PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Health Organization (WHO) memiliki beberapa istilah berbeda terkait dengan
AKI istilah pertama adalah maternal death- atau kematian ibu ,yang didefenisikan sebagai
kematian yang terjadi pada saat kehamilan , atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memperhitungkan durasi dan tempat kehamilan atau pengelolaan kehamilan tersebut , tetapi
Konsep Maternal death ini berbeda dengan konsep Maternal Mortality ratio, atau yang
lebih dikenal sebagai angka Kematian ibu BPS maupun WHO mendefenisikan maternal
mortality ratio/ AKI sebagai angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (WHO,2016).
Menurut laporan WHO, kematian ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat dan pasca
kehamilan . Adapun jenis-jenis komplikasi yang menyebabkan mayoritas kasus kematian ibu-
sekitar 75% dari total kasus kematian ibu –adalah perdarahan,infeksi tekanan darah tinggi saat
kehamilan, komplikasi persalinan ,dan aborsi yang tidak aman (WHO,2014). Untuk kasus
indonesia sendiri berdasarkan data dari pusat kesehatan dan informasi Kemenkes (2014)
penyebab utama kematian ibu dari tahun 2010-2013 adalah perdarahan (30,3% pada tahun 2013)
dan hipertnsi (27.1% pada tahun 2013). Pada ibu nifas juga bisa terjadi bendungan ASI bila
tidak segera ditangani maka akan terjadi Mastitis dan infeksi pada Massa Nifas.
Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan
untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi meningkat. Jika ditinjau dari
penyebab kematian para ibu adalah infeksi uyang merupakan penyebab nomor dua setelah
menyusui yang mengalami Bendungan ASI rata-rata mencapai 87,05% atau sebanyak 8242 ibu
nifas dari 112.765 orang, pada tahun 2014 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7198
orang dari 10.764 orang dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI
Menurut data ASEAN pada tahun 2013 disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus
bendungan ASI pada ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu nifas
yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 orang, serta pada tahun 2015 ibu yang
mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 orang dari hal ini disebabkan karena kesadaran
masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah (Depkes RI,
2014).
Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015 menyebutkan
bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 35.985 atau (15,60%) ibu
nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 77.231 atau
Hasil SDKI 2012 Angka Kematian (AKI) mengalami kenaikan yaitu 359% per 100.000
kelahiran hidup. Kejadian kematian ibu paling banyak pada masa nifas adalah perdarahan
( atonia uteri ) (30%), eklamsi (25%) dan infeksi (12%). Salah satu penyebabnya yaitu
kurangnya pengetahuan ibu nifas yang mempengaruhi sikap dan ketepatan dalam kunjungan
nifas. Masa nifas tidak akan menakutkan, jika para ibu yang sedang mengalami masa nifas
Ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya supaya tidak terjadi mastitis dalam
payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses payudara ibu perlu mendapatkan pengobatan
(Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum dan
istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik (demam). Bilamana mungkin, ibu dianjurkan
melakukan senam laktasi (senam menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar
sehingga persendian bahu ikut bergerak kke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan
membantu mempelancar peredaran darah dan linfe di daerah payudara sehingga mastitis dapat
dihindari yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya Bendungan ASI pada payudara.
Survei pendahuluan di wilayah Klinik Praktik Bidan Henny, Kec. Medan Helvetia, di
Kota Medan terdapat 3 orang ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI yaitu 1 orang ibu nifas
Berdasarkan latar belakang dan dilihat dari data diatas penulis tertarik untuk melakukan
Studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Nifas Patologi pada Ny. A dengan Bendungan ASI
penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.A dengan Bendungan Air Susu Ibu (ASI)
a. Tujuan Umum
Mampu memeberikan asuhan kebidanan pada ibu nifa pada Ny. A post partum hari
b. Tujuan Khusus
1. Penggumpulan Data
Mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada ibu nifas pada Ny. A P1A0
dan kebutuhan pada ibu nifas pada Ny. A P1A0 post partumhari ke 3 dengan
Pada ibu Nifas Dengan Bendungan ASI Di Praktik Bidan Heny Kecamatan Kota
Medan..
5. intervensi
Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas pada Ny.A P1A0 post partum hari
6. implementasi
Melakukan perencanaan secara efisien dan aman pada ibu nifas pada Ny. A P1A0
a. Bagi Institusi
Untuk menambah wawasan bagi Mahasiswa STIKes Mitra Husada Medan. Penulis
bahwa studi kasus ini dapat bermanfaat sebagai bahan dokumentasi dan bahan
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada serta meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan agar berkurangnya masalah yang timbul pada Klinik Henny dengan
Dapat memberikan informasi pada ibu nifas, keluarga dan masyarakat dalam mengetahui
dan melakukan perawatan pada payudara yang baik dan benar sehingga ibu tidak
d. Bagi penulis
Dapat sebagai sumber untuk menentukan Asuhan kebidanan Menurut 7 langkah Helen
Varney dengan Bendungan ASI dan sebagai syarat untuk menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir (LTA).