Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

F DENGAN SC ATAS INDIKASI


SC 1 x + LETLI +HIPERTENSI DI RUANG KEBIDANAN STI AISYAH
RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI TAHUN 2021

DISUSUN OLEH :
Elva Fitriani
Wina Mersilia
Nova Suryani
Sri Wahyuni
Ayu Putri Lestari

CI AKADEMIK CI KLINIK

(Ns. Yesi Andriani, M. Kep, Sp. Kep) (Ns. Susi Hidayati, S.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
TAHUN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya servik uteri disertai
turunnya janin dan plasenta ke dalam jalan lahir sampai keluar secara lengkap
(berikut selaput-selaputnya) (Wagiyo, Putrono, 2016).
Intranatal Care adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu (Lilik M. 2015).
Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar
6 minggu. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampaiorgan-organ reproduksi sampai
kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Kirana, 2015).
Masa Nifas (Puerpurium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Zubaidah, 2021).
Melahirkan memang tak pernah menjadi proses yang mudah bagi ibu.
Terlebih pada kelahiran anak pertama. Perasaan cemas, khawatir, dan takut
pasti akan terus melanda menuju proses persalinan. Karena dalam proses
melahirkan tidak selalu berjalan lancar seperti harapan semua ibu. Ada
beberapa komplikasi saat melahirkan yang mungkin terjadi, Bayi sungsang,
Cephalopelvic Disproportion (CPD), Fetal Distress, Bayi Terlilit Tali Pusar.
Sectio caesarea merupakan proses persalinan atau pembedahan melalui
insisi pada dinding perut dan rahim bagian depan untuk melahirkan janin.
Indikasi medis dilakukannya operasi sectio caesarea ada dua faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor janin dan faktor ibu. Faktor janin meliputi sebagai
berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman gawat janin, janin
abnormal, faktor plasenta,kelainan tali pusat dan bayi kembar. Sedangkan
faktor ibu terdiri dari usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan panggul,
penghambat jalan lahir, kelainan kontraksi lahir, ketuban pecah dini (KPD),
dan pre eklamsia (Hutabalian,2011).
Menurut World Health Organization (WHO) standar rata-rata operasi
Sectio Caesarea (SC) sekitar 5-15%. Data WHO Global Survey on Maternal
and Perinatal Health 2011 menunjukkan 46,1% dari seluruh kelahiran melalui
SC. Menurut statistik tentang 3.509 kasus SC yang disusun oleh Peel dan
Chamberlain, indikasi untuk SC adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat
janin 14%, Plasenta previa 11%, pernah SC 11%, kelainan letak janin 10%,
pre eklampsia dan hipertensi 7%. Di China salah satu negara dengan SC
meningkat drastis dari 3,4% pada tahun 1988 menjadi 39,3% pada tahun 2010
(World Health Organisation, 2019).
Menurut RISKESDAS tahun 2018, jumlah persalinan dengan metode
SC pada perempuan usia 10-54 tahun di Indonesia mencapai 17,6% dari
keseluruhan jumlah persalinan. Terdapat pula beberapa gangguan/komplikasi
persalinan pada perempuan usia 10-54 tahun di Indonesia mencapai 23,2%
dengan rincian posisi janin melintang/sunsang sebesar 3,1%, perdarahan
sebesar 2,4%, kejang sebesar 0,2%, ketuban pecah dini sebesar 5,6%, partus
lama sebesar 4,3%, lilitan tali pusat sebesar 2,9%, plasenta previa sebesar
0,7%, plasenta tertinggal sebesar 0,8%, hipertensi sebesar 2,7%, dan lain-
lainnya sebesar 4,6% (Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI, 2018).
Menurut SKDI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun
2017, menunjukkan bahwa angka kejadian persalinan dengan tindakan SC
sebanyak 17% dari total jumlah kelahiran di fasilitas kesehatan. Hal ini
membuktikan terdapat peningkatan angka persalinan SC dengan indikasi
KPD, sebesar 13,6% disebabkan oleh faktor lain diantaranya yakni kelainan
letak pada janin, PEB, dan riwayat SC (KEMENKES et al., 2018).
Hipertensi pada kehamilan adalah salah satu komplikasi tersering dalam
kehamilan yang membentuk trias bersama dengan perdarahan dan juga
infeksi. Hal ini mempengaruhi sekitar 10% kehamilan dan berkontribusi
untuk menyumbang angka kematian ibu dan perinatal yang signifikan.
Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab ke-2 kematian ibu di
dunia (25%) setelah pendarahan (30%). WHO memperkirakan kasus
preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara
maju. Prevalensi preeklampsia di Negara maju adalah 1,3% - 6%, sedangkan
di Negara berkembang adalah 1,8% - 18%. Insiden preeklampsia di Indonesia
sendiri adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%.
Di Indonesia, preeklampsia merupakan penyebab kematian ibu yang
tinggi disamping pendarahan dan infeksi, yaitu perdarahan mencapai 28%,
preeklampsia sebesar 24%, infeksi sebesar 11%, komplikasi peuperium
sebesar 8%, partus lama sebesar 5%, dan abortus sebanyak 5%.
WHO melaporkan hipertensi dalam kehamilan menyumbang sebanyak
14% dari total kematian ibu. Di negara-negara Amerika latin dan Karibia
menyumbang 25,7% dari jumlah angka kematian ibu yang disebabkan oleh
hipertensi dalam kehamilan. Di negara Asia dan Afrika sendiri menyumbang
sebanyak 9,1% dari angka kematian ibu, dan Afrika Sub-Sahara sebanyak
16%.
Gangguan hipertensi dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan
global yang sering terjadi baik di negara yang maju maupun berkembang.
Namun, resiko kematian yang dihadapi oleh wanita hamil yang mengalami
hipertensi dalam kehamilan yang berada di negara berkembang sekitar 300
kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita di negara maju. Seorang wanita
yang memiliki riwayat preeklamsia cenderung lebih memungkinkan dapat
berkembang menjadi eklamsia hingga kemungkinan 14 kali lebih tinggi
terjadi kematian oleh karena eklamsia yang dialami.
Menurut (Sulaini,1991) Di Sumatra Barat, kejadian sectio caesarea pada
tahun 2000 sekitar 22,46%, tahun 2001 sekitar 23,33%, tahun 2002 sekitar
25,7% dan tahun 2003 sekitar 25,24%. Dengan meningkatnya frekuensi
sectio caesarea ini, maka dapat meningkat pula angka kejadian ibu hamil
dengan riwayat pernah melahirkan dengan sectio caesarea serta penyulit yang
dialami saat persalinan.
Di RS Islam Ibnu Sina pada tahun 2021 di dapatkan angka kejadian
sectio caesarea dengan preeklamsi sebanyak 80 orang dalam satu tahun
terakhir. Peningkatan angka kejadian sectio caesarea selalu mengalami
peningkatan untuk waktu yang akan datang.
Berdasarka survey awal melalui wawancara dengan salah satu klien di
ruang rawat inap kebidanan RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi klien mengatakan
bahwa penyebab post operasi sectio caesarea memiliki tanda dan gejala
seperti pinggul sempit, ketidakseimbangan ukuran kepala dan ukuran
panggul, partus lama, ( prolinged labor ), partus tak maju, letak bayi
melintang, faktor usia dan gejala lainnya. Ini disebabkan oleh gangguan
riwayat kehamilan pada ibu dan bayi.
Berdasarkan angka kejadian Sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi
yang cukup tinggi dan beresiko kematian pada ibu, maka kelompok tertarik
untuk mengkaji Ny. F post op Sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi Di
Ruang Kebidanan Siti Aisyah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi
Tahun 2021.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan ibu post partum pada klien
Ny. F post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi di ruang rawat
inap Kebidanan RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2021.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada ibu post
partum di ruang rawat inap Kebidanan RS Islam Ibnu Sina
Bukittinggi Tahun 2021.
b. Mampu melakukan pengkajian pada ibu post partum dengan post
sectio caesarea di ruang rawat inap Kebidanan RS Islam Ibnu Sina
Bukittinggi Tahun 2021.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada ibu post partum
dengan post sectio caesarea di ruang rawat inap RS Islam Ibnu Sina
Bukittinggi Tahun 2021.
d. Mampu menyusun intervensi pada ibu post partum dengan post
sectio caesarea.
e. Mampu melakukan implementasi pada ibu post partum dengan post
sectio caesarea.
f. Mampu melakukan evaluasi pada ibu post partum dengan post
sectio caesarea.
g. Mampu melakukan pendokumentasian pada ibu post partum dengan
post sectio caesarea.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Penulis Laporan
Studi Kasus ini berguna untuk menambah wawasan dan sebagai bekal
ilmu bagi penulis untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat terkait dengan masalah-masalah yang tertentunya
berhubungan dengan Sectio Caesarea.

