Anda di halaman 1dari 61

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA NY.M PIA0


UMUR 28 TAHUN DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER
PASCA ATONIA UTERI RUANG HJ. MAHMUDAH MAWARDI DI
RUMAH
SAKIT ISLAM NAHDLATUL ULAMA (RSI NU) DEMAK

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan


Memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan

AMINATUR RIZKIA
G0E011002

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar sampai

alat-alat kandungan kembali normal seperti sebelum hamil.Selama masa

pemulihan berlangsung, ibu akanmengalami banyak perubahan fisik

maupun psikologis.Perubahan tersebut sebenarnya bersifat fisiologi, namun

jika tidak ada pendampingan melalui asuhan kebidanan, akanberubah

menjadi patologis. Sehingga sudah menjadi tujuan para tenaga kesehatan

untuk melakukan pendampingan secara berkesinambungan agar tidak terjadi

berbagai masalah, yang mungkin saja akan menjadi komplikasi masa nifas

(Purwati,2012).

Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi

ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu,

keadaansosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang

kehamilan,kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran,

tersedianya danpenggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk

pelayanan prenatal danobstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan

keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan

termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula (Dinas

Kesehatan 2012).

AKI di Indonesia tahun 2012 berdasarkan Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) sebesar 359/ 100.000 kelahiran hidup.Angka

tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan SDKI tahun


2007, dimana AKI sekitar 228/ 100.000 kelahiran hidup.Diperkirakan setiap

tahunnya 300.000 ibu di dunia meninggal saat melahirkan.Penyebab

kematian ibu diantaranya adalah perdarahan nifas sekitar 26,9%, kematian

ibu di Indonesia sebesar 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari

angka tersebut di sebabkan oleh perdarahan postpartum karena atonia uteri

(Depkes RI, 2011).

Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2012

berdasarkanlaporan dari kabupaten/kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran

hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun

2011 sebesar116,01/100.000 kelahiran hidup. Sebesar 57,93% kematian

maternal terjadi pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 24,74% dan

pada waktu persalinan sebesar 17,33%.Berdasarkan audit pemerintah jawa

tengah, penyebab kematian ibu disebabkan oleh perdarahan 16,44%. Dari

angka tersebut, diperoleh gambaran etiologi antara lain adalah karena atonia

uteri (50%-60%) (Dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah,2012).

AKI di Kabupaten Demak pada tahun 2009 adalah sebesar 143.06/

100.000 kelahiran hidup. Sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan

yang signifikan yaitu sebesar 98,98/100.000 kelahiran hidup. Kematian

waktu bersalin sebesar 86,80%, sebesar 81,25% kematian paritas <5,

sebesar 87,5% kematian ibu hamil periksa ANC< 4x , penyebab kematian

ibu diantaranya adalah perdarahan karena atonia uteri sebesar 6%, sebesar

8% karena infeksi, sebesar 12% karena eklamsi (Dinas Kesehatan Kota

Demak,2010).
Masa nifas merupakan masa yang paling rawan bagi ibu, sekitar

terjadi 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 25% dari

kematian ibu pada masa nifasyang terjadi pada 24jam pertama setelah

persalinan (Saleha,2009).

Mortalitas ibu setelah persalinan menyebabkan kesedihan yang

mendalam bagi anggota keluarga dan semua pihak yang terlibat dalam

perawatanya, rangkaian sejarah dapat berubah karena beberapa hal karena

mortalitas yang tidak terduga tersebut(Donnison1988). Sejak dulu, sejumlah

besar ibu yang menjalani persalinan normal atau lancar, kemudian

meninggal setelahnya akibat sepsis yang terjadi selama nifas(Loudon1986).

Ketika persalinan dipersulit dengan perdarahan yang mengancam jiwa

(Fraser dan Cooper,2009).

Faktor penyebab kematian ibu dibagi menjadi dua yaitu, faktor

penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian

ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia dan infeksi.

Sedangkan faktor yang tidak langsung penyebab kematian ibu adalah masih

banyaknya kasus 3 Terlambat 4 Terlalu. Penyebab langsung kematian ibu di

Indonesia adalah perdarahan 28%, eklampsia24%, infeksi11%, partus lama

5%, aborsi5%, dan lain-lain 27%, yang didalam terdapat penyulit pada
kehamilan dan penyulit pada masa persalinan (Departemen Kesehatan

RI,2010).

Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab penting

kamatian ibu, ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan

pasca persalinan, plasenta previa, solusio plasenta, kehamilan ektopik,

abortus dan ruptur uteri) disebakan oleh perdarahan pasca persalinan.


Perdarahan pasca persalinan biasanya terjadi segera setelah ibu melahirkan.

Terutama di dua jam pertama setelah bersalin, ibu belum boleh keluar dari

kamar bersalin dan masih dalam pengawasan. Adakalanya perdarahan yang

terjadi tidak kelihatan karena darah berkumpul di rahim,jadi begitu keluar

akan cukup deras. Ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian

(Anggaini,2010).

Perdarahan pascapartum segera merupakan perdarahan yang terjadi

segera setelah kelahiran plasenta lengkap, yang menandai selesainya kala

tiga persalinan. Pada 80 sampai 90 persen kasus perdarahan pascapartum

segera, salah satu penyebabnya adalah atonia uterus (Varney,2007).

Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah

memberikan perawatan dan dukungan sesuai kebutuhan ibu, melalui

kemitraan dengan ibu dan dengan cara mengkaji kebutuhan, menentukan

diagnosa dan kebutuhan, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan,

mengevaluasi bersama pasien dan membuat rencana tindak lanjut

(Bahiyatun,2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Islam NU

Demak, maka dapat diketahui ibu nifas pada tahun 2012 dari bulan Januari

Desemberada sejumlah 417 orang. Dari data tersebut terdapat kasus

perdarahan karena atonia uteri sebanyak (1 orang), infeksi (2 orang) dan

sisanya ibu nifas normal dan pada tahun 2013 dari bulan Januari –

Desember terdapat sejumlah 312 orang. Dari data tersebut terdapat kasus

perdarahan karena retensio plasenta (1 orang), infeksi (3 orang) dan laserasi

(2 orang), sebanyak (306 orang) nifas normal. ( RSI NU Demak, 2013).


Dari data diatas bahwa perdarahan dapat menyebabkan angka

kematian ibu jika tidak segera dilakukan tindakan. Maka penulis tertarik

untuk mengambil Karya Tulis Ilmiah tentang “Asuhan Kebidanan Ibu

Nifas Patologi dengan Perdarahan Postpartum Primer pasca atonia

uteri di Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama ( RSI NU ) Demak”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas,maka penulis

mengambil rumusan masalah yaitu"Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu

Nifas Patologi Dengan Perdarahan Postpartum Primer Pasca Atonia Uteri

di Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama (RSI NU) Demak dengan

manajemen kebidanan 7 langkah Varney ?"

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi dengan


Perdarahan Postpartum Primer Pasca Atonia Uteri di Rumah Sakit Islam
Nahdlatul Ulama (RSI NU) Demak dengan manajemen kebidanan 7
langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian secara secara lengkap dengan

mengumpulkan semua data yang meliputi data subyektif dan

obyektif terhadap ibu nifas patologi dengan Perdarahan Postpartum

Primer pasca Atonia Uteri di Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama

(RSI NU) Demak.

b. Melakukan interprestasi data yang meliputi diagnosa kebidanan

masalah dengan kebutuhan ibu nifas patologi dengan Perdarahan


Postpartum Primer pasca Atonia Uteri di Rumah Sakit Islam

Nahdlatul Ulama (RSI NU) Demak.

c. Menentukan diagnosa potensial ibu nifas patologi dengan

Perdarahan Postpartum Primer pasca Atonia Uteri di Rumah Sakit

Islam Nahdlatul Ulama (RSI NU) Demak.

d. Melakukan antisipasi atau tindakan segera pada ibu nifas patologi

dengan Perdarahan Postpartum Primer pasca Atonia Uteri di

Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama (RSI NU)Demak.

e. Menyusun rencana tindakan pada ibu nifas patologi dengan

Perdarahan PostpartumPrimer pasca Atonia Uteri di Rumah Sakit

Islam Nahdlatul Ulama (RSI NU) Demak.

f. Melaksanakan implementasi pada ibu nifas patologi dengan

Perdarahan Postpartum Primer pasca Atonia Uteri di Rumah Sakit

IslamNahdlatul Ulama (RSI NU) Demak.

g. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan ibu nifas patologi dengan

Perdarahan Postpartum Primer pasca Atonia Uteridi Rumah Sakit

Islam Nahdlatul Ulama (RSI NU) Demak.

E. Manfaat

Hasil studi diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat meningkatkanpelayanan kebidanan khususnya dalam kasus ibu

nifas patologi dengan Perdarahan Postpartum Primer PascaAtonia Uteri.

