PENDAHULUAN
A. LATAR BLAKANG
Bayi merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan kesehatan
maupun serangan penyakit (Wijayanti, 2016). Kesehatan bayi dan balita harus
kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator yang bisa menjadi ukuran
keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita. Salah satu upaya yang
diterapkan adalah dengan pemberian air susu ibu (ASI) sedini mungkin dengan cara
inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif. Bayi yang mendapat ASI Eksklusif
morbiditas dan mortalitasnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang tidak
mendapat ASI Eksklusif (Lisa, 2018). Menurut WHO, di dunia terdapat 1-1,5 juta bayi
meninggal setiap tahunnya karena tidak mendapat ASI Eksklusif. ASI merupakan
itu, ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Diperkirakan 80% dari
jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah
yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan selama
enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baik pun sering dapat
menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama (Lisa,
2018).
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun
1
bayinya.Manfaat memberikan Air Susu Ibu (ASI) bagi ibu tidak hanya menjalin kasih
payudara dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu. ASI merupakan salah satu
makanan yang sempurna danterbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi
yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
(Soleha, 2019). Upaya peningkatan pemberian ASI telah disepakati secara global,
WHO dan UNICEF dalam Deklarasi Innocenti dan Konferensi Puncak untuk anak
menetapkan bahwa untuk mencapai status kesehatan ibu dan anak yang optimal, semua
wanita harus dapat memberikan ASI saja sampai bayi berusia 4 sampai 6 bulan,
memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) tepat pada waktunya dan terus
memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun. Sejalan dengan WHO, menteri
(Wahyuningsih, 2019).
Menurut WHO jumlah presentase pemberian ASI secara eksklusif pada bayi
(2016) hanya sekitar 36% selama periode 2007-2014. Di Indonesia menurut Riskesdas
pada tahun 2017, cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 35,7% dan di jatim
pemberian ASI eksklusif sebesar 68,08% pada tahun (Lisa, 2018). Menurut Data Dinas
Kesehatan Kota Malang (2014) ibu yang memberikan ASI eksklusif sebesar 74,57%
dari 23.880 jumlah bayi (Wahyuningsih, 2019). Berdasarkan hasil rekam medis
Puskesma Mengwi I dari jumlah ibu post partum dari Desember Tahun 2021 –
2
Februari Tahun 2022 adalah 45 orang dengan pesalinan normal partus, sebesar 47,4%
sebelum hamil (Wijayanti, 2016). Salah satu perubahan yang terjadi pada ibu post
partum yaitu pada payudara dimana kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin,
yang membuat payudara ibu akan memproduksi ASI (Yuniarti, 2018). Permasalah
dalam pemberian ASI dapat ditemukan pada ibu, dimana pada ibu meliputi masalah
pada payudara yang mengalami pembengkakan, puting susu yang pendek atau
terbenam, puting mengalami lecet saat di hisap bayi pertama kali dimana hal tersebut
dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui bayi yang
permasalahan pada bayi ataupun ibunya, pada bayi berdampak menurunkan daya tahan
mengakibatkan meningkatnya angka kematian bayi (Wijayanti, 2016). Pada ibu dapat
timbul berbagai penyakit seperti mastitis, kanker payudara dan kanker rahim, penyakit
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Farrah Lisa (2018) Hasil analisis
menunjukkan terdapat efektifitas kombinasi pijat oksitosin dan breast care terhadap kelancaran
ASI sebelum dan sesudah perlakuan, dimana nilai median sebelum diberi perlakuan adalah 2
dengan katagori tidak lancar, dan nilai median sesudah perlakuan adalah 1 dengan katagori
3
lancar, berdasarkan uji statistic terdapat pengaruh yang signifikan dengan p-value = 0,000
(Lisa, 2018). Penelitian lain yang mendukung adalah Endang Wahyuningsih (2019) Hasil
penelitian pijat endorpin dan pijat breastcare terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu nifas
bulan Januari dimana terdapat ibu post partum yang dengan ketidakefektifan
pemberian ASI. Pasien kurang pengetahuan tentang cara menyusui, sehingga ibu tidak
beranggapan ASInya tidak mencukupi kebutuhan bayi. Pasien ibu mengeluh nyeri pada
payudara, dan air susu keluar hanya sedikit meski sudah dihisap oleh bayi, lalu ibu
takut bayinya tidak mendapatkan ASI secara optimal sehingga ibu memberikan susu
formula sebagai pengganti ASI. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan hipertensi meliputi beberapa tahapan yakni, perawat akan
kesehatan yang dapat diberikan adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien
dengan cara mengajarkan cara menyusui yang benar, memberikan pijat marmet untuk
Breast care post partum adalah perawatan payudara pada ibu setelah melahirkan
sedini mungkin. Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar dan teratur untuk memelihara kesehatan payudara dengan tujuan untuk
mempersiapkan laktasi pada waktu post partum. Adapun pelaksanaan breast care post
4
partum ini dilakukan pada hari ke 1 – 2 setelah melahirkan minimal 2 kali dalam
sehari. Manfaat breast care post partum antara lain melancarkan refleks pengeluaran
ASI atau refleks let down, cara efektif meningkatkan volume ASI peras/perah, serta
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu tindakan non farmakologi
yang dapat diberikan untuk melancarkan ASI adalah terapi Breast care yang dilakukan
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada karya ilmiah akhir ners
ini adalah bagaimana “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Ibu Post
Partum pada Kehamilan Pertama dengan Masalah Ketidak Efektifan Pemberian ASI
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini yaitu untuk
menganalisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Ibu Post Partum pada
5
2. Tujuan Khusus
Mengwi I.
Mengwi I.
Mengwi I.
Puskesmas Mengwi I.
6
Partum pada Kehamilan Pertama dengan Masalah Ketidak Efektifan
Puskesmas Mengwi I.
1. Pelayanan Keperawatan
2. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar dan bahan pustaka tentang
4. Bagi Pasien
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Lisa, 2018). Masa nifas
atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42
hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami
perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih
dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam Angka
Kematian Ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu
1) Puerperium dini Masa setlah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, yang dalam
minggu).
Perode ini bidan tetap melanjutkan pemeriksaan dan perawatan sehari-hari serta
8
2. Anatomi Fisiologi
Payudara merupakan kelenjar yang terletak dibawah kulit, atau otot dada
sepasang kelenjar payudara dengan berat kira-kira 200 gram, yang kiri lebih
besar dari kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, 14 mencapai 600
gram dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800 gram (Soleha, 2019).