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan


Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan
datang. Sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam proses belajar
mengajar, khusunya tentang Karya Tulis Ilmiah Laporan Studi Kasus
dan memberikan sumbangan pikiran yang kiranya dapat berguna
sebagai informasi awal.

1.3.3 Bagi Institusi Rumah Sakit


Untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
demi membantu petugas rumah sakit dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan ilmu dan ketrampilan yang terus dipenuhi
serta di jadikan bahan diskusi antar perawat di Ruang Inap Kebidanan
RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Pengertian
Persalinan adalah serangkaian konsep yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai oleh persalinan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan
pelahiran plasenta (Varney, 2014).
Persalinan adalah proses saat janin dan plasenta serta membrannya keluar
dari uterus ke dunia luar. Persalinan didefinisikan sebagai kontraksi uterus
yang teratur yang menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sehingga hasil
konsepsi dapat keluar dari uterus (Heffner dan Schust, 2015).
Menurut prawirohargjo (2010), persalinan atau disebut dengan partus
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar.
b. Jenis-jenis persalinan
Persalinan pada umumnya merupakan proses yang fisiologis yang terjadi
pada akhir kehamilan. Proses persalinan biasanya diawali dengan kontraksi
uterus yang adekuat yang diikuti dengan adanya pembukaan serviks,
kemudian dilanjutkan dengan pengeluaran hasil konsepsi, dan diakhiri
dengan 2 jam post partum. Pada kenyataanya, persalinan tidak selalu
berjalan dengan normal. Pada beberapa kasus persalinan dengan adanya
komplikasi memerlukan tindakan yang sesuai dalam proses persalinan.
Berikut beberapa jenis persalinan:
1) Persalinan normal
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada )
lahir spontan dengan presentasi belakan kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Prawirohardjo,
2010).
Persalinan normal dimulai dengan kala satu persalinan yang didefinisikan
sebagai pemulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan
perubahan serviks yang progresif, dan diakhiri dengan pembukaan
lengkap (10 centimeter). Hal ini dikenal dengan pembukaan serviks.
2) Persalinan Secio Caesarea
Secio Caesarea adalah persalinan janin melalui sayatan perut terbuka
(laparotomi) dan sayatan di rahim (histerotomi). Sesar pertama yang
didokumentasikan terjadi pada 1020 M, dan sejak itu prosedurnya telah
berkembang pesat. (Sung et al, 2020).
Saat ini, Sectio Caesarea merupakan operasi yang paling sering
dilakukan di Amerika Serikat, dengan lebih dari 1 juta wanita melahirkan
melalui operasi caesar setiap tahun. Angka persalinan sesar naik dari 5%
pada tahun 1970 menjadi 31,9% pada tahun 2016. Meskipun ada upaya
berkelanjutan untuk mengurangi tingkat bedah sesar, para ahli tidak
mengantisipasi penurunan yang signifikan setidaknya selama satu atau
dua dekade. Meskipun memberikan risiko komplikasi langsung dan
jangka panjang, bagi beberapa wanita, persalinan sesar bisa menjadi cara
teraman atau bahkan satu-satunya cara untuk melahirkan bayi baru lahir
yang sehat (Sung et al, 2020).
Dari hasil beberapa studi yang berbeda memberikan informasi yang
menarik, dimana sebagian besar Sectio caesarean (50 %) dilakukan
sebagai keadaan Emergency selama persalinan, 35 % sebagai operasi
Elective dan 15 % dari semua operasi Sectio caesarean tunggal pada
wanita primipara, dan di antara primipara, keadaan darurat selama
persalinan bertanggung jawab atas 35 % operasi Sectio caesarean.
Terdapat 4 indikator yang menyumbang 80-85 % dari total operasi
Sectio caesarean, sebagai berikut :
1. Section caesarean elective oleh karena indikasi presentasi bokong
2. Section caesarean emergency oleh karena indikasi retardasi
pertumbuhan
3. Section caesarean emergency oleh karena selama persalinan karena
janin gagal berkembang atau gawat janin
4. Repeat section caesarean
a. Indikasi Sectio Caesarea
Ada berbagai alasan mengapa janin tidak bisa, atau tidak boleh
dilahirkan melalui vagina. Beberapa dari indikasi ini dianggap tidak
fleksibel karena persalinan pervaginam akan berbahaya dalam kasus
klinis tertentu. Misalnya, kelahiran sesar sering kali merupakan
tatalaksana yang direkomendasikan jika pasien pernah mengalami
bekas luka sesar klasik atau sebelumnya terdapat riwayat ruptur uteri.
Namun, karena potensi komplikasi persalinan sesar, banyak penelitian
telah dilakukan untuk mencari cara untuk mengurangi angka operasi
sesar (Sung et al, 2020) (Cunningham et al., 2018).
Terdapat penurunan pada jumlah kali pertama pasien
mendapatkan operasi caesar, karena banyak wanita yang melahirkan
kali pertama dengan metode sesar pada akhirnya akan memiliki sisa
anak mereka melalui operasi caesar. Pasien mungkin memilih operasi
caesar karena berbagai alasan, atau mungkin bukan kandidat untuk
kelahiran pervaginam berikutnya. Misalnya, jika pasien memiliki
serviks yang tidak produktif pada waktunya, pematangan serviks
dengan obat-obatan seperti misoprostol tidak dianjurkan karena
peningkatan risiko ruptur uterus dengan obat-obatan tersebut. Dalam
artikel yang diterbitkan pada tahun 2011 “Pencegahan Aman Kelahiran
Caesar Primer,” penulis membahas indikasi yang paling sering
didokumentasikan untuk kelahiran sesar kali pertama (distosia
persalinan, pola detak jantung janin abnormal, malpresentasi janin,
kehamilan ganda, dan dugaan makrosomia janin), dan mitigasi
bagaimana faktor-faktor tersebut (Sung et al, 2020) (Cunningham et al.,
2018).
Indikasi Ibu untuk Operasi Caesar yakni sebagai berikut (Sung et
al, 2020) (Cunningham et al., 2018).
1. Persalinan sesar sebelumnya
2. Permintaan ibu
3. Deformitas panggul atau disproporsi sefalopelvis
4. Trauma perineum sebelumnya
5. Sebelumnya operasi rekonstruksi panggul atau anal / rektal
6. Herpes simpleks atau infeksi HIV
7. Penyakit jantung atau paru
8. Aneurisma serebral atau malformasi arteriovenosa
9. Patologi yang membutuhkan pembedahan intraabdominal secara
bersamaan
10. Sesar perimortem
Indikasi Uterine / Anatomis untuk operasi caesar yakni sebagai
berikut (Sung et al, 2020) (Cunningham et al., 2018).
1. Plasentasi abnormal (seperti plasenta previa, plasenta akreta)
2. Solusio plasenta
3. Riwayat histerotomi klasik
4. Miomektomi ketebalan penuh sebelumnya
5. Riwayat dehiscence insisi uterus
6. Kanker serviks invasif
7. Trakelektomi sebelumnya
8. Massa obstruktif saluran genital
9. Cerclage permanen
Indikasi Janin untuk operasi caesar yakni sebagai berikut (Sung et
al, 2020) (Cunningham et al., 2018).
1. Status janin yang tidak meyakinkan (seperti pemeriksaan Doppler tali
pusat abnormal) atau detak jantung janin yang abnormal
2. Prolaps tali pusat
3. Gagal melahirkan pervaginam operatif
4. Malpresentation
5. Makrosomia
6. Anomali kongenital
7. Trombositopenia
8. Trauma kelahiran neonatal sebelumnya
2.2 Konsep Dasar SC
2.2.1 Pengertian Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009). Sedangkan menurut (Gulardi & Wiknjosastro, 2006)
Sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh, dan
menurut (Mansjoer,2002) Sectio caesarea ialah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding parut dan dinding rahim.

2.2.2. Jenis – jenis Sectio Caesarea


a. Sectio caeasarea transperitonealis profunda
Sectio caeasarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang. Keunggulan pembedahan ini :
1. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
2. Bahaya peritonitis tidak besar
3. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian
hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa
banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
b. Sectio caesarea korporal / klasik
Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan
apabila ada halangan untuk melakukan sectio caesarea transperitonealis
profunda. Insisi memanjang pada segmen uterus.
c. Sectio caesarea ekstra peritoneal
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan tehadap
injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga
peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uteri berat.
d. Sectio caesarea hysteroctomi
Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :
1. Atonia uteri
2. Plasenta accrete
3. Myoma uteri
4. Infeksi intra uteri berat

2.2.3. Etiologi
Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea
adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat
diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :
CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara normal. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalau oleh janin ketika akan lahir
secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan normal sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
a. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Setelah perdarahan dan infeksi, pre- eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternatal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut
menjadi eklamsi.
b. KDP ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi
inpartus. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di
atas 37 minggu.
c. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio
caesarea. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain
itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak
lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
d. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir,
misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan,
adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
e. Kelainan Letak Janin
1. Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak
kepala, pada pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling
rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga
bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi
berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasnya dengan sendirinya akan berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi
kaki.
2.2.4. Manifestasi Klinis

Menurut Saifuddin (2002), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :


a. Pusing
b. Mual muntah
c. Nyeri sekitar luka operasi
d. Peristaltic usus menurun

2.2.5. Patofisiologi

Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi


dengan berat di atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang
masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan sc yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan janin lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik
aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dari
aspek fisiologis yaitu produk oxitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah
satu utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan upnou yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas
silia yang menutup. Anastesi ini juga mempengaruhi saluran pencarnaan
dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung
akan terjadi proses penghancur dengan bantuan peristaltik usus.
Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh
energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga
menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpung dan karena
reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sengat motilitas yang
menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi
(Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2014)

