PENDAHULUAN
Manfaat yang ingin dicapai penulis ialah agar laporan ini dapat berkontribusi di
dalam dunia keperawatan dan berguna sebagai salah satu sumber data bagi
mahasiswa di dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya di dalam bidang
Keperawatan Maternitas.
B. Manfaat Praktis
1. Bagi Perkembangan Ilmu Teknologi Keperawatan
2. Bagi Penulis
Manfaat yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk menambah pengetahuan dan
informasi tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien preeklamsia berat
dengan post operasi sectio caesarea. Selain daripada itu diharapkan dapat menjadi
salah satu cara dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan khususnya keperawatan
maternitas yang diperoleh di Institusi Pendidikan.
Penulisan laporan seminar asuhan keperawatan ini berada dalam lingkup keperawatan
maternitas, khususnya pada sistem reproduksi di Ruang Rawat Inap Lantai 4 Paviliun Cendana
RSUD Siti Fatimah Azzahra Provinsi Sumsel. Pengkajian pada pasien Ny. A dilakukan pada
tanggal 27 November pukul 16.00 WIB. Laporan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari
tindakan melakukan pengkajian pada pasien, menentukan diagnosa yang bisa atau mungkin
muncul, menyusun rencana tindakan dan mengimplementasikan rencana tersebut serta
mengevaluasi hasilnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.2
Sistem Reproduksi Eksternal
e. Clitoris
Clitoris terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian
superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding
anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria, terdapat
juga reseptor androgen pada clitoris, banyak pembuluh darah dan ujung
serabut saraf, sangat sensitif.
f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas
lateral labia minora berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang /
orificium, yaitu orificium urethae externum, introitus vaginae, ductus
glandulae bartholini kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri, antara
fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
g. Introitus / orificium vagina
Orificium vagina terletak di bagian bawah vestibulum, saat gadis
tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara/hymen, utuh tanpa
robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah
menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum
atau fimbriae, akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan
bentuk lobang menjadi tidak beratutan dengan robekan (misalnya bentuk
fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae
myrtiformis adalah sisa-sisa selaput darah pada wanita pernah
melahirkan/para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak
berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat
menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
h. Vagina
Vagina adalah sebuah tabung berlapis otot yang membujur ke atas
dan condong kebelakang, sejak dari vestibulum hingga ke rahim, selain
berlapis otot juga dikelilingi jaringan pembuluh darah yang akan penuh
ketika ada rangsangan seksual, dalam keadaan biasa tabung menyempit
karena dinding-dinding saling melekat. Vagina adalah saluran
penghubung antara vestibulum pudendi dan servik uteri. Panjang dinding
depan 9 cm dan dinding belakang 14 cm, epitelnya gepeng berlapis yang
mengandung banyak glikogen (Bobak, 2005).
C. Proses Kehamilan
Menurut Purwaningsih 2012, proses kehamilan adalah sebagai berikut:
Bagan 2.1
Proses Kehamilan
Setiap bulan wanita melepas satu sel telur dari idung telur yang dikenal dengan
ovulasi
Sperma bertemu sel telur (ovum) sehingga terjadi pembuhan sel telur
(konsepsi=fertilisasi)
Ovum yang telah dibuahi membelah diri sambil bergerak menuju rongga rahim dan
kemudian melekat pada mukosa rahim dan menetap (nidasi=implantasi)
Dari pembuahan sampai implantasi dibutuhkan 6-7 hari untuk mensuplai makanan
dan darah hasil pembuahan (janin) dipersiapkan plasenta
Jadi proses kehamilan dari setiap wanita itu dengan melepas sel telur dan
ditangkap oleh fimbrae kemudian masuk kesaluran telur untuk bertemu dengan
sperma, lalu terjadilah pembuahan.
D. Tanda-Tanda Kehamilan
Menurut Wahyu Purwaningsih 2012, tanda-tanda kehamilan terbagi
menjadi dua yaitu :
1. Tanda mungkin kehamilan
a. Mual muntah
Enek terjadi biasanya pada bulan-bulan pertama kehamilan disertai
kadang-kadang emesis. Sering terjadi pada pagi hari.
b. Amenorea
Gejala ini sangat penting umumnya orang hamil tidak mengalami haid
lagi.
c. Mengidam
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama tetapi akan
menghilang pada kehamilan yang makin tua umur kehamilannya.
d. Pingsan
Sering di jumpai pada tempat ramai sesudah umur kehamilan 16 minggu.
e. Mamae menjadi besar dan tegang
Keadaan ini disebabkan karena pengaruh estrogen testosterone yang
merangsang duktuli dan alveoli di mammae glandula montgomery
tampak lebih jelas.
f. Anoreksia
Terjadi pada bulan-bulan pertama tetapi setelah itu nafsu makan kembali
lagi.
g. Sering kencing
Terjadi karena kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai
membesar.
h. Obstipasi
Terjadi karena tonus otot turun yang terjadi akibat pengaruh hormon
steroid.
i. Pigmentasi kulit
Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung, dahi
kadang-kadang tampak deposit pigmen berlebihan dan di kenal dengan
kloasma gravidarum.
j. Varises
Sering dijumpai pada triwulan terakhir, didapat pada daerah genitalia,
fosa poplia, kaki, betis.
k. Tanda hegar
Ismus uteri menjadi lunak
l. Tanda cadwik
Vulva dan vagina terlihat kebiruan.
m. Tanda piscasek
Uterus membelah ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas kejurusan
pembesaran tersebut.
n. Tanda braxtonhigs
Bila uerus dirangsang mudah berkontraksi.
o. Suhu basal
Suhu basal setelah ovulasi tetap tinggi terus antara 37,2 sampai 37,8.
p. HCG meningkat
Hal ini bisa dites dengan urine pertama pagi dengan alat tes kehamilan.
