PERINATOLOGI
“
BAB I
PENDAHULUAN
berlangsung. Jika ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur (Prawirohadjo, 2009). Ketuban
pecah dini terjadi apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti tanda-tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum ada inpartu (Manuaba, 2008).
Kejadian ketuban pecah dini dialami oleh 8-10% perempuan hamil aterm
Batusangkar pada tahun 2018 adalah 1,76 % (Rekapitulasi pasien ruang ponek tahun
2018).
Penyebab ketuban pecah dini yaitu faktor-faktor eksternal misalnya infeksi yang
menjalar dari vagina, serta dapat terjadi akibat polihidramnion, inkompeten serviks
terjadinya ketuban pecah dini yaitu disebabkan oleh HPV (Human Pappiloma Virus)
dimana 95% wanita dengan HPV (Human Pappiloma Virus) mengalami ketuban
pecah dini adalah asfiksia pada bayi, dengan prevalensi 60,9%. Angka
glukosa yang akhirnya tanpa sisa dan langsung menjadi air dan
(Prawihardjo, 2009).
lain menyebutkan bahwa gawat janin dapat disebabkan oleh keadaan ibu
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim
2009).
Indonesia, 2012).
berperan dalam deteksi terjadinya ketuban pecah dini secara dini supaya
2019”.
1.3 Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Batusangkar
1.4.1 Manfaatteoritik
kepada peneliti bahwa ada hubungan ketuban pecah dini dengan kejadian
1.4.2 ManfaatPraktis
akan ada tindak lanjut penelitian baru yang masih berkaitan dengan
penelitianini.
asuhan kebidanan komprehensif pada ibu KPD dan fetal distres untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. Oleh katena itu, Penulis melakukan penelitian di
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 1 Defenisi
persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
2.1 2Patofisiologi
Dalam keadaan normal ketuban pecah spontan paling sering terjadi sewaktu-
waktu pada persalinan aktif. Pecahnya ketuban secara khas tampak jelas sebagai
semburan cairan yang normalnya jernih atau sedikit keruh, hampir tidak bewarna
dengan jumlah yang bervariasi. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda.
Namun pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Pecahnya ketuban dalam
persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dean peregangan berulang.
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
pecah.
Sedangkan untuk terjadinya faktor resiko kejadian ketuban pecah dini adalah :
(MPP) yang dihambat inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati
2.1.3 Etiologi
Menurut Morgan, 2009 ketuban pecah dini dapat disebabkan oleh faktor resiko
yaitu :
a. Umur
mempengaruhi persalinan, Pada usia ibu dibawah 20 tahun. Sedangkan pada ibu
usia lebih dari 35 tahun usia mempengaruhi seseorang karena keelastisan dan
b. Sosial ekonomi
untuk mencapai status gizi ibu yang optimal banyak tidak terpenuhi.
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak
beberapa kali dan pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan
(helen,2008)
d. Anemia
Jika persedian zat besi minimal dalam kehamilan, maka akan menyebabkan
berkurangnya zat besi dalam tubuh ibu hamil dan menyebabkan anemia.
Dalam keadaan anemi mengakibatkan dampak pada ibu dan janin. Dampak
pada salah satunya ketuban pecah dini, sedangkan pada janin, cacat bawaan
e. Merokok
Dengan adanya ketuban pecah dini pada ibu hamil. Riwayat KPD
Dari pada wanita yang belum pernah mengalami ketuban pecah dini,
2. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak berbau amoniak, mungkin
cairan ketuban tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat
3. Cairan tidak akan berhenti atau kering karena terus di reproduksi sampai
kelahiran.
4. Demam
6. Nyeri perut
2.1.5 Komplikasi
a. Persalinan prematur
jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50%
b. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini, pada
sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih
sering dari pada aterm. Secar umum infeksi sekunder padaketuban pecah
2.1.6 Penataklaksanaan
a. Konserpatif
1) Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik
pada ibu maupun pada janin) dan harus dirawat di rumah sakit.
3) Jika umur kehamilan ,< 32-37 minggu, rawat selama air ketuban
37 mingggu.
sudah 24 jam.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
uterin)
b. Aktif
1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
seksio sesarea.
persalinan diakhiri.
kontraindikasi.
mungkinmenjadi pilihan.
korioamnionitis.
dari depan ke belakang, terutama setelah berkemih atau buang air besar.
seperti biasanya.
yang lemah.
2.2.1 Definisi
Fetal Distres (Gawat Janin) adalah kondisi hipoksia yang bila tidak
jakarta:EGC,2007)
2.2.2 Etiologi
dalamwaktu singkat)
3. Solusio plasenta.
1. Penyakit hipertensi
2. Diabetes melitus
2.2.3 Patofisiologi
oksigenpun berkurang.
mengurangi aliran pada vaskuler, dalam hal ini adalah pada plasenta,
sehingga janin tidak dapat memenuhi kebutuhan yang cukup akan nurisi
dan oksigen.
c. Diabetes militus (DM pada dasarnya gula dapat menjadikan suatu aliran
plasenta.
2. faktor uteroplasental
1) kelainan tali pusat
Bentuk plasenta yang yang normal ialah ceper dan bulat. diameternya antara
15-20 cm dan tebal 1,5-3 cm. panjang tali pusat adalah sektar 55 cm.
Tali pusat harus lebih panjang dari 20-30m untuk memungkinkan kelahiran
anak,bergantung pada apakah plasenta terletak dibawah atau diatas. Tali psat
dan karena tali pusat tertarik mungkin bunyi jantung menjadi buruk dan
inversio uteri.
Memudahkan terjadinya lilitan tali pusat, lilitan tali pusat, biasanya terdapat
pada leher anak. Lilitn tali pusat menyebabkan tali pusat menjadi
relatif pendek dan mungkin juga menyebabkan letak defleksi. setelah kepala
anak lahir, lilitan perlu di bebaskan melalui kepala atau di gunting antara 2
Jakarta; EGC)
2) Trauma
Seperti benturan yang dapat menimbulkan edema pada plasenta sehingga
a. kompresi tali pusat sehingga menghambat aliran darah dari ibu kejanin bisa
karena puntiran tali pusat yang menghambat ataupun karena prolaps tali pusat
2.2.4 Klasifikasi
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik
janin)
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :
a. Asfiksia
2.2.7 Penatalaksanaan
Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, lakukan hal-hal sebagai
berikut:
b. Banyak minum
3. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal
a. Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap,
c. Jika tali pusat terletak di bawah janin atau dalam vagina lakukan
4. Jika denyut jantung janin tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain
TINJAUAN KASUS
1. Identitas
Istri suami
2. Keluhan utama :
a. Ibu mengatakan keluar air-air merembes dari jalah lahir 24 jam yang
3. Riwayat menstruasi :
- Usia manarche : 13 th
4. Riwayat pernikahan
- Pernikahan ke :1
5. Riwayat kontrasepsi :
- TP :01-Maret-2019
dan kalsium
c. Riwayat kesehatan
a. Sistemik
d. Riwayat kontraksi
- frekuensi : 1-2x/menit
9.Pengeluaran pervaginam
Sisa Jernih.
h. Minum terakhir
b. Banyaknya : 8 gelas
i. Buang air besar terakhir: Ibu buang air terakhir jam 05.00 wib keluhan
tidak ada
j. Buang air kecil terakhir: Ibu buang air kecil jam 11.00 wib keluhan
tidak ada
l. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboraturium
1. Gol.Darah :A
2. Hb : 12,5 gr%
3. Leukosit : 9.000/uL
4. Eritrosit : 4.000.000/µl.
b. Kesadaran : composmentis
2. Berat badan
a. Sebelum hamil : 45 kg
b. BB sekarang : 52 kg
5. Tanda-tanda vital
b. Nadi :82x/i
c. Pernafasan : 22x/i
d. Suhu : 36,4°c
9. Leher
10. Payudara
d. Colostrum : ada
11. Abdomen
a. Luka bekas operasi :tidak ada bekas luka operasi pada ibu
c. Palpasi Leopold
- Leopold I :
melenting.
- Leopold II :
tonjolan-tonjolan kecil,
- Leopold III :
d. TFU dalam CM : 29 cm
- Frekuensi : 135x/i
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat
g. Ekstremitas
- Tangan : Tidak ada oedema pada tangan ibu, kuku ibu tidak
pucat, tidak ada rasa perih saat menggenggam dan tangan ibu
12. Genitalia
7. Presentasi : Kepala
8. Penurunan : Hodge I- II
pembukaan 1 jari longgar janin hidup tunggal intra uteri, letkep, V, puki,
c. Kebutuhan :
2. Infornt consent
4. Kebutuhan Nutrisi
5. Kebutuhan Eliminasi
6. Kebutuhan Istirahat
7. Dukungan emosional
1. IVFD RL 28 tetes
2. injeksi cefotasim 2x1 gr untuk jam 16.00 wib dan 04.00 wib
3. injeksi dexametason 2x2 gr untuk jam 16.00 wib dan 04.00 wib
4. Nifedipine
5. As.mefenamat
f. Rencana Asuhan :
2. Minta persetujuan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Lakukan observasi dan pantau TTV dan tanda infeksi pada ibu dan janin
dikarena resiko kematian dan kecatatan pada bayi yang cukup besar.
Inj.cefotaxime 2x 1 gr
Inj. Dexa 2x 2 gr
NIfedipine
As.mefenamat
h. Evaluasi
22x/i
6. ibu sudah istirahat total tempat tidur semua aktifvitas ibu berada di
tempat tidur
PEMBAHASAN
Pasien Ny. V usia 22 tahun datang ke IGD rujukan dari puskesmas tanjung
emas usia kehamilan 36-37 minggu+ Tunggal Hidup +Ketuban Pecah Dini+Gawat
Janin
4.1. Anamnesis
teori ,yaitu pasien mengeluhkan keluar air-air dari jalan lahir sejak 1 hari yang lalu
hingga membasahi selembar sarung. Air-air tersebut keruh dan berbau amis. Selain
itu, pasien juga mengakui keluar lendir darah dari jalan lahir 1 hari yang lalu. Pasien
anamnesis didapatkan pasien merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas dan dilakukan uji
lakmus dan perlu juga diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut. Belum ada serta
Pasien merasa basah pada vagina. Pasien datang dengan keluhan keluar
tiba dari jalan lahir. Riwayat keluar air ketuban dari jalan
darah dan berbau khas Cairan yang keluar keruh dan berbau
Pada kasus, pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal, baik
pemeriksaan tanda vital, maupun status generalisata dari pasien. Pada pasien tidak
didapatkan adanya tanda-tanda infeksi. Suhu pasien normal yaitu 37,5o C. Denyut
Berdasarkan teori, pemeriksaan fisik pada kasus KPD ini penting untuk
menentukan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Hal ini terkait dengan
penatalaksanaan KPD selanjutnya dimana risiko infeksi ibu dan janin meningkat pada
KPD. Umumnya dapat terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Selain itu
Teori Kasus
Pada kasus, pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan dalam pada saat pertama
kali datang untuk menentukan ada tidaknya pembukaan. Pada saat di lakukan
pemeriksaan dalam pada pasien ini didapatkan pembukaan (-), presentasi letak
kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan
pada pasien dengan KPD akan ditemukan selaput ketubannya negatif. Pemeriksaan
dalam pada saat pasien datang pertama kali adalah penting untuk menilai apakah
Teori Kasus
leukosit pasien dalam batas normal (16.400 / mm3) dan kesimpulannya bahwa air
Pada pasien ini dilakukan tes lakmus.Sekret vagina ibu hamil pHnya adalah 4-
5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.Tes Lakmus (tes nitrazin),
jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban
Teori Kasus
biru
Pemeriksaan USG pada kasus KPD dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam kavum uteri.Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
Interprestasi NST dikatakan reaktif jika terdapat paling sedikit 2 kali gerakan janin
dalam waktu 20 menit pemeriksaan yang disertai adanya akselerasi paling sedikit 10-
15 dpm, frekuensi dasar (baseline) denyut jantung janin diluar gerakan janin antara
Pada kasus terdapat perbedaan usia kehamilan pada perhitungan HPHT ibu dan
USG. Dimana pada perhitungan manual ibu, usia kehamilan telah aterm, tetapi pada
USG masih prematur. Di literatur dikatakan bahwa jika terdapat perbedaan seperti ini,
Teori Kasus
1. Terdapat paling sedikit 2 kali NST pada kasus ini dilakukan dan
gerakan janin dalam waktu 20 menit dipatkan gerakan anak 4x/10 menit
2. Frekuensi dasar (baseline) denyut 17.30 wib DJJ pada bayi yakni 165-
Fetal distress dapat terjadi karena adanya gangguan sirkulasi uteroplasenter yang
mengakibatkan hipoksia pada janin. Pada kasus ini, hipoksia pada janin kemungkinan
bisa disebabkan oleh kehamilan postterm. Pada kehamilan postterm, plasenta sudah
tidak bagus lagi sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dari ibu ke janin. Di
samping itu fetal distress juga dapat diakibatkan oleh adanya ketuban pecah dini yang
mengakibatkan air ketuban berkurang, kemudian tali pusat tertekan oleh janin
Fetal distress atau yang sering disebut gawat janin ditegakkan ketika ditemukan
DJJ (+) 165-170 kali permenit. Hal ini menunjukkan hipoksia janin yang sudah tidak
bisa dikompensasi lagi (distress). Diagnosa ini dapat lebih tegas lagi ditegakkan
CTG
preaterm dan akibat dari ketuban pecah dini. Insufisiensi fungsi plasenta pada
4.7 Penatalaksanaan
Pada kasus ini, keluar air ketuban dari jalan lahir atau dalam hal ini pecahnya
ketuban dicurigai terjadi 1 hari yang sebelum masuk rumah sakit, sementara belum
ada tanda-tanda inpartu pada pemeriksaan dalam, pada pemeriksaan CTG pada jam
dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap pasien KPD, yaitu umur kehamilan
dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Pemberian antibiotik profilaksis dapat
segera setelah diagnosis KPD ditegakkan. Dan dilakukan tindakan segera dengan
seksio sesarea.
Teori Kasus
dilakukan, pasien pada kasus ini didiagnosis sebagai KPD. Kasus yang ditemukan