2.3 Hipertensi Dalam Kehamilan


2.3.1. Definisi dan klasifikasi Hipertensi dalam kehamilan
Preeklamsi merupakan penyulit dalam kehamilan yang kejadiannya
senantiasa tinggi. Faktor ketidaktahuan tentang gejala awal oleh masyarakat
merupakan penyebab keterlambatanpengambilan tindakan yang dapat
berakibat buruk bagi ibu maupun janin (
Preeklamsi merupakan penyakit yang diderita oleh ibu hamil yang
ditandai dengan adanya hipertensi, oedema, dan proteinuria, dimana
gejalanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Rustam
Muchtar, 1998).
2.3.2. Etiologi
Penyebab timbulnya gejala tersebut secara pasti belum diketahui, teori yang
digunakan ilmuwan belum dapat menjawab beberapa hal berikut :
1. Frekuensi bertambah banyak pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab jarang terjadinya preeklamsi pada kehamilan – kehamilan
berikutnya.
4. Sebab timbulnya hipertensi, oedema, dan proteinuria. Dari semua gejala
tersebut, gejala awal yang muncul adalah hipertensi, dimana untuk
menegakkan diagnosa tersebut adalah kenaikan tekanan sistole sampai
30 mmHg atau lebih dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya.
Kenaikan diastolik 15 mmHg atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Untuk
memastikan diagnosa tersebut harus dilakukan pemeriksaan tekanan
darah minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam pada saat istirahat.
Oedema merupakan penimbunan secara umum dan berlebihan
dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dengan kenaikan BB
lebih dari 1 kg setiap minggunya selama beberapa kali, maka perlu
adanya kewaspadaan akan timbulnya preeklamsi.
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin >0,3 gr/liter urin
24 jaam atau pemeriksaan kuantitatif menunjukkan +1 atau +2 atau 1
gr/liter atau lebih dalam urin midstream yang diambil minimal 2 kali
dengan jarak waktu 6 jam. Proteinuria timbul lebih lambat dari dua
gejala sebelumnya, sehingga perlu kewaspadaan jika muncul gejala
tersebut.
2.3.3. klasifikasi
Klarifikasi hipertensi dalam kehamilan berdasarkan pendapat beberapa ahli,
yakni :
1. Hipertensi kronis/yang sudah terjadi sebelumnya Hipertensi ditemukan
prakonsepsi atau sebelum usia kehamilan 20 minggu Tekanan darah
≥140/90 mmHg
2. Hipertensi gestasional Tekanan darah ≥160/110 mmHg dan terjadi setelah
minggu ke -20 kehamilan
3. Preeklampsia-Preeklampsia Berat Preeklampsia merupakan hipertensi
dan proteinuria (≥ 0.3 gr/24 jam) yang terjadi setelah 20 minggu
kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensi (peningkatan
tekanan darah (≥140/90 mmHg). Sedangkan preeklampsia berat
merupakan hipertensi dan proteinuria atau hipertensi dan disfungsi organ
yang signifikan dengan atau tanpa proteinuria setelah 20 minggu
kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensi (peningkatan
tekanan darah (≥160/110 mmHg), dan proteinuria (≥5 gr/hari)
4. Eklampsia Eklampsia diartikan sebagai kejang yang terjadi pada wanita
dengan preeklampsia yang tidak dapat dikaitkan dengan penyebab
lainnya
5. Superimposed preeklampsia pada hipertensi Kronis Hipertensi kronis
yang didefinisikan yakni berupa tanda dan gejala preeklampsia atau
eclampsia yang muncul antara minggu 24-26 kehamilan yang berakibat
kelahiran preterm dan pertumbuhan janin terhambat (IUGR).
2.3.4. Patofisiologi
Pada preeklamsia terdapat kepekaan yang lebih tinggi terhadap bahan-
bahan vasoaktif, dibandingkan kehamilan normal. Fakta ini telah dibuktikan
dengan penelitian prospektif dengan memakai bahan vasoaktif katekolamin
atau angiotensin II. Pada kehamilan normal, kepekaan ini memang relatif
lebih rendah, karena kadar angiotensin II dalam plasma memang lebih tinggi,
sehingga refrakter terhadap rangsangan angotensin II. Desakan darah normal
terjadi kenaikan yang tinggi dari renin plasma, aktivitas renin, substrak renin,
angiotensin II dan aldosteron. Tingginya kadar bahan-bahan tersebut sejalan
dengan kenaikan volume plasma yang memang cukup tinggi, sehingga terjadi
vasodilatasi.
Pada kehamilan normal, otot pembuluh darah resisten terhadap bahan-
bahan pressor, dibandingkan kehamilan dengan hipertensi. Cardiac output
(CO) pada kehamilan normal meningkat antara 25-50%. Peningkatan CO
akan lebih tinggi bila ibu hamil tidur miring daripada tidur terlentang.
Perbedaan ini dapat mencapai 21%. Kenaikan CO akibat kenaikan stroke
volume (volume plasma) dan heart rate detak jantung, tetapi desakan darah
relatif menurun. Kenaikan darah meningkat dengan signifikansampai umur
kehamilan 30-34 minggu.
Pada kehamilan normal, tahanan vaskuler dalam darah otak tidak
berubah, tetapi pada kehamilan dalam hipertensi, tahanan vaskuler meningkat
dalam otak sampai 50%. Aliran darah ke plasenta tergantung dari desakan
darah ibu, yang memberi desakan perfusi sebanding dengan aliran darah ke
plasenta.
Pada preeklamsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklamsi
yaitu mengalami spasme pembuluh darah, perlu adanya kompensasi
hipertensi (suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan tercukupi)
2.3.5. Faktor Risiko
Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, namun beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi dalam kehamilan meliputi:
1. Riwayat hipertensi dalam kehamilan, seseorang yang memiliki riwayat
hipertensi dalam kehamilan atau riwayat keluarga dengan hipertensi
dalam kehamilan maka akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi
dalam kehamilan.
2. Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibodi
penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Perkembangan hipertensi dalam kehamilan semakin meningkat pada
umur kehamilan pertama dan kehamilan dengan umur yang ekstrem,
seperti terlalu muda atau terlalu tua.
3. Obesitas
4. Kehamilan ganda (gemelli). hipertensi dalam kehamilan lebih sering
terjadi pada wanita yang mempunyai bayi kembar atau lebih
5. Riwayat penyakit tertentu, wanita yang mempunyai riwayat penyakit
tertentu sebelumnya, memiliki resiko terjadinya hipertensi dalam
kehamilan. Penyakit tersebut meliputi hipertensi kronis, diabetes
mellitus, penyakit ginjal atau penyakit degeneratif seperti rheumatoid
arthritis atau lupus.

2.3.6 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan preeklampsia berat adalah mencegah
timbulnya kejang, mengendalikan hipertensi guna mencegah perdarahan
intracranial serta kerusakan dari organ-organ vital, pengelolaan cairan dan
saat yang tepat untuk persalinan. Perawatannya dapat meliputi:
• Medikamentosa
- Pemberian MgSO4 40%
Cara pemberian:
Loading Dose
a. Ambil MgSO4 40% 10 ml (4 gram), diencerkan dengan aquadest 10
ml.
b. Injeksikan secara bolus intravena pelan, habis dalam 30 menit
c. Awasi tanda-tanda intoksikasi MgSO4, berupa :
Sesak nafas
Kelemahan refleks anggota gerak
Maintenance Dose :
a. Ambil MgSO4 40% 15 ml (6 gram)
b. Masukkan dalam cairan infus RL 500 ml
c. Drip dengan kecepatan tetesan 20-24 tetes/menit
d. Awasi tanda-tanda intoksikasi MgSO4
Bila Pasien Kejang :
a. Cek apakah sudah mendapatkan loading dose atau belum
b. Bila belum, berikan injeksi loading dose. Bila masih kejang, berikan
dosis untuk kejang seperti dalam langkah berikutnya
c. Bila sudah, ambil MgSO4 40% 5 ml (2 gram) diencerkan dengan
Aquadest 5 ml
d. Injeksikan secara bolus intravena pelan, habis dalam 10 meni
Bila Terjadi Keracunan MgSO4
• Berikan Injeksi Calcii Glukonas 1 Ampul, bolus intravena
 Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
 Diuretikum diberikan bila ada edema paru, gagal jantung kongestif
atau anasarka. Diuretikum yang dipakai adalah furosemide
 Pemberian antihipertensi apabila TD ≥ 160/110 mmHg. Antihipertensi
lini pertama adalah nifedipine 10-20mg per oral, diulangi setiap 30
menit maksimum 120mg dalam 24 jam.
 Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam. Jika
seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa tidak terdapat
koagulopati. Anestesi yang aman/terpilih adalah anestesi umum.
Jangan lakukan anestesi lokal, sedangkan anestesi spinal berhubungan
dengan hipotensi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN NY. F POST OP SECTIO CAESAREA
DENGAN INDIKASI SC 1 x + LETLI +HIPERTENSI

