PENDAHULUAN
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Manajemen aktif kala III sangat penting
dilakukan pada setiap asuhan persalinan normal dengan tujuan untuk menurunkan
2012).
menit setelah bayi lahir. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertongan aktif
kala III yang tidak tepat dan juga bisa disebabkan oleh adhesi antara plasenta dan
uterus. Hampir sebagian besar plasenta disebabkan oleh kontraksi uterus. Plasenta
sebagai benda mati dapat terjadi inkarserata. Sewaktu suatu bagian plasenta
tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini
kematian ibu (AKI) ditahun 2013 mencapai 210 per 100.000 kelahiran hidup.
persalinan, dan nifas. Sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena
1
2
tercatat 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia
masih didominasi oleh perdarahan (32%) (atonia uteri 50-60%, sisa plasenta 23-
24%, retensio plasenta 16-17%, persalinan dengan laserasi jalan lahir 4-5% dan
kelainan darah 0,5-0,8%), hipertensi dalam kehamilan (25%), diikuti oleh infeksi
(5%), partus lama (5%), dan abortus (1%). Selain penyebab obstetrik, kematian
ibu juga disebabkan oleh penyebab lain-lain (non obstetrik) sebesar 32%
kematian ibu sebanyak 152 per kelahiran hidup. Penyebab kematian adalah
pendarahan 25,24% (atonia uteri 42%, retensio plasenta 20%, dan robekan jalan
lahir 19%), infeksi 14,76%, partus lama 13,81%, hipertensi dalam kehamilan
4,29%, abortus 20,95% dan lain – lain 20,95% (Dinkes Sumut, 2014).
Salah satu penyebab kematian ibu pada sebagian besar kasus perdarahan
karena retensio plasenta, sehingga perlu dilakukan upaya penanganan yang baik
dan benar yang dapat diwujudkan dengan upaya peningkatan keterampilan tenaga
dan faktor uterus. Faktor maternal antara lain : umur ibu dan multiparitas, faktor
uterus: bekas sectio caesarea, bekas kuretase, riwayat retensio plasenta pada
oleh multiparitas dan faktor plasenta yaitu implantasi plasenta seperti plasenta
adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkreta dan plasenta perkreta. Umur yang
terlalu tua serta paritas tinggi dapat menjadi predisposisi terjadinya retensio
plasenta. Hal ini dikarenakan umur ibu yang terlalu tua mempengaruhi kerja
rahim dimana sering terjadi kekakuan jaringan yang berakibat miometrium tidak
dapat berkontraksi dan retraksi dengan maksimal. Sedangkan pada paritas tinggi,
dan retraksi secara maksimal sehingga menimbulkan terjadinya atonia uteri. Hal
ini menyebabkan plasenta tidak bisa terlepas dari tempat implantasinya ataukah
plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri (Rukiyah, 2013).
faktor risiko ibu bersalin dengan retensio plasenta hasil yang didapat menunjukan
50,0% umur yang berisiko tinggi yaitu ibu yang berumur < 20 tahun dan > 35
tahun, 91,7% grandemultipara, dan 38,3% yang memiliki riwayat kehamilan dan
oleh multifaktor, yaitu faktor maternal, faktor uterus dan faktor fungsional, faktor
4
maternal terdiri atas usia, paritas dan anemia. Berdasarkan hasil penelitiannya
bahwa faktor umur ibu > 35 tahun meningkatkan risiko 7 kali untuk mengalami
karena dalam waktu singkat ibu bisa mengalami perdarahan post partum dan hal
ini juga dapat menyebabkan ibu jatuh dalam keadaan syok, anemis, infeksi,
tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu
Kasih Medan didapatkan karakteristik yang menjadi faktor resiko adalah umur
ibu 37 tahun, grandemultipara (P4 A1) dan pernah memiliki riwayat abortus.
Akibat dari beberapa faktor tersebut Ny. N pada proses persalinan kala III yaitu
plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Selain itu, asuhan
pada studi kasus ini “Bagaimana asuhan kebidanan ibu bersalin kala III pada Ny.
N dengan Retensio Plasenta di Klinik Hanna Kasih Medan Tahun 2017 Dengan
1.3. Tujuan
pengalaman yang nyata untuk memberikan asuhan kebidanan ibu bersalin kala III
1. Mahasiswa mampu
a. Melakukan pengkajian data dasar secara legkap pada ibu bersalin Ny.
retensio palsenta.
plasenta.
retensio palsenta.
teori dan praktek pada ibu bersalin Ny. N dengan retensio plasenta.
Klien dapat merasa aman dan kenyamanan atas pelayanan yang bermutu
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidan dan
plasenta.
dimasyarakat.
7
mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran dan adat dasar untuk asuhan
kebidanan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Persalinan
pengeluaran hasil konsepsi yang telah mampu hidup di luar kandungan melalui
beberapa proses seperti adanya penipisan dan pembukaan serviks serta adanya
kontraksi yang berlangsung dalam waktu tertentu tanpa adanya penyulit (Rohani,
2012).
1. Kala I (kala pembukaan) : di mulai dari adanya his yang adekuat sampai
pembukaan lengkap. Kala I di bagi dalam 2 fase : Fase laten (serviks 1-3
mencapai pembukaan lengkap, fase kala I persalinan terdiri dari fase laten
kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-30 detik, tidak
terlalu mules, fase aktif dengan tanda-tanda kontraksi di atas 3 kali dalam
10 menit.
8
9
2. Kala II (kala pengeluaran) : Gejala dan tanda kala II, telah terjadi
vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum
pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
3. Kala III (pengeluaran plasenta) : di mulai setelah bayi lahir sampai lahir
nya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Batasan kala III,
dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba
keras dengan fundus uteri agak di atas pusat beberapa menit kemudian
Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit - 15 menit setelah bayi lahir dan
4. Kala IV (kala pengawasan) : di mulai dari saat nya lahir nya plasenta
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini mnyebabkan
semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
terlipat, menebal dan kemudian terlepas dari dinding uterus (Marmi, 2012).
berbentuk bulat dan tinggi fundus berada tiga jari di bawah pusat. Setelah
Tujuan manajemen aktif kala III yaitu membuat uterus berkontraksi lebih
mengurangi kehilangan darah selama kala III persalinan jika dibandingkan dengan
pelepasan plasenta secara spontan. Sebagian besar (25 - 29%) mordibitas dan
atonia uteri dan retensio plasenta yang dapat dicegah dengan manajemen aktif
1. Pemberian suntikan oksitosin dalam satu menit pertama setelah bayi lahir
Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat
beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit- 15 menit setelah bayi lahir
2.3.1. Defenisi
partum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10
benda mati dapat terjadi inkarserata. Sewaktu suatu bagian plasenta tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan
segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. Darah tersebut
makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan
1. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sebagian miometrium.
2.3.2 Etiologi
1. Faktor maternal
Kategori umur yang beresiko tinggi yaitu < 20 tahun, karena fungsi alat-
alat reproduksi masih berlum matang dan umur > 35 tahun karena fungsi
b. Multiparitas / Grandemultipara
2. Faktor uterus
uterus.
g. Bekas endometritis
14
3. Faktor plasenta
a. Plasenta previa
b. Implantasi corneal
c. Plasenta akreta
2.3.3 Patofisiologi
retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah
berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan
secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil.
plasenta.
jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat
Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini
secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga
2.3.4 Diagnosis
2. Perdarahan segera.
Selain tanda dan gejala yang selalu ada, berikut tanda da gejala yang
3. Perdarahan lanjutan.
2.3.4 Penatalaksanaan
yaitu :
Pada kejadian retensio plasenta atau plasenta tidak lahir dalam waktu 30
(Marmi, 2012).
a. Persiapan
tramadol)
2) Klen tali pusat pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu
klem tali pusat kemudain pindahkan tangan luar untuk menahan fundus
uteri
implantasi plasenta
17
6) Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari
sebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan
2) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
Catatan :
a. Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada daaran yang
miometrium)
lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal
18
kesehatan rujukan
d. Mengeluarkan plasenta
f. Pemantauan pascatindakan
asuhan lanjutan
b) Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan keada ibu bahwa ibu mungkin
dan utuh
e) Periksa kembali uterus setelha satu hingga dua menit untuk memastikan
berkontraksi baik.
