Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator untuk melihat

keberhasilan upaya kesehatan pada ibu. Menurut WHO angka

kematian ibu didunia pada tahun 2017 mencapai angka sebanyak 295.000

jiwa yang terbagi atas beberapa negara, diantaranya Afrika sebanyak 192.000

jiwa, Amerika sebanyak 8.500 jiwa Asia Tenggara sebanyak 53.000 jiwa.

Jumlah kematian pada ibu dari total kematian pada tahun 2015

sebanyak 90% atau 302.000. Indonesia merupakan salah satu negara

berkembang yang memiliki angka kematian ibu tertinggi didunia.(WHO : 2017)

Menurut laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) 2019, terjadi penurunan jumlah kematian pada ibu dari 4.226

menjadi 4.221. Tahun 2019, kematian ibu paling banyak disebabkan karena

perdarahan dengan jumlah 1.280 kasus, infeksi 207 kasus, serta

hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.066 kasus.( Profil Kesehatan

Indonesia, Kemenkes RI 2019)

Kematian ibu dengan penyebab plasenta previa,

WHO telah melaporkan sebanyak 15% sampai 20% , dan kejadiannya adalah

0,8% sampai 1,2% pada setiap kelahiran. Sedangkan di 2017, menurut

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan bahwa

angka kematian pada neonatal berjumlah 15 per 1.000 kelahiran hidup. Pada
2

keseuluruhan jumlah kematian pada neonatur didapat hasil sebanyak , 80%

(16.156) pada enam hari pertama kehidupannya terjadi kematian.

Menurut penelitian World Health Organization (WHO) merinci bahwa

kematian ibu terutama karena plasenta previa, meningkat dari

15-20% angkanya yaitu 0,8-1,2% pada setiap kelahiran. WHO mencatat bahwa

diperkirakan kematian pada ibu bersalin sebanyak 500.000 setiap

tahunnya. Tragisnya, hampir 100% kematian ibu terjadi di negara agraris

termasuk Indonesia, karena kematian, eklampsia, dan infeksi. (Ruqoiyah,

2017).

Berdasarkan hasil penelitian, penatalaksanan asuhan kebidanan

dengan kasus plasenta previa totalis dilakukan dengan

mengobservasi kontraksi, perdarahan, DJJ, tanda – tanda vital serta tana –

tanda inpartu. Mengikuti petunjuk dokter untuk memberikan obat, minta

ibu untuk istirahat di tempat tidur, melakukan beberapa kegiatan di

tempat tidur, dan menjelaskan kepada ibu untuk makan lebih banyak makanan

bergizi tinggi protein untuk membantu ibu pulih, dan pada saat yang sama

memenuhi kebutuhan ibu. kebutuhan nutrisi dan janin. Mengingatkan ibu

untuk mengontrol kembali, menjelaskan pada ibu agar melakukan persalinan di

rumah sakit, menjelaskan kepada ibu mengenai persiapan dalam menghadapi

persalinan, memberi ibu pendidikan kesehatan mengenai tanda bahaya

kehamilan. (Deni dan Mepi,2018).


3

Sementara dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan pada persalinan

dengan plasenta previa totalis dilakukan dengan terapi ekspetatif agar janin

tidak terlahir prematur dan terapi aktif (tindakan segera) dengan cara sectio

caesarea untuk melahirkan janin,menyelamatkan ibu dan menghentikan

perdarahan, juga dilakukan penekanan plasenta untuk menghentikan

perdarahan dengan cara akselerasi dan amniotomi, versi Braxton Hicks, sera

traksi Cunam Willet yang dilakukan pada persalinan pervaginam. ( Hanna dan

Ricky, 2017)

Dari berbagai permasalahan tersebut,maka peneliti ingin lebih

mengetahui tentang penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu

dengan kasus plasenta previa di RS Indramayu, untuk mengetahui dan

mendeteksi tanda bahaya pada kehamilan dan persalinan serta menggali lebih

jauh mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya plasenta previa.. Hal ini

yang membuat penulis tertarik untuk melakuakan penelitian mengenai

“Hubungan Paritas Dengan Kejadian Plesnta Previa Di RSUD

Pasangkayu ”.

1.1 Rumusan Masalah

Dari hasil uraian pada latar belakang diatas, perumusan masalah

pada laporan ini yakni bagaimana penatalaksanan asuhan

kebidanan pada ibu dengan plasenta previa dan bayi berat badan lahir

rendah ?

