Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung

kira-kira minggu (Kemenkes RI, 2018). Selama periode masa nifas setiap

wanita akan mengalami berbagai permasalahan yang bervariasi dari yang

bersifat lokal sampai terjadi sepsis dan kematian puerperium. Hal ini

menyebabkan masa nifas menjadi salah satu penyumbang masih tingginya

Angka Kematian Ibu di dunia. Menurut WHO, kematian ibu adalah jumlah

kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan

oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan

karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain di setiap

100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2019).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pulih seperti semula

dan berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas dapat dibagi menjadi

periode pasca persalinan (immediate postpartum), periodenifasdini (early

postpartum) dan periode nifas lanjut (late postpartum). Selama masa

pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan,

baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut sebenarnya

sebagian besar bersifat fisiologis (Saleha, 2018).

1
2

Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna

menurunkan angka kematian ibu (AKI) angka kematian bayi (AKB) di

indonesia. Banyak negara menanggulangi kematian ibu dan bayi dengan

upaya-upaya pertolongan difokuskan pada periode intrapartum. Upaya ini

telah terbukti menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru

lahir disertai dengan penyulit proses persalinan dan komplikasi yang

mengancam keselamatan jiwa (Purwanti, 2019).

Perawatan masa nifas merupakan tindakan lanjutan bagi wanita sesudah

melahirkan. Perawatan diri pada masa nifas diperlukan karena pada masa

nifas wanita akan banyak mengalami perubahan pada dirinya, baik fisik

maupun psikologis. Perawatan diri adalah aktivitas yang dilakukan oleh

individu untuk memelihara kesehatan. Ibu nifas diharapkan mampu

melakukan pemenuhan perawatan pada dirinya agar tidak mengalami

gangguan kesehatan. (Widyasih H, dkk. Fitramaya, 2018).

Perawatan yang dilakukan pada masa nifas meliputi perawatan fisik dan

psikologis ibu untuk mencapai kesehatan yang optimal. Perawatan masa

nifas ini sangat diperlukan karena dalam masa nifas sering terjadi kematian

pada ibu yang disebabkan oleh berbagai macam masalah seperti perdarahan

dan infeksi, hal ini dapat terjadi karena perawatan masa nifas yang kurang

baik (Sulistyawati A, 2018).

Adapun faktor resiko yang menyebabkan terjadinya perdarahan post

partum adalah partus lama, paritas, peregangan uterus berlebihan, oksitosin

drip, anemia, dan persalinan dengan tindakan (Badriyah, 2017).


3

Kemandirian dalam perawatan postpartum tidak hanya penting untuk

mengurangi mortalitas dan morbilitas ibu, tetapi juga penting untuk

memperkuat dan meningkatkan perilakusehat ibu postpartum dalam

perawatan. Kemandirian ibu nifas dalam merawat diri dipengaruhi oleh

pengetahuan, motivasi, budaya, kepercayaan,pengalaman ibu, usia ibu,

dukungan, tingkat kelelahan dan kondisi fisik ibu (Herlina S, 2019).

Motivasi merupakan keinginan untuk mempengaruhi tingkah laku

seorang untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau

tujuan tertentu. Jika motivasi ibu nifas rendah terhadap dorongan dari

perawatan masa nifas maka hal itu akan sangat mempengaruhi pada

kemandirian ibu. Selain itu, untuk melakukan perawatan masa nifas

memerlukan motivasi yang menjadikan perawatan diri sebagai suatu

kebutuhan yang mendorong ibu post partum untuk memenuhinya

(Purwanto, 2019).

Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator keberhasilan

pelayanan kesehatan di suatu negara. Berdasarkan laporan WHO tahun 2018

Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai angka 289.000 jiwa, terbagi

atas beberapa negara, antara lain Amerika Serikat mencapai 9300 jiwa,

Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Sedangkan

berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2016

Angka Kematian Ibu di Indonesia berada pada angka 359 per 100.000

kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih belum
4

memenuhi target Millenium Development Goals (MDG) tahun 2015 adalah

102/100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu berdasarkan Provinsi tahun 2017 sebesar

116,34/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data profil kesehatan tahun

2017, angka kematian ibu maternal sebanyak 122,25/100.000 kelahiran

hidup. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2015

yaitu sekitar 109,2/100.000 kelahiran hidup.

Sebagian besar kematian ibu terjadi pada masa nifas yaitu 54,55%.

Periode masa nifas yang beresiko terhadap kematian ibu terutama terjadi

pada periode immediate postpartum (50%), pada masa early postpartum

(20%) dan masa late postpartum (5%). Resiko sering terjadi ketika satu

minggu pertama post partum karena hampir seluruh sistem tubuh

mengalami perubahan secara dratis (Sardiman, A 2018).

Berdasarkan data awal diwilayah kerja pukesmas glumpang tiga

terdapat 14 desa dengan jumlah ibu nifas yang terdapat sebanyak 40 orang

dari bulan februari sampai bulan mei 2021 yangterdata di poli KIA.

Berdasarkan hasil penelitian windarti, (2017) didapatkan hubungan

motivasi dengan kemandirian ibu nifas dalam perawatan ibu nifas sebagian

besar kurang mampu dalam melakukan perawatan diri selama early

postpartum.

Berdasarkan hasil maharani, (2018) didapatkan bahwa motivasi

dukungan keluarga ibu postpartum terhadap perawatan diri adalah baik

51,8%.Dan bahwa pengetahuan ibu postpartum masih kurang dalam


5

perawatan diri, hal ini terjadi karena sebagian besar belum mendapatkan

informasi kesehatan tentang perawatan diri.

Survey awal yang penulis lakukan pada tanggal 29 mei 2021 terhadap 5

orang ibu nifas, ada ibu yang pertama kali melahirkan mengatakan lebih

merasa takut melakukan perawatan diri, dan ada juga masih rendahnya

kemandirian ibu nifas karena sebagian ibu masih bergantung pada keluarga

untuk melakukan perawatan pada dirinya sendiri seperti melakukan

perawatan luka pada kemaluan, masih takut untuk buang air kecil karena ibu

masih trauma pada proses persalinan, defekasi, perawatan payudara, dan

lain-lain. Dan sebagian ibu nifas yang mengenai pengetahuan atau motivasi

lebih banyak tentang perawatan diri selama masa postpartum sehingga

perawatan diri selama postpartum dapat dilaksanakan.

Berdasarkan uraian diatas, maka saya penulis tertarik untuk melakukan

suatu penelitian lebih lanjut mengenai Hubungan Motivasi Dengan

Kemandirian Ibu Nifas dalam Perawatan Diri Selama Early Postpartum Di

Wilayah Kerja Pukesmas Glumpang Tiga kabupaten Pidie 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka rumusan

masalahnya adalah untuk mengetahui Hubungan motivasi dengan

kemandirian ibu nifas dalam perawatan diri selama early postpartum Di

Wilayah Kerja Pukesmas Glumpang Tiga Kabupaten Pidie 2021.


6

C. Tujuan Penelitian

1) TujuanUmum

Mengetahui hubungan motivasi dengan kemandirian ibu nifas

dalam perawatan diri selama early postpartum Di Wilayah Kerja

Pukesmas Glumpang Tiga Kabupaten Pidie 2021.

2) TujuanKhusus

a) Untuk mengetahui motivasi ibu nifas dalam perawatan diri selama

early postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Glumpang Tiga

Kabupaten Pidie 2021.

b) Untuk mengetahui kemandirian ibu nifas dalam perawatan diri

selama early postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Glumpang

Tiga Kabupaten Pidie 2021.

c) Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kemandirian ibu nifas

tentang perawatan diri selama early postpartum Di wilayah Kerja

Pukesmas Glumpang Tiga Kabupaten Pidie 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam

menerapkan ilmu pengetahuan yang telah di peroleh kedalam

lingkungan penelitian serta memberi pengalaman langsung kepada

peneliti untuk membantu suatu penelitian ilmiah tentang motivasi


7

dengan kemandirian ibu nifas dalam perawatan diri selama early

postpartum.

2. Bagi Profesi Perawat

Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan bagi perawat

terutama tentang pentingnya pelaksanaan perawatan diri masa nifas.

3. Bagi Institusi

Sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam

mengembangkan ilmu keperawatan maternitas melalui penelitian ini.

Untuk bahan bacaan dan sumber kepustakaan bagi mahasiswa lainnya.

4. Untuk Responden

Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan bagi ibu nifas

yang masih kurang mengetahui tentang kemandirian ibu nifas dalam

perawatan diri selama early postpartum.

5. Bagi Puskesmas Glumpang tiga

Sebagai bahan masukan terhadap Puskesmas Glumpang Tiga dalam

mengevaluasi masalah kemandirian ibu nifas dalam perawatan diri

selama early postpartum serta menjadi suatu referensi dalam

memaksimalkan pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai