Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu

yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-6

bulan pertama kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai saat

terjadi kehamilan, karena bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga

setelah bayi lahir ibu bisa segera memberikan ASI pada bayinya.

Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal

dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan

penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih

dengan cepat. Namun keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada bendungan payudara

terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat,

aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat.

Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara

dapat terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang

menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk

menghisap ASI, wanita kadang- kadang menjadi demam akibat ASInya tidak keluar

dengan baik.

Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas

dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara

untuk mencegah terjadinya kelainan.

1
2

Perawatan payudara merupakan perawatan yang dapat dilakukan pada ibu masa

nifas dengan melakukan beberapa tindakan seperti penggunaan bra yang tepat, posisi dan

perlekatan menyusui yang baik, kompres hangat dan pengeluaran susu secara manual

ataupun dengan alat pompa payudara (Lawrence, 2011 dalam Toronto Public Health,

2013).

Bendungan ASI (Engorgement) terjadi karena penyempitan duktus lakteferi atau

oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada

puting susu (Manuaba, 2010)

Salah satu masalah masyarakat mengenai kejadian bendungan ASI yang disebakan

oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu

pada ibunya. Gangguan ini dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan

bayinya, akibatnya bayi tidak segera ditangani maka akan menyebabkan engorgement,

hal ini terjadi karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak

dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu sehingga

pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe mengakibatkan

timbulnya rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.

Menurut WHO terbaru pada tahun 2018 di Amerika Serikat persentase perempuan

menyusui yang mengalami Bendungan ASI rata-rata mencapai 87,05 % atau sebanyak

8242 ibu nifas dari 12,765 orang, pada tahun 2017 ibu yang mengalami bendungan ASI

sebanyak 7198 orang dari 10.764 orang dan pada tahun 2018 terdapat ibu yang

mengalami bendungan ASI sebanyak 6543 orang dari 9.862 orang (WHO, 2018).

Menurut ASEAN tahun 2017 disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus

bendungan ASI pada ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2017 terdapat ibu

nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 orang. Hal ini disebabkan karena
3

kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif

rendah (Depkes RI, 2017).

Berdasarkan studi pendahulun yang penelitian di RSUD Dr. Adjidarmo di

Rangkasbitung bahwa masih minimnya pengetahuan ibu tentang cara penanganan

bendungan ASI. Oleh karena itu, mahasiswa tertarik untuk melakukan presentasi ebn

tentang Teknik Perawatan Payudara pada ibu nifas persalinan sectio secarea dengan

kejadian Bendungan ASI di RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung.

B. TUJUAN

Tujuan Umum

Karya tulis ini bertujuan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam

memberikan asuhan keperawatan tentang pengetahuan ibu tentang Bendungan ASI

dan penanganannya di RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung.

Tujuan Khusus

1) Menjelaskan kepada bidan Tentang Apa pengertian dari bendungan ASI?

2) Menjelaskan kepada bidan Tentang Apa penyebab dari bendungan ASI?

3) Menjelaskan kepada bidan Tentang Bagaimana tanda dan gejala

bendungan ASI?

4) Menjelaskan kepada bidan Tentang Bagaimana pencegahan bendungan

ASI?

5) Menjelaskan kepada bidan Tentang Bagaimana penatalaksanaan

bendungan ASI?
4

BAB II

ANALISA JURNAL

A. JURNAL EBN

1. Judul :

“GAMBARAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO

SESAREA BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT

SARININGSIH BANDUNG.”

Peneliti :

Clara Ega Ayu Rutiani, Lisna Anisa Fitriana, 2016

Populasi, Sampel dan Teknik Sampel :

Metode yang digunakan yaitu dekskriptif kuantitatif, rancangan penelitian cross

sectional, pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Jumlah

sampel sebanyak 26 orang ibu nifas dengan seksio sesarea. Alat Ukur penelitian

ini menggunakan kuesioner six point engorgemen scale (SPES).

Hasil Penelitian :

hasil penelitian menunjukan 19 orang (73,1%) ibu nifas terdapat bendungan

ASI. Berdasarkan kelompok usia ibu nifas yang terdapat bendungan ASI.

Berdasarkan kelompok usia ibu nifas yang terdapat bendungan ASI terbanyak

adalah kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 18 orang (69,2%). Berdasarkan

kelompok pendidikanibu nifas yang terdapat bendungan ASI terbanyak adalah

kelompok pendidikan SMA yaitu sebesar 13 orang (50%). Berdasarkan

4
5

kelompok pekerjaan ibu nifas yang terdapat bendungan ASI terbanyak adalah

kelompok ibu yang bekerja sebesar 10 orang (38,5%). Berdasarkan kelompok

paritas yang terdapat bendungan ASI terbanyak yaitu kelompok primipara

sebanyak 11 orang (42,3%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu nifas

dengan seksio sesarea di Rumah sakit Sariningsih Bandung terdapat bendungan

ASI. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat dilakukannya perawatan

payudara dan penyuluhan mengenai bendungan ASI secara rutin di Rumah Sakit

Sariningsih Bandung.