2. Tanda Pasti Hamil
a. Terdengar denyut jantung janin
Dengan stetoscope laenec denyut jantung janin dapat didengar pada umur
kehamilan 18-20 minggu.
b. Terasa gerakan janin
Gerakan janin dapat dirasakan pada kehamilan 18 minggu untuk
primigravida sedangkan untuk multigravida dapat dirasakan pada
kehamilan 16 minggu.
c. Teraba bagian-bagian janin
Janin dapat diraba dengan pemeriksaan leopoid pada umur kehamilan 20
minggu.
d. Pemeriksaan rontgen terlihat kerangka janin
Dengan rontgen rangka janin dapat terlihat pada umur kehamilan 20
minggu.
e. Ultrasonografi tampak pada gambaran janin
Dengan USG gambaran janin dapat dilihat pada umur kehamilan 16
minggu.
E. Pemerikasaan Umum
Menurut Serri, 2002 Pada ibu hamil yang datang pertama kali, perlu
dilakukan penilaian keadaan umum, status gizi, dan tanda vital. Pada mata dinilai
ada tidaknya konjungtiva pucat, sklera ikterik, edema kelopak mata, dan kloasma
gravidarum. Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi. Periksa pula jantung, paru,
mammae, abdomen, dan anggota gerak secara lengkap. Catat seluruh data yang
didapati.
1. Pemeriksaan berat badan
Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksa
kandunganya, hal ini dilakukan untuk mengetahui pertambahan berat badan,
serta apakah pertambahan berat yang dialami termasuk normal atau tidak.
C. Klasifikasi
Menurut (Lalenoh, 2018) klasifikasi preeklamsia atau hipertensi dalam
kehamilan terbagi 3, yaitu :
1. Preeklamsia Ringan
a. Kenaikan TD 140/90mmHg
b. Adanya pembengkakan kaki, muka, jari tangan serta berat badan naik 1kg
lebih tiap minggunya
c. Adanya Proteinuria
d. Tidak ada nyeri kepala
2. Preeklamsia Sedang
Tekanan darah Sistolik 150-159 mmHg, tekanan diastolic 100-109 mmHg
3. Preeklamsia Berat
a. Tekanan darah senilai >160/100 mmHg
b. Adanya proteinuria >5 gram/L
c. Jumlah urine kurang (Oliguria) dari 500 cc/24Jam
d. Serebral terganggu, visus terganggu dan timbul nyeri pada epigastrium
e. Terjadi pembengkakan/edema paru atau sianosis
f. Ada kejang (Eklampsia)
g. Timbul keluhan subjektif, seperti : nyeri, gangguan penglihatan, sakit
kepala, gangguan kesadaran ataupun odema paru
D. Manifestasi Klinis
Menurut Bothamley & Boyle (2013) ada beberapa manifestasi
preeklamsia, yaitu :
1. Bertambahnya Berat Badan, terjadi kenaikan berat badan yaitu ±1 kg
beberapa kali seminggu
2. Timbul pembengkakan akibat BB meningkat, pembekakan pada kaki, muka
dan pergelangan pada tangan
3. Hipertensi / tekanan darah tinggi (yang di ukur selama 30 menit setelah pasien
beristirahat) dengan tekanan darah >160/100 mmHg
4. Proteinuria
a. adanya protein dalam urine sebesar 0,3 gram/L/hari atau pemeriksaan
kualitatif senilai +1/+2
b. kadar proteinuria 1 g/I yang dikeluarkan melalui kateter yang di ambil
sebanyak 2 kali setiap 6 jam.
5. Tanda dan gejala lainnya yaitu : gangguan penglihatan, nyeri epigastric, sakit
kepala, mual dan muntah, penurunan Gerakan janin dan ukuran janin lebih
kecil tidak sesuai dengan usia kehamilan ibu.
E. Patofisiologi
Pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan
perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Dan pada wanita hamil juga
mengalami peningkatan sensitifitas vaskuler terhadap angiotensin II. Peningkatan
ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi
vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ,
fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sekitar 40-60 %
(Hutabarat, Suparman, & Wagey, 2016).
Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan
kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitivitas
Gambar 2.3
Patofisiologi Preeklamsia
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Saifuddin (2016), Pemeriksaan Laboratorium Preeklamsia adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin menurun kadar normal Hb pada ibu
yang sedang hamil adalah 12-14 gram%, peningkatan hemaktrosit (dengan
nilai 37-43 vol%), dan trombosit mengalami penurunan (dengan nilai
150.000-450.000/mm3)
2. Tes urin, yang ditemukan proteinuria
3. Tes fungsi hati, Bilirubin mengalami peningkatan (yang Normalnya <1 mg /
dl), serum Glutamat Pirufat trasaminase (SGPT) mengalami peningkatan dari
nilai normal (N = 15-45 u / ml), Aspartat aminomtrasferase (AST) >60 ul,
SGOT juga mengalami peningkatan (N = <31 u/l), maka total protein serum
menurun (N = 6,7-8,7 g/dl)
4. Tes asam urat, peningkatan asam urat (N = 2,4-2,7 mg/dl)
5. Radiologi
a. Ultrasonografi, adanya perlambatan pertumbuhan janin intrauterin,
respirasi intrauterin melambat, aktivitas pada janin melambat, dan cairan
ketuban dengan volume sedikit.
b. Kardiografi, ditemukan denyut jantung janin (DJJ) dapat diketahui bahwa
mengalami kelemahan.