1.2 Tujuan Penelitian


4

1.2.1 Tujuan Umum

Penulisan Laporan Tugas Akhir ini bertujuan

untuk melihat gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan

dengan Plasenta Previa dan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD

Pasangkayu.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Melihat gambaran implementasi penatalaksanaan asuhan

kebidanan pada persalinan dengan Plasenta Previa berdasarkan SOAP.

b. Melihat gambaran implementasi penatalaksanan sistem rujukan

Plasenta Previa.

c. Melihat gambaran implementasi penatalaksanaan asuhan kebi danan

pada nifas dengan kasus Plasenta Previa berdasarkan SOAP.

d. Melihat gambaran implementasi penatalaksanaan asuhan kebidanan

pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah berdasarkan

SOAP.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

dengan laporan tugas akhir ini diharapkan bisa menjadi masukan

serta tambahan informasi yang mampu dijadikan bahan

kajian dalam pendidikan terutama untuk pengembangan


5

materi perkuliahan serta dapat menjadi gambaran bagi peneliti

selanjutnya.

b. Manfaat Bagi Institusi Pelayanan

Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat meningkatkan aspek

kualitas pelayanan kesehatan terhadap klien dalam melakukan

penatalaksanaan asuhan kebidanan terutama dengan kasus plasenta

previa dan bayi dengan berat lahir rendah.

c. Manfaat Bagi Penulis

Laporan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai bahan untuk

mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam

menerapkan pelaksanaan asuhani kebidanan pada kasus

plasenta previa dan bayi berat lahir rendah.

2. Manfaat Teoritis

Dengan adanya gambaran penatalaksa naan kasus ini,

ilmu kebidanan diharapkan dapat berkembang sesuai

dengan evidence based dalam praktik asuhan kebidanan dan

pendekatan manajemen kebidanan serta dapat dijadikan

bahan acuan dalam melakukan evaluasi sebagai pedoman

acuan selanjutnya.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI MEDIS

1. Kehamilan

Kehamilan yaitu seorang wanita yang sedang mengandung hasil konsepsi

yang berlangsung kira-kira 10 bulan lunar atau 9 bulan kalender, atau 40

minggu atau 280 hari. Pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi tiga

tahap penting yaitu tingkat ovum (telur) umur 0-2 minggu.

2. Fisiologi plasenta

Plasenta terbentuk lengkap mulai usia kehamilan 16 minggu sedangkan

bentuk ukuran normal plasenta berbentuk seperti cakram yang bundar atau

lonjong (oval), mempunyai ukuran 20 x 15 cm dan tebal 1,5 sampai 2,0 cm.

Berat plasenta, yang biasannya 20 persen dari berat janin, berkisar antara

425 dan 550 g. Secara normal plasenta tertanam atau berimplantasi pada

dinding depan, dinding belakang uterus atau di daerah fundus uteri (bagian

atas uterus).Kadang-kadang plasenta berada pada segmen bawah dan

adakalanya terletak di atas cerviks.


7 Keadaan terakhir ini disebut dengan

istilah plasenta previa dan menjadi penyebab timbulnya perdarahan dalam

trimester 3 (antepartum)(Oxorn, 2010;h.483).

3. Plasenta previa

a. Definisi
7

Plasenta previa yaitu plasenta yang berimplitasi rendah sehingga

menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Sulaiman

Sastrawinata, 2005; h. 83 - 98).

Plasenta previa yaitu plasenta yang terletak menutupi atau sangat dekat

dengan os interna. Insidennya 1:200 kehamilan(William.R.,

2010;h.425-438).

b. Etiologi

Plasent previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang

endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau

kurang baiknya vasikularisasi desidua pada sigmen atas uterus. maka

placenta akan meluas dalam upanyanya untuk mendapatkan suplai darah

yang lebih memadai.

c. Patofisiologi

Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20

minggu saat segman bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar

serta menipis. Umumnya terjadi pada terimester ketiga karena sigmen

bawah uterus mengalami banyak perubahan. Pelebaran sigmen bawah

uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus robek karena lepasnya

plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dan

plasenta.

d. Tanda dan Gejala


8

Ada beberapa tanda dan gejala plasenta previa yaitu diantaranya

menurut (Sulaiman Sastrawinata, 2005;h.83 - 98), pasien mengalami

perdarahan sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun, setelah

terbangun baru merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan

karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh. Hal ini

disebabkan olehperdarahan sebelum bulan ketujuh yang memberi

gambaran dimana pergerakan antara plasenta dan dinding rahim. Setelah

bulan ke 4 terjadi renggangan pada dinding rahim karena isi rahim lebih

cepat tumbuhnya dari rahim sendiri, akibatnya istimus uteri tertarik

menjad bagian dinding korpus uteri yang disebut sigmen bawah rahim.