Secara makrokopis payudara ada tida bagian utama yaitu sebagai berikut.
a) Korpus
b) Areola
Areola adalah lingkaran yang terdiri atas kulit longgar dan mengalami
9
c) Papilla mammae (puting susu)
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan
ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat
ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat - erat otot
polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus
3. Etiologi
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi pada awal usia kehidupannya. Hal ini
tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi juga karena ASI
mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari berbagai infeksi. Sebagai
dilakukan di Eropa menunjukkan angka kematian dan kesakitan bayi yang diberikan
ASI lebih rendah daripada yang diberi susu formula. Kemungkinan anak yang tidak
diberi ASI eksklusif akan menderita kekurangan gizi dan obesitas jauh lebih besar
10
jika dibandingkan dengan anak yang diberi ASI eksklusif. Bayi yang tidak disusui
dalam satu jam pertama dan tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko untuk lebih
sering terkena penyakit infeksi 1,4 kali lebih besar daripada bayi yang mendapatkan
ibu harus bekerja, ibu sakit, pengaruh iklan atau promosi susu formula, meniru
teman yang memberikan susu formula, takut kehilangan daya 31 tarik sebagai
wanita, tekanan batin, kurangnya dukungan tenaga kesehatan, kesulitan bayi dalam
4. Klarifikasi
a. Refleks prolaktin
berkurang maka estrogen dan progestinnya berkurang. Hormon prolaktin yang akan
oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat
yang menghambat refleks let down adalah keadaan bingung atau pikiran kacau,
11
takut, cemas. Bila ada stress dari ibu yang menyusui akan terjadi suatu blockade
dari reflekslet down. Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan dari adrenalin
yang menyebabkan vaso kontriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin
sedikit harapannya. Akibat dari tidak sempurnanya reflex let down makan akan
terjadinya penumpukan air susu didalam alveoli yang seacara klinis tampak
payudara membesar dan rasa sakit. Rasa sakit ini merupakan stress bagi ibunya.
(1) Laktogen I
payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kuning. Pada
saat itu, tingkat progesterone yang tinggi mencegah produksi ASI sebenernya.
(2) Laktogen II
progesterone, estrogen, dan human placenta lactogen (HPL) secara tiba-tiba, tetapi
hormone proklaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI secara
System control hormone endrokin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan
beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil,
system control autokrin dimulai. Fase ini dinamakan laktogenesis III. Pada tahap
ini, apabila ASI bayak 16 dikeluarkan, maka payudara akan memproduksi ASI
12
dengan banyak pula.
5. Manifestasi Klinis
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu,
yang merupakanan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah.
Produksi ASI masih sangat dopengaruhi oleh factor kejiwaan, ibu yang selalu dalam
keadaan tertekan, sedih, stress, kurang percaya diri dan berbagi ketegangan
emosional akan mengganggu volume ASI bahkan tdak terjadi produksi ASI. Untuk
memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang. Laktasi, kelenjar mamae
telah disiapkan semejak kehamilan. Umumnya produksi ASI baru terjadi hari kedua
atau ketiga pasca persalinan. Pada hari pertama keluar kolostrum cairan kuning
yang lebih kental dari pada air susu mengandung banyak protein, albumin, globulin
6. Patofisiologi
palpasi konsistensi dan deteksi apakah ada nyeri tekan guna persiapan menyusui.
Hari pertama dan kedua pasca melahirkan akan ditemukan sekresi kolostrum yang
tromboflebitis. Payudara dan tungkai dikaji tiap satu jam sampai dengan 8 jam
setelah persalinan, kemudian dikaji tiap empat jam sampai dengan 24 jam setelah
13
7. Pathway
8. Komplikasi
ketidakpuasan atau kesulitan ibu dan bayi menjalani proses pemberian ASI.
Kegagalan dalam teknik menyusui juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi produksi ASI, nyeri saat menyusui dan menjadikan ibu tidak mau
menyusui bayinya. Produksi ASI juga akan menurun jika terlalu lama payudara
14
bengkak dan terasa nyeri, menyebabkan pola pemberian ASI tidak efektif karena
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu. Untuk
membentuk produksi ASI yang baik ibu harus memenuhi jumlah nutrisi seperti
kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup dan dianjurkan
minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari. Faktor yang mempengaruhi
produksi ASI berasal dari internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kondisi
fisik, psikologis, pengetahuan ibu dan faktor fisik bayi sedangkan faktor
Kondisi fisik seperti kelainan anatomi fisiologi, usia, paritas, dan asupan nutrisi
ibu merupakan faktor internal yang mempengaruhi produksi ASI. Sebagian besar
ibu bekerja telah memiliki intensi untuk memberikan ASI eksklusif sejak hamil,
namun setelah kembali bekerja produksi ASI menjadi sedikit dan tidak
dari 8 kali per hari dan menyusui terlalu singkat kurang dari 10 menit dapat
Masalah yang ditimbulkan oleh bayi adalah bayi tidak mampu menghisap,
menelan, bernafas dan posisi yang tidak benar, perlekatan mulut bayi yang tidak
tepat pada payudara ibu, adanya regurgitasi atau muntah setelah menyusui. Jika
perlekatan bayi, posisi, menghisap dan menelan tidak tepat bayi akan menarik
15
puting, menggigit dan menggesek kulit payudara ibu saat menyusui sehingga
menimbulkan rasa sakit, nyeri, memerah, dan dapat merusak payudara ibu
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
menyusui. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh kondisi hormon prolaktin yang
dihasilkan tubuh ibu saat hamil dan setelah bayi lahir. Bila sebelumnya ibu
pernah mengalami masalah hormon, atau butuh perawatan kesuburan agar bisa
Insufficient Glandular Tissue (IGT) atau kondisi kelenjar air susu yang
kurang, bisa menjadi penyebab ASI sedikit. Hal ini akan membuat ibu kesulitan
menghasilkan ASI yang banyak. IGT bisa terjadi karena pelekatan yang gagal,
payudara terlalu kecil atau terlalu besar. Pengaruh hormon atau payudara yang
minum ASI sama sekali. Hal ini terjadi ketika menyusu, bayi tertidur. Atau, dia
tidak menyedot ASI karena beberapa hal, seperti rasa ASI berubah, atau bayi
16
mengalami tongue tied.
10. Penatalaksanaan
Perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI. Breastcare
post partum adalah perawatan payudara pada ibu setelah melahirkan sedini
mungkin. Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar
mempersiapkan laktasi pada waktu post partum. Adapun pelaksanaan breast care
post partum ini dilakukan pada hari ke 1 – 2 setelah melahirkan minimal 2 kali
dalam sehari. Manfaat breast care post partum antara lain melancarkan refleks
pengeluaran ASI atau refleks let down, cara efektif meningkatkan volume ASI
(Wahyuningsih, 2019).
farmakologis.
