Oleh :
THERESIA NURHAYATI
NIM :2017.C.09a.0866
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia
externa. Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk
lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir
kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak
kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan
ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan
melindungi simfisis pubis selama koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung
yang menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons
pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah
mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah.
Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan
introitus vagina. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak
pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah,
menutupi stuktur-struktur di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina
atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina
terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora.
Pada permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki
pigmen lebih gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut
yang kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan
medial labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut.
Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi.
Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang
juga berfungsi selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang ,
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu
dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama
dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak
membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia
minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf
yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga
meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang
terletak tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,
bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan
klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat
wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi
lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai
feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang
berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas
wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak
membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi
tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu
atau lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum
mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-
masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis, dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan
minora di garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan
dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan
perineum.
2. Struktur interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di
belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada
tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang
memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi
krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang
mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir,
ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di
antara interval selama masa usia subur ovarium juga merupakan
tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita
normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-
kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan
bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia,
tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan
prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis
tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah
pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki
bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus
terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di
bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian
utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian
sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan
dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga
fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan
endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah
suatu lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan :
lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang
berongga,danlapisan dalam padat yang menghubungkan
indometrium dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot
polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal
membentuk lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di
daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk
mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus
dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat
terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di
ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon
seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi
vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan
kebersihan relatif vagina
2.1.3 Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,
dengan bantuan.
1. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-
jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2
sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir
kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih
mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir
seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk
melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat
untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya
plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong
ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kla IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama,
observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan.
Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400
sampai 500 cc .
2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor
janin, dan faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes, paritas adalah jumlah kehamilan
yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28
minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang
telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa
mengingat jumlah anaknya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau partus. Pada
primipara robekan perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang
berulang pada persalinan berikutnya.
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu
harus didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia
merasakan dorongan dan memang ingin mengejang. Ibu mungkin
merasa dapat meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu.
b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000
gram. Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma
persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus
brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak
pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum.
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan
sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu.
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang,
sikap extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk
panggul atau diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm.
Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu,
sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara
glabella dan bregma.
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan),
hal ini berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya
sempurna. Bagian terendahnya adalah daerah diantara margo
orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi.
Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis
sebesar 13,5 cm, merupakan diameter antero posterior kepala
janin yang terpanjang.
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan
dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah
dengan penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin,
presentasi bokong dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni,
presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong lutut.
c. Faktor Persalinan Pervaginam
1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan
alat vacum yang dipasang di kepalanya.
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin
dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin.
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi
forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina, ruptur
perineum, syok, perdarahan post partum, pecahnya varices vagina.
3) Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan
melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ
tertentu pada bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang
lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut.
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat
cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh
abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat, atau
pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri
pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses
persalinan yang sangat kuat.
2.1.4 Klasifikasi
Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008), derajat ruptur
perineum dapat dibagi menjadi empat derajat, yaitu :
a. Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah:
1) Vagina
a) Komisura posterior
b) Kulit perineum
b Ruptur perineum derajat dua, denga jaringa yan mengala
. robekan adalah : n n g mi
1) Mukosa Vagina
a) Komisura posterior
b) Kulit perineum
c) Otot perineum
c denga jaringa yan mengala
. Ruptur perineum derajat tiga, n n g mi
robekan adalah :
1) Sebagaimana ruptur derajat dua
2) Otot sfingter ani
d. Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah :
1) Sebagaimana ruptur derajat tiga
2) Dinding depan rectum
2.1.5 Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,
uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam
waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada
hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan
antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil.
Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil
menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah
hamil.
b. kontraksi uterus
Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara
bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon
terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis
pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan
bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan
bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
3. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi
3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan
dimana ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap
untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal
baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai
bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan
penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran.
Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya
yang baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah
kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan
kembali.
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh
baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira
500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah
lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul.
Pada minggu keenam, beratnya menjadi 5060gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap
ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular
dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi
dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas
menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan
jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha luka.
Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca
partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna
merah, kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra
terutama mengandung darah dan debris desidua dan debris
trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari.
Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus
jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning
atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel,
mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu
setelah bayi lahir.
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu
melahirkan.
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan
semenonjol pada wanita nulipara.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol,
serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik
kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna
pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun
secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen
berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra
seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada
wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena
kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita
menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon
terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,
abdomenya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti
masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen
kembali ke keadaan sebelum hami.
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya
hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali
ke keadaan sebelum hamil
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan
keletihan, ibu merasa sangat lapar.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga
hari setelah ibu melahirkan.
6. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara
selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik
gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat
setelah bayi lahir.
a. Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi
dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau
keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang
keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.
b. Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara
teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap
selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari
puting susu.
7. Sistem kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan
akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas.
Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu
ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya
menurun sampai mencapai volume sebelum lahir.
b. Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini
akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit
karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta tibatiba
kembali ke sirkulasi umum (Bowes, 1991).
c. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam
keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan
tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung
selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991).
8. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan
trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa
hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran rahim.
10. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah
tersebut akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang
seluruhnya.
2.1.7 Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama
periode post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah
lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada
satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram %.
