PENDAHULUAN
setelah dibuahi, sel telur bernidasi dan tumbuh pada daerah luar endometrium
miskram dan atau rupture pada dinding oviduk. Kemudian biasanya pada
Pemeriksaan dini sangat dibutuhkan demi kelangsungan hidup ibu dan untuk
Risilwa, 2017).
pada 19,7 kasus dari 1000 kehamilan, dan merupakan penyebab mortalitas
utama pada kehamilan trimester pertama. Angka kasus yang ada di negara
berkembang dipercaya lebih tinggi lagi, namun data yang mendetail masih
1
belum diketahui pasti. Umumnya di Indonesia, kasus kejadian kehamilan
dari 2019 sampai dengan 2020 terdapat 79 kasus kehamilan ektopik terganggu
Kota Denpasar. Kehamilan ektopik terganggu menjadi penyebab salah satu dari
tiga kematian (33.3%) di RSUD Wangaya Kota Denpasar pada tahun 2020
Denpasar, 2020).
kehamilan etopik terganggu didominasi oleh ibu berusia di bawah 20 tahun dan
dapat diketahui bahwa adanya hubungan antara usia ibu dan kejadian
kehamilan ektopik terganggu yaitu didapatkan p value 0,024 < α 0,05 (Triana,
2019). Rentang usia optimal yang mendukung kondisi kehamilan adalah antara
organ reproduksi yang belum matang dan masih pada masa pertumbuhan.
Sedangkan mengandung di usia diatas dari 35 tahun juga memiliki risiko tinggi
2
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik meneliti faktor-faktor
ibu. Dengan demikian, pada kesempatan ini penulis ingin melakukan penelitan
mengenai Hubungan Umur dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Kehamilan
ini adalah :
Apakah ada hubungan antara Umur dan Paritas Ibu Hamil dengan
3
1. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi dasar sebagai refrensi untuk
penelitian selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba
ektopik dapat terjadi diluar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau
rongga perut, tetapi dapat juga terjadi didalam rahim misalnya dalam
2.1.2 Epidemiologi
5
terjadi pada 19,7 kasus dari 1000 kehamilan, dan merupakan penyebab
Wangaya Kota Denpasar dari tahun 2019 sampai dengan 2020 terdapat 79
Denpasar. Pada tahun 2020 terjadi satu (33,3%) kematian ibu yang
disebabkan oleh Kehamilan Ektopik Terganggu dari tiga kematian ibu yang
2020).
2.1.3 Patofisiologi
konsepsi (zigot) sebelum turun dalam rahim, tetapi oleh beberapa sebab
terjadi gangguan dari perjalanan hasil konsepsi dan tersangkut serta tumbuh
dalam tuba. Saluran telur bukan tempat ideal untuk tumbuh kembang hasil
6
menyebabkan perlekatan saluran telur. Pembuluh darah pecah karena tidak
peritoneum dan akhirnya terjadi ruptur, nyeri pelvis yang hebat dan akan
menjalar ke bahu.
Ruptur bisa terjadi pada dinding tuba yaitu darah mengalir antara 2
uterus dapat ditemukan juga pada endometrium. Pada suatu tempat tertentu
2.1.4 Klasifikasi
menurut :
7
yang paling sering terjadi sekitar 95% dari kehamilan ektopik.
Kehamilan tuba akan menghasilkan salah satu dari ketiga hal ini :
peritoneum
8
d.Kehamilan servikal adalah jenis dari kehamilan ektopik yang jarang
9
1) Kehamilan kombinasi (Combined Ectopik Pregnancy) yaitu
10
Kehamilan tuboovarial digunakan bila kantung janin sebagian
a. Amenorhoe
darah.
11
2.1.6 Diagnosis
penunjang)
2018).
Mustika, 2018).
12
karena riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, riwayat
Mustika, 2018).
2. Pemeriksaan fisik:
13
a) Pada konjungtiva ditemukan pucat tergantung lama
b) Pada abdomen:
tegang.
terganggu.
3. Pemeriksaan Kebidanan:
menonjol.
4. Pemeriksaan penunjang:
c) Laparoskopi.
14
d) Laparotomi : harus dilakukan pada kasus kehamilan
e) Kuldosintesis.
2.1.7 Penatalaksanaan
fertilisasi in vitro setempat. Pada keadaan kondisi ibu buruk yaitu dalam
15
Istilah umur diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam
sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20
tahun sampai dengan 30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata dua sampai lima kali lebih
diusia lebih dari 35 tahun juga memiliki risiko tinggi terjadinya komplikasi
penurunan aktivitas mioelektrik tuba. Dalam hal ini gerakan peristaltik tuba
16
kavum uteri (Asyima, 2018). Hal ini sesuai dengan penelitian Triana (2019)
banyak pada ibu yang berumur < 20 dan >35 tahun yaitu 66,7%.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai
p 0,038 < α 0,05, artinya ada hubungan umur ibu dengan kejadian
adalah 32-33 tahun. Hasil penelitian Triana (2019) juga tidak sejalan
ektopik terganggu pada umur 25-34 tahun. Umur 20-35 tahun merupakan
tinggi.
tersebut juga tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Hendri dkk. (2013),
seperti clamidya trakomatis dan penyakit radang panggul pada rentang usia
menikah antara 20-35 tahun sekitar 64%. Hal ini dapat mengakibatkan
17
peningkatan kejadian kehamilan ektopik terganggu oleh karena infeksi
adalah suatu kondisi yang terjadi ketika tuba fallopi terisi dengan serosa
Amanda, 2019).
2.2. Paritas
18
penelitian Prasanna, et.al (2016) yang menemukan bahwa kejadian
19
BAB III
KERANGKA KONSEP
antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) yang
UMUR
PARITAS
1. Riwayat Kesehatan
2. Riwayat Kebidanan yang lalu
3. Riwayat Kontrasepsi
4. Riwayat Merokok
Keterangan :
paritas ibu hamil riwayat kesehatan, riwayat kebidanan yang lalu, dan
20
riwayat kontrasepsi di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota
Denpasar.
ektopik terganggu.
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang
matrik, yang berisi: nama semua variabel yang diteliti pada kerangka
konsep penelitian, deskripsi variabel, alat ukur, hasil ukur dan skala ukur
21
interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel (Setiadi, 2013).
Pengukuran Ukur
pasien
abnormal, abortus,
22
medis dikategorikan
menjadi
a. Primigravida: wanita
pertama kalinya.
b. Multigravida: wanita
kali.
c. Grandemultigravida:
atau lebih.
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
dengan pengamatan sesaat atau dalam periode tertentu dan setiap studi hanya
yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan
totalitas dari setiap elemen yang akan diteliti yang memiliki ciri sama, bisa
berupa individu dari suatu kelompok, peristiwa, atau sesuatu yang akan diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan kehamilan
ektopik terganggu pada tahun 2019 dan 2020 di Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Kota Denpasar yang berjumlah 79 orang. Menurut Siyoto dan Sodik
(2015), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
24
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Sampel
dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu di
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar tahun 2021 dan 2022
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan
laparotomi
a. Besar Sampel
{Z + Zβ}2
N=
(𝑃1 − 𝑃2)2
N = 38
Dimana:
25
Perhitungan besar sampel diperoleh jumlah sampel minimum
ini tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau
inklusi.
Wangaya Kota Denpasar beralamat Jalan Kartini No. 133 Denpasar. Alasan
pemilihan tempat ini karena Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota
26
tanggal 22 Agustus sampai dengan 2 September 2022. Pengambilan data di
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang bersumber dari catatan rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah
Denpasar.
medis.
penelitian.
27
f. Melakukan pengumpulan data dengan cara instrumen berupa lembar
ini menggunakan instrumen penelitian berupa lembar chek list yaitu suatu
daftar berisi kode atau nomer subjek dan beberapa gejala atau identitas
menggunakan chek list yang dibuat format dan isinya oleh peneliti sesuai
dengan data sekunder yang diperlukan. Sumber dari data sekunder ini
adalah data rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya tahun 2021
a. Pengolahan data
28
2. Coding, yaitu kegiatan pemberian tanda dari data menurut kategori
dalam lampiran 4.
b. Analisis data
lalu, dan riwayat kontrasepsi. Data umur dengan skala data numerik
29
data atau hasil penelitian yang disajikan. Kode responden
2. Kerahasiaan (confidentially)
3. Kemanfaatan (beneficience)
terganggu.
inklusi.
30
BAB V
HASIL PENELITIAN
RSUD Wangaya
kehamilan ektopik terganggu paling banyak terjadi pada rentang usia 20-35 tahun
yaitu berjumlah 31 orang, paling sedikit pada rentang usia < 20 tahun yaitu 1 orang
dan kejadian kehamilan ektopik terganggu pada pasien dengan rentang usia > 35
31
5.2 Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Hamil Pada Pasien KET di RSUD
Wangaya
RSUD Wangaya
32
BAB VI
PEMBAHASAN
banyak terjadi pada umur 20-35 tahun. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Triana (2019) dan Asyima (2018) yang menyatakan bahwa ibu yang
mengalami kehamilan ektopik terganggu lebih banyak pada ibu yang berumur <
20 dan >35 tahun. Hamil di usia kurang dari 20 tahun memiliki risiko tinggi
terjadinya komplikasi dalam kehamilan oleh karena organ reproduksi yang belum
matang dan masih dalam masa pertumbuhan. Hamil di usia lebih dari 35 tahun juga
memiliki risiko tinggi terjadinya komplikasi oleh karena fungsi reproduksi wanita
tuba. Dalam hal ini gerakan peristaltik tuba menjadi lamban, sehingga implantasi
zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri (Asyima, 2018). Hasil penelitian
terganggu terjadi pada rata-rata umur 32,03 tahun, standar deviasi 6,491 tahun,
umur termuda 19 tahun dan tertua 44 tahun. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
terganggu terjadi pada rata-rata umur 29,15 tahun dengan standar deviasi 5,10
tahun dan mayoritas kejadian kehamilan ektopik terganggu pada umur 25-34 tahun.
Umur 20-35 tahun merupakan usia produktif seorang wanita untuk hamil sehingga
33
risiko terjadinya komplikasi kehamilan seperti kehamilan ektopik terganggu
kelompok seksual aktif dan mobilitas pada kelompok umur tersebut juga tinggi.
Hal ini sejalan dengan penelitian Hendri dkk. (2013), didapatkan kecenderungan
penyakit radang panggul pada rentang usia menikah antara 20-35 tahun sekitar
terganggu oleh karena infeksi dapat mengakibatkan adhesi atau perlengketan pada
Hidrosalping adalah suatu kondisi yang terjadi ketika tuba fallopi terisi dengan
serosa atau cairan sehingga mengakibatkan pembengkakan pada tuba (Aisyah dan
Amanda, 2019).
terganggu paling banyak terjadi pada multigravida 65%. Hasil dari penelitian ini
sejalan dengan Prasanna et.al. (2016) yang menemukan bahwa kejadian kehamilan
kemungkinan terjadinya abortus sebelumnya dan infeksi pada daerah tuba. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Santoso (2011) yang menemukan
kejadian kehamilan ektopik paling banyak pada gravida kedua yaitu 34,34%
dibandingkan gravida pertama yaitu 32,2%. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
seluruhnya terjadi pada bagian tuba falopii khususnya bagian ampula 87,9% dan
34
riwayat abortus 34,8%. Abortus dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada rahim
yang tidak ditangani atau kerusakan dinding rahim terutama pada abortus berulang
(Dewi, 2016). Hal ini sejalan dengan penelitian Sariroh dan Primariawan (2015)
pada tuba atau tersumbatnya tuba. Selain karena infeksi menular seksual dan
penyakit radang panggul, kerusakan pada tuba bisa diakibatkan oleh endometriosis
dan fibroid.
35
BAB VII
7.1 Kesimpulan
RSUD Wangaya tahun 2021-2022 paling banyak terjadi pada umur 20-35
7.2 Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. dan Amanda, S.S. 2019. Infeksi Chlamydia Trachomatis pada Saluran
Arikunto, S., 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta.
Asyima. 2018. Hubungan Paritas dan Umur Ibu Terhadap Kejadian Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET) di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2018. Jurnal
Baud, D., Goy, G., Jaton, K., Osterheld, M.C., Blumer, S., Borel, N., Vial , Y. 2011.
Dewi, T.P. dan Risilwa, M. 2017. Kehamilan Ektopik Terganggu: Sebuah Tinjauan
Yogyakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2020. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2019.
Ekasari, W.U. 2015. Pengaruh Umur ibu, Paritas, Usia Kehamilan, dan Berat Lahir
Bayi Terhadap Asfiksia Bayi pada Ibu Preeklampsia Berat. UNSPasca Sarjana.
Fitriany, A.N., Sukarya, W.S. dan Nuripah, G. 2014. Hubungan antara Usia, Paritas
37
dan Riwayat Medik dengan Kehamilan Ektopik Terganggu. Prosiding
Hadijanto, B., Rachimhadi, T. dan Winknjosastro, G.H., 2014. Ilmu kebidanan. PT.
Yogyakarta.
Hendri, A., Henri, S.., Fidel. 2013. Kejadian Infeksi Klamidia Trakomatis di
46(2), 65-69.
Johnson, R.E., Newhall, W.J., JR, JS. 2002. Chlamydia Trachomatis and Neisseria
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-danginekologi/kehamilan-
38
Dengan Kejadian Kehamilan Ektopik di RSIA Anugerah Medical Center Kota
Nirmala, C., Adiguna, S., dan Puspawati, D. 2018. Prevalensi dan Karakteristik
Infeksi Menular Seksual di Klinik Anggrek UPT Ubud II pada Bulan Januari-
Norma, N dan Dwi, M., 2018. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan
Prasanna, B., Jhansi, CB., Swathi, K., Mahaboob, V. 2016. A Study on Risk Factors
Prawirohardjo, S., 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S., 2018. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Santoso, B. 2016. Analisis Faktor Risiko Kehamilan Ektopik. Jurnal Ners, 6(2):
164-168.
39
Trachomatis pada kerusakan Tuba Fallopi Wanita Infertil. Majalah Obstetri
Setiadi, 2013. Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Siyoto, S. dan Sodik, A., 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media
Publising. Yogyakarta.
364–369.
Tim Surveilance dan Audit Maternal Perinatal RSUD Wangaya Kota Denpasar.
Triana, A. 2019. Hubungan Umur dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian
Wulandari, D.W. dan Laksono, A.D. 2020. Hubungan Paritas dan Karakteristik
40
Individu terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Diantara Wanita Usia Subur di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2017. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 24(1).
Yadav, A., Prakash, A., Sharma, C., Pegu, B., dan Saha, M.K. 2017. Trends of
41