A. Pengkajian Prenatal

Nama Mahasiswa : Tanggal Pengkajian: 28 September 2021

NIM : Tempat : Ruang kebidanan RSI Ibnu Sina BKT

DATA UMUM KLIEN

1. Initial klien : Ny.F


2. Usia : 31 Th
3. Alamat : Sungai pua
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
6. Pendidikan Terakhir : SMA
7. Status Perkawinan :Menikah
- Perkawinan ke : Pertama
- Umur kawin : 21 Thn

Data Penanggung Jawab :

- Nama : Tn. M
- Umur : 37 Th
- Hubungan dengan Klien : Suami
- Alamat : sungai pua
- No.Hp : 085762543468
- Pekerjaan :Wiraswasta

Keluhan Saat Ini


1. Klien mengatakan nyeri pinggang menjalar ke kaki
2. Klien mengatakan ada riwayat darah tinggi
3. Klien mengatakan cemas menjelang SC
Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Yang Lalu

No Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan Masalah


persalinan Kelamin Bayi Baru Kehamilan
: Lahir

1. 2012 Partus Bidan Perempuan SEhat Tidak ada


Spontan

2. 2016 SC RSI Ibnu Perempuan Sehat Letli


Sina
BKT

Pengalaman Menyusui : Klien mengatakan ada pengalaman menyusui karena ini


adalah kehamilan anak ke 3

Riwayat Ginokologi

1. Masalah Ginokologi : Klien mengatakan tidak memiliki masalah


ginokologi
2. Riwayat KB : Klien mengatakan ada riwayat KB 1x per bulan

Riwayat Kehamilan Saat Ini

HPHT : 27/12/2020 Taksiran Partus: 01/10/2021

BB Sebelum hamil : 90 Kg TD Sebelum Hamil: 120/80


mmHg

TD BB/TB TFU Letak DJJ Usia Keluhan


Gestasi

140/100 95kg/ 32 Letli 120 36 1. Klien mengatakan


mmHg perme minggu pinggang terasa nyeri
158 Cm Cm nit 2. Klien mengatakan selama
hamil sulit tidur karena
kaki sering terasa keram
3. Klien mengatakan cemas
saat menjelang operasi SC
4. Klien mengatakan sering
terbangun pada malam
hari
DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI

Status Obstretik : G4 P2 A1 H2
Keadaan Umum
Kesadaran : Composmetis BB/TB : 106 Kg/ 157 Cm.
Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/100 mmHg Nadi : 20 x/Menit
Suhu : 36,9 oC Pernapasan : 80 x/Menit.
Kepala Leher:
1. Kepala : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, kulit kepala
terlihat bersih
2. Mata : Simetris, konjungtiva anemis, skelera putih, pupil isokor,
penglihatan baik
3. Hidung : Simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
sekret, penciuman baik
4. Mulut : Membran mukosa lembab, lidah bersih tidak terdapat
papilla, gigi cukup
5. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
6. Leher : Tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
Masalah Khusus : Tidak ada Masalah Keperawatan

Dada:

1. Jantung : Tidak ada jaringan parut, ictus cordis tidak tampak, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan, terdapat bunyi sonor, suara
jantung lupdup.
2. Paru : Pergerakan dinding dada simestris kiri dan kanan, tidak
ada nyeri tekan, suara napas normal, tidak ada suara tambahan
(wheezing/ronchi), bunyi vesikuler
3. Payudara : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan
4. Pengeluaran ASI: Klien mengatakan belum ada pengeluaran ASI
5. Putting susu : Puting susu membesar, colostrum belum keluar
Masalah Khusus : Tidak ada Masalah Keperawatan
Abdomen:
Uterus
Tinggi Fundus uterus : 32 cm
Leopold I : Teraba bokong bayi dibagian kanan ibu
Leopold II : Teraba kepala di sebelah kiri dan bokong diseblah
kanan , dan letak melintang
Leopold II : Teraba kepala di sebelah kiri dan bokong diseblah
kanan , dan letak melintang
Penurunan kepala :-
Leopold IV : Teraba kepala di sebelah kiri dan bokong diseblah
kanan , dan letak melintang
Pigmentasi
Linea nigra : Terlihat jelas
Striae : Ada
Fungsi Pencernaan : BAB 1-2x Sehari
Masalah Khusus : Tidak ada Masalah Keperawatan
Pirenium dan Genital
Vagina : Varises: iya
Kebersihan : Bersih
Keputihan : Ya
Jenis/warna : Putih
Konsistensi : Kadang-kadang
Bau :-

Hemorrhoid
Derajat :- Lokasi : -
Berapa Lama :- Nyeri: Tidak
Masalah Khusus : Tidak ada Masalah Keperawatan
Ekstremitas
Ekstremitas Atas : Edema : Tidak
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi
Palpasi : CRT kurang dari 2 detik, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Tidak edema, Warna kulit sawo matang, tidak ada
lesi
Palpasi : Varises : a
Refleksi Patela : - Jika ada: -
Masalah Khusus : Tidak ada Masalah Keperawatan
Eliminasi:
Urin : Kebiasaan BAK : 5-6x Sehari
BAB : Kebiasaan BAB : 1-2x Sehari
Masalah Khusus : Tidak ada Masalah Keperawatan
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : Kebiasaan tidur :, Frekuensi: 1x Sehari
Pola tidur saat ini : Kurang lebih 5 Jam
Keluhan Ketidak Nyamanan : ya/tidak, Lokasi: Punggung dan Kaki
Sifat : Nyeri dan Keram
Intensitas : Sedang
Mobilisasi dan Latihan:
Tingkat Mobilisasi: Klien mengatakan mobilisasi yang dilakukan dengan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga
Latihan/senam :Klien mengatakan kadang-kadang latihan dan senam ibu
hamil dengan melihat Youtube
Masalah Khusus : Nyeri Akut , gangguan pola tidur dan ansietas