Pada plasenta previa, tidak mungkin terjadi pergeseran antara plasenta

dan Dinding rahim. Saat perdarahan bergantung pada kekuatan insirsi

plasenta dan kekuatan tarikan pada istimus uteri. Jadi, dalam kehamilan

tidak perlu ada his untuk Menimbulkan ada perdarahan, tetapi sudah

jelas dalam persalinan his pembukaan menyebabkan perdarahan karena

bagian plasenta diatas atau dekat dengan ostium akan terlepas dari

dasarnya. Perdarahan pada plasenta previa terjadi karena terlepasnya

plasenta dari dasarnya.

Ada beberapa komplikasi yang dapat timbul pada ibu dan bayi dengan

plasenta previa.

Komplikasi pada ibu meliputi:

1) Syok hipovolemik,
9

2) Infeksi atau sepsis,

3) Emboli udara (ini jarang terjadi),

4) Kelainan koagulopati sampai syok,

5)Kematian.

Komplikasi pada bayi yaitu:

a) Hipoksia,

b) Anemia,

c) Kematian.

Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien meliputi,

pasien tidak merasa nyeri, kecuali persalinan telah dimulai, uterus

lembek dan tidak ada nyeri tekan, bagian terendah janin tinggi,denyut

jantung janin biasanya terdengar, dan syok jarang terjadi.

e. Klasifikasi

1) (oxorn dan william, 2006; h. 426) membagi plasenta previa menjadi

3 tingkatan sebagai berikut:

a) Plasenta previa totalis:keseluruh ostium internum cervix ditutup

oleh plasenta.

b) Plasenta previa lateralis:Sebagian ostium internum cervix

ditutup oleh plasenta.


10

c) Plasenta previa marginalis: plasenta membentang sampai tepi

cervix tapi tidak terletak pada ostium, jika cervix menipis,

membuka pada kehamilan lanjut akan menjadi partialis.

2) (Ralph C.Benson,2009;h.329)

a) Plasenta previa komplit yaitu plasenta total menutupi ostium

internum.

b) Plasenta previa parsial yaitu sebagian ostium interna di tutupi

oleh plasenta.

c) Plasenta letak rendah yaitu plasenta terletak tepat di atas ostium,

tetapi pada posisi tempat plasenta dapat menutupi bagian

terbawah janin, misal, di atas promontarium sakrum.

3) (Wiliiam, 2009; h. 698) Menurut Beberapa jenis atau 4 derajat

kelainan plasenta previa:

a) Plasenta previa totalis. Os interna serviks seluruhnya tertutup

oleh plasenta.

b) Plasenta previa parsialis. Sebagian os interna tertutup oleh

plasenta.

c) Plasenta previa marginalis. Tepi plasenta terletak dibatas os

internal.

d) Plasenta letak rendah. Plasenta tertanem di segmen bawah

uterus sedemikian rupa,sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak

mencapai os interna tetapi sangat dekat dengannya 3-4cm.

plasenta biasanya berada 3-4 cm pada tepi os. Uteri internum.


11

f. Penatalaksanaan

Anamnesa perdahan tanpa keluhan, perdarahan berulang,klinis kelainan

letak dari perdarahan fornises teraba bantalan lunak pada presentasi

kepala.

Sikap untuk segera mengirim pasien ke rumah sakit (yang mempunyai

fasilitas oprasi) Tanpa lebih dulu melakukan pemeriksaan dalam atau

pemasangan tampon sangat di hargai, hal ini didasarkan atas kenyataan

bahwa, perdarahan pertama pada plasenta previa jarang membawa

kematian dan pemeriksaan dalam dapat menimbulkan perdarahan yang

hebat.

g. Penanganan

Penanganan pada kasus perdarahan dengan plasenta previa dapat dibagi

2 yaitu:

1) Ekspektatif

Yaitu Penanganan yang dilakukan apabila janin masih kecil

sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil sekali.

2) Terminasi

Yaitu penanganan dengan cara segera mengakhiri kehamilan

sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, misalnya

kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak mati (tidak

selalu anak mati).


12

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Tinjauan Manajemen Varney

Pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode

pemecahan masalah secara sistematis dengan menggunakan manajemen

varney dimulai dari pengkajian dan diakhiri dengan evaluasi. Prinsip proses

manajemen kebidanan yaitu secara sistematis mengumpulkan dan

memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan

pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk

mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, mengidentifikasi

masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar,

mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kebidanan dalam

menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kebidanan bersama

klien, memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat

keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.

2. Tinjauan asuhan kebidanan ibu hamil dengan plasenta previa

a. Pengkajian

Merupakan cara yang digunakan oleh tenaga kesehatan untuk

mendapatkan informasi dengan menggunakan metode wawancara

langsung dengan pasien dan melakukan pemeriksaan fisik pada pasien

yang meliputi:

1) Data subyektif

a. Identitas pasen

b. Keluhan utama
13

c. Riwayat kesehatan

d. Riwayat Obstetri

e. Riwayat perkawinan

f. Pola kebutuhan sehari-hari

2) Data Objektif

a) Pemeriksaan umum

Data ini untuk mengetahui, dimana sebagai bidan perlu

mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.

b) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien dari composmetis

(keadaan maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak sadar).

c) Pemeriksaan Fisik

1. Muka

2. Mata

3. Abdomen

4. Genetalia

d) Status Obstetrikus

(1) Inspeksi

(2) Palpasi

(3) Pemeriksaan penunjang

3) Interpretasi data

1) Diagnosa
14

Diagnosa kebidanan dibuat berdasarkan dengan analisis data

yang telah dikaji dan yang telah dibuat berdasarkan dengan

masalah yang dihadapi oleh pasien.

2) Masalah

Masalah yang mucul pada ibu akibat perdarahan antepartum

dengan plasenta previa.

3) Kebutuhan

Kebutuhan Untuk mencari pemecahan dan penyelesaian dilihat

dari sudut pandang tenaga kesehatan, pada kasus plasenta previa

Konseling tentang plasenta previa.

4) Diagnosa potensial

5) Menurut (Sarwono, 2009; h. 499) mengatakan bahwa hasil

diagnosa akan muncul suatu komplikasi yang mendukung dari

kasus plasenta previa, komplikasi yang muncul pada ibu maupun

pada bayi yaitu dapat menyebabkan lahir prematur, hipoksia,

anemi, gawat janin. Komplikasi ibu syok, anemia, infeksi,

emboli udara, dan kelainan koagulapati.

4) Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi dan

konsultasi Kolaborasi dengan dokter SPOG untuk pemberian terapi

dan melakukan tindakan segera apabila perdarahannya masih tetap

berlangsung seperti pemberian terapi injeksi dan terapy obat peroral

dan biosanbe, pemberian dan pemberian infus, kolaborasi dengan

laboratorium untuk pengecekan Hb, kolaborasi dengan pihak


15

radiologi untuk melakukan USG dan kolaborasi dengan ahli gizi

untuk memberikan makanan (Sarwono,2009;h.499).

5) Perencanaan

Membuat suatu rencana asuhan yang menyeluruh yaitu suatu

pengembangan dari masalah atau diagnosa yang sedang terjadi dan

mengumpulkan informasi tambahan berdasarkan teori yang

berkaitan. Langkah ini merupakan kelanjutan dari penatalaksanaan

diidentifikasikan atau diantisipasi rencana ini meliputi :

a. Tindakan kolaborasi

1. Terminasi / aktif (bila usia kehamilan lebih dari 37 minggu

atau lebih dan TBF 2.500 gr (Sulaiman Sastrawinata,2005

;h.83-98).