G. Penatalaksanaan Preeklamsia
Menurut Adriani & Wirjatmadi (2016), Penatalaksanaan Preeklamsia
memiliki beberapa prinsip dan beberapa penatalaksanaan sesuai dengan tingkat
klasifikasinya, yaitu :
1. Prinsip penatalaksanaan Preeklamsia
a. Melindungi klien dari penyebab tekanan darah meningkat
b. Mencegah progresovitas penyakit menjadi eklampsia
c. Menurunkan atau mengatasi risiko janin (pertumbuhan janin yang
terlambat, solusio plasenta, hipoksia sampai terjadi kematian pada janin)
d. Melahirkan dengan cara yang aman dan cepat sesegera mungkin setelah
matur, atau imatur jika diketahui adanya resiko pada janin dan klien juga
lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
H. Pencegahan Preeklamsia
Klien yang sudah memiliki Pengalaman ibu pribadi sebelumnya sudah
mendapatkan informasi bagaimana cara melakukan pencegahan
preeklamsia/eklamsia sehingga saat ini sudah bisa melakukan pencegahan lebih
awal kebudayaan akan memberikan pengalaman pada seorang untuk berhati-hati
dalam melakukan suatu tindakan. Tindakan pencegahan yang biasa didapatkan
dalam kelas klien yang telah memberikan materi dalam melakukan pencegahan
preeklamsia/eklamsia, materi yang sering didapatkan merupakan pendidikan
sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap yang
nantinya akan berdampak pada perilaku klien.
Timbulnya preeklamsia tidak bisa dicegah sepenuhnya, tetapi bisa
diberikan pengetahuan dan pengawasan yang baik untuk ibu yang sedang hamil,
diantaranya :
1. Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan kehamilan / ANC (Antenatal Care) merupakan salah satu
upaya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan awal dari preeklamsia (Nur
& Arifuddin, 2017). Rajinlah memeriksakan kehamilan di Pelayanan
Kesehatan, Jika timbul perubahan perasaan ibu dan gerak janin dalam Rahim.
Pemeriksaan kehamilan yang bermutu dan teratur serta teliti dapat
menemukan tanda-tanda dini terjadinya preeklamsia, agar penyakit tidak
menjadi lebih berat maka diberikan pengobatan yang cukup dan pemberian
terapi yang tepat untuk ibu dan janinnya harus dilakukan dalam waktu
penanganan semestinya. Tujuan utama dari penanganan ini adalah mencegah
terjadinya preeklamsia berat, yang akan mengarah pada eklampsia maupun
komplikasi (Anasitu, 2015).
2. Diet Makan
Makanlah makanan yang memiliki protein tinggi, karbohidrat tinggi,
vitamin cukup, lemak rendah, rendah garam dan yang lebih penting yaitu
dianjurkan untuk hindari penambahan berat badan (Marmi, 2011).
3. Istirahat yang cukup
Dalam bertambahnya usia istirahat yang cukup disesuaikan
kemampuan dan kebutuhan, dianjurkan agar klien lebih sering duduk atau
baring mengarah belakang janin agar aliran darah menuju ke plasenta tidak
terganggu (Marmi, 2011).
Strategi ini biasanya melibatkan manipulasi diet dan upaya
farmakologis untuk mengubah mekanisme patofisiologi yang diduga berperan
dalam perkembangan preeklamsia. Terapi farmakologis mencakup
penggunaan antioksidan.
I. Komplikasi
Menurut (Lyall & Belfort, 2007) bila preeklamsia tidak cepat ditangani
dapat menimbulkan komplikasi yang akan menyebabkan kematian pada ibu dan
janinnya, yaitu :
1. Kurangnya aliran darah menuju ke plasenta
Preeklamsia dapat mempengaruhi arteri yang membawa darah menuju
plasenta. Jika sampai di plasenta namun darah yang sampai tidak cukup, maka
terjadi kekurangan oksigen dan pertumbuhan pada melambat atau lahir
dengan barat bayi yang lebih rendah akibat kekurangan nutrisi.
2. Terlepasnya Plasenta
Resiko terlepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum ibu
melahirkan salah satunya yaitu akibat dari Preeklamsia yang meningkatkan
terjadinya resiko yang mengakibatkan pendarahan sehingga dapat mengancam
ibu dan bayinya.
3. Sindrom HELLP
Hemolyssi (enzim sel darah merah) atau yang biasa disingkat dengan
(HELLP), adalah tingginya enzim hati dan rendahnya trombosit. Gejala, yang
timbul biasanya pusing, muntah, sakit kepala dan sakit perut pada bagian atas.
4. Eklampsia
Preeklamsia jika tidak dikontrol, maka akan terjadi eklampsia.
Eklampsia menyebabkan terjadinya kerusakan yang permanen pada organ
klien, seperti hati, dan ginjal. Eklampsia yang parah menimbulkan ibu
mengalami koma, kerusakan pada otak dan menyebabkan kematian.
J. Pathway
PATHWAYS SECTIO CAESAREA INDIKASI PRE-EKLAMSIA
2.3 Konsep Dasar Sectio Caesarea
A. Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu tindakan pembedahan guna melahirkan anak
melalui insisi dinding perut abdomen dan uterus (Oxorn, 2010). Sedangkan
menurut Prawirohardjo (2013), sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
D. Komplikasi
Komplikasi Sectio Caesarea menurut Oxorn (2010), yaitu sebagai berikut:
1. Perdarahan yang terjadi karena adanya atonia uteri, pelebaran insisi uterus
kesulitan mengeluarkan plasenta dan hematoma ligamentum latum.
2. Infeksi Sectio Caesarea bukan hanya terjadi di daerah insisi saja, tetapi dapat
terjadi di daerah lain seperti traktus genitalia, traktus urinaria, paru-paru dan
traktus respiratori atas.
3. Berkurangnya vaskuler bagian atas uterus sehingga dapat menyebabkan
rupture uterus.
4. Ileus dan peritonitis.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: pada ibu yang menderita preeklamsia biasanya
mengalami kelelahan
b. Tekanan Darah : Klien ditemukan dengan darah sistol >140 mmHg dan
diastol >90 mmHg.
c. Nadi : Klien preeklamsia mengalami nadi yang meningkat
d. Nafas : Klien preeklamsia mengalami nafas pendek, terdengar nafas
berisik dan ngorok
e. Suhu : Klien preeklamsia biasanya suhu normal
f. BB : terjadi peningkatan berat badan lebih dari 1 kg/minggu atau
sebanyak 3 kg/bulan.
g. Kepala : Kepala terlihat kurang bersih dan berketombe serta ibu yang
mengalami preeklamsia mengeluh sakit kepala
h. Wajah : klien yang preeklamsia wajahnya tampak bengkak / edema
i. Mata : klien yang preeklamsia mata dengan penglihatan yang
kabur
dan konjungtiva anemis
j. Mulut : Klien yang preeklamsia mukosa bibirnya lembab dan mulut
terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi sehingga bisa
mengalami pembengkakan dan pendarahan.
k. Thorax
a) Paru – paru : klien yang preeklamsia terjadi peningkatan respirasi,
nafas pendek dan edema paru.
b) Jantung : klien yang preeklamsia mengalami dekompensasi jantung
c) Payudara : payudara membesar, lebih keras dan padat, areola
menghitam dan putting menonjol
l. Abdomen : Terdapat jahitan sectio caesarea, involusi uterus pada
persalinan dengan SC lembih lambat dari pada persalinan normal (Marmi,
2015).
m. Pemeriksaan janin : klien yang preeklamsia Gerakan janin melemah dan
tidak teraturnya bunyi jantung
n. Ektremitas : oedema jari tangan dan tungkai merupakan gejala dari PEB
(Manuaba, 2013)
o. Genitourinaria : jumlah produksi urine ≤ 500 cc/24 jam merupakan tanda
PEB (Manuaba, 2013)
4. Data Penunjang
a. Urine : protein urine pada PEB bersifat (+), kadarprotein urine >5 gr/jam
atau +2 pada pemeriksaan kualitatif. Oliguria (≤500cc/24jam) merupakan
tanda PEB (Manuaba, 2013)
b. Darah : trombositopeni berat : <100.000 sel/mm merupakan tanda
sindroma HELLP. Terjadi peningkatan hematokrit.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada buku SDKI (2017), beberapa masalah keperawatan
yang muncul pada kasus preeklamsia pada ibu bersalin yaitu:
1. Nyeri akut
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambar dan
berintraksi ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
Mengeluh Nyeri
Objektif
a. Tampak meringis
b. Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Sulit tidur
Gejala dan tanda Minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
a. Tekanan darah meningkat
b. Pola napas berubah
c. Nafsu makan berubah
d. Proses berfikir terganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Diaphoresis
Kondisi klinis terkait
a. Kondisi pembedahan
b. Cedera traumatis
c. Infeksi
d. Sindrom korener akut
e. Glaucoma
4. Risiko infeksi
Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor resiko :
a. Penyakit kronis
b. Efek prosedur invasive
c. Malnutrisi
d. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
e. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
f. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
Kondisi klinis terkait : AIDS, luka bakar, PPOK, diabetes mellitus,
Tindakan invasive, kondisi penggunaan terapi steroid, penyalahgunaan obat,
KPSW, kanker, gagal ginjal, immunosupresi, lymphedema, leukositopenia,
gangguan fungsi hati.
C. Intervensi Keperawatan
Tabel 3.1
Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Luaran / Outcome Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelahdilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan keperawatan ,maka Tingkat
agen pencedera fisik Nyeri Menurun dengan Obsevasi:
kriteria hasil: - Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
- Kemampuan menuntaskan intensitas nyeri
aktivitas meningkat - Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi respons nyeri non
- Meringis menurun verbal
- Sikap protektif menurun - Identifikasi faktor yang
- Gelisah menurun memperberat dan
- Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
- Menarik diri menurun - Identifikasi pengetahuan dan
- Berfokus pada diri sendiri keyakinan tentang nyeri
- Perasaan takut mengalami - Identifikasi pengaruh budaya
- cedera berulang menurun terhadap respon nyeri
- Anoreksia menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Perineum terasa tertekan kualitas hidup
Menurun
- Ketegangan otot menurun - Monitor keberhasilan terapi
- Muntah menurun komplementer yang sudah
- Mual menurun diberikan
- Frekuensi nadi membaik - Monitor efek samping
- Pola napas membaik penggunaan analgetik.
- Tekanan darah membaik
- Proses berpikir membaik Terapeutik:
- Fokus membaik - Berikan teknik nonfar
- Fungsi berkemih membaik makologis untuk mengurangi
- Perilaku membaik rasa nyeri (mis. TENS,
- Nafsu makan membaik hipnosis, akupresur, terapi
- Pola tidur membaik musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.
berhubungan dengan intervensi keperawatan maka, 01011)
proses infeksi Pola Napas Membaik dengan
kriteria hasil: Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi,
- Ventilasi semenit kedalaman, usaha napas)
meningkat - Monitor bunyi napas
- Kapasitas vital meningkat tambahan (gurgling, mengi,
- Diameter thoraks wheezing, ronkhi kering)
anterior- posterior - Monitor sputum (jumlah,
meningkat warna, aroma)
- Tekanan ekspirasi
meningkat Terapeutik
- Tekanan inspirasi - Pertahankan kepatenan jalan
meningkat napas (head tilt chinlift/
- Dispnea menurun jawtrust, jika curiga trauma
servikal)
- Penggunaan otot
bantu napas menurun - Posisikan semi fowler/ fowler
- Pemanjangan fase - Berikan minum hangat
ekspirasi menurun - Lakukan fisioterapi dada, jika
- Ortopnea menurun perlu
- Pernapasan pursed- - Lakukan penghisapan lendir
lip menurun kurang dari 15 detik
- Pernapasan cuping - Lakukan hiperoksigenasi
hidung menurun sebelum penghisapan
- Frekuensi napas membaik endotrakeal
- Kedalaman napas - Keluarkan sumbatan benda
membaik padat dengan forsep McGill
- Ekskursi dada membaik - Berikan oksigen , jika perlu
Edukasi
- Berikan asupan cairan 2000
ml/ hari (jika tidak ada
kontraindikasi)
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik (jika perlu)
3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi (1.05173)
fisik keperawatan maka Mobilitas
Fisik meningkat dengan Observasi
kriteria hasil:
- Identifikasi adanya nyeri atau
- Pergerakan ekstremitas keluhan fisik lainnya
meningkat - Identifikasi toleransi fisik
- Kekuatan otot meningkat melakukan pergerakan
- Rentang gerak (ROM) - Monitor frekuensi jantung dan
meningkat tekanan darah sebelum
- Nyeri menurun memulai mobilisasi
- Kecemasan menurun - Monitor kondisi umum selama
- Kaku sendi menurun melakukan mobilisasi
- Gerakan tidak
terkoordinasi menurun Terapeutik
- Gerakan terbatas menurun
- Kelemahan fisik menurun - Fasilitasi aktivitas mobilisasi
- dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan
pergerakan , jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Potter, P., & Perry, 2014).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi
perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah
dilaksanakan, memantau dan mencatat respons klien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya.
Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana
perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya (Wilkinson.M.J, 2012).
Komponen tahap implementasi :
1.Tindakan keperawatan mandiri.
2.Tindakan keperawatan edukatif.
3.Tindakan keperawatan kolaboratif.
4.Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan
tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. Terdapa dua jenis evaluasi:
1. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif
ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOAP :
a. S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien
yang afasia.
b. O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh
perawat.
c. A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis
atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
d. P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan
tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.
2. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai
dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Ada 3
kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan
(Setiadi, 2012), yaitu:
a. Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan
sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
b. Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih
dalam proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada
sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
c. Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya
menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama (Inisial) : Ny “A”
Umur Ibu : 34 tahun
Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Tamggal MRS : 21-12-2022
Tanggal pengkajian : 22-12-2022 pkl 08.00 wib
Ruang rawat : Paviliun Cemara kamar 417
P3 A0 post sc +tubektomi: hari ke 1
Penanggung Jawab
Nama Suami : Tn “E”
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Mayor Ruslan Lorong teknik No.83 Rt 31Rw 016
B. Riwayat Kesehatan
Riwayat Persalinan saat ini
Lama persalinan : 45 menit
Posisi Fetus : Normal presentasi kepala
Jenis kelamin bayi : perempuan
BB/PB : 3200 gram/50 cm
Jenis Persalinan : Sectio Cesaria
Perdarahan : 400 ml
Penggunaan Analgesik dan anestesi : Morphin 10 mg dan anestesi spinal
Masalah selama Persalinan : Riwayat darah tinggi selama kehamilan
Keluhan Utama : Nyeri Luka operasi
Riwayat penyakit sekarang : Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22-12-
2022 pasien post sectio secarea 4 jam pkl 08.00 wib
yang lalu dengan keluham nyeri luka pada post
operasi, nyeri hilang timbul seperti disayat-sayat
pada saat melakukan aktivitas dengan skala nyeri 6.
Pasien mengatakan kakinya terasa berat dan
sakit saat diangkat sehingga semua aktivitas
dibantu
oleh keluarga dan perawat. Pasien juga mengatakan
kepalanya terasa pusing, nyeri tengkuk dan kakinya
masih bengkak semenjak hamil. Bayi rawat gabung
ibu dengan berat lahir 3200 gram jenis kelamin
perempuan. Bayi diberi ASI tetapi ASI yang
dihasilkan baru sedikit.
Riwayat Penyakit yang lalu : Pasien mengatakan tidak pernah dirawat dengan
penyakit hipertensi sebelumnya
Riwayat penyakit Keluarga : Pasien mengatakan dari keluarga ada yang
menderita penyakit hipertensi
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
5. Data Postnatal
a. Kepala
1) Rambut
Kepala normochepal, rambut klien panjang berwarna hitam tampak
sedikit berminyak, tidak ada teraba adanya benjolan, lesi dan luka.
2) Mata
Mata tampak simetris kiri dan kanan sklera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, mata
bersih, klien tampak tidak memakai alat bantu penglihatan dan
ukuran pupil 2mm/2mm.
3) Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ditemukan
peradangan, fungsi pendengaran baik.
4) Hidung
Hidung tampak simetris, tidak tampak adanya secret, tidak ada sinus
dan polip, fungsi penciuman baik dan tidak terpasang oksigen.
5) Mulut dan Gigi
Bibir dan mukosa mulut tampak kering, tidak ada peradangan pada
mulut, klien tidak memakai gigi palsu, gigi utuh tidak ada yang
berlobang, gigi klien tampak kurang bersih dan berbau, tidak ada
stomatitis, tidak ada caries gigi, dan fungsi pengecapan normal.
b. Leher
Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar thyroid,
fungsi menelan baik.
c. Thorax
1) Payudara
Bentuk payudara simetris kiri dan kanan, belahan payudara tampak
memerah dan mengelupas, warna sekitar areola hitam kecoklatan
(Hiperpegmentasi), putting susu tampak menonjol, payudara terasa
lembek, produksi ASI yang dihasilkan sedikit, dan saat di tekan ada
keluar colostrum.
2) Paru-Paru
I : Simetris kiri-kanan, pengembangan/pergerakan dinding dada
simetris, tidak tampak adanya pembengkakan, tidak tampak
adanya perlukaan
P : Tidak teraba adanya pembengkakan, tidak ada nyeri tekan,
pergerakan dinding dada teraba, taktil vemitus teraba sama kuat
pada lapang paru kiri dan kanan.
P : Sonor di kedua lapang paru.
A : Suara nafas vesikuler dan tidak ada suara nafas tambahan
3) Jantung
I : Simetris kiri dan kanan, pergerakan jantung normal, dinding
dada
tidak ada benjolan.
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Suara jantung redup
A : Bunyi jantung normal lup- dup
4) Abdomen
I : Bentuk abdomen simetris, warna kulit disekitar pusat berwarna
coklat, terdapat stirae gradivarum, terdapat luka operasi SC
dengan jenis memanjang atau horizontal tertutup perban dengan
ukuran panjang sekitar 10 cm, lebar 1-2 cm.
P : Involusi uterus baik tidak tampak adanya peningkatan aliran
pengeluaran lochea, TFU: 2 jari dibawah pusat dan konsistensi
uteri baik dan keras. saat dilakukan pemeriksaan diastasis rectie
di
dapatkan pelebaran otot perut normal dengan panjang 5 cm dan
lebar 1 cm.
P : Tympani
A : Bising usus Normal 12 kali / menit
d. Eksremitas
1) Atas : Terpasang IVFD RL 500 cc + Drip MGSO4 40% 25 ml 20
tetes/menit dibagian tangan sebelah kanan dan terpasang IVFD RL
500 cc + Drip oksitosin 20 tetes / menit di bagian tangan sebelah kiri.
2) Bawah : Kaki simetris kiri dan kanan, kedua kaki tampak oedema,
tidak ada lecet, bekas luka dan tidak ada fraktur, pemeriksaan human
sign negative dan tidak ada varises.
e. Genetalia
Klien terpasang kateter dengan jumlah urine 500 cc dan klien memakai
pembalut.
1) Jenis lochea : Rubra
Jumlah : 60 cc
Warna : Merah kehitaman
Bau : Amis
Konsistensi : padat seperti gumpalan kecil(berisi darah segar dan
sisa-sisa selaput ketuban).
2) Perineum : Utuh tidak ada jahitan, tidak ada robekan, keadaan baik.
Tidak ada tanda-tanda REEDA, haemoroid tidak ada.
f. Integumen
Keadaann turgor kulit baik, tidak ada lesi, kulit tampak berkeringat, tidak
ada nyeri tekan, warna kulit sawo matang.
g. Data Biologis
1) Nutrisi
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x1 sehari dan minum 8
gelas sehari, I porsi habis tiap makan
Saat di RS : pasien mengatakan makan 3x1 sehari dan minum 8
gelas sehari, porsi yang diberikan habis
2) Eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 1-2x/hari dan BAK 5-
6x/hari
Saat di RS : pasien mangatakan belum BAB setelah melahirkan
dan BAK terpasang cateter urine dan protein urine
(++)
3) Istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur 8 jam sehari dengan posisi
sulit terlentang dan hanya miring kiri dan kanan
Saat di RS : pasien mengatkan sulit tidur karena sering terbangun
oleh nyeri dan hanya tidur 5-6 jam sehari
4) Personal Hygiene
Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2x/hari, gosok gigi
2x/hari
dan potong kuku 1x/minggu
Saat sakit : pasien mengatakan badannya hanya di lap
h. Data Psikologis
Pasien dan keluarga merasa senang dan bangga atas kelahiran anak
ketiganya serta merasa senang karena bayi rawat gabung ibu dengan berat
badan lahir 3200 gram sehingga pasien dapat menyusui bayinya secara
langsung.
i. Data Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, penghasilan keluarga
pasien hanya di dapat dari suaminya yang bekerja sebagai pedagang
(wiraswasta) dengan penghasilan ± Rp. 3.000.000,- / bulan, dan pasien
sudah merasa tercukupi dengan penghasilan keluarganya.
j. Data Spritual
Pasien mengatakan beragama islam dan rajin beribadah. Pasien tidak
melaksanakan sholat seperti biasa karena keadaannya saat sekarang ini.
Pasien tampak tenang setelah melakukan proses persalinan secara SC
k. Pengetahuan Ibu
1) Perawatan bayi
Pasien mengatakan bahwa ini adalah kelahiran anak ketiganya dan
pasien tau cara merawat bayi baru lahir seperti cara memandikan,
membedong bayi, menggendong bayi.
2) Asi ekslusif
Pasien mengatakan mengetahui tentang Asi ekslusif, pasien juga
mengatakan mengetahui tentang pemberian makan dan waktu
yang baik untuk bayi.
3) Perawatan payudara
Pasien mengatakan kurang mengetahui cara perawatan payudara
yang baik dan cara mengaplikasikan nya dengan benar seperti
mengompres puting susu dan pemijatan payudara.
4) Teknik menyusui
Klien mengatakan tau tentang teknik pemberian ASI yang benar
seperti posisi tangan saat memberikan ASI.
l. Status masa nifas :
E. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal pemeriksaan labor 22-12-2022
- Tonus/Aktivitas
a. keaktifan otot : aktif
b. Tipe menangis : keras
c. kepala/leher : fontaneal anterior lunak, sutura sagitalis tepat, gambaran
wajah simetris
d. mata : bersih
e. Telinga/hidung : normal
f. abdomen : datar
g. Thoraks : simetris
h. Paru-paru : bunyi nafas terdengar di semua lapang paru dan suara nafas
bersih, pernafasan spontan
i. jantung : bunyi normal
j. ekstremitas : gerakan bebas, normal atas dan bawah
k. tali pusat : normal
l. genitalia : perempuan normal
m. Anus : paten
n. warna kulit : pink
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Subyektif Obyektif
1. - Pasien mengatakan - pasien tampak Post SC Nyeri akut
nyeri pada luka post meringis menahan nyeri
sc diabdomennya -P : nyeri Saat bergerak Luka insisi Post SC
- Nyeri bertambah Q : Seperti ditusuk
jika bergerak R : Abdomen Terputusnya kontuinitas
S:6 jaringan
T : Hilang timbul
- Frekuensi nadi Nyeri akut
108x/mnt
- Pasien sulit tidur
- Tekanan darah
meningkat
Risiko infeksi
3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Edukasi :
1.10 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
1.11 Jelaskan strategi meredakan nyeri
1.12 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
1.13 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1.14 Kolaborasi pemberian analgetik
Observasi
22/12/2022 Gangguan mobilitas fisik Tujuan: 2.1 Idetifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
berhubungan dengan nyeri Setelah dlakukan tindakan keperawatan 2.2 Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
ditandai dengan nyeri saat selama 3x24 jam diharapkan kemampuan 2.3 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
bergerak, kaki terasa berat saat dalam gerakan fisik meningkat dengan sebelum memulai ambulasi
digerakkan. kriteria hasil : 2.4 Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Edukasi
2.8 Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2.9 Anjurkan melakukan ambulasi dini
2.10 Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
(misal : berjalan dari tempat tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi
Kolaborasi
3.6 Kolaborasi pemberian antihipertensi
Pasien Bayi Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
dengan ketidakadekuatan 3x24 jam diharapkan risiko infeksi tidak 1.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
22/12/2022 pertahanan tubuh primer terjadi dengan kriteria hasil :
- kemampuan mengidentifikasi faktor
risiko Terapeutik
- kemampuan pasien menghindari faktor 1.2 Batasi jumlah pengunjung
risiko 1.3 Berikan perawatan kulit pada area edema
1.4 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
1.5 Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
tinggi
Edukasi
1.6 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1.7 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
1.8 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
1.9 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
1.10 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1.11 Kolaborasi pemberian imuniasi, jika perlu
3.3 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, oleh karena itu di
perlukan ketepatan dan ketelitian dalam mengenali masalah-masalah yang muncul pada
klien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan dengan tepat (Muttaqin. 2008).
Dari hasil pengkajian ditemukan data pra-operasi adanya riwayat darah tinggi
selama kehamilan, tapi tidak ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan. Sedangkan pada
saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Desember 2022 pukul 08.00 wib, pasien post
sectio caesar dengan keluhan nyeri luka pada post operasi, nyeri hilang timbul seperti
disayat-sayat pada saat melakukan aktivitas dengan skala nyeri 6. Pasien mengatakan
kakinya terasa berat dan sakit saat diangkat sehingga semua aktivitas dibantu oleh keluarga
dan perawat. Pasien juga mengatakan kepalanya terasa pusing, nyeri tengkuk dan kakinya
masih bengkak semenjak hamil. Bayi rawat gabung ibu dengan berat lahir 3200 gram jenis
kelamin perempuan. Bayi diberi ASI tetapi ASI yang dihasilkan baru sedikit.
B. Diagnosa Keperawatan
Dalam kasus ini diagnosa keperawatan yang diangkat ada 4 diagnosa keperawatan,
yang terdiri dari 3 diagnosa keperawatan yang ditemukan pada ibu dan 1 diagnosa
keperawatan pada bayi, yaitu :
Diagnosa keperawatan pada ibu, sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik ditandai dengan adanya luka
post op SC, tampak meringis, sulit tidur, gelisah, frekuensi nadi yang meningkat
intraoperatif : Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan ditandai
dengan luka insisi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri saat
bergerak, kaki terasa berat saat digerakkan.
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi ditandai dengan
sakit kepala, kaki yang oedema dan tekanan darah yang meningkat.
Diagnosa keperawatan pada bayi, yaitu :
1. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer pada
bayi.
C. Perencanaan
Perencanaan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul.
Penyelesaian masalah disesuaikan dengan prioritas masalah. Rencana tindakan yang
disusun mencakup 4 aspek ; nursing treatment, observasi, education, kolaborasi. Adapun
pembahasan perencanaan keperawatan untuk pra, intra dan pasca operasi adalah sebagai
berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik ditandai dengan adanya luka
post op sc, tampak meringis, sulit tidur,gelisah, frekuensi nadi yang
meningkatIntraoperatif : Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan
pembedahan ditandai dengan luka insisi. Pada diagnosa nyeri postoperatif, penulis
merencanakan intervensi manajemen nyeri dengan identifikasi nyeri, skala nyeri dan
karakteristik nyeri. Kemudian, anjurkan pelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam,
kontrol lingkungan dan kolaborasi dalam pemberian analgetik, jika perlu.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri saat
bergerak, kaki terasa berat saat digerakkan. Pada diagnosa keperawatan ini penulis
membuat perencanaan dengan idetifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya,
monitor frekuensi jantung dan tekanan darah serta keadaan umum pasien sebelum
memulai ambulasi, fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu dan libatkan
keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi, serta ajarrkan
ambulasi sederhana yang harus dilakukan sesuai toleransi.
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi ditandai dengan
sakit kepala, kaki yang oedema dan tekanan darah yang meningkat. Pada diagnosa
keperawatan ini penulis membuat perencanaan dengan monitor tekanan darah, nadi
(frekuensi, kekuatan dan irama), peningkatan TD dan atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien. Serta, jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan dan k olaborasi
pemberian anti-hipertensi.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer pada
bayi. (Diagnosa Keperawatan pada Bayi). Pada diagnosa keperawatan ini, merupakan
diagnosa yang ditemukan pada bayi yang telah dilahirkan oleh ibu Ny. A, terutama
pada perawatan tali pusat bayi. Pada diagnosa ini, penulis membuat perencanaan
dengan monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, batasi jumlah
pengunjung, berikan perawatan kulit pada area edema, cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien, pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
tinggi, dan beri edukasi tentang tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar, ajarkan cara memeriksa kondisi luka, anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi dengan meningkatkan asupanm serta kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu.
D. Implementasi
Tahap ini merupakan pelaksanaan dini rencana tindakan yang telah ditetapkan
dengan maksud kebutuhan klien dapat terpenuhi dengan optimal. Dalam tahap
implementasi keperawatan ini penulis mengacu pada rencana tindakan yang telah disusun
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien sehingga implementasi juga sesuai dengan
kebutuhan klien pada kasus Ny. A, hampir semua rencana tindakan bisa dilaksanakan
diruang rawat inap. Dalam pelaksanaan tindakan kepada pasien, penulis juga melibatkan
keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap pengukuran keberhasilan rencana keperawatan dalam
melakukan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien. Ada 2 macam
evaluasi yaitu evaluasi proses yang dibuat untuk mengetahui keberhasilan dari tindakan
yang telah dilakukan, sedangkan evaluasi hasil merupakan keadaan klien sebagai respon
terhadap tindakan yang telah dilakukan dalam kasus ini. Adapun evaluasi untuk masing-
masing diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik ditandai dengan adanya luka
post op sc, tampak meringis, sulit tidur,gelisah, frekuensi nadi yang
meningkatIntraoperatif : Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan
pembedahan ditandai dengan luka insisi. Kriteria dan tujuan diagnosa ini tercapai
sebagian karena setelah dilakukan implementasi keperawatan manajemen nyeri
selama 3x24 jam, pada evaluasi hari ketiga didapatkan data bahwa pasien
mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri : 2, intervensi dilanjutkan dengan
pemberian analgetik (pronalges suppository).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri saat
bergerak, kaki terasa berat saat digerakkan. Kriteria dan tujuan diagnosa ini tercapai
pada hari kedua yakni 2x24 jam setelah dilakukan implementasi keperawatan. Pada
evaluasi hari kedua didapatkan data bahwa pasien mengatakansudah bisa aktifitas
mandiri, masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi ditandai dengan
sakit kepala, kaki yang oedema dan tekanan darah yang meningkat. Kriteria dan
tujuan diagnosa ini tercapai semua setelah dilakukan implementasi keperawatan
selama 3x24 jam, pada evaluasi hari ketiga didapatkan data bahwa pasien
mengatakan sakit kepala dan tengkuk sudah tidak ada, TTV normal TD : 120/77
mmHg dan Nadi : 84 x/menit, masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer pada
bayi. (Diagnosa Keperawatan pada Bayi). Kriteria dan tujuan diagnosa ini tercapai
semua setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 3x24 jam, pada evaluasi
hari ketiga didapatkan data bahwa tidak terdapat tanda infeksi pada tali pusat bayi,
luka tali pusat membaik. Serta, ibu memahami dan mengetahui cara melakukan
perawatan tali pusat, dan tanda-tanda bila terjadi infeksi pada tali pusat. Masalah
keperawatan teratasi, intervensi dihentikan.
F. Dokumentasi
Dokumentasi yang penulis gunakan adalah berorientasi pada masalah keperawatan
secara ilmiah dan sistematis sesuai dengan langkah-langkah proses keperawatan, dan
ditulis secara lengkap mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
pelaksanaan dan pelaksanaan evaluasi.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian sangat penting pada klien post operasi sectio caesarea dengan
indikasi preeklampsia yang perlu diperhatikan saat pengkajian adalah nyeri
pada luka bekas operasi, tingkat pengetahuan klien tentang penurunan
mobilitas fisik karena luka post operasi sectio caesarea dan risiko perfusi
serebral tidak efektif. Pada pengkajian pemeriksaan fisik klien post operasi
sectio caesarea dengan indikasi preeklampsia mengalami perubahan fisik
diantaranya nyeri akut, gangguan mobilitas fisik dan risiko perfusi serebral
tidak efektif. Pada bayi ditemukan data tali pusat masih basah.
2. Pada klien Post Operasi Sectio Caesarea akan mengalami beberapa masalah
keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus adalah nyeri akut,
gangguan mobilitas fisik dan risiko perfusi serebral tidak efektif. Ketiga
diagnosa tersebut muncul karena didapat data-data dari keadaan klien itu
sendiri.
3. Intervensi diagnosa keperawatan yang dilakukan sesuai dengan SIKI
(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
4. Implementasi keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan terintergasi
untuk pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama pada tinjauan
pustaka.
5. Evaluasi dilakukan penulis dengan harapan penulis dapat mengetahui
perkembangan yang terjadi pada pasien setiap saat. Pada akhir evaluasi
semua tujuan di capai karena adanya kerja sama yang baik antar klien,
keluarga dan tim kesehatan.
B. SARAN
1. Bagi ibu hamil dan masyarakat
Perlu ditingkatkan lagi untuk masalah pemahaman masyarakat khususnya
ibu hamil tentang kesehatan saat kehamilan khususnya preeklampsia dan
selau memeriksakan kehamilannya agar preeklampsia dapat mendeteksi dan
mencegah terjadinya preeklampsia.