2. Bagi Mahasiswa

Dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi dengan


Perdarahan PostpartumPrimer pasca Atonia Uteri

3. Bagi Institut Pendidikan

Dapat memberikan pengetahuan tentang Perdarahan Postpartum Primer

pasca Atonia Uteripada pembelajaran selanjutnya.

4. Bagi Pasien

Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai bahaya nifas pada

Perdarahan Postpartum Primer terutama pasca Atonia Uteri, dengan

tujuan apabila pasien suatu saat menemukan kejadian yang serupa dapat

melakukan tindakan antisipasi agar melakukan pertolongan awal dengan

membawa pasien ke unit kesehatan terdekat.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis

1. Konsep Dasar Masa Nifas

a. Definisi

Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti

pra-hamil.Lama masa nifas ini 6-8 minggu. Batasan waktu nifas

yang paling singkat (minimun) tidak ada batas waktunya, bahkan

bisa jadi waktu dalam yang relatif (Purwanti,2012).

Masa nifas (puerpurium), berasal dari bahasa latin, yaitu

puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau

berarti masa sesudah melahirkan (Saleha,2009).

Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu(Varney,2009).

b. Tahapan Masa Nifas

1) Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir dengan sampai 24 jam. Pada

masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan

pasca atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran

lokia,tekanan darah dan suhu.


2) Periode early postpartum(24 jam-1 minggu )

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan

normal, tidak ada pendarahan,lokea berbau busuk, tidak ada

demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu

dapat menyusui dengan baik.

3) Periode late postpartum (1 minggu – 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan sehari-hari serta melakukan konseling

KB(Saleha,2009).

c. Asuhan dalam Masa Nifas

1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan

bayi

Dengan diberikan asuhan,ibu akan mendapatkan fasilitas dan

dukungan dalam upaya untuk menyesuaikan peran barunya

sebagai ibu.

2) Pencegahan,diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada ibu

Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan

munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat

terdeteksi sehingga penanganannya pun dapat lebih maksimal.

3) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu

Meski ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan

pada ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun tidak semua

keputusan yang diambil tepat,misalnya mereka lebih memilih


untuk tidak datang kefasilitas pelayanan kesehatan karena

pertimbangan tertentu.

4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu,serta kemungkinan

ibu untuk mampu melaksanakan perannyadalam situasi keluarga

dan budaya yang khusus Pada saat memberikan asuhan

nifas,keterampilan seorang bidan sangat dituntut dalam

memberikan pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga.

5) Imunisasi ibu terhadap tetatus

Dengan pemberian asuhan yang maksimal pada ibu nifas.

Kejadian tetatus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini angka

kejadian tetanus sudah banyak mengalami penurunan.

6) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian

makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang

baik antara ibu dan anak saat bidan memberikan asuhan pada

masa nifas, materi dan pemantauan yang diberikan tidak hanya

sebatas pada lingkup permasalahan ibu, tetapi bersifat

menyeluruh terhadap ibu dan anak (Sulistiyawati,2009).

d. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah

sebagai berikut:

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

2) Mendeteksi masalah,mengobatidan merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun banyinya.


3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta

perawatan bayi sehati-hari.

4) Memberikan pelayanan KB (Mufdilah,2009).

e. Peran Bidan pada Masa Nifas

Peran dan tangung jawab bidan dalam masa nifas sebagai berikut:

1) Memberi dukungan yang terus-menerus selama masa nifas yang

baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi

ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.

2) Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara

fisik maupun psikologi.

3) Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara

meningkatkan rasa nyaman (Anggraini, 2009).

f. Perubahan-perubahan yang terjadi selama nifas

Perubahan fisiologis

1) Involusi

Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya

alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi lahir sehingga

mencapai keadaan semula seperti sebelum hamil. Proses involusi

terjadi karena adanya:

a) Autolysis

Yaitu penghancuran otot-otot uterus yang tumbuh karena

hiperplasi dan jaringan otot membesar menjadi lebih panjang


sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebaldari sewaktu

masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.

b) Aktifitas otot-otot

Yaitu adanya kontraksi dan retraksi dari otot setelah anak lahir

yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah

karena adanya pelepasan plasenta.

c) Ischemia

Yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi

pada jaringan otot uterus (Saleha,2009).

2) Lochea

Lochea merupakan suatu cairan atau secret yang keluar dari

kavum vagina dimasa nifas. Macam-macam lochea antara lain:

a) Lochea rubra atau lochea krueta

Berwarna merah segar; terdiri atas darah segar, sisa selaput

ketuban, sel desidua, vernik lanugo dan mekonium; terjadi

selama dua hari postpartum.

b) Lochea sanguilenta

Berwarna merah kekuningan berisi cairan dan lendir, terjadi

pada hari ke3-7 postpartum.

c) Lochea serosa

Berwarna kuning,kadang tidak berwarna, terjadi pada hari ke7-

14 postpartum.

d) Lochea alba

Cairan berwarna putih, terjadi pada lebih dari 6 minggu

postpartum.
e) Lochea purulenta

Keluar cairan seperti nanah, berbau busuk, menunjukkan

adanya infeksi (Anggraini,2010).

3) Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,

degenerasidan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari

pertama tebal endometrium 2,5 mempunyai permukaan yang

kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah tiga hari

mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan pada bekas

implantasi plasenta.

4) Servik

Perubahan yang terjadi pada servik ialahbentuk servik sedikit

menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini

disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,

sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada

perbatasan antara korpus dan servik berbentuk semacam

Cincin (Sulistiyawati,2009).

5) Sistem pencernaan

Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap

makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting

bagi gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana masa ini terjadi

penurunan konsentrasi ion kalium karena meningkatnya

Kebutuhan kalium pada ibu (Saleha,2009).

6) Sistem perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang tertegang dan berdilatasi selama

kehamilan kembali normal pada minggu keempat setelah

melahirkan. Perkemihankurang lebih 40% wanita nifas

mengalami proteinuria yang non patologis sejak pasca melahirkan

(Sujiatini,2009).

7) Sistem endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terhadap perubahan

sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan

dalam proses tersebut (Purwanti,2012).

g. Perubahan tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai

berikut:

1) Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius.

Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celsius dari

keadaan normal, namun tidak akan lebih dari 8 derajat celsius.

Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan

kembali normal. Bila suhu 38 derajat celsius, mungkin terjadi

infeksi pada klien (Saleha,2009).

2) Nadi dan pernafasan

Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus dan

dapat terjadi bradikardi. Bila terdapat takikardi dan suhu tubuh

tidak panas mungkin ada pendarahan berlebih atau vitium kordis

pada penderita. Pada nifas umumnya denyut nadi stabil

dibandingakan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan sedikit


meningkat setelah partus kemudian akan kembali seperti keadaan

semula (Purwanti,2012).

3) Tekanan darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum

akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat

penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan tanpa

pengobatan (Sulistiyawati,2009).

h. Komplikasi pada nifas

Masa nifas merupakan masa yang paling rawan bagi ibu, sekitar

terjadi 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 25%

dari kematian ibu pada masa nifasyang terjadi pada 24jam

pertama setelah persalinan (Saleha,2009).

1) Infeksi nifas

Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia setelah

persalinan, biasanya pada endometrium bekas insersi plasenta.

2) Pendarahan nifas

3) Infeksi saluran kemih

4) Puting susu lecet

5) Payudara bengkak

6) Mastitis

2. Perdarahan postpartum primer

a) Pengertian

1) Perdarahan postpartum merupakan perdarahan yang volumenya

melebihi 400-500 cc, kondisi dalam persalinan menyebabkan

sulit untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi karena


tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kain

alas tidur. Pada periode ini pasca persalinan, sulit untuk

menentukan terminologi berdasarkan persalinan yang terdiri dari

kala I dan IV sehingga memerlukan adanya pengawasan yang

intensif dan penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya

syok

perdarahan (Nugroho,2012).

2) Perdarahan postpartum merupakan perdarahan 500 ml setelah

bayi lahir. Pengukuran darah yang keluar sukar untuk dilakukan

secara tepat (Prawiroharjo,2009).

b) Klasifikasi klinis

Menurut Anggraini(2010), perdarahan pasca persalinan dibagi


menjadi dua yaitu:

1) Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage)

perdarahan postpartum primer adalah perdarahan yang terjadi

dalam 24 jam pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih setelah

kala III.

2) Perdarahan postpartum sekunder (Late postpartum Hemorrhage)

perdarahan postpartum sekunder adalah perdarahan yang terjadi

sesudah 24 jam pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih.

c) Etiologi

Penyebab perdarahan postpartum antara lain :

1) Retensio sisa plasenta

Sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian

plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan


perdarahan postpartum.

2) Inversio uteri

Merupakan keadaan dimana lapisan dalam uterus

(endometrium) turun keluar lewat ostium uteri eksternum,

yang bersifat inkomplit sampai komplit.

3) Laserasi jalan lahir

Merupakan robekan yang terjadi pada perineum, vagina atau

uterus dapat terjadi secara spontan maupun akibat tindakan

manipulatif pada pertolongan persalinan.

4) Retensio plasenta

Merupakan keadaan belum lahirnya plasenta hingga atau lebih

30 menit setelah bayi baru lahir. Hampir sebagian besar

gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan

kontraksi uterus.

5) Atonia uteri

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi yang

menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan

terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan

plasenta lahir.

3) Atonia uteri

a) Pengertian

Atoni uterus adalah uterus tidak dapat berkontraksi dengan

baik dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan postpartum

(Anggraini,2010).
Atonia uterus adalah kegagalan miometrium untuk

berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan

relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan

kemampuan dalam fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari

atonia uteri adalah terjadinya perdarahan.

Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh

darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas

sebagian atau lepas keseluruhan. Miometrium terdiri dari tiga

lapisan dan lapisan yang tengah merupakan bagian yang terpenting

dalam hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan pasca

persalinan.

Miometrium lapisan tengah tersusun sebagai anyaman dan

ditembus oleh pembuluh darah. Masing-masing serabut

mempunyai dua buah lengkungan sehingga tiap buah serabut

kirakira berbentuk angka delapan.

Setelah partus dengan adanya susunan otot seperti tersebut

diatas, jika otot berkontraksi akan menjepit pembuluh darah.

Ketidak mampuan miometrium untuk berkontraksi ini akan

menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan.

Atonia uteri merupakan penyebab tersering dari

pendarahan pasca persalinan. Sekitar 50-60% perdarahan pasca

persalinan disebabkan oleh atonia uteri (Yanti,2009).

b) Faktor predisposisi

Menurut Yanti (2009:226-229), faktor-faktor predisposisi

atoni uterus antara lain:


1) Induksi oksitosin atau augmentasi

2) Persalinan dan pelahiran cepat atau presipitus

3) Kala satu dua persalinan yang memanjang

4) Grande multiparitas

5) Mempunyai riwayat atonia uterus/pendarahan persalinan


lalu

6) Kelainan uterus

7) Hipertensi dalam kehamilan

8) Infeksi uterus-anemia berat

9) Penggunaan oksitosin yang berlebih

10) Pimpinan kala III yang salah

c) Tanda dan gejala

1) Uterus tidak berkontraksi

2) Perdarahan segera setelah plasenta lahir

d) Diagnosis

Uterus membesar dan lembek saat dipalpasi

e) Pemeriksaan

1) Pemeriksaan fisik: pucat, dapat disertai tanda-tanda syok,

tekanan darah rendah, denyut nadi cepat, ekstremitas dingin

serta nampak darah keluar dari vagina terus menerus.

2) Pemeriksaan obstetri: mungkin kontraksi uterus lembek,

uterus membesar bila ada atonia uteri.

f) Tindakan persiapan.

Antisipasi pendarahan pascapartum segera sebagai akibat

atonia uterus memungkinkan bidan mengambil tindakan persiapan

yang paling cepat untuk mencegah dan mengontrol sebanyak


mungkin pendarahan yang hilang. Tindakan persiapan tersebut

mencakup di bawah ini:

1) Buat keputusan tentang dan hati-hati mengenai tempat

pelahiran.

2) Wanita memiliki kombinasi dua atau lebih faktor predisposisi,

wanita harus dibawa ke rumah sakit.

3) Ingatkan dokter konselen untuk mewaspadai kemungkinan

perdarahan pascapartum sehingga mereka siap menerima

panggilan jika diperlukan.

4) Ingatkan staf keperawatan terhadap kemungkinan perdarahan

pascapartum dan minta mereka sudah mengambil dan siap

memberi resep kepada anda untuk obat-obat oksitosin yang

digunakan segera setelah pelahiran plasenta.

5) Pastikan infus intravena dimulai dengan jarum 16guage dan rute

vena ini paten pada saat persalinan. Gunakan dekstrosa 5%

dalam larutan RL.

6) Periksa golongan darah dan lakukan silang persiapan unuk

mendapatkan darah jika diperlukan.

7) Pastikan kandung kemih kosong pada saat

pelahiran(Prawiroharjo,2009).

g) Langkah penatalaksanaan

Pendarahan harus minimal jika uterus wanita berkontraksi

dengan baik setelah pelahiran plasenta. Tetapi, sebaliknya jika ada

aliran menetap(seperti aliran kecil) atau pancaran kecil darah dari


vagina, bidan harus mengambil langkah berikut untuk menangani

kedaruratan ini:

1) Periksa konsentrasi uterus, yang merupakan langkah pertama,

karena 80-90% pendarahan pascapartum segera berhubungan

dengan atonia uterus.

2) Jika uterus bersifat atonik, masase untuk menstimulasi

kontraksi sehingga pembuluh darah yang mengalami

pendarahan pada sisi plasenta akan berligasi.

3) Jika uterus gagal berkontaksi segera setelah masase dilakukan:

a) Masase uterus+ pemberian uterotonika (infus oksitosin 10 IU

s/d 100 IU dalam 500 ml Dextrosa 5%, 1 ampul Ergometrin

I.V, yang dapat diulang 4 jam kemudian, suntikan

prostaglandin.

b) Lakukan kompresi bimanual sebagai tambahan stimulasi

kontraski uterusyang meligasi pembuluh darah pada sisi

plasenta, kompresi bimanual memberi tekanan kontinus pada

vena uterus dan segmen bawah uterus, yang merupakan

tempat lain perdarahan.

c) Pastikan IV paten, atau meminta perawat memulai dengan

jarum 16-gauge dan dektrosa 5% dalam larutan RL yang

ditambahkan 10 unit pitocin per 500ml larutan. Jika wanita

terpasang IV paten, minta perawat menambahkan pitocin

kelarutan IV dengan proposi yang telah ditulis.

4) Jika pendarahan wanita tidak terkendali:


a) Minta perawat untuk melakukan panggilan ke dokter
konsulen anda.

b) Lanjutkan kompresi bimanual.

c) Meminta perawat untuk memantau tekanan darah wanita dan

nadi untuk tanda-tanda syok.

5) Periksa plasenta untuk memastikan jika ada fragmen plasenta

atau kotiledon tertinggal dan untuk menetapkan apakah

eksplorasi uterus perlu dilakukan.

6) Jika fragmen plasenta atau koteledon hilang, lakukan

eksplorasi uterus. Uterus harus benar-benar kosong agar dapat

berkontraksi secara efektif.

7) Jika uterus kosong dan berkontraksi dengan baik, tetapi

perdarahan berlanjut, periksa wanita untuk mendeteksi laserasi

servik, vagina, dan purperium karena ini mungkin penyebab

perdarahan. Ikat sumber perdarahan dan jahit laserasi.

8) Jika wanita mengalami syok(penurunan tekanan darah;

peningkatan denyut nadi; pernafasan cepat dan dangkal; kulit

dingin lembab, posisikan wanita pada posisi syok

trendelenbrug, selimuti dengan selimut hangat, beri oksigen

dan programkan darah ke ruangan.

9) Pada kasus ekstrim dan sangat jarang ketika perdarahan

semakin berat, nyawa wanita berada dalam bahaya, dan

dokterbelum datang, lakukan kompresi aortik pada wanita

yang relatif kurus. Tindakan ini melibatkan kompresi aorta per

abdomen terhadap tulang belakang (Varney,2009).


10) Tindakan operatif

Tindakan operatif dilakukan jika upaya-upaya diatas tidak

dapat menghentikan perdarahan. Tindakan operatif yang

dilakukan adalah:

a) Ligasi arteri uterina

b) Ligasi arteri hipogastrika dan uteri uterina, dilakukan untuk

yang masih menginginkan anak

c) Histerektomi

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting thing

done). Prinsip yang mendasari batasan ini adalah “komitmen pencapaian”

yakni komitmen untuk melakukan kegiatan yang bertujuan, bukan

semata-mata kegiatan. Manajemen adalah mengungkapkan apa yang

hendak dikerjakan, kemudian menyelesaikannya(Mufdlilah,2009).

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam penerapan metode pemecahan masalah secara sistematis

mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

Menurut Varney (1997), proses penyelesaian masalah

merupakan salah satu upaya yang digunakan dalam

manajemen kebidanan. Varney berpendapat bahwa dalam

melakukan manajemen kebidanan, bidan harus memiliki kemampuan

berfikir secara kritis untuk menegakkan diagnosa atau masalah potensial

kebidanan. Selain itu, diperlukan pula kemampuan kolaborasi atau kerja


sama. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan

kebidanan selanjutnya, proses manajemen kebidanan diselesaikan

melalui tujuh langkah, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap pengumpulan data dasar (langkah I )

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data)

yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

1) Anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat

menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas,

bio-psiko-sosi-spritual, serta pengetahuan klien.

2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-


tanda vital, meliputi:

a) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi)

b) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru serta catatan

sebelumnya)

Dalam manajemen kolaborasi, bila klien mengalami komplikasi

yang perlu dikonsultasikan kepada dokter, bidan akan melakukan

upaya konsultasi. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan

menentukan langkah berikutnya sehingga kelengkapan data sesuai

kasus yang dihadapi akan menentukan tidak benarnya proses

interprestasi pada tahap selanjutnya. Oleh karena itu, pendekatan ini

harus komprehensif. Mencakup data subyektif, data obyektif, dan hasil

pemeriksaan sehingga dapat mengambarkan kondisi pasien yang

sebenarnya serta valid. Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan

apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.


b. Interprestasi Data Dasar (langkah II)

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau

masalah berdasarkan interprestasi yang benar-benar atas data-data

yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian

diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah

yang spesifik. Baik rumusan diagnosa atau masalah, keduanya

harus ditangani. Meskipun, masalah tidak dapat ditarik sebagai

diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.

Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang

dialami wanita yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan

hasil pengkajian. Masalah yang sering menyertai diagnosis.

Contoh:

Data: Ibu hamil 8 bulan, anak pertama, hasil pemeriksaan

menunjukan tinggi fundus uteri 31 cm, DJA (+), puki, presentasi

kepala, penurunan 5/5, nafsu makan baik, penambahan berat badan

selama hamil 8kg, ibu sering buang air kecil pada malam hari.

Diagnosa: G1P0A0, hamil 32 minggu, preskep, janin tunggal

hidup intra uterin, ibu mengalami gangguan fisiologis pada hamil

tua.

Perasaan takut tidak termasuk katagori ”nomenklatur

standar diagnosis”. Tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah

yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu

perencanaan untuk mengatasinya.


Diagnosa kebidanan merupakan diagnosa yang ditegakkan

dan dalam lingkup praktik kebidanan dan mememuhi standar

nomenklatur diagnosa kebidanan.

c. Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial dan Antisipasi

Penanganannya (Langkah III)

Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah

potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosa/masalah

yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi,

bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan

waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa/masalah potensial ini

menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan

asuhan yang aman.

Pada langkah ini bidan dituntut untuk mengantisipasi

masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang

akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar

masalah atau diagnosa tersebut tidak terjadi. Langkah ini bersifat

antisipasi yang rasional/logis.

d. Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera

dengan Tenaga Kesehatan Lain (Langkah IV)

Bidan mengidentifikasikan perlunya bidan atau dokter

melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim

kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan proses kesinambugan

proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya

berlangsung selama asuhan primer periodik atau kunjungan


prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam

pendampingan bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam

persalinan.

Dalam kondisi tertentu, seorang bidan juga perlu untuk

berkonsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain

seperti, pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis

bayi baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi

kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa sebaiknya

konsultasi dan kolaborasi dilakukan.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa melakukan

tindakan harus disesuaikan dengan prioritas masalah/kondisi

keseluruhan yang dihadapi klien. Setelah bidan merumuskan halhal

yang telah dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah pada

langkah sebelumnya bidan juga harus merumuskan tindakan

darurat yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara

mandiri, kolaborasi atau bersifat rujukan.

e. Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh (Langkah V) Pada

langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan

berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosa yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi yang

tidak lengkap dapat dilengkapi.


f. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efesien dan Aman

(Langkah VI)

Pelaksanaan ini biasanya dilakukan oleh bidan atau sebagian

dilakukan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya. Walaupun

bidan tidak melakukannya sendiri, namun ia tetap bertanggung

jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.

g. Evaluasi (Langkah VII)

Pada langkah keenam dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang

sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan

kebutuhan:apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana

diidentifikasi dalam diagnosa atau masalah. Rencana tersebut dapat

dianggap benar jika efektif melakukanya.

2. Manajemen kebidanan dengan metode SOAP

Menurut Helen Varney(2009), alur berfikir bidan saat

menghadapi klien meliputi 7 langkah. Untuk mengetahui apa yang

telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis,

didokumentasikan berbentuk SOAP, yaitu:

S (subjektif), Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui anamnesis sebagai Langkah Varney I.

O (objektif ), menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan

fisik klien, hasil laboratorium juga uji diagnostik lain yang dirumuskan

dalam data fokus untuk mendukung sebagai asuhan Langkah Varney II

A (assessment), menggambarkan pendokumentasian tentang analisis

dan interprestasi data subyektif dan obyektif dalam satu identifikasi:

1) Diagnosis/masalah
2) Antisipasi diagnosis/masalah potensial

3) Perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/ kolaborasi

dan rujukan sebagai Langkah 2,3 dan 4 Varney.

P (plan), menggambarkan pendokumentasian dan tindakan (I) dan

evaluasi perencanaan (E) berdasarkan assessment sebagai Langkah

5,6 dan 7 Varney.

3. Teori Hukum Kewenangan Bidan

Dengan berjalannya waktu kewenangan bidan

di Indonesia dari tahun ke tahun selalu berkembang. Kewenangan

bidan yang sesuai dengan permenkes RI No.1464/2010, tentang

perizin dan penyelengaraan praktik bidan mandiri dalam melakukan

asuhan

kebidanan meliputi:

1. Peraturan Menteri Kesehatan menurut Permenkes RI No.1464/2010

( BAB III ), tentang perizin dan penyelengaraan praktik bidan

mandiri yaitu:

a. Pada pasal 2, yang berbunyi:

1) Bidan dapat melakukan praktik mandiri dan atau bekerja di

fasilitas pelayanan kesehatan.

2) Bidan yang menjalankan praktik mandiri harus

berpendidikan minimal Diploma III Kebidanan.

3) Bidan yang menjalankan praktik harus mempunyai SIPB.

Analisa :
Pada ayat di atas dapat dianalisa bahwa bidan yang akan

menyelengarakan praktik bidan mandiri harus berpendidikan

minimal Dilpoma III Kebidanan dan mempunyai SIPB

b. Pada pasal 9, yang berbunyi:

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi:

1) Pelayanan kesehatan ibu.

2) Pelayanan kesehatan anak; dan

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

c. Pada pasal 10, yang berbunyi:

1) Pelayanan kesehatan kepada ibu sebagaimana dimaksud

dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, masa

persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua

kehamilan

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana yang dimaksud pada

ayat(1) meliputi:

a) Pelayanan konseling pada pra hamil

b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c) Pelayanan persalinan normal

d) Pelayanan ibu nifas normal

e) Pelayanan ibu menyusui; dan

f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana

yang dimaksud ayat (2) berwenang untuk:


a) Episiotomi

b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

c) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan

perujukan

d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

f) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air

susu ibu eksklusif

g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum

h) Penyuluhan dan konseling

i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil

j) Pemberian surat keterangan kematian; dan

k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin

d. Pada pasal 18, yang berbunyi:

Bidan dapat memberikan pelayanan sebagaimana yang dimaksut

dalam pasal 16 berwenang untuk:

a) Memberikan imunisasi

b) Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan

dan nifas

c) Mengeluarkan plasenta secara manual

d) Bimbingan senam hamil

e) Pengeluaran sisa jaringan konsepsi

f) Episiotomi
g) Penjahitan luka episotomi dan luka jalan lahir sampai

tinggkat II

h) Amniotomi pada pembukaan servik lebih dari 4cm

i) Pemberian infus

j) Pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotik,

dan sedativa

k) Kompresi bimanual

Analisa :

Pada ayat di atas dapat dianalisa bahwa dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada ibu, bidan hanya berwenang

dalam memberikan pelayanan pada ibu bersalin dengan

episiotomi, penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II,

pemberian infus, pemberian suntikan uterotonika pada

managemen aktif kala tiga, kompresi bimanual, Penanganan

kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.


BAB lll

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA NY.M PIA0

UMUR 28 TAHUN PIA0 DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM

PRIMER PASCA ATONIA UTERI DI RUMAH SAKIT ISLAM

NAHDLATUL ULAMA (RSI NU) DEMAK

Tanggal Pengkajian : 10 Juni 2014

Jam : 08.00 WIB

Tempat Pengkajian :RSI NU Demak

Nama Mahasiswa : Aminatur Rizkia

NIM : G0E011002
I. PENGKAJIAN I

A. DATA SUBYEKTIF

1. Identitas

a. Identitas pasien
Nama : Ny. M

Umur : 28 tahun

Agama : Islam
:
Suku/Bangsa
Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sempal Wadak

b. Identitas Penanggung Jawab/Suami


Nama : Tn. A

Umur : 30 tahun

Agama : Islam
Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Sempal Wadak


2. Alasan masuk Rumah Sakit

Ibu mengatakan dirujuk dari BPM karena mengalami perdarahan setelah

2 jam post anak lahir.

3. Keluhan Utama

Ibu mengatakan bahwa mengeluarkan darah banyak setelah 2 jam post

anak lahir dan merasa lemah dan mengantuk sejak 2jam setelah

melahirkan.

4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti

jantung (telapak tangan berkeringat dingin, sering gemetar ketika

beraktifitas yang biasa), asma (sesak napas, tidak tahan udara dingin,

dada terasa berat, batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari,

kelihatan lelah dan pucat, berkeringat), Diabetes Millitus (sering

kencing pada malam hari, sering lapar dan haus). Ibu juga tidak

pernah menderita penyakit menular seperti Tuberkulosis (TBC) (batuk

berkepanjangan lebih dari 3 minggu, sesak napas, dan nyeri dada,

nafsu makan dan BB menurun, demam yang berlangsung lama, lemas,

berkeringat pada malam hari, batuk disertai percikan darah), hepatitis

(demam, mual, jalan sempoyongan), malaria (demam tinggi disertai

dengan menggigil), HIV/AIDS (diare terus menerus, daya tahan tubuh


menurun, sudah terserang penyakit), Ibu juga tidak pernah dioperasi

ataupun diopname karena sakit yang parah.

b. Riwayat Kesehatan sekarang

Ibu mengatakan sekarang sedang tidak menderita penyakit menurun

seperti jantung (telapak tangan berkeringat dingin, sering gemetar

ketika beraktifitas yang biasa), asma (sesak napas, tidak tahan udara

dingin, dada terasa berat, batuk-batuk terutama malam menjelang dini

hari, kelihatan lelah dan pucat, berkeringat), Diabetes Millitus (sering

kencing pada malam hari, sering lapar dan haus). Ibu juga tidak

pernah menderita penyakit menular seperti tuberkulosis (TBC) (batuk

berkepanjangan lebih dari 3 minggu, sesak napas, dan nyeri dada,

nafsu makan dan BB menurun, demam yang berlangsung lama, lemas,

berkeringat pada malam hari, batuk disertai percikan darah), hepatitis

(demam, mual, jalan sempoyongan), malaria (demam tinggi disertai

dengan menggigil), HIV/AIDS (diare terus menerus, daya tahan tubuh

menurun, sudah terserang penyakit), Ibu juga tidak pernah dioperasi

ataupun diopname karena sakit yang parah.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dahulu maupun sekarang keluarga ibu maupun suami

tidak pernah menderita penyakit menurun seperti jantung (telapak

tangan berkeringat dingin, sering gemetar ketika beraktifitas yang

biasa), asma (sesak nafas, tidak tahan udara dingin, batuk tiba-tiba),

Diabetes Millitus (sering kencing pada malam hari, sering lapar dan

haus).Ibu juga tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC


(batuk berkepanjangan tidak sembuh-sembuh), malaria, penyakit

menular seksual, dan tidak ada riwayat kembar maupun cacat bawaan.

5. Riwayat Perkawinan

Ibu mengatakan menikah satu kali umur 25 tahun dengan suami umur 27

tahun. Lama perkawinan 3 tahun, status pernikahan syah.

6. Riwayat Obstetri

a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun

Siklus : 28 hari

Lama : 7 hari

Banyak : Setiap hari ganti pembalut 2-3 x sehari

Bau : Amis

Warna : Merah

Konsistensi : Cair
Disminore : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri haid

Flour Albus : Tidak pernah keputihan sebelum dan

sesudah menstruasi.

HPHT : Ibu mengatakan lupa kapan haid terahir

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ibu mengatakan bahwa ini adalah anak yang pertama dan belum

pernah keguguran.

c. Riwayat kehamilan sekarang

1) Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama (G1P1A0).

2) Ibu mengatakan lupa HPHT

3) Ibu mengatakan ANC di bidan sebanyak 2 kali

TM I : 0 kali
TM II : 1 kali

TM III : 1 kali

4) Ibu mengatakan imunisasi TT pada usia kehamilan 3 bulan

5) Ibu mengatakan mengonsumsi obat-obatan hanya dari bidan dalam

bentuk vitamin, tablet Fe dan kalsium

6) Ibu mengatakan gerakan janin yang pertama usia 4 bulan

7) Kebiasaan ibu / keluarga yang berpengaruh negative terhadap

kehamilannya

a) Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan yang negative terhadap

kehamilannya seperti minum jamu, minum alcohol, merokok,

mengonsumsi narkoba, dll.

8) Rencana Persalinan

Ibu mengatakan ingin bersalin di tempat bidan, ditolong oleh bidan

dan didampingi oleh suami/keluarga.

7. Riwayat persalinan sekarang


1) Tanggal bersalin : 10 Juni 2014

2) Jam bersalin : 02.00 WIB

3) Tempat melahirkan : BPM

4) Ditolong oleh : Bidan

5) Jenis persalinan : Spontan

6) Lama persalinan : 10 jam 45 menit

7) Ketuban pecah : Tanggal 9 Juni 2014 pukul 01.30 WIB

secara spontan warna jernih


banyaknya 500 cc.

8) Komplikasi/kelainan dalam persalinan : tidak ada


9) Plasenta : lahir spontan, lengkap dan utuh.
: laserasi tingkat II
10) Perineum
11)Perdarahan

Kala I-II : 50 cc

Kala III-IV : 50 cc
: tidak ada
12) Tindakan lain

13) Bayi

Tanggal lahir : 10 Juni 2014 jam : 02.00 WIB


BB : 3700 gr

PB : 50 cm

Nilai APGAR : 9.9.10

Cacat bawaan : tidak ada

Komplikasi : Kala I : tidak ada penyulit

Kala II : tidak ada penyulit

Kala III : terjadi atonia uteri ( uterus

lembek, perdarahan syur-

syuran)

Kala IV : terdapat laserasi tingkat II

8. Riwayat kontrasepsi

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.

9. Pola kebutuhan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Sebelum Nifas : Ibu makan 3x/hari, porsi sedang, menu

nasi,sayur,lauk (tempe, tahu, ikan, daging, telur),

buah kadang-kadang. Minum ± 8 gelas/hari dengan

air putih, susu, teh manis.


Selama Nifas : Ibu makan 3x/hari, 1/2 porsi, menu nasi, sayur,

lauk (tempe, tahu, ikan, daging, telur), buah

kadangkadang.Minum 7-8 gelas/hari dengan air

putih/teh.

b. Pola Eliminasi

Sebelum Nifas : Ibu BAK 5-6x/hari, warna kuning jernih, bau khas,

tidak ada keluhan

BAB 1x/hari, warna kuning kecoklatan, bau khas,

konsistensi lembek, tidak ada keluhan

Selama Nifas : ibu belum BAB setelah dari BPM dan saat di RS,

BAK 2 kali selama baru datang di RS.

c. Pola Istirahat

Sebelum Nifas : Ibu tidur siang ±2 jam/hari dengan kualitas tidur

nyenyak, tidur malam ±8 jam/hari dengan kualitas

tidur nyenyak.

Selama Nifas : Ibu tidur siang ±2 jam/hari dengan kualitas tidur

nyenyak, tidur malam ±6 jam/hari dengan kualitas

tidur kurang nyenyak karena cemas.

d. Pola Aktivitas

Sebelum Nifas : Ibu dibantu oleh suami dalam melakukan


pekerjaan rumah tangga dan tidak ada
keluhan selama melakukan aktivitas sehari-hari

Selama Nifas : Saat ini ibu hanya berbaring.

e. Personal Hygiene

Sebelum Nifas : Ibu mandi 1x/hari, gosok gigi 1x/hari, keramas 2


hari sekali, ganti celana dalam 2x/hari, ganti baju
2x/hari
Selama Nifas : ibu hanya melakukan cuci badan tidak mandi

sehari 2x, ganti pembalut dan celana dalam setiap

darah sudah mulai membasahi tubuh bagian

bawah.

f. Psikososial spiritual, ekonomi dan pengetahuan

a) Tanggapan dan dukungan keluarga serta


lingkungan terhadap kehamilannya

Ibu mengatakan bahwa keluarga dan lingkungan sekitarnya ikut senang

dan sangat mendukung terhadap kehamilannya.

b) Pengambilan keputusan dalam keluarga

Ibu mengatakan bahwa pengambil keputusan dalam keluarga adalah

suami

c) Ketaatan dalam beribadah

Ibu mengatakan menjalankan ibadah dengan sholat 5 waktu

d) Pola sosial ibu terhadap lingkungan

Ibu mengatakan bahwa hubungannya dengan lingkungan sekitar terjalin

baik tidak ada masalah

e) Lingkungan yang berpengaruh

Ibu mengatakan bahwa saat ini tinggal bersama suami

DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : pucat

- Hb : 9,5 g/dl

- Ppv : 550 cc

- Akral dingin

b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 90/60 mmHg

Nadi : 83 x/menit Suhu :

37°C

Pernapasan : 24 x/menit

d. BB : 48 kg

e. TB : 150 cm

f. Lila : 24 cm
2. Pemeriksaan fisik atau status present

a. Kepala : Mesochepal, kulit kepala bersih, rambut tidak rontok,

tidak ada ketombe, tidak ada benjolan.

b. Muka : Simetris, tidak pucat dan tidak oedem.

c. Mata : Simetris, bersih tidak ada sekret, seklera tidak ikterik,

konjungtiva tidak anemis, pupil normal (mengecil saat

terkena cahaya)

d. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada pembesaran polip.

e. Telinga : Simetris, tidak oedem.

f. Mulut : Bersih, gigi tidak berlubang, tidak ada caries gigi, tidak

ada sariawan, bibir tidak kering, gusi tidak berdarah, lidah

bersih.

g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba

benjolan.

h. Ketiak : Tidak teraba pembesaran kalenjar limfe, tidak ada

benjolan abnormal.

i. Dada : Simetris, tidak ada pembesaran thorax, pernapasan

dada normal.
j. Abdomen : tidak terdapat luka bekas operasi, tidak ada nyeri

tekan, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kalenjar

limpa dan hepar.

k. Genetalia : pengeluaran pervaginam sebanyak 550cc dan terdapat

laserasi tingkat II.

l. Ekstremitas

a) Ekstremitas atas : Simetris, jari-jari tangan lengkap, Kedua tangan

dapat di gerakan dengan bebas, turgor baik, tidak ada kelainan,

tidak oedem. Dan terdapat infus di kedua tangan kanan dan kiri.

b) Ekstremitas bawah : Tungkai simetris, tidak ada oedem, tidak

terdapat varices, jari-jari kaki lengkap, kedua kaki dapat di

gerakan dengan bebas, tidak ada kelainan, tidak ada varices,

reflleks patela pada kaki kiri dan kanan normal.

c) Anus : Bersih, tidak ada hemoroid

3. Pemeriksaan Obstetri

a. Inspeksi
Muka : tidak ada oedem, tidak pucat, tidak terdapat cloasma
gravidarum.

Payudara
: payudara membesar, tegang, permukaan kulit
mengkilat, puting susu menonjol, areola mengalami
hiperpigmentasi.

Genetalia : pengeluaran pervaginam sebayak 550cc , terdapat


laserasi tingkat II.

b. Palpasi payudara : terasa nyeri saat di tekan, keras, kolostrum keluar

sedikit
c. Abdomen : TFU 3 jari di bawah pusat, kontraksi lemah, konsistensi

lembek, kandung kemih kosong.

4. Pemeriksaan penunjang

Tanggal 10 Juni 2014 pukul 07.00WIB

Tabel 3.1 Hasil Lab


Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal
Hermatologi table
Hemoglobin 9,5 g/Dl 12.00 – 16.00
Hematokrif 29,8 % 37 – 47
Lekosif 9.100 Mm3 4000 – 10.000
Trombosit 246.000 Mm3 150000 – 400000
LED 20/40 Mm < 15
Sosinofil 0 % 1–3
Basofil 0 % 0–1
N. Batang 26 % 20 – 40
Limfosil 3 % 2–8
Monosit 3 % 50 – 70
N. Segmen 71 % 50 – 40
Waktu Bekuan (CT) 300 Menit 2–8
Waktu Peredaran (OT) 300 Menit 1–6
Serologi (tabel) Negatif Neg
Hbs Ag
II.INTERPRETASI DATA

Tanggal: 10 Juni 2014 Pukul 05.30 WIB

A. Diagnosa Kebidanan

Ny.M PIA0 umur 28 tahun 6 jam postpartum dengan perdarahan primer

pasca atonia uteri

Data Dasar :

1. Data Subjektif

a. Ibu mengatakan bernama Ny.M ini merupakan anak pertama dan ibu

belum pernah keguguran.

b. Ibu mengatakan sekarang usianya 28 tahun.

2. Ibu mengatakan baru saja melahirkan 6 jam yang lalu.


3. Data Obyektif
a. KU : Pucat
: Composmentis
b. Kesadaran

c. TTV

1) TD : 90/60 mmHg

2) N : 83 x / menit

3) RR : 24 x / menit

4) S : 370C
d. Pemeriksaan obstetri

1) Inspeksi

a) Muka : tidak ada oedem, tidak pucat, tidak terdapat

cloasma gravidarum.

b) Payudara : payudara membesar, puting susu


menonjol,

tegang, areola menghitam.

c) Abdomen : Terlihat striae gravidarum, terlihat linea nigra, tidak

terdapat luka bekas operasi.

d) Genetalia : pengeluaran pervagina darah seperti air kran,

sebanyak 550cc dan terdapat laserasi tingkat II.

e) Palpasi

(1) Payudara: Putting susu menonjol, kolustrum sudah keluar.

(2) Abdomen : TFU 3 jari dibawah pusat,


kontraksi

lembek, konsistensi lembek, kandung kemih kosong.

B. Masalah

1. Ibu cemas dengan keadaannya karena mengalami perdarahan 550 cc 2

jam setelah melahirkan dan ibu merasa lemah, ngatuk.


C. Antisipasi kebutuhan segera

1. Berikan KIE tentang keadaan ibu sekarang

2. Memberi dukungan support dukungan moril dan spiritual pada ibu dan

keluarga agar tidak cemas lagi.

3. Menjalin komunikasi pada pasien dan keluarga dengan selalu mengajak

ibu bicara supaya tidak mengantuk

III. DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL

Syok Hipovolemik

Data dasar:

- Hb : 9,5 g/dl

- Ppv : 550 cc

- Tekanan darah : 90/60 mmHg

- Nadi kecil dan cepat

- Akral dingin

- Uterus lembek

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA

1. Kolaborasi dengan dokter SpOG

- Masase uterus

- Berikan piton drip dengan 1 ampul oksitosin 10 IU pada infuse

RL sesuai kebutuhan , grojok/lost sampai kontraksi menjadi baik.

- Pasang infus 2 jalur

- Injeksi metergin 2x1 ampul untuk menghentikan perdarahan

- Injeksi amoxsan 2x1 gram untuk antibiotik

2. Memasang infuse 2 jalur


- Ekstermitas kanan : infus Range Laktat kemasan 500 ml dengan

oxytocin 1 ampul 10 IU sesuai kebutuhan , yaitu grojok/lost.

- Ekstermitas kiri : infus Dektrosa 5% berisi glukosa 50gr/I


kemasan

500 ml grojok/lost.

3. Memantau keadaan umum ibu dan vital sign

- KU : Pucat

- TD : 90/60 mmHg

4. Mengobservasi perdarahan dan kontraksi setiap 30 menit sampai 2 jam

postpartum.

V. PELAKSANAAN

Tanggal 10Juni 2014 jam 05.30WIB

1. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dengan hasil sebagai

berikut:

a. Memasang infus 2 jalur :

b. Pengawasan keadaan umum, perdarahan dan kontraksi setiap 30

menit selama 2 jam postpartum telah dilakukan.

2. Memasang infus 2 jalur yaitu:

a. Ekstermitas kanan : infus Range Laktat kemasan 500 ml dengan

oxytocin 1 ampul 10 IU sesuai kebutuhan , yaitu grojok/lost.

b. Ekstermitas kiri : infus Dektrosa 5% berisi glukosa 50gr/I

kemasan 500 ml grojok/lost.

3. Memberikan support mental pada ibu dan keluarga agar tidak merasa

cemas dan tenang karena keadaan dapat teratasi.

4. Memantau keadaan umum dan vital sign


5. Mengobservasi perdarahan dan kontraksi setiap 30 menit sampai 2

jam postpartum.

VI. EVALUASI

Tanggal 10 Juni 2014 05.30 WIB

1. Kolaborasi dengan Dokter SpOG telah dilakukan dengan hasil

- Masase uterus

- Berikan piton drip dengan 1 ampul oksitosin 10 IU pada infuse RL

sesuai kebutuhan , grojok/lost sampai kontraksi menjadi baik.

- Pasang infus 2 jalur

- Injeksi metergin 2x1 ampul untuk menghentikan perdarahan

- Injeksi amoxsan 2x1 gram untuk antibiotic

2. Infus 2 jalur sudah terpasang.

3. Ibu dan keluarga sudah merasa tenang.

4. Keadaan umum ibu pucat

- TD: 90/60 mmHg

- N: 83x/menit

- RR : 24x/menit

5. Observasi kontraksi dan perdarahan sudah dilakukan setiap 30 m3nit

sampai 2 jam post partum dengan hasil:

Tabel 3.2 Hasil Observasi


Waktu Kontraksi Perdarahan

08.00 WIB Keras 2 pembalut penuh


08.30 WIB Keras 1 pembalut penuh
09.00 WIB Keras 1 pembalut penuh
10.00 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
10.30 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
11.00 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
11.30 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
12.00 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
12.30 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
13.00 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
14.00 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan memahami

penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny.M nifas patologi dengan perdarahan

primer pasca atonia uteri, maka pada bab ini penulis akan membahas

kesenjangan penatalaksanaan antara teori dan penatalaksanaan di Rumah

sakit Islam Nahdlatul Ulama. Pembahasan ini dilakukan secara sistematis

yaitu dengan pengkajian tujuh langkah Varney. Pembahasan iniakan

diuraikan sebagai berikut:

A. Pengkajian Data

Menurut Hellen Varney (1997) langkah ini dilakukan dengan

pengkajian proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik

sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan yang terbaru atau catatan

sebelumnya, data laboratorium, dan membandingkannya dengan hasil studi.

Semua data yang dikumpulkan dari semua sumber yang berhubungan dengan

kondisi pasien. Secara garis beras pengumpulan data diklasifikasikan menjadi

2 yaitu : data subyektif dan data obyektif . Data subyektif yaitu diambil

dengan cara wawancara dengan pasien dengan menayakan keluhan utama,

dan memperhatikan hal-hal yang mencemaskan dari pasien. Data obyektif

dengan menggunakan tehnik pemeriksaan yang tepat dan benar .melakukan

pemeriksaan yang terarah sesuai dengan keluhan pasien (Mufdlilah,2009).


Data yang dikumpulkan kemudian diolah, sesuai kebutuhan pasien dengan

cara menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang lainnya

sehingga dapat menunjukan suatu masalah yang terjadi pada kasus ibu nifas

patologi dengan Perdarahan Postpartum Primer pasca Atonia Uteri pada data

obyektif menurut teori pada pemeriksaan palpasi kontraksi uterus tidak dapat

berkontraksi secara efektif (Anggaini,2010).

Pada kasus nifas patologi Ny. M umur 28 yahun PIA0dengan

Perdarahan Postpartum Primer pasca Atonia Uteri pada data subyektif

didapatkan keluhan utama ibu yaitu Ibu mengatakan merasakan darah yang

keluar dari alat kewanitaan terasa syur-syuran dan ibu merasa mengantuk.

Pada kasus nifas patologi Ny. M umur 28 yahun PIA0dengan Perdarahan

Postpartum Primer pasca Atonia Uteri pada data subyektif didapatkan

kesadaran : composmentis, TD: 90/60 mmHg, N: 83 x/menit, RR: 24 x/menit,

S: 37ºC , TFU : 3 jari di bawah pusat, Kontraksi uterus jelek, konsistensi

lembek, pengeluaran pervaginam sebanyak 550 cc.

Jadi simpulan dari pemeriksaan data subyektif dan obyektif penulis

menemukan tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktik yaitu pada

pemeriksaan data obyektif didalam teori kontraksi uterus tidak dapat

berkontraksi secara efektif dan dalam pemeriksaan data obyektif dilahan

didapatkan kontraksi uterus lembek.

B. Interpretasi data

Mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosis atau masalah dan

kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan

berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data dasar (Mufdlilah,2009).


Kebutuhan yang diberikan pada ibu nifas patologi hari pertama dengan

perdarahan potpartum karena atonia uteri menurut Varney (2004) adalah :

informasi keadaan ibu, informasi tindakan yang akan dilakukan oleh tim

kesehatan pemenuhan kebutuhan cairan, penghentian perdarahan.

Pada kasusNy.M umur 28 tahun PIA0 nifas patologi hari pertama

dengan perdarahan potspartum pasca atonia uteri ibu mengatakan bahwa ibu

mengeluarkan banyak darah dan ibu merasa mengantuk, pemenuhan kebutuhan

cairan dan penghentian perdarahan.

Pada langkah ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori

dan praktik.

C. Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan

terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan atau diagnosa potensial

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,

pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan

bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati, 2010).

Diagnosa potensial yang bisa terjadi pada perdarahan postpartum

adalah syok hipovolemik .

Pada kasus Ny. M umur 28 tahun PIA0dengan perdarahan pospartum

primer karena atonia uteri. Apabila tidak ditangani dengan benar, akan

muncul diagnosa potensial, dalam kasus ini adalah syok hipovolemik .

Pada langkah ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori

dan praktik.

D. Antisipasi Tindakan Segera

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen


kebidanan.Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan

atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama sesuai dengan

kondisi pasien.

Pada kasus ini untuk mengantisipasi terjadinya syok hipovolemik yaitu

dengan Hb 9,5 g/dl, ppv 550cc, tekanan darah 90/60 mmHg, akral dingin,

kontraksi uterus lembek.maka dilakukan tindakan yaitu : memasang infus 2

jalur, memantau keadaan umum dan vital sign ibu, mengobservasi perdarahan

dan kontraksi setiap 30 menit, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG.

Pada langkah ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori

dan lahan praktik.

E. Perencanaan

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang

merupakan lanjutandari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi

atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang

berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi, membutuhkan konseling

atau merujuk. Semua keputusan yang dikembangkan harus rasional dan

benar-benar berdasarkan pengetahuan teori yang ada serta sesuai dengan

asumsi tentang apa yang dilakukan klien (Muslihatun, 2009). Rencana

tindakan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri sebagai berikut:

memberikan antibiotik, berikan uterotonik, oksitosin atau metergin,

lakukan pemenuhan cairan, beri trasnfusi darah jika Hb< 8gr%.

Pada kasus Ny M umur 28 tahun PIA0dengan perdarahan

pospartum primer pasca atonia uteri. Rencana tindakan yang akan

dilakukan adalah:
1) Pasang infus dua jalur RL dan D5%.

2) Periksa keadaan umum dan vital sing ibu.

3) Mengobservasi perdarahan dan kontraksi setiap 30 menit sampai 2 jam

postpartum.

4) Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk tindakan selanjutnya.

F. Pelaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan pada klien dan

keluarga.Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan kebidanan

secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan sepenuhnya oleh

bidan atau sebagian lagi oleh klien atau tim kesehatan lain. Walaupun

bidan tidak melakukan sendiri tetapi tetap bertanggung jawab dalam

pelaksanaannya (Muslihatun, 2009).

Pada kasus Ny M umur 28 tahun PIA0dengan perdarahan pospartum

primer pasca atonia uteri. Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan

adalah:

1) Memasang infus 2 jalur yaitu :

a. Ekstermitaskanan : infus Range Laktat kemasan 500 ml dengan

oksytosin 1 ampul 10 IU. sesuai kebutuhan pasien yaitu grojok

atau lost infus.

b. Ekstermitaskiri : infus Dektrosa 5% berisi glukosa 50gr/I

kemasan 500 ml , sesuai kebutuhan pasien yaitu grojok atau lost

infus.

2) Memberitahukan ibu bahwa saat ini ibu mengalami perdarahan

primer. Perdarahan primer adalah perdarahan lebih dari 500 ml yang


terjadi selama 24 jam setelah melahirkan yang disebabkan tidak

berkontraksinya uterus dengan baik.

3) Memberikan support mental pada ibu dan keluarga agar tidak merasa

cemas dan tenang karena keadaan dapat teratasi.

4) Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk

tindakan selanjutnya.

a. Memantau keadaan umum ibu, memasang infuse Range

Laktat+oksytosin 1 ampul 10 UI/ml drip pada salah satu jalur

infuse 20 tpm.

b. Terapi injeksi : amoxsan 2x1 gram dan methergin 2x1 ampul di

suntikan secara IV, sebanyak dua kali pada pukul 05.30 WIB dan

pukul 12.00 WIB. Dan seterusnya dilakukan sesuai dengan advis

dokter.

c. Melakukan pengawasan keadaan umum, perdarahan, dan


kontraksi uterus setiap 30 menit.

d. Melakukan cek Hb, jika Hb <8g/dl maka lakukan transfusi darah

sesuai kebutuhan pasien. Yaitu menbutuhkan 3 kolf transfusi

darah gol B karena hasil lab 6,5g/dl maka transfusi dilakukan hari

tiga pada pukul 07.00 WIB sebanyak 2 kolf dan dilanjut hari

empat 1 kolf pada pukul 07.00WIB

e. Memasang kateter untuk memantau out put dan in put pasien.

untuk mengantisipasi gagal ginjal.

f. Memonitor tetesan infus jika infus yang terpasang dan tetesan

darah jika darah yang terpasang, jumlah DC( air seni)


G. Evaluasi

Langkah ini dilakukan penilaian dari hasil yang diperoleh dari

perencanaan dan pelaksanaan yang sesuai dengan asuhan kebidanan yang

efektif. Dalam hal ini penulis menilai apakah apakah perencanaan dan

pelaksanaan tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien (Muslihatun, 2009).

Asuhan kebidanan pada kasus Ny.M dengan perdarahan primer pasca

atonia uteri yang dimulai dari pengkajian sampai implementasi, keadaan

yang dialami secara berangsur-angsur menjadi membaik dari hasil

tindakan yang didapatkan bahwa masalah dan kebutuhan dapat diatasi

dengan baik. Dapat dilihat pada pasien Ny. M yang semula mengalami

perdarahan setelah dilakukan perawatan dan pengobatan pada tanggal 10

sampai 14 Juni 2014 keadaannya berangsur membaik karena mendapat

tindakan sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang ada. Evaluasinya

sebagai berikut :

Ibu dan keluarga sudah mengetahui kondisi ibu saat ini perdarahan dan

berangsur-angsur membaik, observasi keadaan umun dan tanda-tanda vital

sudah dilakukan, observasi jumlah perdarahan sudah dilakukan, kolaborasi

dengan dokter SpOG sudah dilakukan, observasi tetesan infus, darah dan

Dc sudah dilakukan, sudah dilakukan injeksi untuk antibiotik dan

penghenti perdarahan sesuai advis dokter, transfusi darah sebanyak 3 kolf

sudah diberikan, pemeriksaan Hb sudah dilakukan, pemasangan kateter

sudah dilakukan, ibu bersedia memenuhi kebutuhan nutrisi ibu, ibu sudah

cukup istirahat saat dirumah sakit, observasi kontraksi uterus setiap 30

menit sudah dilakukan dengan hasil:

3.3 Hasil Observasi Kontraksi


Waktu Kontraksi Perdarahan

08.00 WIB Keras 2 pembalut penuh


08.30 WIB Keras 1 pembalut penuh
09.00 WIB Keras 1 pembalut penuh
10.00 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
10.30 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
11.00 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
11.30 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
12.00 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
12.30 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
13.00 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
14.00 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam bab terakhir Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Asuhan kebidanan
Ibu

Nifas Patologi dengan perdarahan post partum primer pasca atonia uteri Di

Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama “ maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada data pengumpulan data dasar didapatkan data meliputi data

subjektifdan data objektif. Pada kasus Ny. M PIA0 umur 28 tahun dengan

perdarahan post partum primer pasca atonia uteri. Berdasarkan data

subjektif Ny. M mengatakan lemas dan mengantuk, kontraksi uterus

lembek. Sehingga data yang diperoleh benar-benar asli dan tepat untuk

menentukan langkah selanjutnya.

2. Interpretasi data pada kasus Ny. M P IA0 umur 28 tahun dengan perdarahan

post partum primer pasca atonia uteri dibuat berdasarkan data fokus yang

diperoleh dari hasil pengkajian sehingga diagnosa kebidanan dapat dibuat

sesuai dengan kondisi dan masalah yang dialami Ny. M yaitu merasa
lemah dan mengantuk dengan keadaannya namun hal tersebut sudah

ditangani dengan dilakukan tindakan sesuai kebutuhan kasus Ny M.

3. Rumusan diagnosa potensial yang terjadi pada Ny. M PIA0 umur 28 tahun

dengan perdarahan post partum primer pasca atonia uteri berdasarkan

masalah atau diagnosa kebidanan yang sudah diidentifikasikan yaitu perlu

mewaspadai adanya syok Hipovolemik.

4. Tindakan antisipasi terhadap diagnosa potensial yang didapatkan pada

kasus Ny. M dengan perdarahan post partum primer pasca atonia uteri

dilakukan dengan berkolaborasi dengan dokter SpOG dan dengan tenaga

kesehatan lainnya sudah sesuai dengan teori yang ada.

5. Rencana tindakan yang disusun dalam memberikan asuhan kebidanan pada

ibu nifas khususnya pada Ny. M PIA0 umur 28 tahun dengan perdarahan

post partum primer pasca atonia uteri diberikan asuhan sesuai dengan

kebutuhan pasien, hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada.

6. Pelaksanaan rencana tindakan pada Ny M P IA0umur 28 tahhun dengan

perdarahan post partum primer karena atonia uteri diberikan asuhan sesuai

dengan kebutuhan pasien, hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada.

7. Berkaitan dengan intervensi sampai dengan evaluasi asuhan yang sudah

diberikan dimulai dengan pengkajian pertama sampai terakhir diperoleh

kondisi umum ibu semakin membaik, sehingga asuhan yang diberikan

pada Ny. M berlangsung secara efektif.

8. Pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

B. Saran

Setelah penulis melakukan tindakan secara langsung pada ibu nifas

patologi dengan perdarahan post partum primer pasca atonia uteri ,


makapenulis dapat memberikan saran-saran guna meningkatkan mutu

pelayanan kebidanan pada ibu nifas adapun saran-saran yang diberikan

adalah sebagai berikut :

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkanbagi tenaga kesehatan khususnya bidan dapat lebih

meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam kasus ibu nifas

patologi dengan Perdarahan Postpartum Primer pasca Atonia Uteri.

2. Bagi Mahasiswa

Dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi dengan

Perdarahan PostpartumPrimerpasca Atonia Uteri baik secara mandiri atau

kolaborasi dan mendapat pengalaman dengan kasus perdarahan terutama

karena atonia uteri.

3. Bagi Institut Pendidikan

Dapat memberikan pengetahuan tentang Perdarahan Postpartum Primer

pascaAtonia Uteripada pembelajaran selanjutnya dan diharapkan dapat

meningkatkan pembelajaran tentang penanganan terhadap kasus-kasus

yang sering terjadi dalam masyarakat.

4. Bagi Pasien

Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai bahaya nifas pada

Perdarahan Postpartum yaitu darah yang keluar dari alat kemaluan cukup

banyak setelah beberapa jam melahirkan, dengan tujuan apabila pasien

suatu saat menemukan kejadian yang serupa dapat melakukan tindakan

antisipasi agar melakukan pertolongan awal dengan membawa pasien ke

unit kesehatan terdekat.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. Y.2010. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka


Rihama.

Asrinah, Putri. S. S., Sulistiyorini. D., Muflihah. S. I., Sari. N. D. 2010. Asuhan
Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Bahiyatun. 2008.Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Dewi. R. P. 2011. Buku ajar : Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika.

Fraser. C. 2009.Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

Mufdilah. 2009. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Kasus Matrei Bidan Delima.
Yogyakarta: Mitra Cendikia Offset

Nugroho. T. 2012.Ilmu Kebidanan.Yogyakarta:Nuha Medika.

Nugroho. T.2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Prawirohardjo. S.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka.

Profil Dinas Kesehatan Republik Indonesia, 2011. http://www.Depkes.go.id/


downloads/ publikasi/ profil%20 Kesehatan% 20 Indonesia%202011.
pdf. Diakses tanggal 20 Maret 2013

Profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2012. http://www.Depkes.go.id


/dowloadspublikasi/ profil%20 Kesehatan% 20 Indonesia%202011.
pdf. Diakses tanggal 20 Maret 2013

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, 2010. http://www.Depkes.go.id /


dowloadspublikasi/ profil%20 Kesehatan% 20 Indonesia%202011. pdf.
Diakses tanggal 20 Maret 2013

Purwanti. E. 2012.Asuhan Kebidanan Untuk Ibu Nifas. Yogyakarta :Cakrawala


Ilmu.

Saleha. S.2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba

Salmah,Rusmiyati, Maryanah, Susanti. N. 2006. Asuhan Kebidana .Yogyakarta :


Nuha Medika.

Sulistiyawati .2009. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : C.V Andi

Taufan. 2009.Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika


Varney. H., M. Kriebs. J., L. Gegor. C. 2004. Buku AjarKebidanan.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Vivien. W. 2012. Kedaruratan Persalinan Manajemen Komunitas.Jakarta: EGC

Widyastuti. P., Aminah. S. 2009. Safe Motherhood Modul Hemoragi Post


Partum–Materi Pendidikan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Wildan, Moh. Dan Hidayat, A. Aziz Alimul.2008. Dokumentasi


Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika.

Yanti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Bersalin. Yogyakarta : Pustaka


Rihama

Anda mungkin juga menyukai