Nutrisi dan Cairan

Asupan Nutrisi : Nafsu Makan: Baik/Kurang/Tidak ada

Asupan Cairan : Cukup/kurang


Masalah salah Khusus :Tidak ada Masalah Keperawatan
ParaMameter (Ya=1, Tidak =0 )
1. Apakah asupan makan berkurang karena tidak nafsu makan : 0
2. Ada gangguan metabolisme : 0
( DM ; gangguan fungsi Tyroid ; Infeksi Kronis seperti : HIV/AIDS,
TB, Hepatitis, lain2; sebutkan, Klien mengatakan tidak memiliki
gangguan Metabolisme
3. Ada pertambahan BB yang kurang atau lebih selama kehamilan : 1, (±
15kg)
4. Nilai Hb < 12.0 g/dl atau HCT < 0,31 % , Ya/tidak

Keadaan Mental:
Adapatasi psikologis : Klien tampak sedikit cemas menjelang persalinan
Dukungan Pasangan/ Keluarga :Klien mengatakan suami nya sangat bahagia
atas kehamilannya, semua keluarga juga
turut bahagia atas kehamilannya dan sangat
menantikan kelahiran
Penerimaan terhadap kehamilan : Klien mengatakan menerima kehamilannya
dan sangat menantikan kelahiran anak ketiga
dan berharap mendapatkan anak dengan
jenis kelamin laki-laki
Masalahkhusus :Tidak ada Masalah Keperawatan

Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan : Baik


Skrining Nyeri

Tidak ada Nyeri Nyeri kronis Nyeri akut

Skala Nyeri 3 Lokasi : Pinggang dan kaki

Durasi 5-10 menit Frekuensi : 4-5X/hari

Karakterisitik : Ditusuk-tusuk

Nyeri hilang, bila :

Minum Obat Mendengar musik

Istirahat Berubah Posisi/tidur

Lain – lain, sebutkan : -

Pengkajian Kebutuhan Informasi dan Edukasi

Persiapan kehamilan dan Persalinan

Persiapan Prakonsepsi

Nutrisi ibu hamil/gizi seimbang

Manajemen Cemas/stres

Rencana tempat melahirkan

Perlengkapan Kebutuhan bayi dan ibu

Kesiapan mental ibu dan keluarga


Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses
persalinan

Perawatan Payudara

Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini : Tidak ada

Hasil Pemeriksaan Penunjang

- Laboratorium : pemeriksaan Hb 12 g/dl

- USG

- Leukosit : 12,54

- Eritrosit : 4.81

- Hematokrit : 38,2 %

RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN


Dari hasil Pengkajian diatas didapatkan 2 Masalah Keperawatan yaitu
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Pola Tidur
3. Cemas
ANALISA DATA

No DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS: Nyeri Akut Peningkatan
- Klien mengatakan pinggang Progesteron
terasa nyeri
- Klien mengatakan nyeri
pinggang menjalar ke kaki
- Klien mengatakan kaki terasa
keram
DO:
- Klien tampak memegang
pinggangnya
- Skala nyeri sedang (3)
- TD : 151/100 mmHg
- S : 36,9 oC
- RR : 20x/menit
- Nadi : 80x/menit
2. DS : Ansietas Kekhawatiran
- Klien mengatakan cemas mengalami
menjelang operas SC kegagalan
- Klien mengatakan susah tidur
DO :
- Klien tampak cemas
- Klien tampak gelisah
- TD : 151/100 mmHg
- S : 36,9 oC
- RR : 20x/menit
- Nadi : 80x/menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik (Mis. Latihan


Fisik Berlebihan) Dibuktikan Dengan Mengeluh Nyeri
2. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
ditandai dengan Tekanan darah meningkat
INTERVENSI KEPERAWATAN

No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)


(SDKI)

1. Nyeri akut (D.0077) Berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Manajemen Nyeri
Dengan agen pencedera fisik (mis. 3x24jam maka tingkat nyeri menurun, dengan Observasi
Latihan fisik berlebihan) kriteria hasil 1. Identifikasilokasi, karakteristik, durasi,
Dibuktikan Dengan mengeluh frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
nyeri 1. Keluhan nyeri menurun (5) 2. Identifikasiskalanyeri
2. Meringis menurun (5) 3. Identifikasi faktor yang memperberat
3. Sikap protektif menurun (5) memperingan nyeri
4. Kesulitan tidur menurun (5) 4. Identifikasipengetahuan dan keyakinan tentang
5. mual menurun (5) nyeri
5. Identifikasipengaruhnyeriterhadap kualitas hidup
6. Monitor efek samping penggunaan analgetic

Terapeutik

1.Berikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (mis., kompres hangat)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
( mis. Suhu ruangan, pencahayaan, pembisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur

2. Ansietas (D.0080) Berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama a. Reduksi Ansietas
Dengan krisis situasional, 1x24jam maka tingkat ansietas menurun,Observasi
dengan Observasi
kebutuhan tidak terpenuhi, krisis kriteria hasil
maturasional, ancaman terhadap 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
Kondisi, waktu, stresor)
konsep diri, ancaman terhadap 1. Perilaku gelisah menurun (5) 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
2. Perilaku tegang menurun (5)
kematian, kekhawatiran mengalami 3. Keluhan pusing menurun (5) 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
kegagalan, disfungsi sistem 4. Anoreksia menurun (5) nonverbal)
keluarga, hubungan orang tua-anak 5. Frekuensi pernapasan menurun (5)
Terapeuti Teraupetik
tidak memuaskan, faktor keturunan 6. Frekuensi nadi menurun (5)
(tempramen mudah teragitasi sejak 7. Tekanan darah menurun (5) 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
lahir), penyalahgunaan zat, terpapar 8. Tremor menurun (5) menumbuhkan kepercayaan
bahaya lingkungan (mis. toksin, 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
polutan, dan lain-lain), Kurang jika memungkinkan
terpapar informasi Dibuktikan 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
dengarkan dengan penuh perhatian
Dengan merasa bingung, merasa
4. Gunakan pendekatan yang tenang dan
khawatir dengan akibat dari kondisi meyakinkan
yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, 5. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
tampak gelisah, tampak tegang, kenyamanan
sulit tidur, mengeluh pusing, 6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
anoreksia, palpitasi, merasa tidak memicu kecemasan
berdaya, frekuensi nafas 7. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
meningkat, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah EdukasiE Edukasi
meningkat, diaforesis, tremor,
muka tampak pucat, suara bergetar, 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
kontak mata buruk, sering
berkemih, berorientasi pada masa mungkin dialami
lalu 2. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolabora Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat antlasietas, jika


