DISUSUN OLEH :
Elva Fitriani
Wina Mersilia
Nova Suryani
Sri Wahyuni
Ayu Putri Lestari
CI AKADEMIK CI KLINIK
(Ns. Yesi Andriani, M. Kep, Sp. Kep) (Ns. Susi Hidayati, S.Kep)
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan ibu post partum pada klien
Ny. F post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi di ruang rawat
inap Kebidanan RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2021.
TINJAUAN TEORITIS
2.2.3. Etiologi
Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea
adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat
diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :
CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara normal. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalau oleh janin ketika akan lahir
secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan normal sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
a. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Setelah perdarahan dan infeksi, pre- eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternatal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut
menjadi eklamsi.
b. KDP ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi
inpartus. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di
atas 37 minggu.
c. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio
caesarea. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain
itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak
lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
d. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir,
misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan,
adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
e. Kelainan Letak Janin
1. Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak
kepala, pada pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling
rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga
bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi
berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasnya dengan sendirinya akan berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi
kaki.
2.2.4. Manifestasi Klinis
2.2.5. Patofisiologi
2.3.6 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan preeklampsia berat adalah mencegah
timbulnya kejang, mengendalikan hipertensi guna mencegah perdarahan
intracranial serta kerusakan dari organ-organ vital, pengelolaan cairan dan
saat yang tepat untuk persalinan. Perawatannya dapat meliputi:
• Medikamentosa
- Pemberian MgSO4 40%
Cara pemberian:
Loading Dose
a. Ambil MgSO4 40% 10 ml (4 gram), diencerkan dengan aquadest 10
ml.
b. Injeksikan secara bolus intravena pelan, habis dalam 30 menit
c. Awasi tanda-tanda intoksikasi MgSO4, berupa :
Sesak nafas
Kelemahan refleks anggota gerak
Maintenance Dose :
a. Ambil MgSO4 40% 15 ml (6 gram)
b. Masukkan dalam cairan infus RL 500 ml
c. Drip dengan kecepatan tetesan 20-24 tetes/menit
d. Awasi tanda-tanda intoksikasi MgSO4
Bila Pasien Kejang :
a. Cek apakah sudah mendapatkan loading dose atau belum
b. Bila belum, berikan injeksi loading dose. Bila masih kejang, berikan
dosis untuk kejang seperti dalam langkah berikutnya
c. Bila sudah, ambil MgSO4 40% 5 ml (2 gram) diencerkan dengan
Aquadest 5 ml
d. Injeksikan secara bolus intravena pelan, habis dalam 10 meni
Bila Terjadi Keracunan MgSO4
• Berikan Injeksi Calcii Glukonas 1 Ampul, bolus intravena
Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
Diuretikum diberikan bila ada edema paru, gagal jantung kongestif
atau anasarka. Diuretikum yang dipakai adalah furosemide
Pemberian antihipertensi apabila TD ≥ 160/110 mmHg. Antihipertensi
lini pertama adalah nifedipine 10-20mg per oral, diulangi setiap 30
menit maksimum 120mg dalam 24 jam.
Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam. Jika
seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa tidak terdapat
koagulopati. Anestesi yang aman/terpilih adalah anestesi umum.
Jangan lakukan anestesi lokal, sedangkan anestesi spinal berhubungan
dengan hipotensi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN NY. F POST OP SECTIO CAESAREA
DENGAN INDIKASI SC 1 x + LETLI +HIPERTENSI
A. Pengkajian Prenatal
- Nama : Tn. M
- Umur : 37 Th
- Hubungan dengan Klien : Suami
- Alamat : sungai pua
- No.Hp : 085762543468
- Pekerjaan :Wiraswasta
Riwayat Ginokologi
Status Obstretik : G4 P2 A1 H2
Keadaan Umum
Kesadaran : Composmetis BB/TB : 106 Kg/ 157 Cm.
Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/100 mmHg Nadi : 20 x/Menit
Suhu : 36,9 oC Pernapasan : 80 x/Menit.
Kepala Leher:
1. Kepala : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, kulit kepala
terlihat bersih
2. Mata : Simetris, konjungtiva anemis, skelera putih, pupil isokor,
penglihatan baik
3. Hidung : Simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
sekret, penciuman baik
4. Mulut : Membran mukosa lembab, lidah bersih tidak terdapat
papilla, gigi cukup
5. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
6. Leher : Tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
Masalah Khusus : Tidak ada Masalah Keperawatan
Dada:
1. Jantung : Tidak ada jaringan parut, ictus cordis tidak tampak, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan, terdapat bunyi sonor, suara
jantung lupdup.
2. Paru : Pergerakan dinding dada simestris kiri dan kanan, tidak
ada nyeri tekan, suara napas normal, tidak ada suara tambahan
(wheezing/ronchi), bunyi vesikuler
3. Payudara : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan
4. Pengeluaran ASI: Klien mengatakan belum ada pengeluaran ASI
5. Putting susu : Puting susu membesar, colostrum belum keluar
Masalah Khusus : Tidak ada Masalah Keperawatan
Abdomen:
Uterus
Tinggi Fundus uterus : 32 cm
Leopold I : Teraba bokong bayi dibagian kanan ibu
Leopold II : Teraba kepala di sebelah kiri dan bokong diseblah
kanan , dan letak melintang
Leopold II : Teraba kepala di sebelah kiri dan bokong diseblah
kanan , dan letak melintang
Penurunan kepala :-
Leopold IV : Teraba kepala di sebelah kiri dan bokong diseblah
kanan , dan letak melintang
Pigmentasi
Linea nigra : Terlihat jelas
Striae : Ada
Fungsi Pencernaan : BAB 1-2x Sehari
Masalah Khusus : Tidak ada Masalah Keperawatan
Pirenium dan Genital
Vagina : Varises: iya
Kebersihan : Bersih
Keputihan : Ya
Jenis/warna : Putih
Konsistensi : Kadang-kadang
Bau :-
Hemorrhoid
Derajat :- Lokasi : -
Berapa Lama :- Nyeri: Tidak
Masalah Khusus : Tidak ada Masalah Keperawatan
Ekstremitas
Ekstremitas Atas : Edema : Tidak
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi
Palpasi : CRT kurang dari 2 detik, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Tidak edema, Warna kulit sawo matang, tidak ada
lesi
Palpasi : Varises : a
Refleksi Patela : - Jika ada: -
Masalah Khusus : Tidak ada Masalah Keperawatan
Eliminasi:
Urin : Kebiasaan BAK : 5-6x Sehari
BAB : Kebiasaan BAB : 1-2x Sehari
Masalah Khusus : Tidak ada Masalah Keperawatan
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : Kebiasaan tidur :, Frekuensi: 1x Sehari
Pola tidur saat ini : Kurang lebih 5 Jam
Keluhan Ketidak Nyamanan : ya/tidak, Lokasi: Punggung dan Kaki
Sifat : Nyeri dan Keram
Intensitas : Sedang
Mobilisasi dan Latihan:
Tingkat Mobilisasi: Klien mengatakan mobilisasi yang dilakukan dengan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga
Latihan/senam :Klien mengatakan kadang-kadang latihan dan senam ibu
hamil dengan melihat Youtube
Masalah Khusus : Nyeri Akut , gangguan pola tidur dan ansietas
Keadaan Mental:
Adapatasi psikologis : Klien tampak sedikit cemas menjelang persalinan
Dukungan Pasangan/ Keluarga :Klien mengatakan suami nya sangat bahagia
atas kehamilannya, semua keluarga juga
turut bahagia atas kehamilannya dan sangat
menantikan kelahiran
Penerimaan terhadap kehamilan : Klien mengatakan menerima kehamilannya
dan sangat menantikan kelahiran anak ketiga
dan berharap mendapatkan anak dengan
jenis kelamin laki-laki
Masalahkhusus :Tidak ada Masalah Keperawatan
Karakterisitik : Ditusuk-tusuk
Persiapan Prakonsepsi
Manajemen Cemas/stres
Perawatan Payudara
- USG
- Leukosit : 12,54
- Eritrosit : 4.81
- Hematokrit : 38,2 %
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut (D.0077) Berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Manajemen Nyeri
Dengan agen pencedera fisik (mis. 3x24jam maka tingkat nyeri menurun, dengan Observasi
Latihan fisik berlebihan) kriteria hasil 1. Identifikasilokasi, karakteristik, durasi,
Dibuktikan Dengan mengeluh frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
nyeri 1. Keluhan nyeri menurun (5) 2. Identifikasiskalanyeri
2. Meringis menurun (5) 3. Identifikasi faktor yang memperberat
3. Sikap protektif menurun (5) memperingan nyeri
4. Kesulitan tidur menurun (5) 4. Identifikasipengetahuan dan keyakinan tentang
5. mual menurun (5) nyeri
5. Identifikasipengaruhnyeriterhadap kualitas hidup
6. Monitor efek samping penggunaan analgetic
Terapeutik
2. Ansietas (D.0080) Berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama a. Reduksi Ansietas
Dengan krisis situasional, 1x24jam maka tingkat ansietas menurun,Observasi
dengan Observasi
kebutuhan tidak terpenuhi, krisis kriteria hasil
maturasional, ancaman terhadap 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
Kondisi, waktu, stresor)
konsep diri, ancaman terhadap 1. Perilaku gelisah menurun (5) 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
2. Perilaku tegang menurun (5)
kematian, kekhawatiran mengalami 3. Keluhan pusing menurun (5) 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
kegagalan, disfungsi sistem 4. Anoreksia menurun (5) nonverbal)
keluarga, hubungan orang tua-anak 5. Frekuensi pernapasan menurun (5)
Terapeuti Teraupetik
tidak memuaskan, faktor keturunan 6. Frekuensi nadi menurun (5)
(tempramen mudah teragitasi sejak 7. Tekanan darah menurun (5) 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
lahir), penyalahgunaan zat, terpapar 8. Tremor menurun (5) menumbuhkan kepercayaan
bahaya lingkungan (mis. toksin, 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
polutan, dan lain-lain), Kurang jika memungkinkan
terpapar informasi Dibuktikan 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
dengarkan dengan penuh perhatian
Dengan merasa bingung, merasa
4. Gunakan pendekatan yang tenang dan
khawatir dengan akibat dari kondisi meyakinkan
yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, 5. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
tampak gelisah, tampak tegang, kenyamanan
sulit tidur, mengeluh pusing, 6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
anoreksia, palpitasi, merasa tidak memicu kecemasan
berdaya, frekuensi nafas 7. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
meningkat, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah EdukasiE Edukasi
meningkat, diaforesis, tremor,
muka tampak pucat, suara bergetar, 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
kontak mata buruk, sering
berkemih, berorientasi pada masa mungkin dialami
lalu 2. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolabora Kolaborasi
A. PENGKAJIAN
DATA UMUM
1. Inisial Klien : Ny. F Inisial Suami : Tn. M
2. Usia : 31 Tahun Usia : 37 Tahun
3. Status P : Menikah Status Perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
5. PP Terakhir : SMA PP Terakhir : SMA
n. Penatalaksanaan Medis
Theraphy yang duberikan :
Drip Analgesik
PCT
B. Complex
Cefiximine
Ceftriaxone
Pantropratol
Inf. Nacl 20 tetes/ menit
ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan Etiologi
.
1. DS : Klien mengatakan Nyeri Akut Agen Pencedera
nyeri di bagian post Fisik
operasi
DO : - Klien tampak
meringis kesakitan
- Skala Nyeri 5
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik ditandai dengan
tampak meringis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri
saat bergerak
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia ) SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
. Indonesia)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama a. Manajemen Nyeri
1x24jam maka tingkat nyeri menurun, dengan Observasi
dengan Agen pencedera
kriteria hasil 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisik ditandai dengan 1. Keluhan nyeri menurun (5) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
tampak meringis
3. Kesulitan tidur menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
4. gelisah menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat
5. anoreksia menurun (5) memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
No Kriteria A T tentang nyeri
1. Keluhan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
nyeri respon nyeri
2. Meringis 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
3. Kesulitan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 kualitas hidup
tidur 8. Monitor keberhasilan terapi
4. Gelisah 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 komplementer yang sudah diberikan
5. Anoreksi 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Keterangan :
1. Meningkat Terapeut Teraupetik
2. Cukup meningkat 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
3. Sedang mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
4. Cukup menurun hipnosis, akupuntur, terapi musik,
5. Menurun blofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri ( mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, pembisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredahkan
nyeri
b. Pemberian analgesik
Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
2. Identifikasi iwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesic
(mis. Narkotika, non narkotika, atau
NSAIO) dengan tingkat keparahan
nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pepmberian analgesik
5. Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesic yang
disukai untuk menvapai analgesia
optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dala serum
3. Tetapkan target efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan respons pasien
4. Dokumentasikan respons terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesic, jika perlu