20
2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala III dengan
Retensio Plasenta
kebidanan pada pasien dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang
A. Identitas
1. Nama
2. Umur
Untuk mengetahui faktor resiko yang ada hubungannya dengan umur ibu.
Umur ibu kurang dari 20 tahun karena alat – alat reproduksinya belum
matang, sedangkan umur ibu lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
3. Agama
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
7. Alamat
B. Data Subyektif
1. Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu, yang terjadi pada ibu
bersalin yaitu merasakan mules – mules dan keluar lendir bercampur darah
dan merasakan nyeri pinggang. Keluhan yang terjadi pada kasus retensio
plasenta adalah plasenta tidak lahir selama 30 menit setelah bayi lahir
(Effendi, 2013).
2. Riwayat Menstruasi
Menarche umur berapa, haid teratur atau tidak, siklus berapa lama, lama
haid, banyak darah, sifat darah, dismenorhoe ataau tidak, dan kapan haid
terakhir.
Apakah merasa lelah, merasa mual dan muntah yang berlebihan , merasa
5. Pengeluaran pervaginam
6. Riwayat Imunisasi TT
tetanus dan untuk kekebalan pasif terhadap infeksi tetanus untuk bayi baru
lahir.
a) Nutrisi
b) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan BAB dalam sehari,
c) Pola Istirahat
berlebihan, tidur siang kurang lebih 1 jam, tidur pada malam hari
d) Personal Hygiene
plasenta.
a) Kehamilan
(abortus , lahir hidup, apakah anaknya masih hidup dan apakah dalam
24
b) Persalinan
c) Nifas
d) Anak
Jenis kelamin berat badan waktu lahir, hidup atau meninggal, kalau
meninggal pada usia ke berapa, jarak yang terlalu pendek, kurang dari 2
1. Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah dalam keadaan baik, sedang
atau buruk. Keadaan umum pada ibu dengan retensio plasenta yaitu
2. Kesadaran
dibangunkan dengan rangsang nyeri, tapi jatuh tidur lagi), koma (tidak
25
3. Pemeriksaan Fisik
(b) Suhu
(c) Nadi
(d) Respirasi
pernafasan kurang dari 40 kali per menit / lebih dari 60 kali per
menit.
b) Tinggi Badan
Untuk mengetahui tinggi badan pasien, tinggi badan normal 150 cm.
26
c) Berat Badan
penambahan berat badan rata – rata 0,3 – 0,5 kg/ minggu, tetapi nilai
d) Lila
e) Inspeksi
(a) Kepala
(b) Muka
(c) Mata
(g) Dada
Apakah simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada benjolan atau
tidak. Hal ini untuk mengetahui apakah ada tumor atau kanker.
(h) Payudara
belum.
(i) Perut
Ada bekas operasi atau tidak, ada strie atau tidak, ada linea nigra
atau ada linea alba atau tidak. Pada kasus retensio plasenta TFU
setinggi pusat.
(j) Vulva
Untuk mengetahui ada oedem atau tidak, ada varices atau tidak, ada
(k) Anus
(l) Ekstremitas
f) Palpasi
(a) Leher
(b) Dada
(c) Perut
pusat.
g) Auskultasi
h) Pemeriksaan panggul
i) Pemeriksaan dalam
j) Pemeriksaan penunjang
pembekuan darah
30
KALA I
Data ini diambil dari hasil pengkajian yang sudah terkumpul yang
1) Diagnosa kebidanan
2) Masalah
Masalah adalah hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
yang muncul pada ibu inpartu kala I yaitu ibu mengatakan perut mules dan
keluar lendir bercampur darah, dan ibu merasa cemas (Varney, 2004).