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya
perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih
dari 24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat
dan menadi kasus lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi
dengan baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post
partum. Uterus yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda,
dengan kehamilan dengan janin besar), partus lama dan pemberian
narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
b. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan
segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi
lahir.
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan
parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri.
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post
partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya
kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum.
Penyebap klasik adalah : streptococus dan staphylococus aureus dan
organisasi lainnya.
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau
pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost
partum.
5. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah
Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
B. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1. Pemeriksaan TTV
2. Pengkajian tanda-tanda anemia
3. Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4. Pemeriksaan reflek
5. Kaji adanya varises
6. Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudara
1. Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2. Kaji adanya abses
3. Kaji adanya nyeri tekan
4. Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5. Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1. Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2. Kaji adnanya kontraksi uterus
3. Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1. Observasi pengeluaran lokhea
2. Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
3. Kaji adanya pembengkakan
C. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada
Periode pasca partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit
seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada partumuntuk
mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter
atau dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini
dikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau
kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai
selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di
kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan
therapy yang mungkin (Bobak, 2004).
Analisa data
Dari pengkajian data di atas di dapatkan hasil sebagai berikut :
1. Data subyektif : pasien mengatakan nyeri pada jahitan perinium, skala
6, tumpul, terus menerus. pasien mengatakan asi tidak lancar, keluar
sedikit. pasien mengatakan belum tau tentang nutrisi ibu menyusui.
2. Data objektif : pasien tampak menahan nyeri, terdapat jahitan pada
perinium, T: 110/80mmhg, N:80x/menit, S:36,3˚C, R:20x/menit.
Payudara teraba isi, puting menonjol. pasien tampak belum paham
ketika ditanya tentang nutrisi ibu menyusui.
2.2.3 Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mncapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengumpulan Data
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal, 20 April 2020 pukul
12.00 WIB bertempat di ruang bersalin (VK) Puskesmas Pahandut Palangka
Raya, dengan teknik anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan fisik, dan
data dari buku KIA, di dapat data – data sebagai berikut :
3.2.1 Identitas Klien
Nama : Ny.J
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : JL.Bengaris
Diagnosa Medis : Post Partum
Tanggal Masuk RS : 20 April 2020
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Meninggal
: Klien
... : Tinggal Serumah
: Hubungan Keluarga
I. Pengobatan
Tanggal Jenis Terapi Rute Dosis Indikasi
fungsi sistem
Vit A Oral 1 x 600 kekebalan tubuh,
Mg membantu proses
pembentukan
tulang,
memelihara
kesehatan
reproduksi serta
membantu
mempercepat
penyembuhan
luka.
Theresia Nurhayati
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
Ds : ibu mengatakan Agen injuri fisik Nyeri Akut
nyeri pada daerah
kemaluan terutama jika
Kontraksi uterus
untuk bergerak dan
duduk, nyeri tajam, perih,
lokasi pada daerah
perineum, nyeri sedang
skala 4.
Do : pasien tampak
kesakitan pada saat
menggerakan kedua
kakinya atau berpindah
posisi
P = nyeri dirasakan saat
bergerak
Q = nyeri nyut-nyut
R = di bagian luka
perineum
S = skala nyeri 4 (sedang)
= TD: 130/80 mmHg
S: 36,7
RR: 24 x/menit
N: 102 x/menit
DS : klien mengatakan
badannya terasa lemas Kehamilan (37-42 Keletihan
DO : minggu)
- klien tampak lemas ↓
- tanda-tanda vital Tanda-tanda inpartu
TD : 130/80 mmHg ↓
N : 102 x/menit Proses persalinan
S : 36,7OC ↓
- Terpasang infus RL 20 Kala I Fase Aktif
tpm di tangan kiri ↓
- Pasien hanya terbaring Kontraksi uterus
di tempat tidur
- Klien tidak mampu
melakukan aktivitas
seperti biasa
Kurang informasi
Kurangnya
DS: Klien tidak mengerti
pengetahuan
kenapa payudaranya
terasa sakit Kurang tanggapan
- Klien mangatakan menerima informasi
payudara nya agak
sedikit keras
DO : Kurang pengetahuan
- kien tampak
bingung kenapa
payudara sakit
- Pendidikan
terkahir ibu
klien SMP
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan Nyeri luka perineum
2. Keletihan berhubungan dengan kontraksi uterus
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang
dii terima
RENCANA KEPERAWATAN
NamaPasien : Ny.A
Ruang Rawat : VK Puskesmas Pahandut
NamaPasien : Ny.A
Ruang Rawat : VK Puskesmas Pahandut
Theresia
Nurhayati
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : NY.A
Ruang Rawat : VK Puskesmas Pahandut
Tanda tangan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Nama Perawat
Senin 20 April 2020 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S : klien mengatakan badannya terasa lemas
klien O:
Pukul 17.00 WIB
2. Menganjurkan untuk rileks dan - tanda-tanda vital
istirahat diantara kontraksi TD : 130/80 mmHg
3. Menganjurkan suami atau
S : 36,7O C
keluarga untuk mendampingi
klien RR : 24 x/menit
4. Memberikan makanan dan
N : 102 x/menit
minuman
- klien tampak rileks
Theresia
- klien didampingi oleh ibunya
- klien makan dan minum seperti biasanya Nurhayati
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan