hebat di bagian perute. Bengkak pada wajah
dan tangan
- Tidak adanya pergerakan bayi di dalam perutg. Ketuban pecah
sebelum waktunya.
Ev : sudah mengetahui tanda bahaya ibu hamil

32
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis mengambil simpulan dari penatalaksanaan
asuhan kebidanan pada Ny. N umur 25 tahun G1P0A0 , usia kehamilan 39
mingggu, janin tunggal, keadaan janin baik dengan Kecemasan Menghadapi
Persalinan di RS Bhayangkara Kota Bengkuu :
1. Asuhan kebidanan pada Ny. N dilakukan berdasarkan pengkajian dan
pemeriksaan fisik, sehingga penanganan yang diberikan berdasarkan
kebutuhan dan kewenangan bidan.
2. Asuhan kebidanan pada Ny. N dapat diidentifikasi diagnosa kebidanan
yaitu Ny. N umur 25 tahun G1P0A0 , usia kehamilan 39 mingggu, janin
tunggal, hidup, keadaan janin baik dengan Kecemasan Menghadapi
Persalinan.
3. Pada kasus ini, perencanaan yang diberikan sesuai dengan keadaan Ny. N
yang meliputi Melakukan komunikasi interpersonal dengan ibu, penjelasan
pada klien tentang keadaannya, Menjelaskan pada Ny. N untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dengan perbanyak makan makanan, Menjelaskan
mengenai perubahan fisiologis dan psikologis pada ibu hamil.
Menganjurkan Ny. N untuk tidur dan beristirahat. Menjelaskan pada ibu
tentang tanda bahaya kehamilan TM III, dan tanda-tanda persalinan.
Menganjurkan Ny. N untuk selalu menjaga kebersihan diri, Menjelaskan
pada ibu tentang perawatan payudara dan SADARI, menganjurkan untuk
suami merokok diluar atau menjauh ketika suami lagi merokok,
Memberikan teraphy obat oral yaitu asam folat, Tablet FE, Kalsium,
vitamin C.
4. Asuhan Pelaksanaan yang dapat penulis lakukan adalah sesuai dengan
perencanaan
5. Mendiskusikan persiapan persalinan
- Persiapan biaya
- Pengambil keputusan

33
- Pendamping persalinan
- Keperluan ibu dan bayi
- Penolong persalinan
- Pendonor jika diperlukan
B. Saran
1. Teoritis
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman secara langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh selama pendidikan.
2. Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih memperdalam ilmu dan teori
tentang edukasi kehamilan dengan memberikan penyuluhan kepada
seluruh PUS.
b. Bagi pasien
1) Diharapkan mampu menjelaskan tentang kehamilan.
2) Diharapkan dapat memberikan konseling tentang kehamilan.
Makan makanan bergizi dan seimbang.
c. Bagi Bidan
Diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif dalam kasus
kehamilan, misalnya KIE tentang perencanaan kehamilan sehat,
pemberian pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan
kehamilan sehingga klien berperilaku hidup sehat dan memahami
tentang kehamilan.
d. Bagi institusi
1) RS Bhayangkara
Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit sudah baik
diharapakkan untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam
pengelolaan asuhan kebidanan dengan persalinan.

34
2) Pendidikan
Referensi bacaan tentang pengetahuan kesehatan reproduksi
masih kurang lengkap, diharapakan karya tulis ilmiah ini bisa
menjadi referensi yang baik untuk bahan bacaan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Asri dwi, dkk. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika.

Asrinah, dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Astuti, Puji Hutari. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).
Yogyakarta: Rohima Press.

Departemen kesehatan RI. 2010. Buku Acuan persalinan Normal. Jakarta :


DepKes RI.

Hidayat,asri. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan.Yogyakarta: Nuha Medika

Marmi, S.ST. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

Oxorn harry,dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.


Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika (YEM).

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono. Jakarta: PT. Bina


Pustaka

Sari, Y., & Sunarsih, S. (2020). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap
Lama Pelepasan Plasenta Pada Ibu Bersalin Kala III. Cendekia
Medika, 5(1), 59-66.

Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.

Walyani, Elisabeth S. (2015).Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:


Pustaka Baru

36
37

Anda mungkin juga menyukai