3) Kebutuhan
Kebutuhn adalah hal- hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi
ibu.
31
pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk
2008).
mengatasi masalah dan kebutuhan pada langkah ini akan dilakukan rencana
tindakan yang menyeluruh, tidak hanya meliputi apa yang telah diidentifikasikan
dari kondisi pasien atau permasalahannya yang berkaitan dengannya tetapi uga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap pasien, seperti apa yang dilakukan
Pada kala I
suatu keputusan dan memberi perawatan. Pada langkah ini bidan merumuskan
rencana tinakan yang sebelumnya telah didiskusikan dengan pasien dan kemudian
kebutuhan yang teridentifikasi dalam masalah dan diagnosa sudah terpenuhi atau
belum.
33
KALA II
Data ini diambil dari hasil pengkajian yang sudah terkumpul yang
1) Diagnosa kebidanan
Ds :
Do :
tanda gejala kala II, pembukaan lengkap, ketuban sudah pecah dan tampak
2) Masalah
Masalah adalah hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
yang muncul pada ibu inpartu kala II yaitu ibu merasa ingin BAB dan his
3) Kebutuhan
Kebutuhn adalah hal- hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi
2008). Kebutuhan yang muncul pada inpartu kala II yaitu atur posisi ibu
pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk
2010).
mengatasi masalah dan kebutuhan pada langkah ini akan dilakukan rencana
tindakan yang menyeluruh, tidak hanya meliputi apa yang telah diidentifikasikan
dari kondisi pasien atau permasalahannya yang berkaitan dengannya tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap pasien, seperti apa yang dilakukan
Pada kala II
4. Pimpin bersalin.
suatu keputusan dan memberi perawatan. Pada langkah ini bidan merumuskan
rencana tinakan yang sebelumnya telah didiskusikan dengan pasien dan kemudian
kebutuhan yang teridentifikasi dalam masalah dan diagnosa sudah terpenuhi atau
belum.
36
KALA III
Data ini diambil dari hasil pengkajian yang sudah terkumpul yang
1) Diagnosa kebidanan
Ny. X P...A... umur... tahun inpartu kala III dengan retensio plasenta
Ds :
Do :
oksitosin ke 2.
3) Observasi TTV
6) Perdarahan ± 600 cc
2) Masalah
Masalah adalah hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
yang muncul pada ibu inpartu kala III yaitu ibu mengatakan cemas karena
3) Kebutuhan
Kebutuhn adalah hal- hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi
2008). Kebutuhan yang muncul pada inpartu kala III yaitu informasikan
pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk
2004). Pada kasus retensio plasenta diagnosa potensial yaitu terjadi syok
dengan keadaan yang dialaminya. Pada kasus retensio plasenta antisipasi yang
38
pemberian 20 unit oksitosin dalam 500 cc NS/RL dengan 40 tetes per menit, dan
2010).
mengatasi masalah dan kebutuhan pada langkah ini akan dilakukan rencana
tindakan yang menyeluruh, tidak hanya meliputi apa yang telah diidentifikasikan
dari kondisi pasien atau permasalahannya yang berkaitan dengannya tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap pasien, seperti apa yang dilakukan
kontraksi uterus
2. Melakukan PTT
3. Jika telah dilakukan PTT dan belum juga lahir dalam waktu 15 menit
4. Jika menggunakan MAK plaseta masih belum lepas dalam waktu 30 menit
pervaginam, setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan setiap 30 menit pada
jam kedua.
7. Ajarkan keluarga untuk melakukan massase uterus pada uterus ibu selama
15 detik.
9. Dokumentasi.
suatu keputusan dan memberi perawatan. Pada langkah ini bidan merumuskan
rencana tinakan yang sebelumnya telah didiskusikan dengan pasien dan kemudian
kebutuhan yang terindentifikasi dalam masalah dan diagnosa sudah terpenuhi atau
belum.
40
KALA IV
Data ini diambil dari hasil pengkajian yang sudah terkumpul yang
1) Diagnosa kebidanan
plasenta
2) Masalah
Masalah adalah hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
yang muncul pada ibu inpartu kala IV yaitu merasa perutnya mules.
3) Kebutuhan
Kebutuhn adalah hal- hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi
pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk
mengatasi masalah dan kebutuhan pada langkah ini akan dilakukan rencana
tindakan yang menyeluruh, tidak hanya meliputi apa yang telah diidentifikasikan
dari kondisi pasien atau permasalahannya yang berkaitan dengannya tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap pasien, seperti apa yang dilakukan
Pada kala IV
1. Observasi TTV dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan
mules.
42
suatu keputusan dan memberi perawatan. Pada langkah ini bidan merumuskan
kebutuhan yang teridentifikasi dalam masalah dan diagnosa sudah terpenuhi atau
belum
43
Konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan retensi plasenta.
S : Data Subjektif pada kasus dengan riwayat retensio plasenta yaitu ibu
dilakukan.
disimpulkan.
evaluasi.
44
landasan hukum pada asuhan kebidanan ibu bersalin kala III dengan retensio
plasenta adalah :
huruf a diberikan pada : masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa
a. Huruf a : Episiotomi;
menyatakan bahwa :
Jenis studi kasus pada Laporan Tugas Akhir adalah studi kasus observasi
deskriptif.
Studi kasus ini dilakukan di Klinik Hanna Kasih Jl. Perwira II No. 44
Medan.
Objek pada studi kasus ini adalah ibu bersalin Ny. N dengan retensio
plasenta.
1. Data Primer
a. Wawancara
Pada kasus ini wawancara atau tanyaa jawab dilakukan dengan suami
diperlukan.
46
47
b. Observasi
c. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
2. Data Sekunder
a. Studi dokumentasi
b. Status kepustakaan
Bahan pustaka dalam kasus penulis mengambil dari buku – buku yang
Cara pengolahan data yang dipakai pada laporan tugas akhir ini
PEBAHASAN
I. Pengumpulan Data
A. Identitas
B. Data Subyektif
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan mules – mules sejak 7 Maret pukul 08.00 WIB dan keluar
a. Riwayat Mestruasi
HPHT : 02 – 06 – 2016
TTP : 09 – 03 – 2017
Lamanya : 7 hari
Siklus : 28 hari
49
49
Disminorhoe : Ada
d. Pengeluaran pervaginam
e. Riwayat Imunisasi TT
f. Pola eliminasi
BAB : 3 kali/hari
BAK : 8 kali/hari
Minum : 9 gelas/hari
50
g. Pola tidur
C. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
2) Kesadaran : Composmentis
S : 38 oC
N : 98 x/menit
R : 28 x/menit
51
3) Berat Badan
a) Sebelum hamil : 48 kg
b) Sesudah hamil : 56 kg
4) Muka
a) Mata
b) Hidung : Bersih
6) Dada
c) Payudara
8) Ekstremitas
a) Atas
b) Bawah
9) Abdomen
a) Pembesaran : Simetris
a) Palpasi uteri
ekstremitas bayi.
53
(divergen).
b) Auskultasi
c) Pemeriksaan panggul
KALA I
1) Diagnosa kebidanan
2) Masalah
3) Kebutuhan
Vital sign
3. Mendengarkan keluhan ibu dengan meliki rasa empati agaar ibu merasa
nyaman.
4. Mengatur posisi nyaman ibu, jika ibu berada di atas tempat tidur anjurkan
untuk miting ke kiri atau melakukan posisi berlurut untuk mengurangi rasa
nyeri.
7. Mengajarkan ibu tentang teknik bernafas yang baik dan benar yang
KALA II
1) Diagnosa kebidanan
2) Masalah
Ibu merasa ingin BAB dan his adekuat dan selaput ketuban sudah pecah.
3) Kebutuhan
4. Pimpin bersalin.
segera melahirkan.
