ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS HOLISTIK
Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama
masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu. Pada masa nifas ini terjadi perubahan-
perubahan fisik maupun psikis berupa perubahan organ reproduksi, terjadinya
proses laktasi, terbentuknya hubungan antara orang tua dan bayi dengan
memberi dukungan. Atas dasar tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan
antara ibu dan keluarga dalam manajemen kebidanan (Rahayu, 2012). Dalam
masa nifas terdapat berbagai komplikasi seperti masalah dalam produksi ASI
yang tidak lancar, puting lecet, payudara bengkak, abses payudara, puting
susu datar atau terbenam, sindrom ASI kurang, ibu bekerja, ibu melahirkan
dengan sectio caesar dan ibu dengan kondisi sakit (Jannah, 2011).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis bagi ibu maupun bayinya. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi
ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari
kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan,
diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi pada masa nifas
(Purwoastuti, 2015).
Kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah secara umum terjadi
penurunan kematian ibu selama periode 2015-2019 dari 111,16 menjadi 76,9
per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2016 jumlah kematian
ibu terjadi penurunan kembali walaupun sedikit yaitu 602 kasus (AKI sebesar
109, 65 per 100.000 kelahiran hidup) (DKK Provinsi Jawa Tengah, 2015).
AKI di Indonesia dan Jawa Tengah yang masih tinggi menunjukkan
bahwa kesehatan ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian, karena
menggambarkan pelayanan kesehatan di masyarakat. Pada tahun 2015 Angka
Kematian Ibu di Kabupaten Wonogiri sebesar 129,44 per 100.000 kelahiran
hidup, atau 15 kematian dari 11.588 kelahiran hidup. Angka ini mengalami
kenaikan dibandingkan tahun 2014 sebesar 83 per 100.000 kelahiran hidup,
atau 10 kematian dari 12.095 kelahiran hidup.
Pada tahun 2013, kematian ibu di Kabupaten Wonogiri sebesar 105,04
per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2012 sebesar 101,5 per 100.000 kelahiran
hidup dan pada tahun 2011 sebesar 75,25 per 100.000 kelahiran hidup.
Kematian ibu terbesar berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Kismantoro (5
kematian) dan Puskesmas Karangtengah (3 Kematian) (Profil Kesehatan
Kab.Wonogiri, 2015).
Berdasarkan waktu terjadinya, kematian ibu di Jawa Tengah tahun 2019
sebesar 64,18% kematian maternal di Provinsi Jawa Tengah terjadi pada
waktu nifas, sebesar 25,72% pada waktu hamil, dan sebesar 10,10% terjadi
pada waktu persalinan. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian
kematian maternal terbanyak adalah pada usia 20-34 tahun sebesar 64,66%,
kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar 31,97% dan pada
kelompok umur < 20 tahun sebesar 3,37% (Profil Kesehatan Kab.Wonogiri,
2015).
Angka kematian ibu dan bayi dapat dikurangi salah satunya dengan proses
menyusui. Proses menyusui dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas
karena proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga
mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum). Menyusui merupakan
hak setiap ibu setelah melahirkan /nifas, tidak terkecuali pada ibu yang
bekerja maka agar terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang
lengkap mengenai menyusui serta bagaimana teknik menyusui yang benar.
Pada dasarnya, kebutuhan bayi terhadap ASI dan produksi ASI sangat
bervariasi. Sehingga ibu perlu memperhatikan tanda-tanda kelaparan atau
kepuasan yang ditunjukkan oleh bayi, serta pertambahan berat badan bayi
terhadap ASI (Sunar, 2009). Produksi ASI di pengaruhi oleh faktor fisik dan
psikologis ibu menyusui. Bila ke dua faktor tersebut tidak terpenuhi maka
produksi ASI tidak lancar. Faktor fisik terutama mengenai asupan gizi
ibu yang mencukupi, seimbang dan sehat, serta faktor kesehatan ibu.
Faktor psikologis terdiri dari rasa nyaman, tenang dan berfikiran positif.
Serta dukungan dari orang terdekat seperti suami dan keluarga
(Soetjiningsih, 2012).
Sikap ibu dalam keberhasilan pemberian ASI dipengaruhi oleh
pengalaman pribadi, pengetahuan dan pengaruh budaya ibu serta pengaruh
orang lain yang dianggap penting (Wawan, 2011). Sikap yang banyak
mempengaruhi terjadi pada ibu primi para saat menyusui mulai dari ASI tidak
keluar dengan lancar, puting payudara luka, hingga bayi rewel karena belum
bisa menyusu dengan benar. Hal ini juga dapat terjadi pada ibu multi para
yang sudah lama tidak menyusui bayinya yang merasa kawatir bahwa ASI-
nya tidak cukup untuk bayinya, padahal tidak ada masalah sama sekali
dengan ASI-nya (Bahiyatun, 2009).
WHO dan UNICEF (2013) menyatakan bahwa menyusui merupakan
penyelamat hidup anak yang paling murah dan efektif dalam sejarah
kesehatan manusia. Yang diharapkan adalah minimal enam bulan ibu
menyusui anaknya, mendapat mungkin secara asi eksklusif (enam bulan
tanpa ada pemberian cairan/asupan lain selain ASI).
Pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan selama periode ini. Karena
pelayanan asuhan kebidanan yang bersifat berkelanjutan (continuity of care)
saat ini memang sangat penting untuk ibu agar asuhan yang dilakukan dapat
memberikan hasil yang maksimal, disinilah peran penting bidan sebagai
garda terdepan pemberi Asuhan kepada Ibu dan Keluarga melalui pendekatan
asuhan kebidanan fisiologi holistik yang berbasis Evidence Based Medicine
yang sesuai literatur review dan dapat di implikasikan dalam pemberian
asuhan kebidanan.
Diharapkan dengan pengkajian asuhan kebidanan ini dapat
mempertajam pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan masa
nifas terkait perubahan- perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada ibu
sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatkan kesiapan
ibu dalam merawat bayinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang dan kenyataan yang ada
penulis dapat merumuskan masalah yaitu:
1. Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu
nifas dan rasionalisasinya?
2. Bagaimana proses laktasi dan menyusui?
3. Bagaimana analisis jurnal yang sesuai dengan kasus dan asuhan yang
diberikan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
asuhan kebidanan pada ibu nifas normal dengan menerapkan asuhan
kebidanan SOAP serta memberikan dukungan kepada ibu nifas dalam
pemberian ASI Ekslusif.
2. Tujuan Khusus
Penulis diharapkan mampu :
a. Melaksanaan pengkajian data subjektif yang berhubungan dengan
masalah dari sudut pandang klien. Ekspresi klien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung
atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnose
b. Melakukan pengkajian data objektif yang merupakan
pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil pemeriksaan laboratorium. Catatan medik dan informasi
dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif
ini sebagai data penunjang
c. Menginterprestasikan data serta merumuskan pendokumentasian hasil
analisis data dan intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan
objektif. Karena keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami
perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data
d. Melakukan penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam
memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui.
2. Bagi Institusi
Hasil laporan pengelolaan kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber
referensi khususnya tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas normal
dengan telaah jurnal yang sesuai dengan asuhan yang diberikan.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam
melaksanakan pelayanan khususnya pada ibu nifas.
4. Bagi Profesi Bidan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikasi bagi profesi bidan dalam
memberikan asuhan pada ibu nifas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Literatur Review
1. Perubahan Fisik pada Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama 6
minggu. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan
mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis
sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan
pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup
kemungkinan akan terjadi keadaan patologis (Sulistyawati, 2009).
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Periode immediate postpartum : Masa segera setelah plasenta lahir
sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah,
misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan
teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lochea, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu): Pada fase ini bidan
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan
baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu): Pada periode ini bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB (Saleha, 2009).
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan
dengan kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami
perubahan setelah melahirkan antara lain (Anggraeni, 2010) :
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah
kira-kira 2cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar
pada promotorium sakralis. Besar uterus kirakira sama dengan
sewaktu hamil 16 minggu dengan berat 1000 gram (Ambarwati
dan Wulandari, 2010). Tinggi fundus uterus dan berat uterus
menurut masa involusi(Suherni, dkk, 2009) yaitu :
Involusi Tinggi Fundus Uterus Uterus
Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 g
Uri lahir 3 jari di bawah pusat 750 g
1 Minggu Pertengahan pusat simfisi 500 g
2 Minggu Tak teraba di atas simfisi 350 g
6 Minggu Bertambah Kecil 50 g
8 Minggu Sebesar Normal 30 g
2) Lochea
Adalah eksresi cairan selama masa nifas. Lokhea terbagi menjadi 4
(Soleha, 2009) yaitu:
a) Lochea rubra
Lochea ini muncul hari 1 sampai hari 4 masa post partum.
Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
dan mekonium.
b) Lochea sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlansung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit dan laserasi plasenta. Muncul hari ke 7 sampai
hari ke 14 postpartum.
d) Lochea alba
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati. Lockea ini bisa berlangsung 2 sampai 6
minggu post partum.
3) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama- sama dengan uterus.
Warna serviks sendiri merah kehitam- hitaman karena penuh
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat
laserasi/ perlukaan kecil karena robekan kecil terjadi selama
dilatasi, serviks tidak pernah kembali dalam keadaan sebelum
hamil.Muara serviks dilatasi 10 cm pada waktu persalinan,
menutup secara bertahap/ setelah bayi lahir, tangan masih bisa
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki2-3 jari, pada 6
minggu postpartum serviks menutup (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
Setelah Kala IV
Nyeri
D. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera
setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran (PPKC, 2004)
2. Tujuan
Memberikan asuhan yang adekuat dan terstandart pada ibu segera
setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan
dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan (PPKC, 2004).
3. Metode Asuhan Kebidanan SOAP
Dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada klien, bidan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang disebut manajement
kebidanan atau pendokumentasian. Pendokumentasian adalah suatu
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap keadaan yang dilihat dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan.
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat
diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data
subjektif, O adalah data objektif, A adalah analis/assessment dan P adalah
planning. SOAP merupakan catatan yang sederhana, jelas, logis dan
singkat.
a. Langkah I : Pengumpulan Data Subyektif
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu.
1) Biodata
a) Nama
Nama klien ibu dan ayah perlu ditanyakan agar tidak keliru
bila ada kesamaan nama dengan klien lain.
b) Umur
Berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan
dan tindakan yang dilakukan (Depkes RI, 2010)
c) Agama
Perlu dicatat untuk mempermudah hubungan bila dalam
keadaan mendesak dan dapat memberi petunjuk keadaan
lingkungan tempat tinggal pasien (Depkes RI, 2010)
d) Pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya didalam
tindakan Asuhan Kebidanan, selain itu anak akan lebih
terjamin pada orang tua pasien (anak) yang tingkat
pendidikannya tinggi.
e) Pekerjaan orang tua
Jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi
keluarga juga dapat mempengaruhi kesehatan (Depkes RI, 10).
f) Alamat
Dicatat untuk mempermudah hubungan bila dalam keadaan
mendesak dan dapat memberi petunjuk keadaan lingkungan
tempat tinggal pasien (Depkes RI, 10)
g) Kebangsaan
Untuk mengadakan statistik tentang kelahiran mungkin juga
untuk menentukan prognosa persalinan dengan melihat
keadaan panggul.
h) Perkawinan
Untuk membantu menentukan bagaimana keadaan alat
kelamin dalam ibu itu.
i) Keluhan utama
Ibu dengan nifas fisiologis didapatkan keluhan perut terasa
mules dan nyeri pada luka jahitan.
j) Riwayat keluarga berencana
Perlu dikaji pada klien yang telah mengikuti keluarga
berencana antara lain jenis kontrasepsinya yang digunakan,
efek samping, alasan pemberhentian kontrasepsi dan lamanya
menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini dipakai untuk
memotivasi klien setelah melahirkan, disesuaikan dengan
kondisinya.
k) Riwayat penyakit ibu
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit apa yang diderita ibu
dan apakah mempengaruhi masa nifas atau tidak.
l) Riwayat psikososial dan spiritual
Keadaan psikologis ibu, sosial ibu dan spiritual ibu apakah ada
pengaruhnya dengan masa nifas.
b. Langkah II : Pengumpulan Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan sesuai kebutuhan dan
tanda-tanda vital meliputi : Mengukur tekanan darah, apakah ada
hypertensi atau tidak sehingga kita dapat menentukan status
kesehatan ibu nifas, nadi (60-90x/menit), suhu (36-370C) dan
respirasi (18-20x/menit)
2) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
Periksa pandang, dengan memandang atau melihat apakah
pasien tersebut dalam keadaan normal atau tidak.
b) Palpasi
Pemeriksaan yang dilakukan dengan rabaan apakah ada
massa atau kelainan lain.
c) Auskultasi
Periksa dengar, dengan auskultasi kita bisa menyimpulkan
keadaan ibu apakah ada kelainan atau tidak.
d) Perkusi
Pemeriksaan ketukan ini tidak begitu berarti bila tidak ada
indikasi. Reflek patella positif baik menandakan keadaan
kalsium dan vitamin B yang cukup
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala : Kebersihan rambut, adanya benjolan.
b) Muka : Apakah pucat ataut tidak, ekspresi wajah.
c) Mata : Conjungtiva papebra pucat atau tidak,
conjungtiva bulbi pucat atau tidak, sklera ikterus atau tidak,
kelopak mata bengkak atau tidak.
d) Mulut : Bibir pucat atau tidak, jika pucat
kemungkinan anemia atau timbulnya rasa nyeri hebat.
e) Leher : Pembesaran kelenjar thyroid kemungkinan
ibu mengalami kekurangan yodium.
f) Dada : Apakah ASI sudah keluar kanan atau kiri,
apakah ada mastitis. (Modul 2, Depkes RI, 2002)
g) Abdomen : Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi,
striae lividae ada atau tidak.
Palpasi : TFU setinggi pusat pada 2 jam PP, TFU
pertengahan pusat-symphisis, TFU tidak teraba diatas
symphisis pada 6 minggu post partum(Mochtar Rustam, 199
h) Genetalia
Pengeluaran pervaginam : Lochea
c. Langkah III : Interpretasikan Hasil Analisa dari DS dan DO
Melakukan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien
yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka
proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.
Menganalisis diagnosa menuntut bidan untuk sering melakukan
analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti
perkembangan klien. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data klien akan menjamin cepat diketahuinya
perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat.
Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah
dikumpulkan, mencakup : Diagnosis/diagnosis dan masalah
kebidanan/diagnosis, masalah kebidanan dan kebutuhan. Dan
Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial yang mungkin akan
terjadi berdasarkan masalah/diagnosa yang sudah diidentifikasi dan
merencanakan antisipasi tindakan.
d. Langkah IV : Membuat Perencanaan Asuhan
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan
temuan dari langkah sebelumnya. Penatalaksanaan adalah mencatat
seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan
seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up
dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraanya.
Contoh :
S : - Ibu mengatakan mengerti dengan semua penjelasan yang
diberikan oleh petugas kesehatan. Ibu dapat mengulang secara
sederhana penjelasan yang telah diberikan
O : - Keadaan umum ibu baik, ASI sudah keluar, Tinggi fundus
uteri 2 jari dibawah pusat dan Konsistensi uterus keras. Perdarahan ±.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg,
Nadi 88x/menit, Suhu 369 0C, Pernafasan : 20x/menit
A : P1A0 nifas hari pertama
P :
• Anjurkan pada ibu untuk sering melakukan massase pada
perutnya
• Anjurkan pada ibu untuk sering melakukan aktivitas ringan
seperti duduk, berjalan-jalan.
• Anjurkan pada ibu untuk membersihkan payudaranya dengan
kapas air matang sebelum diteteki.
• Anjurkan pada ibu untuk meneteki sesering mungkin.
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Tanggal : 14 Mei 2022
Jam : 09.20 WIB
Tempat : Ruang Perawatan PMB Rony S
IDENTITAS PASIEN
Ibu Suami
Nama : Ny.F Nama : Tn.H
Umur : 26 tahun Umur : 26 tahun
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jajar ¾, Talesan Alamat : Jajar ¾, Talesan
A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan masih nyeri pada jahitan perineum dan ASI belum lancar
2. Riwayat Perkawinan
a. Kawin : 1 kali
b. Pernikahan ke- :1
c. Umur saat menikah : 25 tahun
d. Lamanya pernikahan : 1 tahun
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche usia : 13 tahun
b. Siklus : Teratur (30 hari)
c. Lama : 5 hari
d. Sifat darah : Encer
e. Bau : Khas darah menstruasi
f. Flour albous : Kadang muncul di hari menjelang menstruasi
g. Disminorhe : Tidak ada
h. Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut/hari
b. Keadaan Bayi
1) Tanggal lahir 13 Mei 2022, pukul 07.00 WIB
2) Antopometri BBL : 3100 gram, PB 48 cm, LK 33 cm, LD 33 cm.
3) Keadaan secara umum baik
4) Rawat gabung dengan ibu
8. Kebutuhan Fisik
a. Pola Nutrisi
Porsi : 1 piring/1 gelas
Makanan/minuman : Nasi, lauk, sayur, air putih dan teh
Pantangan : Tidak ada pantangan
Keluhan : Tidak ada keluhan
b. Eliminasi
BAK BAB
Sifat : Cair Sifat : Ibu belum BAB
Jumlah : Normal Jumlah :-
Warna : Kuning jernih Warna :-
Bau : Khas Bau :-
Keluhan : Tidak ada Keluhan :-
c. Istirahat (tidur)
Tidur malam : Ibu mengatakan tidur malamnya ±5 jam
Tidur siang : Ibu mengatakan tidur siangnya biasanya ±2 jam
d. Personal hygiene
Mandi : 2x/hari Ganti pakaian : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari Keramas : 2x/minggu
Ganti pembalut terakhir : Pukul 07.00 WIB
e. Ambulasi/Aktivitas
Ibu sudah dapat mandi dan BAK ke kamar mandi.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
b. Tanda – Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Suhu : 36,6º C
Respirasi : 26x/menit
Nadi : 97x/menit
c. Berat Badan : 60 kg
d. Tinggi badan : 150 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
(Rambut, muka (odema, pucat), mata (kelopak mata, sklera,
konjungtiva), hidung, bibir, mulut, gigi, lidah, gusi, telinga)
Rambut hitam, tidak mudah rontok, tidak ada ketombe, Muka tidak
ada odema dan cloasma, Sklera mata putih, konjungtiva tidak pucat.
Hidung bersih, tidak ada pengeluaran sekret abnormal, ataupun
sinusitis. Mulut bersih, lidah tidak kotor, gusi sehat, tidak ada caries
gigi. Telinga bersih, tidak ada pengeluaran serumen.
b. Leher
(Kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, vena jugularis eksterna)
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan vena
jugularis eksterna
c. Dada (payudara)
(Bentuk, areola, putting susu, pengeluaran air susu, massa/ benjolan)
Bentuk payudara simetris, aerola hitam, putting susu menonjol, ASI
sudah keluar (ASI Colostrum), tidak ada massa/ benjolan, tidak ada
pembengkakan.
d. Abdomen
(Dinding abdomen, bekas luka, TFU, kontraksi, konsistensi, kandung
kemih)
1) Inspeksi
Bentuk abdomen bulat, tidak ada bekas luka, terdapat striae
gravidarum.
2) Palpasi
TFU : 3 jari di bawah pusat
Kontraksi : Baik, keras
Kandung kemih : Tidak penuh
3) Auskultasi
Perut tidak kembung
e. Genetalia Eksterna
(Kebersihan, oedem, varises, perineum (tanpa jahitan/utuh, jahitan
rupture/laserasi, jahitan episiotomy), jahitan (jenis simpul dan benang
yang digunakan), pengeluaran lochia (jenis, warna, jumlah,
konsistensi, bau))
Vulva : Bersih tidak ada oedem, lochea rubra , warna merah, darah
keluar ±10 cc
Perineum : Tampak ada luka jahitan laserasi utuh dan masih basah,
tidak ada tanda-tanda infeksi
f. Anus
Tidak ada hemoroid
g. Ekstrimitas (Atas dan Bawah)
(odema, kelainan, varices, warna kuku, reflex Patella)
1) Atas : Tidak ada odema, tidak ada varices, warna kuku
putih bersih, pergerakan normal.
2) Bawah : Tidak ada odema, tidak ada varices, warna kuku
putih bersih, pergerakan normal, reflek patella (+/+), tanda hodman
(-) negative.
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
C. ANALISIS DATA
1. Diagnosa Kebidanan
Ny.F usia 26 tahun P1A0 nifas 1 hari normal
2. Masalah
Ibu mengatakan masih terasa nyeri pada luka jahitan dan ASI belum lancar
3. Kebutuhan
Memberikan edukasi tentang nyeri pada luka jahitan dan memberikan pijat
oksitosin untuk melancarkan ASI
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 14 Mei 2022 Jam : 09.30 WIB
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan asuhan yang akan
diberikan.
Rasionalisasi : Pasien nifas 1 hari masih berada pada fase taking in yaitu
periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama
sampai kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus
terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan
proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. (Suherni, dkk,
2009)
Hasil : Hasil pemeriksaan sudah diinformasikan kepada ibu dan ibu sudah
mengetahui hasil pemeriksaan serta asuhan yang akan diberikan.
2. Memberikan edukasi kepada ibu bahwa rasa nyeri pada luka jahitan adalah
hal yang wajar akibat adanya peregangan dan robekan dalam proses
persalinan, dan memberitahukan kepada ibu bahwa rasa nyeri itu akan
hilang dengan sendirinya.
Rasionalisasi : Patofisiologi nyeri perineum yang dialami oleh ibu nifas
diakibatkan oleh proses persalinan, saat persalinan terjadi dilatasi serviks
dan distensi korpus uteri yang meregangkan segmen bawah uterus dan
serviks kemudian nyeri dilanjutkan ke dermaton yang disuplai oleh
segmen medulla spinalis yang sama dengan segmen yang menerima input
nosiseptif dari uterus dan serviks (Mander, 2003). Regangan dan robekan
jaringan pada saat persalinan terjadi pada perineum dan tekanan pada
otot skelet perineum, nyeri diakibatkan oleh rangsangan struktur somatik
superficial 4 dan digambarkan sebagai nyeri yang tajam dan terlokalisasi,
terutama pada daerah yang disuplai oleh saraf pudendus.
Hasil : Ibu telah mengerti edukasi yang telah disampaikan
3. Memberikan edukasi kepada ibu dan keluarga tentang cara perawatan luka
jahitan perineum.
Rasionalisasi : Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura,
atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga
agar tetap bersih dan kering. Tindakan membersihkan vulva dapat
memberi kesempatan untuk melakukan inspeksi secara seksama pada
daerah perineum.
Hasil : Ibu sudah mengerti dan dapat menjelaskan kembali tentang cara
perawatan luka jahitan yaitu dengan membersihkan bagian vagina dari
bagian depan ke belakang dan keadaan vagina dikeringkan setelah cebok.
Tidak memberikan obat/rempahan pada luka jahitan.
4. Memberikan edukasi kepada ibu untuk memberikan ASI kepada bayi
minimal 2 jam sekali atau sesering mungkin (on demand) dan
mengajarkan pijat oksitosin kepada ibu agar ASI makin lancar
Rasionalisasi : Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau
lebih, kadang dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan
kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta
dan hormon prolaktin dari hipofise (Maryunani, 2009). Pijat oksitosin
dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau reflek letdown. Selain
untuk merangsang letdown manfaat pijat oksitosin adalah untuk
memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgemen),
mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin,
mempertahankan produksi ASI, ketika ibu dan bayi sakit (Purnama, 2013).
Hasil : Ibu bersedia menyusui bayinya minimal 2 jam sekali atau sesering
mungkin (on demand) dan suami bersedia memberikan pijatan kepada ibu
5. Menginformasikan ibu untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya yaitu
dengan makan makanan yan mengandung protein dan serat guna untuk
pemulihan serta mempercepat proses penyembuhan luka serta mencegah
agar tidak sembelit
Rasionalisasi : Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Makan diet
berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
Minum sedikitnya 3 liter setiaphari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui) (Kemenkes, 2013)
Hasil : Ibu telah mengerti dan bersedia mengonsumsi makanan yang
bergizi cukup bagi ibu nifas dan mencukupi kebutuhan seratnya
6. Menganjurkan agar ibu mencukupi kebutuhan istirahatnya pada malam
hari 8 jam dan pada siang hari minimal 2 jam
Rasionalisasi : Kebutuhan tidur ibu nifas minimal 8 jam sehari, dapat
dipenuhi melalui istirahat malam dan siang (Sulistyawati, 2009). Kurang
istirahat/tidur pada ibu postpartum akan mengakibatkan kurangnya suplai
ASI, memperlambat proses involusi uterus, menyebabkan ketidakmampuan
merawat bayi serta depresi (Suhana, 2010). Selain itu, kurang
istirahat/tidur pada ibu postpartum bisa berkembang menjadi insomnia
kronis, mengakibatkan rasa kantuk di siang hari, mengalami penurunan
kognitif, kelelahan, cepat marah serta mempunyai masalah dengan tidur
merupakan salah satu gejala postpartum blues (Dorheim, Bondevik,
Eberhard-Gran, & Bjorvatn, 2009).
Hasil : Ibu telah mengerti penjelasan yang diberikan dan ibu bersedia
mencukupi kebutuhan istirahatnya
7. Mendokumentasikan asuhan yang telah dilakukan
Rasionalisasi : Dokumentasi kebidanan memiliki implikasi dalam hukum.
Hal ini berarti apabila dokumen catatan asuhan kebidanan yang
diberikan kepada pasien diakui secara hukum maka dapat dijadikan buku
dalam persoalan hukum dalam persidangan. Informasi dalam dokumen
tersebut dapat memberikan catatan tentang asuhan yang diberikan
(Hidayat, 2008).
Hasil : Semua tindakan yang dilakukan telah didokumentasikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny.F umur 26 tahun P1A0
postpartum 1 hari di PMB Rony S . Maka penulis mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam melakukan asuhan pada Ny. F umur 26 tahun P1A0
postpartum 1 hari di PMB Rony S, penulis telah melaksanakan
pengkajian yang berupa data Subjektif dan Objektif.
2. Penulis dapat melakukan analisa data (Assesmet) yang terdiri dari
merumuskan diagnosa, mengkaji masalah dan kebutuhan.
a. Diagnosa dalam kasus ini yaitu Ny.F umur 26 tahun P1A0
postpartum 1 hari fisiologis
b. Masalah : Nyeri luka jahitan dan ASI belum lancar
c. Kebutuhan : Mobilisasi dini dan pijat oksitosin
3. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Ny. F umur 26 tahun P1A0
postpartum 1 hari, penulis telah memberikan penatalaksanaan sesuai
dengan masa postpartum 1 hari
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti mengenai penatalaksanan pada
ibu nifas hari pertama normal dan mahasiswa mampu menganalisa
keadaan pasien dan mengerti tindakan segera yang harus dilakukan.
2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lahan peraktek dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pelaksanan
Asuhan kebidanan pada ibu nifas sesuai dengan standar pelayanan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai sumber
referensi,bahan baca dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan
dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas 1 hari
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan kepada pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang
perubahan fisiologis masa nifas baik secara biologis dan psikologis,
masalah yang mungkin timbul dan asuhan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas Normal. Jakarta :
EGC
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2015.
Purwoastuti dan Walyani. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba medika.
Nama Mahasiswa :
Tempat Praktek : PMB Rony S
Periode : 21 Maret – 30 Juni 2022
Pembimbing Prodi :
3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktek sehari-hari?
Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita?
Ya.
Hasil dari penelitian yang dilakukan hasilnya adalah bahwa setelah
diberikan terapi pijat oksitosin pada kelompok perlakuan menghasilkan
rerata waktu pengeluaran ASI 5.15 jam lebih singkat dari rerata kelompok
kontrol 8.30 jam.
Apakah karakteristik pasien kita Hasil dapat diterapkan pada pasien
sangat berbeda dibandingkan pasien
pada penelitian sehingga hasilnya
tidak dapat diterapkan?
Apakah hasilnya mungkin Ya.
dikerjakan di tempat kerja kita?
Apa kemungkinan benefit dan harm dari terapi tersebut?
Metode I: f Risiko terhadap pasien kita, relatif
terhadap pasien pada penelitian
NNT/f = 1/0,5 = 2
D. Evaluasi Pembelajaran
Topik: Pembelajaran Praktik Kebidanan Fisiologis Holistik Kehamilan
Tanggal : 16 Juni 2022
Jenis pemeriksaan, dan lingkup tindakan/ asuhan :
Melakukan pengkajian, analisa data, perncanaan asuhan, implementasi
asuhan, evaluasi dan pendokumentasian dengan pendekatan holistic
Informasi/ keterampilan yang baru bagi saya :
Saya mendapatkan beberapa informasi baru dari berbagai sumber referensi
yang saya dapatkan dari pembelajaran klinis ini yang dapat diterapkan dalam
pemberian asuhan kebidanan. Seperti dalam membantu mengatasi mual dan
muntah pada ibu hamil dapat diberikan jahe hangat
Bagaimana hal ini bisa berguna?
Dalam topic pembelajaran ini diharapkan agar mampu menerapkan teori dan
prinsip kebidanan dalam memberikan asuhan, mampu melakukan pengkajian
dan pelaksanaan tindakan kebidanan berdasarkan pada teori yang sudah
diteliti sehingga mmemiliki dasar yang kuat agar dapat meningkatkan
kualitas asuhan kebidanan
Sesi pembelajaran ini membuat saya berfikir tentang :
Sesi pembelajaran ini membuat saya berfikir tentang menjadi seorang
pemberi asuhan kebidanan yang professional, kompeten dan mampu
menerapkan asuhan berdasarkan dari teori dan konsep kebidanan
Kontribusi saya dalam pembelajaran ini adalah :
Melakukan asuhan kebidanan fisiologis holistic kepada ibu hamil
berdasarkan dari teori dan konsep kebidanan serta sesuai dengan evidence
based
Pertanyaan yang diajukan selama sesi diskusi?
Format dalam pendokumentasian SOAP
Hari,
Hasil Bimbingan TTD Pembimbing
tanggal
JI-KES: Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 1, No. 1, Agustus 2017: Page 11-17
ISSN: 2579-7913
Dewi Umbarsari
Abstrak
Pemberian ASI Ekslusif di Indonesia menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 hanya
mencapai angka 30,2%, sementara itu target pemberian ASI ekslusif di Indonesia harus mencapai
80%. Penyebab rendahnya pemberian ASI Ekslusif adalah penurunan produksi ASI yang disebabkan
oleh kurangnya rangsangan hormone oksitosin dan prolactin. Pijat Oksitosin sangat membantu
dalam proses pengeluaran ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat oksitosin
terhadap pengeluaran ASI di RSIA Annisa tahun 2017.Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasy
Experiment dengan rancangan yang digunakan post test only design with control group. Penelitian
dilaksanakan selama 25 hari pada tanggal 4-28 April 2017 di RSIA Annisa Jambi. Populasi
penelitian adalah ibu post partum 3 jam. Teknik Pengambilan sampel dengan non probability
sampling dengan 12 responden kelompok perlakuan dan 12 responden kelompok kontrol. Hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa rerata waktu pengeluaran ASI kelompok perlakuan 5.15 jam
sedangkan rerata waktu pengeluaran ASI kelompok kontrol 8.30 jam. Hasil uji T-Test Independent
nilai p-value=0.006 yang berarti p<0.05 menyatakan ada pengaruh pijat oksitosin terhadap rerata
waktu pengeluaran ASI.Setiap petugas kesehatan khususnya Bidan hendaknya dapat mengaplikasikan
pijat oksitosin kepada ibu postpartum agar ibu dapat tetap memberikan ASI pada bayi segera setelah
lahir.
Abstract
According to the data of Health Researchin 2013 only 30,2%, while the target of exclusive
breastfeeding in Indonesia have to reach 80%. The low breastfeeding because decrease mother’s milk
production less by the luck of stimulation of the oxytocin and prolactin hormone. Massage oxytocin
very helpful in processing to get the milk.The purpose of research to determine the effect of oxytocin
massage to Breastfeeding in RSIA Annisa 2017. This type of research is quasy experiment with design
post test only control group design. The research was conducted 25 days on 4-28 April 2017 in RSIA
Annisa Jambi. The Population in this research was postpartum 3 hours. The sampling tecnik with non
probability sampling with 12 respondent group of treatment and 12 respondent group of the
control.The results of research can be concluded that treatment group meanbreastfeeding time 5:15
hours, while the control group mean breastfeeding time 8:30 hours. The test results independent T-
test p-value=0,006 which means p<0,05, the oxytocin messege effect on the everage time
breastfeeding.Midwife or public health have to apply massage oxytocin to the mother postpartum to
give breast milk on her baby after birth.
-11-
Dewi Umbarsari, Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI
Di RSIA ANNISA Tahun 2017
adanya peraturan yang ditetapkan WHO belakang, ibu akan merasa tenang, rileks,
tersebut, di Indonesia juga menerapkan meningkatkan ambang rasa nyeri dan
peraturan terkait pentingnya ASI Ekslusif mencintai bayinya, sehingga dengan begitu
dengan cara mengeluarkan Peraturan hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat
Pemerintah (PP) no 33/2012 tentang keluar (Endah, 2011).
Pemberian ASI Ekslusif. Peraturan ini Melalui pijatan atau rangsangan pada
menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui tulang belakang, neurotransmitter akan
bayinya sejak lahir sampai bayi berusia 6 merangsang medulla oblongata langsung
bulan (AIMI, 2014). mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise
Selain itu pentingnya ASI juga terlihat posterior untuk mengeluarkan oksitosin
pada acara dunia yaitu Pekan ASI sedunia sehingga menyebabkan payudara
Agustus 2008, The World Alliance For Breast mengeluarkan air susu. Dengan pijatan
Feeding Action (WABA) memilih tema didaerah tulang belakang ini juga akan
Mother Support: Going For the Gold. Makna merileksasi ketegangan dan menghilangkan
tema tersebut adalah suatu gerakan untuk stress dan dengan begitu hormon oksitosoin
mengajak semua orang meningkatkan keluar sehingga akan membantu pengeluaran
dukungan kepada ibu untuk memberikan bayi- ASI, dibantu dengan isapan bayi pada puting
bayi mereka makanan yang berstandar emas susu pada saat segera setelah bayi lahir dengan
yaitu ASI yang diberikan eksklusif selama 6 keadaan bayi normal (Perinasia, 2007).
bulan pertama dan melanjutkan ASI bersama Pijat oksitosin dilakukan pada ibu
makanan pendamping ASI lainnya yang sesuai setelah melahirkan untuk membantu kerja
sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih. hormon oksitosin dalam pengeluaran ASI,
ASI Eksklusif merupakan makanan mempercepat syaraf parasimpatis
pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang menyampaikan sinyal ke otak bagian belakang
bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai untuk merangsang kerja oksitosin dalam
zat gizi yang dibutuhkan dalam proses mengalirkan ASI agar keluar. Tindakan
pertumbuhan dan perkembangan bayi (Kodrat, massage dapat mempengaruhi hormone
2010). Khasiat ASI begitu besar seperti ASI prolactin yang berfungsi sebagai stimulus
dapat menurunkan risiko bayi mengidap produksi ASI pada ibu selama menyusui.
berbagai penyakit. Apabila bayi sakit akan Tindakan ini juga dapat membuat rileks pada
lebih cepat sembuh bila mendapatkan ASI. ibu dan melancarkan aliran syaraf serta saluran
ASI juga membantu pertumbuhan dan ASI pada kedua payudara (Khasanah, 2010).
perkembangan kecerdasan anak. Studi pedahuluan dilakukan di RSIA
Tidak sedikit ibu yang kecewa karena Annisa Jambi dengan wawancara kepada
ternyata ASI yang keluar tidak selancar seperti petugas kesehatan di ruang perawatan lantai II
yang diharapkan, para ibu lebih memilih untuk dan III. Studi Pendahuluan ini dilakukan pada
memberikan anak nya susu formula. bulan Maret 2017, didapatkan hasil bahwa
Pengeluaran hormon oksitosin selain bayi – bayi denganlahir normal dilakukan
dipengaruh oleh isapan bayi juga dipengaruhi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) lalu dibersihkan
oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus, atau dimandikan kemudian diberikan lagi
bila duktus melebar atau menjadi lunak maka kepada ibu postpartum untuk kemudian
secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh disusui. Ibu melahirkan dengan tindakan
hipofise yang berperan untuk memeras air susu Sectio Caesarea bayi diberikan ke ibunya
dari alveoli (Endah, 2011). setelah ibu pulih dan masuk ke ruang
Diperlukan adanya upaya perawatan.
mengeluarkan ASI untuk beberapa ibu Setelah beberapa jam bayi rawat
postpartum. Dalam upaya tersebut ada 2 hal gabung dengan ibunya diruang perawatan,
yang mempengaruhi yaitu produksi dan akhinya ibu postpartum mengembalikan
pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh bayinya ke ruang perinatologi dengan alasan
hormon prolaktin sedangkan pengeluaran bahwa bayi menangis dan ASI belum keluar
dipengaruhi oleh hormon oksitosin . Hormon dan ibu postpartum ingin istirahat karena
oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke merasa sakit pada luka perineum atau luka
puting susu melalui isapan mulut bayi atau bekas operasi Sectio Caesarea. Sebagian ibu
melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, postpartum dan keluarga menganggap bahwa
dengan dilakukan pijatan pada tulang untuk memberikan ASI payudaranya harus
-12-
Dewi Umbarsari, Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI
Di RSIA ANNISA Tahun 2017
ditunggu sampai penuh atau keras, agar Sampling Type dengan 12 responden
keluarnya kental dan banyak, sehingga banyak kelompok perlakuan dan 12 responden
ibu-ibu postpartum mengalami pembengkakan kelompok kontrol.Selanjutnya peneliti
pada payudara atau terjadi mastitis yang melakukan pijat oksitosin pada responden
diakibatkan terlambat memberikan ASI. Hal yang diberikan perlakuan 3 jam setelah
ini disebabkan oleh ketidaktahuan ibu melahirkan kemudian dilakukan pemijatan
postpartum atau keluarga tentang bagaimana selama 20 menit menggunakan baby oil pada
usaha-usaha untuk mengeluarkan ASI dan bagian leher dan bahu guna merilekskan tubuh
tidak adanya tenaga kesehatan yang memberi lalu dilanjutkan dari bagian pinggang belakang
bantuan pada ibu di saat ibu memerlukannya menyusuri tulang belakang sampai dengan
atau disebabkan layanan kesehatan dan sarana scapula membentuk huruf “V”, kemudian
yang ia terima dari petugas kesehatan tidak diukur waktu pengeluaran ASI menggunakan
mendukung proses menyusui. Jam.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Selanjutnya dilakukan observasi dan
mempelajari efektifitas pijat oksitosin terhadap pengukuran pada kedua kelompok yang
pengeluaranASI di RSIA Annisa Jambi. diberikan perlakuan serta yang tidak diberikan
perlakuan.Waktu pengeluaran ASI
2. METODE PENELITIAN dimasukkan kedalam lembar observasi.
Analisis data dengan univariat dan
Desain penelitian ini adalah quasi
bivariat untuk melihat efektifitas hubungan
eksperiment dengan rancangan One Group pre
antar variabel bebas (pijat oksitosin) dengan
and post test design yaitu observasi dilakukan
variabel terikat Pengeluaran ASI), uji
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada
statistikmenggunakan t-test dependent dengan
responden.
tingkat signifikan 0,05 (Notoadmojo, 2010).
Penelitian dilakukan di ruang
perawatan lantai II dan III RSIA Annisa Jambi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
tanggal 4-28 April 2017. Populasi dalam
penelitian ini adalah Ibu post partum 3 jam Berdasarkan penelitian yang dilakukan
yang diberikan perlakuan yaitu pijat oksitosin. peneliti di RSIA Annisa Kota Jambi pada
Sedangkan populasi kontrol dalam penelitian tanggal 4-28 April 2017 didapatkan hasil
ini adalah seluruh ibu postpartum yang tidak sebagai berikut:
diberi perlakuan pijat oksitosin.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara Non Probability Sampling-Purpossive
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Rerata Waktu Pengeluaran ASI Pada Ibu Postpartum
Kelompok Perlakuan Mean (Jam) Varians N
Pengeluaran ASI dengan dilakukan pijat
5.15 0,341 12
Oksitosin
Pengeluaran ASI yang tidak dilakukan pijat
8.30 5,477 12
Oksitosin
-13-
Dewi Umbarsari, Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI
Di RSIA ANNISA Tahun 2017
Berdasarkan hasil uji normalitas varians dengan tingkat kepercayaan 95% atau taraf
dengan menggunakan uji Shapiro Wilk, nilai signifikan α=0.05, apabila nilai p value <0.05
signifikan untuk kelompok perlakuan 0.380 berarti terdapat pengaruh yang signifikan
dan kelompok kontrol 0.127. Karena nilai antara variabel independen dan variabel
signifikan kedua kelompok lebih dari 0.05 dependen.
maka dapat dikatakan bahwa kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan berdistribusi
normal.
Analisis bivariat dilakukan dengan uji
T-Test Independent untuk membandingkan dua
kelompok mean dari dua sampel yang berbeda.
Prinsipnya ingin mengetahui apakah ada
perbedaan efektifitas mean antara dua sampel,
-14-
Dewi Umbarsari, Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI
Di RSIA ANNISA Tahun 2017
Tabel 3. Perbedaan Rerata Waktu Pengeluaran ASI Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Kontrol
Kelompok Mean (Jam) p-value N
Perlakuan 5.15 12
0.006
Kontrol 8.30 12
α=0.05
-15-
Dewi Umbarsari, Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI
Di RSIA ANNISA Tahun 2017
-16-
Dewi Umbarsari, Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI
Di RSIA ANNISA Tahun 2017
-17-