1) Tempelkan kapas yang sudah di beri minyak atau baby oil selama 5 menit,
17
3) Mengurut payudara dimulai dari arah atas, kesamping lalu kearah bawah.
4) Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kearah
sisi kanan.
7) Tangan kiri menopang payudara kiri 3 jari tangan kanan membuat gerakan
B. Breas Care
1. Definisi Terapi
cara merawat payudara yang dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk
produksi ASI, selain itu untuk kebersihan payudara dan bentuk puting susu yang
masuk ke dalam atau datar. Puting susu demikian sebenarnya bukanlah halangan
bagi ibu untuk menyusui dengan baik dengan mengetahui sejak awal, ibu
mempunyai waktu untuk mengusahakan agar puting susu lebih mudah sewaktu
hygiene (Soleha, 2019). Payudara adalah pelengkap organ reproduksi wanita dan
18
pada masa laktasi akan mengeluarkan air susu. Payudara mungkin akan sedikit
berubah warna sebelum kehamilan, areola (area yang mengelilingi puting susu)
biasanya berwarna kemerahan, tetapi akan menjadi coklat dan mungkin akan
2019).
2. Tujuan
3. Prinsip Pelaksanaan
lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu
dan lebih berhati-hatilah pada area yang mengeras. Menyusui sesering mungkin
dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika
19
ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal
mengeluarkan air susu ibu dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi
handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit
beberapa kali dalam sehari atau mandi dengan air hangat beberapa kali, lakukan
pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu
4. Prosedur Penggunaan
Cara yang terbaik untuk menjamin pengeluaran air susu ibu ialah bagaimana
mengusahakan agar setiap kali menyusui buah dada betul-betul kosong, karena
pengosongan buah dada 104 Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6, No. 2,
Agustus 2019 :98-106 dengan waktu tertentu itu merangsang kelenjar buah dada
untuk membuat susu lebih banyak. Sebab buah dada akan terisap habis antara lain
disebabkan bayi lemah, puting susu lecet, produksi susu berlebihan. Makin kurang
persiapan, tekanan pada pikiran, atau ketidakmauan karena berbagai alasan, akan
menghambat keluarnya ASI. Tapi, pada umumnya, masalah tidak keluar atau
terhambatnya ASI dikarenakan dua hal: ASI kepenuhan dan saluran susu tersumbat.
Hal ini dapat dilihat dari item pertanyaan mengompreas kedua puting payudara
anatar mempertahankan produksi ASI agar optimal, memberikan ASI pada bayi
20
serta mengurus keluarga adalah bukan hal mudah. Ibu harus memenuhi kebutuhan
diri sendiri, bayi dan keluarganya. Jika memaksa untuk memenuhi semuanya sendiri
makan ibu akan kelelahan. Yang berakibat tidak maksimalnya produksi ASI
(Soleha, 2019).
Dengan Teknik Dan Saat Perawatan Payudara antara lain (Yuniarti, 2018) :
1) Puting Lecet
a. Untuk mencegah rasa sakit, bersihkan puting susu dengan air hangat ketika
b. Pada ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dan tanpa riwayat
c. Ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dengan riwayat abortus,
d. Pada puting susu yang mendatar atau masuk kedalam, perawatannya harus
dilakukan lebih dini, yaitu usia kehamilan 3 bulan, kecuali bila ada riwayat
iii. Pegangkan daerah areola dengan menggerakan kedua ibu jari kearah
21
e. Letakkan kedua ibu jari disamping kiri dan kanan puting susu
f. Pegang daerah areola dengan menggerakan kedua ibu jari kearah kiri dan
pada area yang mengeras. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu
selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat
menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi
mengeluarkan air susu ibu dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi
handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit
beberapa kali dalam sehari atau mandi dengan air hangat beberapa kali, lakukan
susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu (Wahyuningsih, 2019).
3) Pengerasan Payudara
mengurangi pengerasan, tetapi jika bayi sudah menyusui dengan baik dan sudah
mencapai berat badan ideal, ibu mungkin harus melakukan sesuatu untuk
mengurangi tekanan pada payudara. Sebagai contoh, merendam kain dalam air
hangat dan kemudian di tempelkan pada payudara atau mandi dengan air hangat
22
sebelum menyuusi bayi. Mungkin ibu juga bisa mengeluarkan sejumlah kecil
ASI sebelum menyusui, baik secara manual atau dengan menggunakan pompa
kemasan ketika tidak sedang menyusui untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan
Penelitian dilakukan pada hari ke-1 sampai hari ke-7 dengan memberikan
breastcare sehari 2 x (pagi dan sore) kemudian dilihat produksi ASInya pada hari
ke-8. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data variabel breast care adalah
lembar observasi/ ceklist, sedangkan untuk variabel produksi ASI adalah lembar
1. Pengkajian
Pengkajian yaitu tahapan awal dari proses keperawatan, data dikumpulkan secara
sistematis yang digunakan untuk menentukan status kesehatan pasien saat ini.
psikologis, sosial, dan spiritual. Pengkajian keperawatan pada ibu post operasi Sectio
Pendidikan, Suku, Agama, Alamat, No. Rekam Medis, Nama Suami, Umur,
23
2) Riwayat Kesehatan Pasien
dengan masa nifas, seperti pasien tidak bisa menyusui bayinya, pasien merasa
riwayat rawat inap atau rawat jalan, riwayat alergi obat, kebiasaan, dan gaya
pola hidup.
jantung, DM, Hipertensi, dan Asma yang dapat mempengaruhi masa nifas.
berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak karena bila melahirkan
24
sebelumnya (jenis, penolong, dan penyulit), komplikasi nifas (laserasi, infeksi,
KB.
a) Pola manajemen kesehatan dan persepsi : persepsi sehat dan sakit bagi pasien,
22 metabolik juga dapat berpengaruh pada produksi ASI, jika nutrisi Ibu
kurang maka akan berpengaruh pada banyak sedikitnya ASI yang akan keluar.
c) Pola eliminasi : menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar, meliputi frekuensi, konsistensi, dan bau, serta kebiasaan buang air kecil
pola ini yang perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi
Apakah ibu melakukan ambulasi seperti misalnya, seberapa sering, apakah ada
25
e) Pola istirahat-tidur : menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan tidur siang, serta penggunaan waktu luang seperti pada
saat menidurkan bayi, ibu juga harus ikut tidur sehingga istirahat-tidur
pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba). Biasanya ibu yang tidak mampu
akan mengalami penyempitan persepsi yang dapat mengurangi fungsi kerja dari
indra. Begitupun sebaliknya, jika ibu cemas tingkat sedang-panik juga dapat
kelemahan diri), keadaan fisik (bagian tubuh yang disukai dan tidak), harga diri
26
j) Pola toleransi stress-koping : menggambarkan tentang penyebab, tingkat,
respon stress, strategi koping yang biasa dilakukan untuk mengatasi stress
hidupp pasien, keyakinan yang dianut, serta adat budaya yang berkaitan dengan
kesehatan.
4) Pemeriksaan fisik
darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh), berat badan, tinggi
(1) Kepala : amati wajah pasien (pucat atau tidak), adanya kloasma.
(2) Mata : Sectio Caesarealera (putih atau kuning), konjungtiva (anemis atau
tidak anemis)
(3) Leher : adanya pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, adanya pembengkakan
(4) Dada : payudara (warna areola (menggelap atau tidak)), putting (menonjol
atau tidak), pengeluaran ASI (lancar atau tidak), pergerakan dada (simetris atau
(5) Abdomen : adanya linea atau striae, keadaan uterus (normal atau abnormal),
27
(6) Genetalia : kaji kebersihan genetalia, lochea (normal atau abnormal), adanya
5) Data penunjang
28
29
3. Intervensi Keperawatan
30
(3) Mengenali isyarat lapar dari
bayi dengan segera.
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan askep selama 3 x 24 1. Manajemen nyeri 1. Nyeri merupakan
agens cedera jam diharapkan nyeri pasien dapat a. Lakukan pengkajian nyeri pengalaman subyektif
biologis teratasi dengan kriteria hasil: komprehensif yang meliputi lokasi, dan harus dijelaskan
1. Kontrol Nyeri karakteristik, onset/durasi, frekuensi, oleh pasien. Identifikasi
a. Mengenali kapan nyeri kualitas, intensitas atau beratnya karakteristik nyeridan
terjadi dipertahankan nyeri faktor yang berhubungan
pada skala 2 (jarang b. Berikan informasi mengenai nyeri, merupakan suatu hal
menunjukan) seperti penyebab nyeri, berapa lama yang amat penting untuk
ditingkatkan pada skala nyeri akan dirasakan, dan antisipasi memilih intervensiyang
4 (sering menunjukan) dari ketidaknyamanan akibat cocok dan untuk
b. Menggambarkan faktor prosedur. mengevaluasi keefektifan
penyebab dipertahankan c. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen dari terapi yang diberikan
pada skala 2 (jarang nyeri. 2. Informasi yang benar
menunjukkan) d. Pertimbangakan tipe dan sumber dapat menurunkan
ditingkatkan pada skala nyeri ketika memilih strategi kecemasan dimana
4 (sering menunjukkan) penurunan nyeri. kecemasan merupakan
c. Menggunakan e. Ajarkan penggunaan teknik non salah satu faktor nyeri
pengurangan nyeri tanpa farmakologi 3. Strategi penurunan nyeri
analgesic dipertahankan f. Kolaborasi dengan pasien, orang yang tepat dapat
pada skala 3 (kadang – terdekat dan tim kesehatan lainnya meminimalkan nyeri
kadang menunjukan) untuk memilih dan 4. Tehnik non farmakologi
ditingkatkan ke skala 5 mengimplementasikan tindakan seperti tehnik nafas
(secara konsisten penurun nyeri nonfarmakologi, sesuai dalam dapat meredakan
menunjukan) kebutuhan nyeri
2. Tingkat Nyeri
31
a. Mengernyit
dipertahankan pada
skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke skala 5
(tidak ada)
b. Berkeringat berlebihan
dipertahankan pada
skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke skala 5
(tidak ada)
c. Mual dipertahankan
pada skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke skala 5
(tidak ada)
Setelah dilakukan askep selama 3 x 24 1. Manajemen Cairan 1. Untuk
Kelebihan
jam diharapkan volume cairan klien a. Pertahankan catatan intake dan mempertimbangkan
volume cairan tidak mengalami kelebihan dengan
berhubungan kriteria hasil : output yang akurat pemasukan dan
dengan 1. Keseimbangan Cairan b. Monitor status hidrasi pengeluaran dengan
gangguan a. Keseimbangan intake (kelembaban membran mukosa, baik
mekanisme dan output dalam 24 jam nadi adekuat, tekanan darah 2. Agar menghindarkan
dipertahankan pada skala ortostatik), jika diperlukan klien dari status
reguasi
2 (banyak terganggu) c. Monitor vital sign hidrasi
ditingkatkan ke skala 4
d. Kolaborasikan pemberian 3. Untuk mengetahui
(sedikit terganggu)
b. Berat badan stabil cairan IV keadaan umum klien
dipertahankan pada skala e. Dorong masukan oral 4. Untuk menunjang
2 (banyak terganggu) f. Dorong keluarga untuk masukkan cairan ke
32
ditingkatkan ke skala 4 membantu pasien memberikan dalam tubuh klien
(sedikit terganggu) minum 5. Agar klien tetap
c. Turgor kulit
g. Tawarkan snack (jus buah, mampu melakukan
dipertahankan pada skala
2 (banyak terganggu) buah segar) pemenuhan cairan
ditingkatkan ke skala 4 h. Kolaborasi dengan dokter melalui oral
(sedikit terganggu) 6. Agar klien membantud
alam pemenuhan
cairan klien
7. Untuk meningkatkan
asupan cairan klien
8. Untuk mrngetahui
terapi selanjutnya
Gangguan Setelah dilakukan askep selama 3 x 24 NIC : Perawatan Retensi Urin Untuk mengetahui
jam diharapkan volume cairan klien penilaian kemih yang
eliminasi urine tidak mengalami kelebihan dengan Lakukan penilaian kemih yang
kriteria hasil :
komprehensif berfokus pada komprehensif
inkontinensia (misalnya, output urin, Untuk mengetahui
NOC : Kontinensia urin
pola berkemih kemih, fungsi kognitif, pengeluaran urine klien
Kandung kemih dipertahankan
dan masalah kencing praeksisten)
pada skala 2 (banyak terganggu) Agar input dan output tetap
Anjurkan pasien / keluarga untuk
ditingkatkan ke skala 4 (sedikit terjaga
merekam output urin, sesuai
terganggu) Untuk mengetahui adanya
Memantau asupan dan keluaran
Tidak ada residu urine distensi kandung kemih
dipertahankan pada skala 2 Memantau tingkat distensi kandung
(banyak terganggu) kemih dengan palpasi dan perkusi Agar klien tidak mengalami
ditingkatkan ke skala 4 (sedikit Membantu dengan toilet secara berkala cedera
terganggu) Merujuk ke spesialis kontinensia kemih
33
Intake cairan dipertahankan Untuk mendapatkan
pada skala 2 (banyak terganggu) penanganan lebih lanjut
ditingkatkan ke skala 4 (sedikit
terganggu)