2. Mengtur posisi ibu dengan posisi litotomi atau sesuai dengan keinginan
3. Mengajari ibu untuk mengedan panjang dan kuat pada saat his dan
terlihat 1/3 dari vulva maka tangan kiri berada diatas simfisis untuk
kepala bayi lahir maka bersihkan wajah bayi dengan kassa steril, setelah
itu cek lilitan tali pusat dan tunggu kepala mngadakan putar paksi luar dan
kebawah untuk melahirkan bahu belakang dan lakukan sanggah susur pada
6. Menganjurkan ibu untuk lebih banyak mengkonsumsi air putih serta pola
a. PB : 48 cm
b. BB : 3500 gr
c. JK : Perempuan
d. APGAR : 1:8
60
KALA III
1) Diagnosa Kebidanan
Dx :
Ds :
Do :
2) Masalah
Ibu merasakan cemas karena plasenta tidak lahir 30 menit setelah bayi
lahir.
3) Kebutuhan
b. Berikan dukungan moril kepada ibu agar ibu tidak merasa cemas
61
kontraksi uterus
2. Melakukan PTT
3. Jika telah dilakukan PTT dan belum juga lahir dalam waktu 15 menit
4. Jika menggunakan MAK plaseta masih belum lepas dalam waktu 30 menit
pervaginam, setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan setiap 30 menit pada
jam kedua.
7. Ajarkan keluarga untuk melakukan massase uterus pada uterus ibu selama
15 detik.
9. Dokumentasi.
62
kontraksi uterus
2. Melakukan PTT
3. Melakukan PTT dan belum juga lahir dalam waktu 15 menit kedua ,
b. Memakai APD
f. Regangkan tali pusat dengan tanngan kiri dan tangan kanan menelusuri
selama 10 menit
pervaginam, setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan setiap 30 menit pada
jam kedua.
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36 oC
RR : 22 x/menit
7. Mengajarkan kepada ibu dan keluarga cara massase uterus yang benar,
yaitu tangan sedikit ditekan pada perut dan kemudian memutarnya secara
sirkuler searah jarum jam. Apabila dalam massase perut teraba keras
bersih.
6. Terapi obat sudah diberikan, dan ibu sudah bersedia untuk minum obat.
8. Ibu dan keluarga sudah paham tentang cara massase uterus yang benar
Observasi 15 menit
tidak merasakan
cemas lagi.
detik
Ibu sudah
diberikan minum
air teh
perdarahan N : 87 x / menit
Kandung kemih
kosong
Perdarahan : 150 cc
perdarahan N : 82 x / menit
Kandung kemih
67
kosong
Perdarahan : 100 cc
perdarahan N : 82 x / menit
Kandung kemih
kosong
Perdarahan : 100 cc
perdarahan N : 82 x / menit
Kandung kemih
kosong
Perdarahan : 100 cc
KALA IV
68
1) Diagnosa kebidanan
2) Masalah
3) Kebutuhan
mules.
S : 36ºC
R : 24X i
Perdarahan : 150 cc
mules.