perlu
2. Demonstrasikan dan melatih teknik relaksasi
misalkan nafas dalam peregangan atau
imajinasi terbimbing
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Diagnosa Hari/tgl/ja Implementasi Jam Evaluasi Paraf


m
1. Nyeri Akut Jum’at/ 1 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S:
Berhubungan Sep 2021 14.0 - Klien mengatakan pinggang terasa
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Dengan Agen 0 nyeri
Pencedera Fisik 2. Mengidentifikasi skala nyeri
14.00 - Klien mengatakan nyeri pinggang
(Mis. Latihan
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat menjalar ke kaki
FisikBerlebihan)
Dibuktikan memperingan nyeri - Klien mengatakan kaki terasa
Dengan keram
4. Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan
Mengeluh Nyeri O:
tentang nyeri - Klien tampak memegang
5. Mengidentifikasi pengaruh nyeri terhadap pinggangnya
- Skala nyeri sedang (3)
kualitas hidup
- TD : 168/103 mmHg
6. Memberikan teknik non-farmakologis untuk - S : 36,6 oC
mengurangi rasa nyeri (mis., kompres hangat) - RR : 22 x/menit
7. Mengontrol lingkungan yang memperberat
A :Masalah nyeri akut belum teratasi
rasa nyeri ( mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
pembisingan) P :Intervensi No 1 S.D 8 Dilanjutkan
8. Memfasilitas istirahat dan tidur
No Diagnosa Hari/tgl/ Implementasi Jam Evaluasi Paraf
jam
2. Ansietas Jum’at / 1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. S:
1 Sep Kondisi, waktu, stresor) - Klien mengatakan cemas
berhubungan
2021 2. Mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan menjelang operas SC
dengan 3. Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
15.0 - Klien mengatakan susah tidur
nonverbal)
kekhawatiran 14.00 0 O:
4. Menciptakan suasana terapeutik untuk
dalam menumbuhkan kepercayaan - Klien tampak cemas
5. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika - Klien tampak gelisah
mengalami
memungkinkan - TD : 168/103 mmHg
kegagalan 6. Memahami situasi yang membuat ansietas dengarkan - S : 36,6 oC
dengan penuh perhatian - RR : 22 x/menit
ditandai dengan
7. Menggunakan pendekatan yang tenang dan
- Nadi : 98 x/menit
tekanan darah meyakinkan
8. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
meningkat A : Masalah Ansietas belum teratasi
kecemasan
9. MenJelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami P: Intervensi dilanjutkan
10.Melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
11.Melatih teknik relaksasi
12.Berkolaborasi pemberian obat antlasietas, jika perlu
B. Pengkajian Post Natal Care
LAPORAN KASUS POST PARTUM

Nama Mahasiswa : Tanggal Pengkajian : 29 September 2021


NIM : RS/ Ruangan : Rawatan Siti Aisyah

A. PENGKAJIAN
DATA UMUM
1. Inisial Klien : Ny. F Inisial Suami : Tn. M
2. Usia : 31 Tahun Usia : 37 Tahun
3. Status P : Menikah Status Perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
5. PP Terakhir : SMA PP Terakhir : SMA

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU


No Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan Masalah
persalinan Kelamin Bayi Baru Kehamilan
: Lahir

1. 2012 Partus Bidan Perempuan SEhat Tidak ada


Spontan

2. 2016 SC RSI Ibnu Perempuan Sehat Letli


Sina
BKT

Pengalaman Menyusui : Ya Berapa Lama : Anak Pertama Berusia 2 Tahun

RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI


1. Berapa kali periksa hamil : 7 kali
2. Masalah Kehamilan : Ny. F mengatakan pada saat periksa
Kandungan Dokter Menyarankan persalinan
Dengan SC karena letak bayi melintang
RIWAYAT PERSALINAN
1. Jenis Persalinan : SC
2. Jenis Kelamin Bayi : BB/ PB : 2700 Gram / 51 Cm
3. Pedarahan :-
4. Masalah Dalam Persalinan : Tidak Ada
RIWAYAT GENOKOLOGI
1. Masalah Genokologi
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sistem reproduksi
2. Riwayat KB
Klien mengatakan menggunakan KB suntik yang 1 bulan sekali

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


1. Status Obstertik : G4 P2 A1 H2 Minggu
2. Keadaan Umum
a. Kesadaran : compos mentis
b. BB sebelum hamil : 90 Kg
c. BB setelah hamil : 106 Kg
d. TB : 154 Cm
3. Tanda-tanda vital
a. TD : 140/90 mmhg
b. Nadi : 108 x / menit
c. Suhu : 36.5 ̊ C
d. RR : 20 x / menit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk kepala oval, tidak ada benjolan atau pembengkakan, kulit
kepala berminyak tidak ada iritasi, warna rambut hitam dan keadaan
rambut bersih tidak berketombe.
 Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
 Mata
Konjungtiva merah, sclera tidak ukterus, tidak adanya edema, tidak
menggunakan kacamata.
 Hidung
Terlihat bersih, simetris antara kiri dan kanan, tidak adanya polip
 Mulut
Terlihat bersih, mukosa bibir lembab, bibir tidak pecah-pecah, gigi
caries
 Telinga
Terlihat bersih, tidak ada kelainan, simetris antara kiri dan kanan
b. Dada
 Jantung
Dada simetris kiri dan kanan, iklus kordis teraba, suara jantung
normal
 Paru-paru
Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada suara nafas tambahan,
bunyi normal (sonor), fremitus sementara kiri dan kanan
 Payudara
Kesimetrisan payudara : simetris
Puting : tidak menonjol
 Pengeluaran Asi
 Puting Susu
c. Abdomen
d. Involusi Uterus
 Fundus uterus : 14 cm
 Kandung Kemih : -
 Diastasis Rektus Abdominus : -
 Fungsi Pencermaan : Baik
e. Perineum Dan Genitel
 Vagina : terlihat bersih
R (Kemerahan) : -
E (Edema) :-
E (Echimosis) : -
D(Discharge) :-
A(Approximate): -
 Lokia:
Jumlah : -
Jenis/Warna : -
Konsistensi : -
Bau :-
 Hemorroid : klien mengatakan tidak ada riwayat hemorroid
f. Ekstremitas Atas Dan Bawah: Tidak ada kelemahan ekstremitas atas
dan bawah
g. Eliminasi
 BAK
o BAK pada saat hamil : klien mengatakan pada saat hamil
frekuensi BAK 6 kali dalam satu hari, warna urine kuning jernih
bau tajam, tidak ada kesulitan.
o BAK setelah melahirkan : terlihat terpasang kateter
 BAB
o BAB pada saat hamil : klien mengatakan pada saat hamil
frekuensi BAB 1-2 kali dalam sehari, feses berwarna kuning, bau
menyengat konsistensi lunak
o BAB setelah melahirkan : klien mengatakan belum BAB setelah
melahirkan
h. Istirahat Dan Kenyamanan
 Pada saat hamil : klien mengatakan frekuensi tidur 7-8 jam, tidak ada
gangguan tidur
 Setelah melahirkan : klien mengatakan frekuensi tidur 1-3 jam,
sering terbangun-bangun kerena nyeri di perut pasca SC, Skala nyeri
5.
i. Mobilisasi Dan Latihan
 Pada saat hamil : klien mengatakan latihan setiap hari yaitu bersih-
bersih rumah
 Setelah melahirkan : klien mengatakan setelah melahirkan susah
beraktifitas
j. Nutrisi Dan Cairan
 Pada saat hamil : klien mengatakan frekuensi makan 3 kali sehari,
sedang porsi sedang, makanan yang disukai ayam dan sayur-sayuran,
tidak meminum susu hamil, pada saat hamil klien lebih suka makan
ikan.
 Setelah melahirkan : klien mengatakan frekuensi makan 3 kali sehari
dengan porsi sedang.
k. Keadaan Mental
 Pada saat hamil : klien mengatakan perasaan cemas dan takut pada
saat menjelang persalinan.
 Setelah melahirkan : klien mengatakan setelah melahirkan perasaan
cemas dan takut berkurang setelah melihat anaknya.
l. Kemampuan Menyusui : klien mengatakan sudah mengetahui cara
menyusui bayi, karena anak pertama dan kedua juga menyusu dengan
klien smpai umur 2 tahun.
m. Hasil Pemeriksaan Penunjang :
n. Hasil Laboratorium tgl 2 Oktober 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hemoglobin 12.8 g/dl 12.0 -14.0
Leukosit 16.41 4.50-11.00
Eritrosit 4.39 4.00-4.60
Hematokrit 34.3 L 36.00-41.0
Trombosit 342 1.50-40.0
MCV 78.1 Fl 80.0-90.0
MCH 24.6 Pg 26.0-30.0
Hasil Laboratorium tgl 30 September 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hemoglobin 11.0 g/dl 12.0 -14.0
Leukosit 17.55 4.50-11.00
Eritrosit 4.48 4.00-4.60
Hematokrit 35.4 L 36.00-41.0
Trombosit 278 1.50-40.0
MCV 79.0 Fl 80.0-90.0
MCH 24.6 Pg 26.0-30.0

n. Penatalaksanaan Medis
Theraphy yang duberikan :
 Drip Analgesik
 PCT
 B. Complex
 Cefiximine
 Ceftriaxone
 Pantropratol
 Inf. Nacl 20 tetes/ menit

RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN


Masalah : Setelah dilakukan pengkajian didapatkan masalah klien yaitu nyeri
di bagian sayatan post operasi, adanya luka operasi caesar, pasien
tampak kesulitan dalam beraktifitas dan adanya gangguan pola
tidur.

ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan Etiologi
.
1. DS : Klien mengatakan Nyeri Akut Agen Pencedera
nyeri di bagian post Fisik
operasi
DO : - Klien tampak
meringis kesakitan
- Skala Nyeri 5

2. DS : Klien mengatakan Gangguan Mobilitas Nyeri


akibat nyeri bekas Fisik
operasinya aktifitas
klien menjadi
terganggu
DO : - Aktifitas klien
tampak terganggu
- Aktifitas di
bantu dengan
keluarga

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik ditandai dengan
tampak meringis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri
saat bergerak
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia ) SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
. Indonesia)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama a. Manajemen Nyeri
1x24jam maka tingkat nyeri menurun, dengan Observasi
dengan Agen pencedera
kriteria hasil 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisik ditandai dengan 1. Keluhan nyeri menurun (5) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
tampak meringis
3. Kesulitan tidur menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
4. gelisah menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat
5. anoreksia menurun (5) memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
No Kriteria A T tentang nyeri
1. Keluhan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
nyeri respon nyeri
2. Meringis 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
3. Kesulitan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 kualitas hidup
tidur 8. Monitor keberhasilan terapi
4. Gelisah 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 komplementer yang sudah diberikan
5. Anoreksi 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Keterangan :
1. Meningkat Terapeut Teraupetik
2. Cukup meningkat 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
3. Sedang mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
4. Cukup menurun hipnosis, akupuntur, terapi musik,
5. Menurun blofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri ( mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, pembisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredahkan
nyeri

b. Pemberian analgesik
Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
2. Identifikasi iwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesic
(mis. Narkotika, non narkotika, atau
NSAIO) dengan tingkat keparahan
nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pepmberian analgesik
5. Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesic yang
disukai untuk menvapai analgesia
optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dala serum
3. Tetapkan target efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan respons pasien
4. Dokumentasikan respons terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak
diinginkan

Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesic, jika perlu

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No Diagnosa Hari/tgl/ja Implementasi Jam Evaluasi Paraf
m
1. Nyeri Akut Sabtu/ 2Sep 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S:
Berhubungan 2021 11.0 - Klien mengatakan nyeri di bagian
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Dengan Agen 0 bekas operasi
Pencedera Fisik 2. Mengidentifikasi skala nyeri
10.00 - Klien mengatakan nyeri pinggang
(Mis. Latihan
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat O:
FisikBerlebihan)
Dibuktikan memperingan nyeri - Klien tampak meringis
Dengan - Skala nyeri sedang (5)
4. Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan
Mengeluh Nyeri - TD : 140/90 mmHg
tentang nyeri - S : 36,5 oC
5. Mengidentifikasi pengaruh nyeri terhadap - RR : 20 x/menit
kualitas hidup
A :Masalah nyeri akut belum teratasi
6. Memberikan teknik non-farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis., kompres hangat) P :Intervensi No 1 S.D 8 Dilanjutkan
7. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri ( mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
pembisingan)
8. Memfasilitas istirahat dan tidur
DAFTAR PUSTAKA

Heffner. LJ dan Schust. 2015. At A Glance Sistem Reproduksi. Gelora aksara


Pratama
Karina, 2015. Buku Ibu Post Partum. Jogjakarta : Mitra Cendika Press

Prawirohardjo, Sarwono, 2002-2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta:P.T Bina Pustaka


Riskesdas. 2013. Departeman Kesehatan Republik Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018. Badan Penelitian Dan Pengembangan


Kesehatan, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Varney. H, at.al. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC.


Wagiyo, Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal, dan Bayi
Baru Lahir Fisiologis dan Patologis. Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET
WHO (World Health Organization). 2018. The Global Burden Of Kidney Disease
And The Sustainable Development Goals.
Zubaidah. (2021). Asuhan Keperawatan Nifas. Jakarata : EG

Anda mungkin juga menyukai