Gangguan polaSetelah dilakukan askep selama 3 x 24 NIC : Peningkatan Tidur Agar klien mengetahui
jam diharapkan volume cairan klien pentingnya tidur yang
tidur tidak mengalami kelebihan dengan
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
kriteria hasil : Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas adekuat
NOC : Tidur sebelum tidur Agar klien memiliki
Jumlah jam tidur dipertahankan Ciptakan lingkungan yang nyaman aktivitas sebelum tidur
pada skala 2 (banyak terganggu) Kolaborasikan pemberian obat tidur Agar klien nyaman dalam
ditingkatkan ke skala 4 (sedikit Diskusikan dengan pasien dan keluarga memulai tidur
terganggu) tentang teknik tidur pasien
Untuk meningkatkan tidur
Pola tidur dipertahankan pada Instruksikan untuk memonitor tidur pasien
Monitor waktu makan dan minum dengan klien
skala 2 (banyak terganggu)
ditingkatkan ke skala 4 (sedikit waktu tidur Untuk mengetahui teknik
terganggu) Monitor/catat kebutuhan tidur pasien tidur yang digunakan klien
Perasaan segar sesudah tidur setiap hari dan jam pasien
dipertahankan pada skala 2 Untuk memonitor tidur
(banyak terganggu) pasien
ditingkatkan ke skala 4 (sedikit
Untuk mengetahui waktu
terganggu)
makan dan minum klien
Untuk mengetahui
kebutuhan tidur pasien
34
keperawatan selama 3x24 jam Instruksikan pada pengunjung untuk pencegahan infeksi
intoleran aktivitaspasien dapat mencuci tangan saat berkunjung dan
berkurang dengan kriteria hasil: setelah berkunjung meninggalkan pasien Untuk mencegah
NOC Label : Kontrol risiko Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah penularan infeksi
Mendeskripsikan proses tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat nosocomial
penularan penyakit dipertahan pelindung Untuk melindungi perawat
kan pada skala 1 atau sangat Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat dan klien
terganggu ditingkatkan ke skala Berikan terapi antibiotik bila perlu Untuk mempertahankan
5 atau tidak terganggu Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase lingkungan aseptic
Tanda dan gejala infeksi Instruksikan pasien untuk minum Untuk membantu
dipertahan kan pada skala 1 atau antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan melawan infeksi
sangat terganggu ditingkatkan ke
gejala infeksi Untuk mengetahui
skala 5 atau tidak terganggu
keadaan infeksi klien
Untuk membantu
melawan infeksi
Agar klien dan keluarga
mengetahui tanda dan
gejala infeksi
35
4. Implementasi
untuk mencapai tujuan dari criteria yang dibuat, berdasarkan terminology NIC
(Soleha, 2019).
keperawatan pada ibu postpartum normal dengan menyusui tidak efektif adalah
mengevaluasi kecukupan asupan makanan, dan berkolaborasi pada ahli gizi, jika
36
5. Evaluasi
evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif menghasilkan umpan balik selama program
Menurut Nursalam (2016), evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
1) Evaluasi Formatif
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.Pada evaluasi formatif ini penulis menilai
klien mengenai perubahan keefektifan pemberian ASI yang terjadi sebelum dan
2) Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif disebut juga evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi
evaluasi somatif ini penulis menilai tujuan akhir dari penerapan tidakan
pemberian breascare yang penulis lakukan yaitu ada atau tidaknya perubahan
37
tersebut.
ungkapan klien dan secara objektif. Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan kriteria
a) Ibu dan bayi mengalami pemberian ASI yang efektif yang ditujukan dengan
38
BAB III
UPTD Puskesmas Mengwi I merupakan salah satu dari tiga Puskesmas yang ada
di wilayah Kecamatan Mengwi. UPTD Puskesmas Mengwi I terletak 400 meter di atas
atas permukaan air laut, dan sebagian besar wilayahnya merupakan daerah pertanian.
UPTD Puskesmas Mengwi I terletak di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Banjar Panca
Selatan berbatasan dengan Desa Kapal, di Timur berbatasan dengan Desa Penarungan,
Dalam hal ini, UPTD Puskesmas Mengwi I sudah merumuskan suatu visi misi
Penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Mengwi I per Januari 2021 secara
keseluruhan berjumlah 49.133 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 12.180 KK dan
kepadatan penduduk 1.200,1 per km2. Dana pendukung kegiatan pelayanan kesehatan
di UPTD Puskesmas Mengwi I Tahun 2020 bersumber pada APBD Kabupaten Badung
Tahun 2020, APBD Propinsi Bali Tahun 2020, APBN 2020 melalui dana Bantuan
39
Operasional Kesehatan (BOK) serta Dana Kapitasi JKN. Adapun sarana kesehatan
yang dimiliki oleh Puskesmas yaitu Puskesmas Induk 1 Unit, Puskesmas Keliling 1
Unit, Ambulance 3 Unit, Ambulance Desa 9 Unit, Puskesmas pembantu (Pustu) 8 Unit
yaitu Pustu Kuwum, Pustu Sembung, Pustu Sobangan, Pustu Werdi Bhuana, Pustu
Baha, Pustu Gulingan, Pustu Mengwi, Pustu Kekeran, adapun klinik swasta yang ada
di wilayah kerja Puskesmas yaitu Klinik Bersalin Gandhi, Klinik Tunas Harapan,
Klinik Sada Jiwa, Klinik Puri Husada, Klinik Ganecadha, Klinik Bhawani, Dokter
umum praktek swasta 17 orang, Dokter gigi praktek swasta 7 orang, Dokter Spesialis
praktek swasta 2 orang, Bidan Praktek Swasta 8 orang, Apotik 9 buah, Peran Serta
Masyarakat, Posyandu Balita, Jumlah posyandu yang ada 80 posyandu, Jumlah Kader
dilatih 400 orang, Jumlah Kader aktif 400 orang, Jumlah posyandu lansia 34
posyandu, Jumlah Kader 170 orang, Jumlah poskesdes 0 unit, Desa Siaga 9 unit,
Jaringan Pulpa dan Periapikal, Superficial Injury Of Unspecified Body Region, Bitten
Erupsi Gigi.
40
Keperawatan Kesehatan Masyarakat meliputi Pelayanan Promosi Kesehatan,
Pelayanan Kesehatan Lingkungan, Pelayanan KIA dan KB, Pelayanan Perbaikan Gizi
serta kebutuhan wilayah kerja Puskesmas antara lain Pelayanan Kesehatan Tradisional
Obat dan Apotek), Loket, Pelayanan Kesehatan / Konseling Gizi. Puskesmas juga
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada pasien kelolaan pada
tanggal 27 April 2022 pukul 10.20 WITA di ruang Poli KIA Puskesmas Mengwi I .
Dari data pengkajian didapatkan hasil wawancara dengan pasien dan rekam medis
pasien. Data yang diperoleh yaitu, pasien atas nama Ny. R, umur 23 tahun, jenis
41
kelamin perempuan , agama Hindu, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah
tangga, alamat , Br. Sangiang, Ds. Kekeran , No 00115436, dengan diagnosa medis
G1P1A0H1
Pasien mengatakan datang untuk kontrol pasca melahirkan 7 hari yang lalu
dan pasien mengatakan susah untuk memberikan ASI pada anaknnya dan nyeri
pada payudara. Klien mengatakan setelah melahirkan ASI tidak keluar selama
seminggu sehingga bayi diberi susu formula (keterlambatan produksi ASI), klien
mengatakan bayi menolak menyusu, klien mengatakan puting susu tidak keluar,
klien mengatakan ASI nya keluar setelah tiga hari persalinan tetapi produksi ASI
nya hanya sedikit, klien mengatakan tidak tahu cara perawatan payudara, isapan
bayi pada payudara tidak kontinue dan bayi menolak untuk lacth on. nyeri
dirasakan seperti tertekan , skala nyeri 5.(dari 0-10 skala yang diberikan), rasa
nyeri dirasakan saat beraktivitas. Tanda-tanda vital : tekanan darah 123/73 mmHg,
suhu 36,5C, nadi 73x/menit, respirasi 20x/menit dan SpO2 99%. tidah ada
kemerahan dan tidak derdapat pus pada peinium. Keadaan umum klien baik,
kesadaran klien Compos Mentis, berat badan 51 kilo gram, tinggi badan 157 cm
benjolan, rambut bersih. Mata klien konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
simetris kanan dan kiri. Hidung klien tidak ada polip, tidak ada secret, bersih.
Mulut klien tidak ada stomatitis, mukosa bibir klien lembab, tidak ada caries gigi,
telinga klien simetris, bersih. Leher klien tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Masalah khusus pada pengkajian kepala leher tidak ada. Payudara klien teraba isi,
42
puting susu, aroela mamae hiperpigmentasi, mamae simetris, kolostrum keluar.
Pengeluaran asi masih sedikit, tidak lancar. Masalah khusus yaitu pengeluaran asi
tidak lancar.
seminggu sehingga bayi diberi susu formula (keterlambatan produksi ASI), klien
mengatakan bayi menolak menyusu, klien mengatakan puting susu tidak keluar,
klien mengatakan ASI nya keluar setelah seminggu persalinan tetapi produksi ASI
nya hanya sedikit, klien mengatakan tidak tahu cara perawatan payudara, isapan
bayi pada payudara tidak kontinue dan bayi menolak untuk lacth on dan pasien
mengatakan nyeri pada payu dara akaibat ASI tidak bisa keluar.
2. Analisa Data
seminggu sehingga bayi diberi susu formula (keterlambatan produksi ASI), klien
mengatakan bayi menolak menyusu, klien mengatakan puting susu tidak keluar,
klien mengatakan ASI nya keluar setelah tiga hari persalinan tetapi produksi ASI
nya hanya sedikit, klien mengatakan tidak tahu cara perawatan payudara, isapan
bayi pada payudara tidak kontinue dan bayi menolak untuk lacth on. Data
43
123/7380 mmHg, suhu 36,5C, nadi 73x/menit, respirasi 20x/menit dan SpO2
99%.
3. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, lalu dilakukan analisa kasus
ditandai dengan ASI tidak keluar selama seminggu sehingga bayi diberi susu
klien mengatakan puting susu tidak keluar, klien mengatakan ASI nya keluar
setelah tiga hari persalinan tetapi produksi ASI nya hanya sedikit, klien
mengatakan tidak tahu cara perawatan payudara, isapan bayi pada payudara tidak
kontinue dan bayi menolak untuk lacth on. : tekanan darah 123/7380 mmHg, suhu
44
4. Intervensi Keperawatan
suplai ASI dengan tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan
teratasi dengan kriteria hasi yaitu ASI teratasi dengan Ibu dan bayi mengalami
pemberian ASI yang efektif yang ditujukan dengan pengetahuan tentang menyusui
menempatkan lidah dengan benar, memegang aerola dengan tepat, menelan dapat
didengar dan menyusui minimal 8 kali sehari. Mengenali isyarat lapar dari bayi
ibu dalam menempelkan bayi pada putting, Pantau integrasi kulit putting,
Instruksikan kepada ibu tentang teknik terapi pijat breascare dengan cara
Mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal ke arah putting susu,
Membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir
pada putting susu (dilakukan 5-6 kali/20-30 kali) pada kedua payudara meletakkan
kedua tangan diantara payudara, mengurut dari tengah ke atas sambil mengangkat
kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan dan selanjutkan Ajarkan teknik
45
5. Implementasi Keperawatan
kunjungan dengan durasi 45 menit dalam sekali kunjungan yaitu pada tanggal 27
April 2022 pukul 10.20 WITA 28 April 2022, dan 29 April 2022pukul 11.00 wita.
Kunjungan hari pertama pada tanggal 27 April 2022 pukul 10.20 wita, bertempat
keterampilan ibu dalam menempelkan bayi pada puting . Respon subyektif pasien
pasien mengatakan bayi sering menolak saat putting dimasukan kedalam mulutnya pasien
mengatakan ASInya susah keluar dan pada saat memeberikan ASI pasien mengatakan
masih bingung dalam memebrerikan asi, payudara pasien tampak kotor, payudara pasien
tampak bengkak, selanjutnya Memonitor kepada ibu tentang teknik terapi pijat
terapi pemijatan breascare pada payudara. pasien mendengarkan inruksi dari perawat.
Kunjungan hari kedua pada tanggal 28 April 2022 pukul 13.45 bertempat di
breascare.. Respon subyektif pasien mengetakan sudah lebih nyaman, bengkak pada
payudara pasien sudah mulai berkurang dan pasien sudah mencoba melakukan untuk
memijat payudara dan membersihkan payudara tapi ASI belum bisa keluar dengan lancar .
Respon objektif pasien tampak lebih tenang tidak meringis, payudara pasien tampak
46
sudah lebih bersih, dan bengkak sudah berkurang.
air hangat dan diberikan terapi pijat breascare dengan beby oilpasien merasa
payudaranya lebih bersih dan bengkak pada payudara sudah mulai berkurang, ASI
sudah bisa keluar, dan pasien mengatakan bayinya sudah tidak menolak setiap
diberikan ASI, dan pasien mengatakan sudah mengerti cara melakukan pijat
breascare. Respon objektif pasien tampak sudah lebih nyaman, ASI pasien tampak
sudah bisa keluar, payudara pasien tampak lebih bersih dan bengkak pada payudara
6. Analisis Evaluasi
Evaluasi dari asuhan keperawatan pada Ny.R dengan Ketidakefektifan pola pemberian
ASI yaitu, Subjektif : pasien mengatakan bayinya sudah mau menyusu dengan baik,
paudaranya lebih bersih, dan pasien mengatakan sudah mengerti cara untuk
Payudara pasien tampak sudah bersih, bengkak pada payudara pasien sudah
membersihkan payudara terlebih dahulu, dan pasien tampak sudah bisa melalukan
terapi pijat breascare dengan benar . tekanan darah 123/7380 mmHg, suhu 36,5C,
nadi 73x/menit, respirasi 20x/menit dan SpO2 99%, Assesment : Masalah teratasi,
47
Planning : Pertahankan kondisi.
48
BAB IV
nama Ny. R, dengan umur 23 Tahun. Pasien dengan diagnosa G1, P1, A0, H1 yaitu
ketidak efektifan pemberian ASI dalam deficit pengetahuan pada ibu post partum.
Pasien mengalami gangguan yaitu ASI tidak keluar yang disebabkan payu dara
ASI kurang efektif dapat dipengaruhi adanya tidak tahu cara perawatan payudara,
manfaat payudara dan pada masa nifasnya ada masalah yang dialami. Pada kasus
kelolaan, kondisi terjadinya ASI kurang efektif yaitu puting susu tidak
kemudian baru keluar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soleha, Nur (2019)
yang berjudul ” Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Produksi ASI Ibu Nifas”
memberikan bayinya dengan susu formula atau Asi ibu tersebut sangat sedikit
produksinya atau pun kendala lainya sehingga banyak ibu memberikan bayinya susu
formula untuk pengganti ASI dan Faktor yang berpengaruh terhadap lancarnya
produksi Air Susu Ibu antara lain adalah dengan melakukan perawatan payudara.
49
bahwa perawatan payudara pada ibu nifas berpengaruh terhadap produksi ASI.
ibu harus bekerja, ibu sakit, pengaruh iklan atau promosi susu formula, meniru
teman yang memberikan susu formula, takut kehilangan daya 31 tarik sebagai
wanita, tekanan batin, kurangnya dukungan tenaga kesehatan, kesulitan bayi dalam
Breast Care Post Partum terhadap Produksi Asi” menyebutkan bahwa Banyak faktor
sosial budaya, psikologis, fisik ibu, perilaku/rangsangan dan tenaga kesehatan. Dari
faktor psikologis ibu, akan berkaitan dengan produksi ASI, dimana apabila hati ibu
senang, bahagia maka produksi ASI akan melimpah. Faktor rangsangan berupa
perawatan payudara dengan metode breast care secara rutin. Hasil perhitungan
independent t-test diketahui bahwa besarnya nilai thit (16.40) > t-tab (1.691).
Masalah keperawatan utama yang muncul pada kasus kelolaan pada Ny. R
adalah Pasien mengatakan datang untuk kontrol pasca melahirkan 7 hari yang lalu
50
dan pasien mengatakan susah untuk memberikan ASI pada anaknnya dan nyeri
pada payudara. Klien mengatakan setelah melahirkan ASI tidak keluar selama
seminggu sehingga bayi diberi susu formula (keterlambatan produksi ASI), klien
mengatakan bayi menolak menyusu, klien mengatakan puting susu tidak keluar,
klien mengatakan ASI nya keluar setelah tiga hari persalinan tetapi produksi ASI
nya hanya sedikit, klien mengatakan tidak tahu cara perawatan payudara, isapan
bayi pada payudara tidak kontinue dan bayi menolak untuk lacth on. nyeri
dirasakan seperti tertekan , skala nyeri 6 (dari 0-10 skala yang diberikan), rasa
mmHg, suhu 36,5C, nadi 73x/menit, respirasi 20x/menit dan SpO2 99%. tidah ada
kemerahan dan tidak derdapat pus pada peinium. Keadaan umum klien baik,
kesadaran klien Compos Mentis, berat badan 51 kilo gram, tinggi badan 157 cm.
bekerja dengan terbukanya peluang kerja dan tuntutan untuk bekerja untuk
mendukung keluarga mereka maka kebanyakan ibu memilih bekerja di luar rumah,
ibu yang bekerja tidak dapat berhubungan sepenuhnya dengan bayi, menyebabkan
frekuensi pemberian ASI menurun dan produksi ASI akan menurun. Keadaan ini
menyebabkan ibu berhenti menyusui. Dengan demikian, seorang ibu yang bekerja
51
C. Analisis Intervensi
maka intervensi yang penulis fokuskan pada maslah keperawatan Keluhan Klien
mengatakan setelah melahirkan ASI tidak keluar selama seminggu sehingga bayi
diberi susu formula (keterlambatan produksi ASI), klien mengatakan bayi menolak
menyusu, klien mengatakan puting susu tidak keluar, klien mengatakan ASI nya
keluar setelah seminggu persalinan tetapi produksi ASI nya hanya sedikit, klien
mengatakan tidak tahu cara perawatan payudara, isapan bayi pada payudara tidak
kontinue dan bayi menolak untuk lacth on dan pasien mengatakan nyeri pada payu
dara akaibat ASI tidak bisa keluar dengan Perawatan payudara (Breast Care).
Perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI. Breastcare post
partum adalah perawatan payudara pada ibu setelah melahirkan sedini mungkin.
Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur
perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI, selain itu untuk
kebersihan payudara dan bentuk putting susu yang masuk ke dalam atau datar.
52
Puting susu demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui
dengan baik dengan mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk
mengusahakan agar puting susu lebih mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga
dilakukan setelah melahirkan. Perawatan payudara dilakukan sehari dua kali saat
mandi dan bila ada masalah dengan menyusui juga dilakukan dua kali sehari. Saat
seorang wanita hamil, pada tubuhnya terjadi perubahan – perubahan yang memang
secara alamiah antara lain perubahan berat badan, perubahan pada kulit dan
Penyuluhan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Pasca Persalinan Dini Dalam
Memberikan ASI Eksklusif Di Rumah Sakit Angkatan Darat Di Kota Kediri” bahwa
Hasil dari penyuluhan perawatan payudara oleh tenaga kesehatan sangat bermanfaat
D. Analisis Implementasi
Care dilakukan dengan Tempelkan kapas yang sudah di beri minyak atau baby oil
53
selama 5 menit, kemudian putting susu di bersihkan. Letakan kedua tangan di antara
payudara Mengurut payudara dimulai dari arah atas, kesamping lalu kearah bawah.
Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kearah sisi
telapak tangan mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan dari payudara,
ulangi gerakan 20 – 30 kali. Tangan kiri menopang payudara kiri 3 jari tangan
kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara
sampaipada puting susu, lakukan tahap yang sama pada payudara kanan.
Membersihkan payudara dengan air hangat lalu keringkan payudara dengan handuk
bersih, kemudian gunakan bra yang bersih dan menyokong (Soleha, 2019).
54
E. Analisis Evaluasi
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada pasien kelolaan pada
tanggal 27 April 2022 pukul 10.20 WITA di ruang Poli KIA Puskesmas Mengwi I .
Dari data pengkajian didapatkan hasil wawancara dengan pasien dan rekam medis
pasien. Data yang diperoleh yaitu, pasien atas nama Ny. R, umur 23 tahun. Pasien
mengatakan datang untuk kontrol pasca melahirkan 7 hari yang lalu dan pasien
mengatakan susah untuk memberikan ASI pada anaknnya dan nyeri pada payudara.
Klien mengatakan setelah melahirkan ASI tidak keluar selama seminggu sehingga
bayi diberi susu formula (keterlambatan produksi ASI), klien mengatakan bayi
menolak menyusu, klien mengatakan puting susu tidak keluar, klien mengatakan
ASI nya keluar setelah tiga hari persalinan tetapi produksi ASI nya hanya sedikit,
klien mengatakan tidak tahu cara perawatan payudara, isapan bayi pada payudara
tidak kontinue dan bayi menolak untuk lacth on. nyeri dirasakan seperti tertekan ,
skala nyeri 6 (dari 0-10 skala yang diberikan), rasa nyeri dirasakan saat
beraktivitas. Tanda-tanda vital : tekanan darah 123/7380 mmHg, suhu 36,5 C, nadi
73x/menit, respirasi 20x/menit dan SpO2 99%. tidah ada kemerahan dan tidak
derdapat pus pada peinium. Keadaan umum klien baik, kesadaran klien Compos
Breast Care Meningkatkan Volume Asi Pada Ibu NifaS” menyatakan w. Pada Ibu
nifas diukur jumlah volume ASI pada hari ke 7 pasca persalinan sebelum dilakukan
breast care dan pada hari ke 14 setelah dilakukan breast care selanjutnya dilakukan
55
analisis data dengan menggunakan paired t-test. Hasil yang didapatkan sebelum
dilakukan intervensi rata-rata volume ASI ibu nifas sebesar 0,18 ml sedangkan
setelah intervensi didapatkan rata-rata volume ASI ibu nifas sebesar 14,36 ml,
volume ASI dengan nilai P=0.000 (P<0.05 . Kesimpulan ada pengaruh yang
signifikan terhadap pengeluaran volume ASI pada ibu nifas yang diberikan breast
care.
56
BAB V
A. Simpulan
Breas Care Pada ibu Post Partum dengan ketidak efektipan pemberian ASI di UPTD
1. Pasien kelolaan adalah pasien dari ruang periksa Poli Umum Ny. M dengan usia 23
tahun, jenis kelamin perempuan dengan diagnosa Pasien mengatakan datang untuk
kontrol pasca melahirkan 7 hari yang lalu dan pasien mengatakan susah untuk
memberikan ASI pada anaknnya dan nyeri pada payudara. Klien mengatakan setelah
melahirkan ASI tidak keluar selama seminggu sehingga bayi diberi susu formula
mengatakan puting susu tidak keluar, klien mengatakan ASI nya keluar setelah tiga
hari persalinan tetapi produksi ASI nya hanya sedikit, klien mengatakan tidak tahu cara
perawatan payudara, isapan bayi pada payudara tidak kontinue dan bayi menolak untuk
2. Rencana keperawatan yang diberikan kepada Ny. R, yaitu pemberian Breas Care
57
4. Evaluasi keperawatan yang didapatkan setelah pemberian BreasCare berupa, pasien
mengatakan intensitas nyeri berkurang, volume asi meningkat skala nyeri 6 (dari 0-10
skala yang diberikan), rasa nyeri dirasakan saat beraktivitas. Tanda-tanda vital :
tekanan darah 123/7380 mmHg, suhu 36,5C, nadi 73x/menit, respirasi 20x/menit dan
SpO2 99%. tidah ada kemerahan dan tidak derdapat pus pada peinium.
B. Saran
Penulis berharap hasil karya ilmiah ini dapat digunakan oleh badan pelayanan
kesehatan untuk mengatasi tekanan darah tinggi pada pasien post partum dengan
2. Bidang Pendidikan
Penulis berharap kepada bidang pendidikan, hasil karya ilmiah ini dapat digunakan
masyarakat tentang manfaat dari pelaksanaan terapi Breas Care terhadap pasien post
Penulis berharap hasil karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
melakukan penggaliann manfaat lebih mendalam tentang terapi Breas care khususnya
58
DAFTAR PUSTAKA
Lisa, U. F. (2018). Efektivitas Kombinasi Pijat Oksitosin dan Breast Care terhadap
Oxytocin Massage and Breast Care on The Assistance of ASI in Normal Post Partum.
4(2), 147–155.
Nuraeni, E. (2019). Hubungan Usia Dan Jenis Kelamin Beresiko Dengan Kejadian
https://doi.org/10.31000/jkft.v4i1.1996
Soleha, S. N. (2019). Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Produksi ASI Ibu Nifas
The Effect of Breast Care on Breast Milk Production of Postpartum Mother. 6(2), 98–
106.
Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di Rsu Pku Muhammadiyah Delanggu.
9(17), 47–60.
cakupan ASI Ekslusif masih di bawah kemudian di Propinsi Jawa Tengah Kes.
VIII(02), 201–208.
59
60