DATA PERKEMBANGAN
S : Subyek
O : Obyek
1. KU : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
N : 82x/menit
R :22x/menit
S : 36 C
4. Kontraksi : Keras
A : Assesment
plasenta
71
P : Planing
membaik, dan apabila ada keluahn dan darah keluar banyak segera
Tidur siang 1 jam, tidur malam 6-7 jam , dan usahakan jika bayi tertidur
badan dengan
4.2 Pembahasan
N umur 37 tahun P4A1 kala III dengan retensio plasenta ditemukan kesenjangan
1. Pengkajian Data
pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati, dkk, 2009). Dari pengkajian
pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang
keluhannya. Pada kasus retensio plasenta hasil data subyektif ibu mengatakan
cemas karena plasentanya belum lahir. Data subyektif didapatkan keadaan umum
dalam Permani, 2013). Pemeriksaan fisik meliputi tanda – tanda vital, suhu,
subyektif keluhan utama yaitu ibu mengatakan baru saja melahirkan bayinya
pukul 00.20 WIB, dan ibu mengatakan badannya terasa lemas dan ibu merasa
cemas, sedangkan pada data obyektif didapatkan data keadaan umum sedang,
2. Interpretasi Data
yang benar benar atas data – data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data
asuhan terhadap pasien (Ambarwati, dkk, 2009). Masalah adalah permasalah yang
muncul berdasarkan pernyataan pasien, masalah yang muncul pada kasus dengan
(Rustam, dalam Christanti, 2006). Kebutuhan adalah hal – hal yang dibutuhkan
pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisa data (Varney, 2007). Pada kasus perdarahan post
partum kebutuhan yang muncul (Varney, dalam Christanti, 2006) antara lain,
informasi tentang keadaan ibu, informasi tentang tindakan yang akan dilakukan
bidan, dorongan moril dari keluarga dan tenaga kesehatan. Sedangkan pada kasus
dengan retensio plasenta. Masalah yang muncul adalah ibu mengatakan cemas
karena ari – ari belum lahir dan perdarahan banyak, dan kebutuhan yang diberikan
adalah informasi tentang keadaanya dan dukungan moril pada ibu. Pada langkah
ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang
memungkinkan menuggu mengamati dan bersiap – siap apabila hal tersebut benar
– benar terjadi (Wulandari, 2011). Kegawatan yang sering terjadi pada kasus
retensio plasenta jika keadaan umum ibu dalam keadaan baik dan pencegahan
infeksi dalam melakukan manual plasenta kemungkinan tidak akan terjadi syok
langkah ini diagnosa potensial yang ditetapkan pada kasus di lapangan tidak
sesuai dengan teori karena ibu tidak ditemukan tanda – tanda syok dan
pencegahan infeksi pada ibu saat melakukan manual plasenta sesuai dengan
standart.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
lain sesuai dengan kondisi pasien (Wulandari, 2011). Tidak ada kesenjangan
antara teori dengan praktek karena pada kasus tidak ditemukan diagnosa potesial
kontraksi uterus
2. Melakukan PTT
3. Jika telah dilakukan PTT dan belum juga lahir dalam waktu 15 menit
9. Dokumentasi.
pada pasien adalah melaksanakan observasi KU dan TTV ibu tiap 1 jam,
observasi perdarahan tiap 15 menit pertama dan 30 menit kedua menit, Pada
6. Melaksanakan Perencanaan
efisien dan aman (Wulandari, 2011). Pada langkah ini pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat seperti diatas. Pada langkah
ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di
lahan.
7. Evaluasi
ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan
yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang
memperoleh hasil : KU ibu baik, Tanda – tanda vital kembali normal, Plasenta
tidak terjadi, Kontraksi uterus kuat, Ibu merasa nyaman. Pada kasus ibu
36, 4 0 cc, perdarahan ± 150 cc, plasenta lahir secra manual plasenta, utuh berat
500 gram, panjang tali 50 cm, kotiledon lengkap, eksplorasi ditemukan selaput
ketuban, perineum tidak ada rupture, terapi obat sudah diberikan, ibu sudah
BAB V
5.1 Kesimpulan
kala III dengan retensio plasenta di klinik Hanna Kasih maka penulis membuat
kesimpulan :
1. Pengkajian pada kasus Ny N yaitu ibu baru saja melahirkan bayinya pukul
merasa cemas karena plasentanya belum lahir dan keluar darah dari vagina
5. Rencana tindakan pada kasus ibu bersalin dengan retensio plasenta yaitu
77
78
beberapa kesenjangan antara teori dengan kasus di lahan praktik yaitu ibu
potensial.
5.2 Saran
terdeteksi lebih dini bila terjadi kegawatan serta mengerti tentang bahaya
yang timbul selama masa hamil, persalinan dan nifas. Dan memnerikan
2. Bagi Klinik
bersalin patologis, baik dari segi sarana dan prasaana maupun tenaga
kesehatan.
3. Bagi Institusi
patologis.