2. Judul :

“HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN PAYUDARA DENGAN

KEJADIAN BENDUNGAN ASI (ENGORGEMENT) PADA IBU NIFAS. ”

Peneliti :

Tuti Meihartati, 2017

Populasi , Sampel dan teknik sampel :

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang postpartum yang

mengalami bendungan ASI. Jumlah sampel sebanyak 63 responden. Analisa

data menggunakan uji chi-square.


6

Hasil Penelitian :

- Hasil analisis hubungan ant ara perawatan payudara dengan kejadian

bendungan ASI di peroleh bahwa dari Responden yang tidak melakukan

perawatan payudara hampir seluruhnya (75,6%) responden mengalami

Bendungan ASI dan (15,9%) tidak mengalami Bendungan ASI kemudian

Responden yang melakukan perawatan payudara (31,8%) responden

mengalami Bendungan ASI dan sebagian besar (68,2 %) tidak mengalami

bendungan ASI dan Hasil analisis data menggunakan uji chi-square sehingga

ada hubungan sangat erat antara perawatan payudara dengan kejadian

Bendungan ASI pada ibu nifas.

3. Judul :

“HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DAN PRAKTEK BREAST CARE

DENGAN KEJADIAN BENDUNG ASI.”

Peneliti :

Rafita Dewi, Yoga Tri Wijayanti, Yetti Anggraini, 2017

Populasi, sampel dan teknik sampel :

Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampling jenuh. Metode

pengumuplan data adalah observasi dengan menggunakan alat bantu cheklist.

Analisa data yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat dengan uji

statistik chi-square.
7

Hasil penelitian :

Hasil penelitian didapatkan karakteristik responden rata-rata berusia 20-30 tahun

dan rata-rata paritas yaitu paritas satu. Analisis univariat didapatkan hasil yang

mengalami bendungan ASI 14 responden dan sebanyak 23 (65,7%) responden

telah melakukan teknik menyusui dengan benar dan 25 (71,5%) responden telah

melakukan praktek breast care dengan benar. Maka terdapat hubungan antara

teknik menyusui dan praktek breast care dengan benar. Maka terdapat hubungan

antara teknik menyusui dan praktek breast care dengan kejadian bendungan ASI

karena kurang dari nila p-value (0,05), maka hasil analisis tersebut dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik menyusui dan praktek breast care

dengan kejadian bendungan ASI.

B. ANALISA PICO

1. IDENTIFIKASI PICO

a. P (Problem)

Masalah yang ditemukan oleh peneliti yaitu diketahui bahwa dari 35 ibu

bersalin selama 2 bulan terakhir 15 ibu mengalami pembengkakan pada

payudara pada minggu pertama setelah melahirkan.

b. I (Intervention)

Intervensi yang akan dilakukan yaitu memberikan gambaran pengetahuan

tentang perawatan payudara (Breast Care) terhadap ibu nifas dengan kejadian

bendungan ASI. Strategi untuk mengurangi pembengkakan payudara secara

non farmakologis dapat dilakukan dengan akupuntur, kompres panas dan

dingin secara bergantian.


8

c. C (Comparison) :

Perawatan dengan daun kubis. Kubis dapt digunakan untuk terapi

pembengkakan. Kubis (Brassica Oleracea Var Capitata) diketahui

mengandung asam amino metionin yang berfungsi sebagai antibiotic 10.11

dan kandungan lain seperti sinigrin (Allylisothiochiocynate), minyat

mustard, hal ini dapat membantu memperlebar pembuluh darah kapiler

sehingga meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk dari daerah

tersebut, sehingga memungkinkan tubuh untuk menyerap kembali cairan

yang terbendung dalam payudara tersebut. Selain itu daun kubis juga

mengeluarkan gel dingin yang dapat menyerap panas yang ditandai dari klien

merasa lebih nyaman dan daun kubis menjadi layu/matang setelah 30 menit

penempelan.

d. O (Outcame) :

Hasil analisis hubungan ant ara perawatan payudara dengan kejadian

bendungan ASI di peroleh bahwa dari Responden yang tidak melakukan

perawatan payudara hampir seluruhnya (75,6%) responden mengalami

Bendungan ASI dan (15,9%) tidak mengalami Bendungan ASI kemudian

Responden yang melakukan perawatan payudara (31,8%) responden

mengalami Bendungan ASI dan sebagian besar (68,2 %) tidak mengalami

bendungan ASI dan Hasil analisis data menggunakan uji chi-square sehingga

ada hubungan sangat erat antara perawatan payudara dengan kejadian

Bendungan ASI pada ibu nifas.


9

BAB III

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus

laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena

kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada

payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan

ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).

Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke

empat pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar bening. Hal

ini semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun pengeluaran belum

lancar.

Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi

akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan

putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan

lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196)

Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus

akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).

B. Penyebab Bendungan ASI

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:

1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna

Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi

ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, &

9
10

payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara.

Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.

2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif

Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika

bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.

3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi

lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak

mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.

4. Puting susu terbenam

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi

tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya

terjadi bendungan ASI.

5. Puting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena

bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk

mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.


11

Gambar Payudara

C. Gejala Bendungan ASI

Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :

1. Bengkak pada payudara

2. Payudara terasa keras

3. Payudara terasa panas dan nyeri

Gambar payudara Bengkak


12

D. Pencegahan

1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah

dilahirkan

2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)

3. Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi

4. Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169)

5. Menyusui yang sering

6. Memakai kantong yang memadai

7. Hindari tekanan local pada payudara

(Wiknjosastro, 2006)

E. Penatalaksanaan

1. Kompres air hangat agar payudara menjadi lebih lembek

2. Keluarkan asi sebelum menyusui sehingga asi keluar lebih mudah ditangkap dan

di isap oleh bayi

3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI

4. Untuk mengurangi ras sakit pada payudara berikan kompres dingin

5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh dara getah benih dilakukan

pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putting kearah korpus


13

Gambar 3.
14

BAB IV

ANALISIS PEMAPARAN EBN

A. ANALISA RUANGAN

Rumah sakit merupakan jasa pelayanan kesehatan harus berusaha meningkatkan

mutu pelayanannya untuk memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Suatu produk

dikatakan bermutu apabila dapat memuhi kebutuhan pelanggannya (Kristiani dkk,

2006). Pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang strategis dalam menentukan

mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit karena jumlah perawat adalah yang memadai

serta di kelola secara professional

Rumah sakit Daerah Umum Dr. Adjidarmo Rangkasbitung didirikan pada tanggal 1

Mei 1952 diprakarsai oleh Dr. Adjidarmo. Pada saat didirikan, tenaga dokter yang ada

adalah Dr. Adjidarmo dan Dr. Hank (seorang dokter dari Jerman). Pada tahun 1984

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lebak yang sebelumnya merupakan Rumah

Sakit kelas D ditingkatkan menjadi Rumah Sakit kelas C, berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 2 IPD-DPRD/1984 dan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah TK I Jawa

Barat Nomor 118-342/SK1132.HNK/84 tanggal 20 Juni 1984.

Melalui Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 29 Tahun 1996, maka ditetapkan

dokter Adjidarmo sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lebak.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

651/Menkes/SK/VII/2008 tanggal 16 Juli 2008 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Adjidarmo Milik Pemerintah Kabupaten Lebak Provinsi Banten,

maka RSUD Dr.Adjidarmo mendapatkan peningkatan kelas Rumah Sakit dari Kelas C

menjadi Kelas B yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2008

tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja RSUD Dr.Adjidarmo.

14
15

Perpanjangan Surat Izin Operasional dilakukan pada tahun 2018 untuk periode 5

tahun kedepan ( 2018 s/d 2023 ) melalui surat keputusan Nomor :

570/2/IO.RS/Kes/DPMPTSP/XI/2018 tanggal 21 November 2018

Ruang Jeruk adalah salah satu fasilitas ruang nifas di RSUD Dr. Adjidarmo

Rangkasbitung. Ruang Jeruk adalah ruangan inap Ibu Nifas Kelas 3 yang menampung

Ibu baru melahirkan. Untuk itu penelitian ini merupakan penelitian kuasi ekpreimental

semu yang dilakukan dengan memberi pengetahuan baru terhadap Ibu nifas dengan

kejadian Bendungan ASI. Dengan harapan bahwa pengetahuan perawatan payudara ini

berpotensi untuk meningkatakan dan menambah pengetahuan baru bagi ibu nifas

dengan kejadian Bendungan ASI.

B. ANALISA SWOT

S :

- Perawat mendapat dukungan

- Perawat kooperatif dan terbuka untuk menerima ilmu keperawatan baru.

- Perawatan Payudara sebagai pengetahuan baru bagi ibu dan keluarga

pasien.

W:

- Waktu ibu cenderung lebih banyak digunakan untuk metode ini, sehingga

tidak dapat melakukan aktivitas lain yang lebih berat (sangat aktif).

O :

- Bisa diterapkan diruangan tergantung komunikasi dengan pasien.

- Bias diterapkan dirumah

- Ibu dapat melakukan sendiri


16

- Aman untuk Ibu Nifas

- Tidak ada biaya untuk perawatan payudara (Breast Care).

T :

- Perawat dituntut mengembangkan terapi kompelementen.

- Tuntutan masyarakat yang menginginkan keperawatan yang mudah dan

berkualitas.

- Tuntutan masyarakat tentang pengetahuan baru yang sering terjadi pada ibu

nifas.

- Upaya memenuhi sebagian besar kebutuhan dasar Ibu Nifas terutama untuk

pemenuhan nutrisi bayi baru lahir yaitu pemberian ASI.


17

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu yang disebabkan oleh

penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar karena asi tidak dikosongkan

dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu maupun faktor dari

bayi.bendungan asi dapat dicegah dengan Menyusui secara dini, susui bayi segera

mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan, Susui bayi tanpa dijadwal (on

demand), Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan

bayi, Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169), Menyusui yang

sering, Memakai kantong yang memadai, Hindari tekanan local pada payudara .

B. SARAN

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hendaknya institusi pendidikan dapat memberikan informasi dan meningkatkan

mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas sehingga dapat menghasilkan

perawat yang professional, terampil, inovatif, dan bermutu dalam memberikan

asuhan keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik

keperawatan

2. Bagi Institusi Pelayanan kesehatan

Hendaknya institusi pelayanan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan hubungan kerja sama baik antara tim kesehatan maupun klien

sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal

pada umumnya yaitu dengan memberikan pengetahuan tentang perawatan

17
18

payudara terhadap pencegahan pembengkakan payudara sebagain acuan dalam

melakukan asuhan keperawatan khususnya pda ibu post partum persalinan sectio

secaria.

3. Bagi Pembaca

Hendaknya pembaca dapat menjadikan karya tulis ilmiah ini sebagai bahan

acuan pembelajaran dan meningkatkan ilmu pengetahuan khusunya tentang

perawatan payudara pada ibu posta partum.


19

DAFTAR PUSTAKA

Clara Ega Ayu Rutian”, Lisna Anisa Fitriana (2016). Gambaran Bendungan ASI pada

Ibu Nifas Dengan Seksio Sesarea Berdasarkan Karakteristik di Rumah Sakit

Sariningsih Bandung (Online)

(http://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/download/4750/3308)

diakses pada 14 Oktober 2019

Rafita Dewi, dkk. (2017), Hubungan Teknik Menyusui Dan Praktek Breast Care dengan

Kejadian Bendung ASI (online) (https://ejurnal.poltekkes-

tjk.ac.id/index.php/JKM/article/download/1341/877) diakses pada 14

Oktober 2019

Tuti Mihartati (2017), Hubungan Antara Perawatan Payudara dengan Kejadian

Bendungan ASI (ENGORGEMENT) Pada Ibu Nifas (online)

(https://www.researchgate.net/publication/324116366_Hubungan_antara_p

erawatan_payudara_dengan_kejadian_bendungan_asi_engorgement_pada

_ibu_nifas/fulltext/5abef4ccaca27222c7577e80/324116366_Hubungan_ant

ara_perawatan_payudara_dengan_kejadian_bendungan_asi_engorgement

_pada_ibu_nifas.pdf?origin=publication_detail) diakses pada 14 Oktober

2019

Nina Zuhana (2017), Perbedaan Efektifitas Daun Kubis Dingin (Brassica Oleracea Var.

Capitata) Dengan Perawatan Payudara Dalam Mengurangi Pembengkakan

Payudara (Breast Engorgement) Di Kabupaten Pekalongan (online)

(https://media.neliti.com/media/publications/227229-perbedaan-efektifitas-

daun-kubis-dingin-6cd54511.pdf) diakses pada 14 Oktober 2019


20

Ambarwati, Eny Retna, S.SiT, M.Kes dan Diah Wulandari , SST, M.Keb. 2010. Asuhan

Kebidanan Nifas. Yogyakarta, Nuha Medika.

Dewi, Vivian dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta,

Salemba Medika.

Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Mansjuer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Medika Aesculap FKUI.

Manuaba. Ida Bagus Gdc. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Saifudin , Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : YBPSP

Wiknjosastro . 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta :YBPSP

Anda mungkin juga menyukai