Ada beberapa kriteria atau syarat untuk melakukan

penanganan terminasi atau aktif yaitu infus/tranfusi telah

terpasang, kamar dan Tim oprasi telah siap, usia kehamilan

(masa gestasi) > 37 minggu, berat badan janin >2500 grm

dan inpartu atau janin telah meninggal atau terdapat anomali

kongenital mayor (anensefali), perdarahan dengan bagian

terbawah janin telah jauh, melewati pintu atas penggul (2/5

atau 3/5 pada palpasi luar) (Saefudin, 2006; h. 162-

165),perdarahan banyak 500 cc atau lebih, ada tanda-tanda

persalinan,ada tanda-tanda gawat janin, keadaan umum ibu


16

tidak baik, ibu anemis,Hb 8,0%. Cara penanganan plasenta

previa dapat diakukan dengan pervaginal terdiri dari:

(a) Pecah ketuban

(b) Versi Bracton Hicks

(c) Cunam Willett Gauss

(d) Seksio Sesarea

6) Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan ibu hamil dengan plasenta previa

dengan asuhan kebidanan pada langkah perencanaan di atas.

Tindakan kolaborasi

Cara penanganan plasenta previa dapat dilakukan secara pervaginal

terdiri dari:

(1) Pecah ketuban

Pemecahan ketuban dapat dilakukan pada plasenta letak rendah,

plasenta previa marginalis, dan plasenta previa lateralis yang

menutup ostium kurang dari setengah bagian. Pada plasenta

previa lateralis yang plasentanya terdapat disebelah belakang

lebih baik dilakukan seksio sesarea karena dengan pemecahan

ketuban, kepala kurang menekan pada plasenta. Ini disebabkan

kepala tertahan promontarium, yang dalam hal ini dilapisi lagi

oleh jaringan plasenta.

(2) Versi Bracton Hicks


17

Tujuan dari prasat versi braxton hicks ialah untuk

mengadakan tamponade plasenta dengan bokong dan untuk

menghentikan perdarahan dalam rangka menyelamatkan ibu.

Versi braxton hicks biasanya dilakukan pada anak yang

sudah mati atau pun masih hidup. Cunam Willett Gauss

Tujuan dilakukan tindakan ini untuk mengadakan tamponade

plasenta dengan kepala. Kulit kepala anak dijepit dengan

cunam willett gauss dan di berati dengan timbangan 500gr.

(3) Seksio Sesarea

Dengan seksio sesarea,dimaksudkan untuk mengosongkan

rahim hingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan

perdarahan. Seksio sesarea juga mencegah terjadinya

robekan serviks yang agak sering terjadi pada persalinan

pervaginam. Penanganan ini dapat dilakukan pada plasenta

previa totalis baik janin mati ataupun hidup dan plasenta

previa lateralis (Sulaiman Sastrawinata, 2005; h. 83 - 98).8)

(4) Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari proses asuhan kebidanan

yang diberikan pada pasien, untuk mengetahui apakah

tindakan yang dilakukan telah berhasil keseluruhan, benar-

benar terpenuhi kebutuhannya sebagaimana atau belum sama

sekali. sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan


18

diagnosa, rencana tersebut dapat dianggap efektif jika

memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

C. Landasan Hukum

Landasan hukum yang dipakai oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan

ibu hamil dengan placenta previa adalah:Peraturan Menkes RI

No.1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik

bidan. Pasal 10 ayat:

1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a

diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,

masa menyusui dan masa diantara dua kehamilan.

2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil.

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.

c. Pelayanan persalinan normal.

d. Pelayanan ibu nifas normal.

e. Pelayanan ibu menyusui.

f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berwenang untuk;

a. Episiotomi.

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II.

c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil.


19

e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada nifas.

f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu

eksklusif.

g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan post

partum.

h. Penyuluhan dan konseling.

i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil.

j. Pemberian surat keterangan kematian.

k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

Peran dan Fungsi Serta Kompetensi Bidan

Peran Dan Fungsi Serta Kompetensi Bidan kompetensi bidan yang sesuai

dengan kasus ini adalah : peran bidan, yaitu sebagai pelaksana dalam tugas

mandiri,seorang bidan harus bisa memberikan asuhan kebidanan kepada

klien dalam masa kehamilan dengan melibatkan klien/keluarga,

diantaranya:

1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam keadaan

hamil.

2) Menentukan diagnosa kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien.

3) Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan

prioritas masalah.

4) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana asuhan.

5) Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan.

6) Membuat rencana tindakan lanjut asuhan kebidanan bersama klien.


20

7) Membuat asuhan kebidanan (IBI, 2006; h. 115).


21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah descriptive correlative research, atau

penelitian uji hubungan, dengan studi observasional untuk mengetahui

bagaimana hubungan dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

kemudian melakukan analisis hubungan antara dua variable bebas

(independent) dan terikat (dependent). Jenis data dalam penelitian

ini adalah data kuantitatif dengan metode pendekatan secara ”Cross

Sectional Approach” yaitu pengambilan data yang dikumpulkan

pada suatu waktu tertentu yang bisa menggambarkan keadaan

atau kegiatan dalam waktu tertentu.

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang pernah

mendapat tindakan seksio sesarea di Bagian Kandungan dan

Kebidanan RSUD Pasangkayu 2021-2022 dengan sebanyak

150 orang.

b. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang pernah

mendapat tindakan seksio sesarea di Bagian kandungan dan

kebidanan RSUD Pasangkayu 2021-2022 sebanyak 150 orang.

25
22

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total

sampling. Jadi sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah

150 ibu hamil yang pernah mendapat tindakan seksio sesarea di

Bagian Kandungan dan Kebidanan RSUD Pasangkayu 2021-2022.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam

Medik RSUD Pasangkayu.

2) Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2023.

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel

a. Variabel bebas (independent variable) : Frekuensi

riwayat seksio sesarea

b. Variabel terikat (dependent variable) : Kejadian

plasenta previa pada kehamilan berikutnya

2. Definisi Operasional

a. Frekuensi riwayat seksio sesarea adalah besarnya insidensi

tindakan persalinan dengan operasi melalui sayatan pada

dinding perut (laparotomi) dan dinding rahim (histeroktomi)

yang dicatat sesuai data rekam medik. Dikategorikan menjadi

1 kali dan 2 kali.


23

b. Kejadian plasenta previa pada kehamilan

berikutnya adalah perdarahan antepartum dimana plasenta

menutupi jalan lahir terjadi pada kehamilan saat ini, setelah

kelahiran sebelumnya dibantu dengan tindakan operasi seksio

sesarea, dicatat sesuai data rekam medic berdasarkan hasil

diagnosa dokter ahli. Dikategorikan menjadi ya dan tidak

mengalami plasenta previa. Skala pengukuran data : skala

nominal.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa catatan medik ibu hamil di

Bagian Kandungan dan Kebidanan RSUD Pasangkayu 2021-2022

F. Cara Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

1. Perencanaan

Peneliti mengajukan proposal penelitian yang berisi

perumusan masalah, studi pustaka, penetapan populasi dan sampel

penelitian, serta rancangan penelitian.

2. Pelaksanaan

Dalam penelitian ini diambil data sekunder yang diperoleh

dari catatan medik, melalui perijinan yang diperoleh dari RSUD

Panembahan Senopati Bantul. Pengumpulan data dilakukan dengan

mencatat berbagai variabel penelitian dari catatan medik ibu hamil


24

RSUD Pasangkayu 2021-2022 yang memenuhi kriteria inklusi

maupun eksklusi, kemudian dikelola dan dianalisa.

3. Pengelolaan

Cara pengelolaan data dilakukan dengan editing, tabulating,

dan pengelompokan data. Lalu diolah dengan menggunakan sistem

komputerisasi dengan program Statistical Product and Service

Solution (SPSS) 16.0 for Windows.

4. Pelaporan

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.

G. Analisa Data

Analisis data dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat yang dilakukan terhadap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya analisa ini hanya menggunakan distribusi

dari prosentasi dari tiap variabel (Notoadmojo, 2012). Setiap variable

dibuat kategori berdasarkan jumlah responden dengan menggunakan

persentase dengan rumus sebagai berikut:


25

𝑋
𝑃= × 100%
𝑛

Keterangan:

P : Persentase

X : Jumlah responden tiap kategori

n : Jumlah seluruh responden / populasi


2. Analisa Bivariat

Analisa yang dilakukan untuk melihat hubungan atau korelasi

kedua variabel, antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji

korelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square, yaitu

untuk menguji hipotesis asosiasi atau hubungan dua variabel.

Apabila nilai korelasi Chi Square hitung > korelasi Chi Square

tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga terjadi hubungan

antara variabel frekuensi persalinan Sectio Cesarea dengan kejadian

Placenta Previa pada kehamilan berikutnya.

Sedangkan apabila nilai korelasi Chi Square hitung < korelasi

Chi Square tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak

terjadi hubungan antara variabel frekuensi persalinan Sectio

Cesarea dengan kejadian Placenta Previa pada kehamilan

berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai