Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan atas Enhanced Recovery After Surgery


(ERAS)
Dimas Kusnugroho Bonardo Pardede
Rumah Sakit Umum Pusat Ratatotok – Buyat, Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, Indonesia

ABSTRAK
Pembedahan mayor dan beberapa protokol perawatan perioperatif konvensional dapat menyebabkan respons stres fisiologis dan deteriorasi
fungsi fisiologis pascabedah. Enhanced recovery after surgery (ERAS) merupakan perubahan paradigma perawatan perioperatif berupa pendekatan
multimodal, multidisiplin, berbasis bukti, dengan tujuan memperbaiki luaran klinis dan efisiensi perawatan perioperatif dengan mengurangi stres
pembedahan, mempertahankan fungsi fisiologis dan mempercepat proses pemulihan. Implementasi protokol ERAS bermanfaat mengurangi
morbiditas, komplikasi, durasi rawat, biaya rawat, dan mortalitas jangka panjang.

Kata kunci: Anestesi, ERAS, pembedahan

ABSTRACT
Major surgery and conventional perioperative care induce physiological stress response and postoperative functional deterioration. Enhanced
recovery after surgery (ERAS) is a paradigm shift in perioperative care involving a multimodal, multidisciplinary, evidence-based approach to
improve clinical outcomes and perioperative care efficiency by attenuating surgical stress, maintaining physiological function, and expedite
return to baseline. Implementation of ERAS protocols is beneficial in reducing morbidity, complications, length of stay, costs, and long-term
mortality. Dimas Kusnugroho Bonardo Pardede. Review on Enhanced Recovery After Surgery (ERAS)

Keywords: Anesthesia, ERAS, surgery

PENDAHULUAN nasogastrik, drain atau kateter, dan imobilisasi Pembedahan dan trauma menimbulkan
Lebih dari 234 juta prosedur pembedahan lama juga dapat berkontribusi terhadap respons metabolik, hormonal, hematologik,
mayor dilakukan di seluruh dunia setiap deteriorasi fungsi fisiologis pascabedah.4 dan imunologik kompleks dan mengaktivasi
tahunnya, morbiditas pascabedah mayor, sistem saraf simpatis. Stimulus awalnya
terutama bedah abdomen, masih tinggi.1 PATOFISIOLOGI STRES PEMBEDAHAN berasal dari sitokin proinflamasi terutama
Pembedahan kolorektal memiliki risiko Stres pembedahan adalah reaksi tubuh berupa interleukin (IL) – 6 dan tumor necrosis factor
morbiditas dan mortalitas lebih tinggi respons metabolik terhadap cedera dan (TNF) yang dilepaskan oleh leukosit dan sel
dibandingkan prosedur pembedahan mencakup semua elemen yang berhubungan endotel di lokasi cedera yang selanjutnya
lain.2 Secara umum mortalitas pascabedah dengan pembedahan seperti kecemasan, menghasilkan efek lokal dan sistemik. Serabut
kolorektal berkisar 1-16,4%, sedangkan puasa, kerusakan jaringan, perdarahan, saraf nosiseptif aferen (serabut A-delta
morbiditasnya mencapai 35%.2 hipotermia, perpindahan cairan, nyeri, dan C) mentransmisikan impuls nyeri dari
hipoksia, tirah baring, ileus, dan gangguan perifer ke sistem saraf pusat melalui traktus
Pembedahan mayor menyebabkan respons kognitif.3 Respons stres tersebut merupakan spinotalamikus.5
stres fisiologis yang berpotensi merugikan perubahan hormonal dan metabolisme yang
dan berdampak terhadap memanjangnya menyebabkan terjadinya respons hematologi, Sistem Saraf Simpatis
lama rawat serta meningkatnya morbiditas imunologi, dan endokrin yang besarnya Aktivasi sistem saraf simpatis akan mengaktivasi
pascabedah.3 Pasien sering meninggal bukan sebanding dengan luas cedera jaringan dan reseptor alfa dan beta adrenergik. Reseptor
akibat proses pembedahan di meja operasi diperberat oleh komplikasi pascabedah.3 alfa-1 menyebabkan vasokonstriksi perifer
melainkan akibat respons patofisiologis Makin luas luka pembedahan, manipulasi dan splanknik, glikogenolisis hepatik, dilatasi
terhadap pembedahan dan komplikasi organ dalam dan diseksi jaringan, maka pupil, dan relaksasi otot polos intestinal,
pascabedah.3 Beberapa protokol perawatan respons stresnya makin besar.3 Jika fenomena sedangkan alfa-2 berperan dalam agregasi
perioperatif konvensional seperti puasa ini tidak ditangani dapat meningkatkan trombosit, sedasi, dan penurunan produksi
berkepanjangan, penggunaan preparat morbiditas dan mortalitas.3 insulin. Aktivasi reseptor beta meningkatkan
pengosongan usus, penggunaan rutin pipa kontraktilitas dan laju jantung, vasodilatasi
Alamat Korespondensi email: pardede.dimas@gmail.com

CDK-286/ vol. 47 no. 5 th. 2020 333


TINJAUAN PUSTAKA

perifer, bronkodilatasi, sekresi renin, Kelemahan otot menghambat upaya batuk, factor, sitokin, serta kemokin yang memicu
dan lipolisis. Hasilnya adalah perubahan mobilisasi, dan proses penyapihan ventilator, aktivasi dan sensitisasi nosiseptor perifer
efek kardiovaskular berupa hipertensi sehingga meningkatkan morbiditas.3 serabut A-delta dan C (sensitisasi perifer)
dan takikardia. Sekresi renin mengubah terhadap stimulus mekanis (hiperalgesia
angiotensin 1 menjadi angiotensin 2 yang Perubahan Hematologi dan Imunologi primer). Pelepasan substansi proinflamasi
menyebabkan vasokonstriksi perifer dan Keseimbangan Cairan tersebut beserta substansi P dan calcitonin
sekresi aldosteron dari korteks adrenal, Disfungsi Usus gene-related peptide juga memicu sensitisasi
sehingga terjadi retensi garam dan air. Pembedahan abdomen mayor menyebabkan nosiseptor A-delta jaringan tidak cedera
Sekresi glukagon dari pankreas meningkatkan respons imuno-inflamasi disertai produksi di sekitarnya (hiperalgesia sekunder).
glikogenolisis di hepar dan otot, sehingga reactive oxygen species (ROS) di lokasi Stimulasi nosiseptor perifer berulang dan
meningkatkan konsentrasi glukosa dan laktat cedera yang secara langsung mencederai berkepanjangan di lokasi cedera dan jaringan
serta mobilisasi asam lemak bebas.5 sel. Pelepasan corticotropin-releasing tidak cedera sekitarnya menyebabkan
hormone (CRH) dari hipotalamus juga peningkatan aktivasi (firing) neuron di tingkat
Perubahan Metabolik dan Hormonal berinteraksi dengan komponen inflamasi dan cornu dorsalis medula spinalis termediasi
Metabolisme tubuh dikendalikan oleh menghambat fungsi usus. Proses tersebut aktivasi reseptor N-methyl-D-aspartate
interaksi hormon anabolik dan katabolik. menyebabkan gangguan permeabilitas (NMDA) (sensitisasi sentral). Secara klinis,
Cedera jaringan yang luas, termasuk vaskular yang jika disertai pemberian cairan bermanifestasi sebagai hiperalgesia, alodinia,
akibat pembedahan, akan mengganggu berlebih dapat menyebabkan kelebihan cairan, dan nyeri pascabedah persisten. Jalur inhibisi
homeostasis metabolik.3 Perubahan metabolik edema interstitial, sehingga menghambat simpatis desenden juga berperan penting
akibat respons stres melibatkan katabolisme pemulihan fungsi gastrointestinal dan pada tingkat medula spinalis dengan
protein dan lemak untuk menyediakan mengganggu penyembuhan anastomosis.3 memodulasi transmisi input nyeri.3
substrat energi. Protein dari otot skelet dan
gliserol dari pemecahan lemak digunakan Penyebab ileus pascabedah bersifat Respons terhadap nyeri berkontribusi
untuk glukoneogenesis di hepar. Asam lemak multifaktorial. Faktor risikonya antara lain terhadap aktivasi dan potensiasi respons stres
dimetabolisme menjadi badan keton sebagai pertambahan usia, jenis kelamin laki-laki, pembedahan. Aktivasi aksis hipotalamus-
sumber energi berbagai organ.5 hipoalbuminemia prabedah, pemakaian pituitari-adrenal (HPA) meningkatkan
opioid, pembedahan abdomen sebelumnya, kortisol, glukagon, dan katekolamin yang
Selama pembedahan, hipotalamus penyakit jalan napas dan vaskular sebelumnya, dapat menyebabkan resistensi insulin,
menstimulasi sekresi hormon pituitari seperti pembedahan berdurasi lama, pembedahan retensi urin, dan penurunan produksi urin.
adrenocorticotrophic hormone (ACTH) yang emergensi, kehilangan darah serta kelebihan Stimulasi simpatis dapat menyebabkan
merangsang sekresi kortisol dari korteks garam dan cairan. Kebanyakan faktor tersebut perubahan kardiovaskular, peningkatan
adrenal dan kadar keduanya tetap tinggi meningkatkan respons inflamasi dan edema kebutuhan oksigen, dan ileus paralitik. Nyeri
karena terjadi inhibisi mekanisme feedback serta berperan menurunkan kontraktilitas otot juga mengganggu mobilisasi, pergerakan
negatif. Kortisol bekerja pada banyak organ polos intestinal.3 otot pernapasan dan mekanisme batuk,
menyebabkan hiperglikemia, resistensi insulin, menyebabkan retensi sputum, sehingga
dan kerja mineralokortikoidnya meningkatkan Pembedahan dan anestesi berperan dalam meningkatkan risiko tromboemboli,
efek retensi garam dan air dari sistem saraf terjadinya mual-muntah pascabedah/ atelektasis, pneumonia, dan hipoksia. Semua
simpatis dan hormon antidiuretik.5 postoperative nausea and vomiting (PONV). respons terhadap nyeri tersebut akan
Distensi abdomen, manipulasi usus, kelebihan memperlambat proses pemulihan.3
Kadar growth hormone (GH) meningkat cairan intraselular, dan opioid menstimulasi
sebanding dengan derajat keparahan cedera reseptor perifer di usus dan sentral yang Disfungsi Kognitif
jaringan dan memberikan efek metabolik mengaktivasi pusat muntah di batang otak. Trauma pembedahan mencetuskan respons
melalui produksi insulin-like growth factor Faktor risiko spesifik PONV pada dewasa neuroinflamasi yang menyebabkan gangguan
(IGF) terutama IGF-1. Secara umum, GH antara lain jenis kelamin perempuan, riwayat kognisi baik bersifat sementara dan reversibel
memiliki efek protektif terhadap otot skelet PONV, atau motion sickness sebelumnya, maupun persisten. Gangguan dapat berupa
dengan menghambat katabolisme protein bukan perokok/status tidak merokok, dan postoperative delirium (POD) atau postoperative
dan meningkatkan perbaikan jaringan, namun pemakaian opioid secara liberal. Opioid cognitive dysfunction (POCD). Postoperative
efek anti-insulinnya menghambat ambilan dapat mengaktivasi reseptor opioid µ yang delirium (POD) ditandai dengan inatensi,
dan utilisasi glukosa sel. Selain itu, GH juga mengurangi motilitas gastrointestinal dan pikiran tidak terorganisir, dan perubahan
menstimulasi glikogenolisis hepar.5 memperlambat pengosongan lambung.3 tingkat kesadaran, sedangkan POCD ditandai
dengan defisit atensi, konsentrasi, fungsi
Katabolisme protein berlebihan menyebabkan Nyeri eksekutif, memori verbal, abstraksi visuospatial,
massa jaringan tubuh, khususnya jaringan non- Luka dan manipulasi jaringan akibat dan kecepatan psikomotor.3
lemak, berkurang sehingga memperlambat pembedahan menyebabkan pelepasan
penyembuhan luka, mengganggu fungsi berbagai mediator kimia intraselular seperti Mekanisme yang mendasarinya diduga
imun dan menyebabkan kelemahan otot. adenosin, prostanoid, bradikinin, nerve growth karena proses inflamasi yang ditandai dengan

334 CDK-286/ vol. 47 no. 5 th. 2020


TINJAUAN PUSTAKA

peningkatan signifikan sitokin proinflamasi pada tahun 1990-an.7 Menurut Kehlet, penting untuk dikerjakan. Penilaian risiko
di sirkulasi sistemik dan sistem saraf pusat. beberapa prosedur perioperatif pembedahan prabedah dapat menggunakan berbagai
Faktor predisposisi POCD antara lain usia usus besar selama bertahun-tahun tidak alat penilaian risiko dan memiliki tingkat
lanjut, sindrom metabolik, tingkat pendidikan, dikonfirmasi secara ilmiah, sehingga perlu rekomendasi kuat walaupun kualitas buktinya
demensia vaskular, dan gangguan defisit diganti dengan rekomendasi baru.8 Kelompok (akurasi dan dampak luaran klinis) rendah.10
atensi. Gangguan tidur, analgesia inadekuat, yang kemudian dikenal sebagai ERAS Society Merokok harus dihentikan setidaknya 4-8
dan obat anestesi, seperti benzodiazepine, bekerja sama mengembangkan ERAS dengan minggu sebelum pembedahan untuk
dapat memperberat POCD.3 cara menguji protokol, mempublikasikan menurunkan komplikasi respirasi dan
luaran berbagai perawatan perioperatif, penyembuhan luka, sedangkan konsumsi
Penurunan Kondisi Pascabedah mengadakan simposium, mengembangkan alkohol dihentikan selama empat minggu
Tirah baring bertujuan mencegah dehisensi model implementasi praktik perioperatif sebelum pembedahan untuk menurunkan
dan infeksi luka operasi serta mempercepat terbaik (best perioperative practices), dan risiko infeksi pascabedah.10
proses penyembuhan. Namun demikian, tirah melibatkan partisipasi pemerintah sehingga
baring berkepanjangan dapat menyebabkan konsep ERAS dapat dikenal luas.6 3. Prehabilitasi
komplikasi seperti atrofi dan kelemahan otot, Status fisik prabedah yang buruk merupakan
osteoporosis, penurunan sensitivitas insulin, Pada awalnya protokol ERAS dikembangkan faktor risiko komplikasi pascabedah dan
tromboemboli, disfungsi mikrovaskular, untuk pembedahan kolorektal, namun disabilitas berkepanjangan.10 Prehabilitasi
atelektasis, dan ulkus dekubitus. Penurunan selanjutnya berkembang ke berbagai adalah sebuah proses dalam rangkaian
sensitivitas insulin dapat dideteksi setelah tirah pembedahan lainnya. Hingga saat ini ERAS perawatan yang berlangsung antara saat
baring selama tiga hari, bahkan inaktivitas fisik Society telah mempublikasikan berbagai diagnosis hingga awal tatalaksana akut
selama satu hari saja juga dapat mengurangi pedoman dan rekomendasi antara lain (pembedahan, kemoterapi, radioterapi),
sensitivitas insulin.3 untuk pembedahan kolorektal, esofagus, meliputi penilaian fisik, nutrisi, psikologis
gastrointestinal, pankreas, hepar, kardiotorasik, untuk menentukan tingkat fungsional dasar,
Postoperative fatigue (POF) merupakan kondisi sistektomi radikal, ginekologi, kanker mengidentifikasi gangguan, dan melakukan
kelelahan dan kurangnya konsentrasi yang kepala leher dengan rekonstruksi free flap, intervensi yang bertujuan memperbaiki
memengaruhi kualitas hidup pasien; dapat rekonstruksi payudara dan bariatrik.9 kesehatan fisik dan psikologis dalam rangka
terjadi hingga beberapa minggu setelah menurunkan kejadian dan/atau keparahan
pembedahan. Tanda objektif lain meliputi KOMPONEN ERAS gangguan di masa depan. Prehabilitasi
peningkatan laju jantung saat latihan, Komponen protokol ERAS dikelompokkan memberikan dampak positif terhadap
peningkatan produksi sitokin proinflamasi, ke dalam empat tahapan, yaitu: praadmisi, pemulihan kapasitas fungsional dan dapat
penurunan usaha kardiorespirasi, penurunan prabedah, intrabedah, pascabedah, dan diberi menurunkan komplikasi pascabedah.10
berat badan, kelemahan otot, dan anoreksia. nomor sesuai urutannya dalam praktik klinis.10
Kecemasan prabedah dan kanker dilaporkan Rekomendasi berikut merupakan pedoman 4. Asuhan nutrisi pra-bedah
juga berperan terhadap terjadinya POF.3 untuk pembedahan kolorektal, namun Malnutrisi prabedah berkaitan dengan
prinsipnya dapat diaplikasikan dan telah meningkatnya morbiditas dan mortalitas
ENHANCED RECOVERY AFTER SURGERY dikembangkan juga menjadi pedoman untuk pascabedah serta luaran onkologik yang
(ERAS) pembedahan lainnya. buruk pada pembedahan kanker saluran
Enhanced recovery after surgery merupakan cerna.11 Penilaian/skrining nutrisi rutin
sebuah perubahan paradigma perawatan Praadmisi prabedah penting untuk deteksi dan koreksi
perioperatif berupa pendekatan multimodal, 1. Informasi, edukasi, dan konseling pra- malnutrisi. Pasien malnutrisi sebaiknya
multidisiplin, dan berbasis bukti dengan admisi mendapat suplementasi nutrisi (disarankan
tujuan memperbaiki luaran klinis dan Pasien dan keluarga/pendampingnya pemberian per oral) selama setidaknya
efisiensi perawatan perioperatif.6 Berbeda diberikan kesempatan untuk bertemu 7-10 hari sebelum pembedahan untuk
dari perawatan perioperatif konvensional, dengan tim multidisiplin, terdiri dari dokter menurunkan risiko komplikasi infeksi dan
ERAS lebih menekankan proses perawatan bedah, dokter anestesi, perawat, dan kebocoran anastomosis.10
yang terdiri dari berbagai intervensi yang petugas kesehatan terkait lainnya. Pemberian
dapat mengurangi stres pembedahan, informasi, edukasi, dan konseling praadmisi 5. Manajemen anemia
mempertahankan fungsi fisiologis, dan oleh masing-masing anggota tim bertujuan Anemia sering dijumpai dan pasien bedah
mempercepat proses pemulihan ke kondisi untuk mengurangi kecemasan praanestesi kolorektal umumnya mengalami defisiensi
semula. Pencegahan stres dan upaya dan prabedah serta nyeri pascabedah besi akibat kehilangan darah atau inflamasi
meminimalisir respons stres merupakan sebagai dampaknya, meningkatkan kesiapan kronis.10 American Society of Anaesthesiologists
mekanisme utama dan dasar konsep ERAS.3 dan kepuasan pasien, serta memperbaiki merekomendasikan untuk mempertahankan
pengalaman pembedahan.10 kadar hemoglobin 6-10 g/dL selama
Konsep protokol ERAS yang bertujuan periode perioperatif yang diindividualisasi
memperbaiki luaran pembedahan dipelopori 2. Optimisasi prabedah berdasarkan komorbiditas pasien dan jenis
oleh Henrik Kehlet, dokter bedah asal Denmark Penilaian risiko dan optimisasi prabedah pembedahannya. Pada pasien dengan

CDK-286/ vol. 47 no. 5 th. 2020 335


TINJAUAN PUSTAKA

gangguan jantung, ginjal dan paru, target mekanis/mechanical bowel preparation (MBP) opioid, dan menghindari benzodiazepin
hemoglobin >8 g/dL disarankan untuk oral.10 Disinfeksi kulit sebaiknya menggunakan direkomendasikan karena dapat
menghindari komplikasi.12 Pemberian preparat berbasis klorheksidin-alkohol.10 mempercepat proses pulih sadar dengan efek
preparat besi intravena terbaru memiliki risiko Upaya dekontaminasi kulit lanjut seperti residu minimal.10 Pemantauan fungsi serebral
kejadian efek samping yang rendah dan lebih mandi antiseptik, pencukuran rambut rutin, direkomendasikan untuk menurunkan risiko
efektif dibandingkan preparat besi oral dalam dan pemakaian duk adesif/adhesive incise awareness intraanestesi dan menghindari
memperbaiki kadar hemoglobin pada anemia drape tidak didukung bukti yang cukup.10 overdosis anestesi pada pasien lansia,
defisiensi besi dan anemia penyakit kronis. sehingga menurunkan risiko POD dan POCD.10
Transfusi darah memiliki risiko komplikasi dan 4. Preparat pengosongan usus Nitrous oxide (N2O) sebaiknya dihindari
dampak jangka panjang terhadap kesintasan Tujuan MBP adalah untuk menurunkan jumlah karena mengganggu motilitas usus dan
pasien kanker kolorektal, sehingga sedapat koloni bakteri di kolon dan risiko komplikasi meningkatkan risiko PONV.10 Pemantauan
mungkin dihindari.10 infeksi akibat kontaminasi isi usus.15 Namun, derajat blokade neuromuskular dan reversal
ternyata MBP berkontribusi menyebabkan blokade neuromuskular komplit di akhir
Prabedah dehidrasi prabedah, meningkatkan kebutuhan anestesi penting untuk mencegah efek residu
1. Pencegahan mual-muntah cairan intravena perioperatif, menyebabkan paralisis akibat dosis kumulatif pelumpuh
Postoperative nausea and vomiting dapat rasa tidak nyaman tanpa adanya manfaat otot dan menurunkan risiko komplikasi paru
menyebabkan dehidrasi, gangguan asupan klinis.15,16 Oleh karenanya, penggunaan pascabedah.10
nutrisi, pemasangan pipa nasogastrik, MBP secara rutin pada pembedahan kolon
pemanjangan durasi rawat, dan peningkatan sebaiknya dihindari, sedangkan pada 2. Terapi cairan dan elektrolit intrabedah
biaya rawat.10 Pendekatan multimodal pembedahan rektal secara selektif masih Tujuan terapi cairan perioperatif adalah untuk
profilaksis PONV harus dipertimbangkan pada dapat bermanfaat.10 Penggunaan MBP mempertahankan homeostasis dengan
semua pasien. Pasien yang memiliki 1-2 faktor dikombinasi dengan antibiotik oral lebih baik mencegah kelebihan cairan dan hipoperfusi
risiko idealnya memerlukan kombinasi dua dan direkomendasikan daripada MBP saja.10 organ. Kelebihan cairan yang menyebabkan
obat profilaksis, sedangkan pasien dengan kenaikan berat badan perioperatif lebih dari
≥2 faktor risiko sebaiknya mendapatkan 2-3 5. Terapi cairan dan elektrolit prabedah 2,5 kg dihindari dan balans cairan perioperatif
macam antiemetik. Jika PONV tetap terjadi, Setibanya di kamar bedah, pasien harus diupayakan mendekati nol. Goal-directed
terapi dengan pendekatan multimodal sedapat mungkin berada dalam kondisi fluid therapy (GDFT) sebaiknya diterapkan
menggunakan obat jenis yang berbeda.10 euvolemia; kelebihan ataupun defisit cairan terutama pada pasien berisiko tinggi dan yang
dan elektrolit prabedah harus dikoreksi. Defisit menjalani pembedahan dengan kehilangan
2. Medikasi pra-anestesi cairan dan elektrolit prabedah dapat dicegah cairan intravaskular yang besar (kehilangan
Distres psikologis (kecemasan pra- dan dengan menghindari puasa prabedah darah dan perpindahan cairan/protein).
pascabedah) dapat meningkatkan kebutuhan berkepanjangan, memberikan cairan jernih Inotrop dipertimbangkan pada pasien dengan
analgesia perioperatif dan kejadian komplikasi (termasuk minuman karbohidrat) hingga kontraktilitas jantung buruk (cardiac index <2,5
pascabedah.13,14 Edukasi prabedah dapat 2 jam sebelum induksi dan menghindari liter/menit).10
mengurangi kecemasan pasien tanpa penggunaan MBP.10
medikasi ansiolitik. Ansiolisis farmakologik 3. Pencegahan hipotermia intrabedah
sebelum pembedahan menggunakan 6. Puasa prabedah dan loading karbohidrat Anestesi umum dan neuraksial mengganggu
sedativa kerja panjang ataupun pendek Pasien sebaiknya diizinkan makan hingga 6 jam termoregulasi dengan menghambat
terutama benzodiazepin pada pasien lansia dan minum cairan jernih termasuk minuman vasokonstriksi dan upaya menggigil,
sebaiknya dihindari.10 Kombinasi parasetamol, karbohidrat hingga 2 jam sebelum induksi menyebabkan redistribusi suhu dari pusat
obat antiinflamasi non-steroid (OAINS), dan anestesi.10 Pemberian minuman karbohidrat ke perifer, sehingga kehilangan panas lebih
gabapentinoid dapat digunakan sebagai kompleks (maltodekstrin) prabedah dapat banyak daripada produksi panas. Pemantauan
medikasi pra-anestesi untuk mengurangi mengurangi respons katabolik akibat suhu yang reliabel harus dilakukan dan
kebutuhan opioid yang dosisnya harus puasa dan pembedahan, mengurangi upaya menghangatkan pasien secara
disesuaikan berdasarkan usia dan fungsi resistensi insulin, menurunkan pemecahan aktif untuk mencegah hipotermia dapat
ginjal.10 Pemberian gabapentinoid sebaiknya protein dan mampu mempertahankan dilakukan dengan berbagai metode seperti
dengan dosis serendah mungkin dan tunggal kekuatan dan massa otot lebih baik. Pasien penghangatan dan humidifikasi gas anestesi,
untuk mencegah efek samping sedasi.10 dengan gangguan pengosongan lambung penggunaan cairan irigasi dan intravena yang
dan pasien emergensi sebaiknya tetap hangat serta forced air warming blankets.10
3. Antibiotik profilaksis dan disinfeksi kulit dipuasakan semalaman atau 6 jam sebelum
Profilaksis antibiotik intravena dosis tunggal pembedahan.10 4. Akses bedah (pembedahan invasif
diberikan dalam rentang 60 menit sebelum minimal)
insisi untuk semua pasien yang menjalani Intrabedah Tujuan utama pembedahan invasif minimal
pembedahan kolorektal.10 Profilaksis antibiotik 1. Protokol anestesi baku adalah meminimalisir cedera jaringan
oral juga sebaiknya diberikan pada pasien Penggunaan obat anestesi umum kerja akibat pembedahan. Dengan mengurangi
yang mendapat preparat pengosongan usus singkat, upaya mengurangi kebutuhan cedera/kerusakan jaringan maka aktivasi

336 CDK-286/ vol. 47 no. 5 th. 2020


TINJAUAN PUSTAKA

respons neurohormonal dan pelepasan anestesi/analgesia spinal dengan opioid 5. Drainase urin
sitokin proinflamasi juga berkurang.3 dosis rendah direkomendasikan sebagai Pemasangan kateter untuk drainase urin
Pembedahan invasif minimal memiliki pilihan tambahan anestesi umum karena selama dan setelah pembedahan bertujuan
beberapa keuntungan seperti pemulihan memiliki efek menurunkan stres dan konsumsi untuk pencegahan retensi urin dan
yang cepat, menurunnya komplikasi terkait opioid serta memfasilitasi pemulihan lebih pemantauan produksi urin, namun durasinya
luka operasi, adhesi, dan komplikasi secara cepat. Infus lidokain dosis 1,5-3 mg/kg/jam harus dibatasi untuk menurunkan risiko
keseluruhan. Pembedahan invasif minimal juga bermanfaat mengurangi konsumsi infeksi saluran kemih. Durasi kateterisasi rutin
juga memungkinkan keberhasilan komponen opioid, namun diperlukan pemantauan transurethral yang direkomendasikan adalah
ERAS lainnya seperti analgesia hemat opioid elektrokardiogram kontinyu dan gejala selama 1-3 hari pascabedah. Durasi tersebut
dan terapi cairan optimal.10 toksisitas anestetik lokal.10 Anestesi lokal diindividualisasi berdasarkan faktor risiko
dinding abdomen dengan blok TAP kini retensi urin berikut: jenis kelamin laki-laki,
5. Drainase rongga peritoneum dan pelvis banyak digunakan dan direkomendasikan analgesia epidural, dan pembedahan pelvis.
Penggunaan drain pada rongga peritoneum untuk pembedahan, khususnya laparoskopi, Pada pasien dengan risiko rendah sebaiknya
atau pelvis setelah pembedahan kolorektal karena selain mengurangi konsumsi opioid kateter secara rutin dilepas pada hari pertama
bertujuan untuk mengevakuasi atau juga mempercepat pemulihan.10 pascabedah, sedangkan pada risiko sedang-
mencegah akumulasi darah dan cairan serosa tinggi, kateter dapat dipertahankan hingga
serta mencegah atau mendeteksi kebocoran 3. Tromboprofilaksis tiga hari.10
anastomosis. Namun, drain peritoneal dan Perawatan perioperatif pembedahan
pelvis tidak mempengaruhi luaran klinis dan kolorektal secara tradisional tanpa 6. Pencegahan ileus pascabedah
sebaiknya tidak rutin digunakan.10 tromboprofilaksis memiliki risiko kejadian Ileus pascabedah berkepanjangan
trombosis vena dalam asimtomatik sebesar berkontribusi menyebabkan
Pascabedah 30%.19 Oleh karenanya, pasien yang menjalani ketidaknyamanan pasien, pemanjangan
1. Intubasi nasogastrik pembedahan kolorektal mayor sebaiknya durasi rawat, dan peningkatan biaya rawat.
Pemasangan pipa nasogastrik bertujuan mendapatkan tromboprofilaksis mekanis Pendekatan multimodal untuk meminimalisir
untuk mengurangi distensi lambung dan dengan stoking kompresi yang sesuai risiko terjadinya ileus pascabedah antara lain
muntah, namun bukti terkini17,18 menunjukkan dan/atau kompresi pneumatik intermiten dengan membatasi penggunaan opioid
bahwa pemasangan pipa nasogastrik hingga dapat rawat jalan dan mendapat dengan teknik anestesi dan analgesia
rutin tidak memiliki dampak positif, justru profilaksis farmakologis dengan low molecular multimodal, menggunakan teknik bedah
menyebabkan dampak negatif. Kejadian weight heparin sekali sehari selama 28 hari invasif minimal, menghindari pemasangan
faringolaringitis, infeksi saluran napas, pascabedah.10 pipa nasogastrik rutin, dan menerapkan GDFT.
komplikasi paru, lebih jarang terjadi dan fungsi Antagonis reseptor opioid µ (alvimopan),
usus lebih cepat pulih jika pemasangan pipa 4. Terapi cairan dan elektrolit pascabedah permen karet, bisakodil, magnesium oksida,
nasogastrik dihindari.17,18 Oleh karenanya, Balans cairan dan elektrolit sebaiknya daikenchuto (obat herbal tradisional Jepang),
pemasangan pipa nasogastrik rutin sebaiknya diupayakan mendekati nol. Cairan kristaloid dan kopi memiliki indikasi manfaat dalam
dihindari kecuali untuk mengevakuasi udara hipotonis lebih dipilih untuk keperluan mengurangi durasi ileus.10
yang masuk ke dalam lambung akibat rumatan daripada cairan kristaloid isotonis
ventilasi sungkup sebelum proses intubasi 7. Pengendalian gula darah pascabedah
yang mengandung natrium dan kation
endotrakeal. Jika pipa nasogastrik dipasang Hiperglikemia akibat resistensi insulin
konsentrasi tinggi. Untuk penggantian
selama pembedahan maka sebaiknya dilepas merupakan faktor risiko terjadinya
kehilangan cairan, larutan garam fisiologis
sebelum akhir anestesi.10 komplikasi pascabedah. Beberapa intervensi
(NaCl 0,9%) dan larutan berbasis garam lainnya
untuk mencegah resistensi insulin dan
dihindari dan sebaiknya menggunakan
2. Analgesia pascabedah mengendalikan gula darah antara lain
larutan seimbang/balanced solutions. NaCl
Pengendalian nyeri yang adekuat sangat pemberian karbohidrat oral pra-bedah,
0,9% volume besar dapat menyebabkan
penting dalam protokol ERAS. Kuncinya adalah pembedahan laparoskopi, dan analgesia
asidosis hiperkloremia, overload cairan
dengan menghindari opioid dan menerapkan epidural torasik. Insulin sebaiknya digunakan
interstitial, gangguan hemodinamik ginjal,
analgesia multimodal dikombinasi dengan untuk mengendalikan kadar gula darah pasien
dan penurunan ekskresi natrium dan air akibat
analgesia spinal/epidural atau blok rawat inap sesuai indikasi dan ketersediaan
penurunan aliran darah ginjal dan laju filtrasi
transversus abdominis plane (TAP).10 Analgesia fasilitas pemantauan ruang rawat agar
glomerulus. Kandungan klorida yang tinggi
epidural dapat menurunkan respons neuro- terhindar dari risiko hipoglikemia.10
juga dapat mengganggu ginjal pada pasien
endokrin dan katabolik akibat pembedahan. yang menjalani pembedahan, sakit kritis, dan
Analgesia epidural torasik menggunakan 8. Asuhan nutrisi pascabedah
sindrom inflamasi sistemik. Hipotensi akibat
anestetik lokal dan opioid dosis rendah Keterlambatan mulai diet oral pascabedah
pemberian analgesia epidural ditangani
direkomendasikan pada bedah kolorektal mayor dapat meningkatkan kejadian infeksi
dengan vasopresor setelah memastikan
terbuka untuk meminimalisir respons stres dan memperlambat pemulihan. Makanan
kondisi pasien normovolemia.10
metabolik dan sebagai modalitas analgesia dan suplemen nutrisi oral sebaiknya diberikan
pascabedah.10 Untuk bedah laparoskopi, sedini mungkin setelah pembedahan.

CDK-286/ vol. 47 no. 5 th. 2020 337


TINJAUAN PUSTAKA

Pemberian diet oral dini dapat dimulai terhadap protokol pra- dan intrabedah ERAS dasar proses penyempurnaan program.4
empat jam pascabedah pada pasien dengan sebesar ≥70% menurunkan mortalitas 5 tahun
pembedahan anastomosis kolorektal non- pasien sebesar 42% jika dibandingkan dengan Implementasi protokol baru pada praktik
diversi. Stres pembedahan dapat mengurangi kepatuhan <70%.25 sehari-hari umumnya sulit dan memerlukan
kadar arginin hingga mengganggu fungsi waktu yang cukup lama, sehingga dukungan
sel T dan penyembuhan luka. Pemberian Implementasi dan Kendala berbagai pihak sangat diperlukan untuk proses
imunonutrisi perioperatif (arginin, asam Implementasi ERAS pada tingkat institusi percepatannya. Kendala implementasi ERAS
lemak omega 3, ribonukleotida) untuk pasien memerlukan pembentukan tim multidisiplin antara lain penolakan terhadap perubahan,
malnutrisi bermanfaat menurunan komplikasi yang terdiri dari perwakilan bagian bedah, kekurangan waktu dan staf, serta kurangnya
infeksi pada pembedahan kanker kolorektal.10 anestesi, dan keperawatan sebagai tim inti. komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi
Anggota lainnya yang juga penting dilibatkan lintas departemen. Tidak adanya edukasi
9. Mobilisasi dini antara lain ahli gizi, dokter (berbagai spesialisasi berkelanjutan dan audit juga menyebabkan
Tirah baring berkepanjangan dapat bidang lain), fisioterapis, serta pekerja sosial kepatuhan implementasi protokol ERAS
meningkatkan risiko komplikasi paru, dan keanggotaan dapat diperluas dengan berkurang dan sulit dicapai.6
kelemahan otot skelet, komplikasi melibatkan staf dari spesialiasi/cabang lain
tromboemboli, dan resistensi insulin.20 yang ikut terlibat dalam perawatan pasien.4 Faktor yang menentukan keberhasilan
Oleh karenanya, pasien harus diedukasi implementasi ERAS antara lain kemauan
dan didorong untuk segera mobilisasi Tim multidisiplin tersebut bertugas meninjau berubah ke paradigma ERAS, pembentukan
pascabedah.10 literatur yang ada, mengkomunikasikan tim multidisiplin, peningkatan komunikasi
peran spesialisasinya masing-masing, dan dan kolaborasi, dukungan manajemen rumah
Manfaat ERAS memformulasikan program ERAS untuk sakit, standarisasi proses perawatan, serta
Implementasi protokol ERAS dapat diimplementasikan sesuai dengan situasi dan adanya audit. Kepemimpinan dan promotor
mengurangi morbiditas, komplikasi, dan lama kemampuan institusi setempat. Hal yang juga setempat yang baik juga merupakan faktor
perawatan di rumah sakit. Meta-analisis oleh penting dalam implementasi ERAS adalah keberhasilan yang penting.6
Greco, dkk.21 yang menilai dampak ERAS pada adanya feedback dan audit yang menjadi
pembedahan kolorektal melaporkan bahwa
Tabel. Pedoman perawatan perioperatif untuk pembedahan kolorektal elektif rekomendasi ERAS Society10
protokol ERAS dapat menurunkan morbiditas
(rasio risiko [RR] = 0,60; interval kepercayaan No Komponen ERAS Kualitas Bukti Rekomendasi
[IK] 95% 0,46-0,76), komplikasi nonsurgikal Pra-admisi
(RR = 0,40; IK 95% 0,27-0,61), komplikasi 1 Informasi, edukasi, konseling pra-admisi Sedang Kuat
surgikal (RR = 0,76; IK 95% 0,54-1,08), dan 2 Optimisasi pra-bedah Rendah Kuat
mempersingkat lama rawat (selisih rerata 3 Pre-habilitasi Rendah Lemah
terbobot = -2,28 hari; IK 95% -3,09 hingga 4 Asuhan nutrisi pra-bedah Sedang Kuat

-1,47) tanpa meningkatkan angka readmisi. 5 Skrining dan tatalaksana anemia Tinggi Kuat
Pra-bedah
6 Pencegahan PONV Tinggi Kuat
Berkurangnya morbiditas, komplikasi, dan
7 Premedikasi selektif Sedang Kuat
lama rawat tentunya juga akan menurunkan 8 Antibiotik profilaksis intravena dan disinfeksi kulit dengan Tinggi Kuat
biaya perawatan. Penelitian Thiele, dkk.22 klorheksidin-alkohol
melaporkan bahwa protokol ERAS dapat 9 Hindari MBP rutin Tinggi Kuat
menghemat biaya rawat sebesar $7129 10 Terapi cairan pra-bedah dengan target euvolemia Sedang Kuat
per pasien yang menjalani pembedahan 11 Hindari puasa terlalu lama; pemberian minuman karbohidrat Tinggi Kuat
Intrabedah
kolorektal, sedangkan Nelson, dkk.23
12 Protokol anestesi baku (anestetik kerja singkat) Rendah Kuat
melaporkan penghematan sebesar $2806
13 Terapi cairan intrabedah normovolemia (balans cairan perioperatif Tinggi Kuat
hingga $5898 per pasiennya. mendekati nol)
14 Normotermia Tinggi Kuat
Protokol ERAS juga bermanfaat menurunkan 15 Bedah invasif minimal Tinggi Kuat
mortalitas jangka panjang. Sebuah penelitian 16 Hindari drain pelvis dan peritoneum rutin Tinggi Kuat
observasional melibatkan 4500 pasien Pasca-bedah

yang menjalani prosedur total hip and knee 17 Hindari pipa nasogastrik rutin Tinggi Kuat
18 Analgesia multimodal hemat opioid Sedang Kuat
replacement melaporkan bahwa mortalitas 2
19 Tromboprofilaksis Tinggi Kuat
tahun pasien yang menjalani protokol ERAS
20 Terapi cairan normovolemia (balans cairan mendekati nol) Tinggi Kuat
lebih rendah dibandingkan yang menjalani 21 Kateterisasi urin 1-3 hari pasca-bedah Tinggi Kuat
protokol tradisional (2,7% vs 3,8%; p=0,05).24 22 Pencegahan ileus pasca-bedah Tinggi Kuat
Penelitian kohort retrospektif terhadap 911 23 Pencegahan hiperglikemia Sedang Kuat
pasien yang menjalani pembedahan kanker 24 Asuhan nutrisi pasca-bedah per oral Sedang Kuat
kolorektal menunjukkan bahwa kepatuhan 25 Mobilisasi dini Sedang Kuat

338 CDK-286/ vol. 47 no. 5 th. 2020


TINJAUAN PUSTAKA

Konsistensi dan kepatuhan terhadap protokol semakin luasnya jaringan rumah sakit konvensional menyebabkan terjadinya respons
ERAS menjadi penting karena seringkali sulit yang berkontribusi terhadap proses audit, stres pembedahan dan deteriorasi fungsi
dicapai dan dipertahankan, sehingga perlu evaluasi kepatuhan pascaimplementasi, fisiologis pascabedah yang dapat memberikan
dikembangkan program implementasi yang dan program perbaikannya dapat dilakukan efek merugikan dan meningkatkan morbiditas
menekankan kepatuhan. Salah satu tujuan lebih baik. Edukasi penyegar dan pengkinian pascabedah. Implementasi protokol ERAS
penting ERAS Society adalah pembangunan pengetahuan juga merupakan faktor yang dapat mengurangi stres pembedahan
jaringan rumah sakit di seluruh dunia yang penting untuk mempertahankan kepatuhan.6 dan mempertahankan fungsi fisiologis
melakukan audit dengan alat audit yang pascabedah, sehingga mempercepat proses
konsisten, memfasilitasi penelitian, dan SIMPULAN pemulihan serta berdampak positif terhadap
pengembangan protokol baru. Dengan Pembedahan dan perawatan perioperatif luaran pascabedah.

REFERENSI
1. Feldheiser A, Aziz O, Baldini G, Cox BPBW, Fearon KCH, Feldman LS, et al. Enhanced recovery after surgery (ERAS) for gastrointestinal surgery. Part 2: Consensus
statement for anaesthesia practice. Acta Anaesthesiol Scand. 2016;60:289–334.
2. Ripollés-Melchor J, Fuenmayor-Varela ML, Camargo SC, Fernández PJ, Barrio ÁCD, Martínez-Hurtado E, et al. Enhanced recovery after surgery protocol versus
conventional perioperative care in colorectal surgery. A single center cohort study. Rev Bras Anestesiol. 2018;68:358–68.
3. Scott MJ, Baldini G, Fearon KCH, Feldheiser A, Feldman LS, Gan TJ, et al. Enhanced recovery after surgery (ERAS) for gastrointestinal surgery. Part 1: Pathophysiological
considerations. Acta Anaesthesiol Scand. 2015;59:1212–31.
4. Nanavati AJ, Prabhakar S. Enhanced recovery after surgery: If you are not implementing it, why not? Nutrition issues in Gastroenterology, Series #151. Pract
Gastroenterol. 2016;151:46-56
5. Matthews C. Enhanced recovery after surgery (ERAS) anaesthesia tutorial of the week 204. World Federation of Societies of Anaesthesiologists [Internet]. 2010 [cited
2019 Jun 2]. Available from: https://www.frca.co.uk/.
6. Ljungqvist O, Scott M, Fearon KC. Enhanced recovery after surgery: A review. JAMA Surg. 2017;152: 292-8.
7. Horosz B, Nawrocka K, Malec-Milewska M. Anaesthetic perioperative management according to the ERAS protocol. Anaesthesiol Intensive Ther. 2016;48:49-54.
8. Kehlet H, Wilmore DW. Multimodal strategies to improve surgical outcome. Am J Surg. 2002;183:630–41.
9. Moningi S, Patki A, Padhy N, Ramachandran G. Enhanced recovery after surgery : An anesthesiologist’s perspective. J Anaesthesiol Clin Pharmacol. 2019;35:5-13.
10. Gustafsson UO, Scott MJ, Hubner M, Nygren J, Demartines N, Francis N, et al. Guidelines for perioperative care in elective colorectal surgery: Enhanced Recovery
After Surgery (ERAS®) Society recommendations: 2018. World J Surg. 2019;43:659–95.
11. Pressoir M, Desné S, Berchery D, Rossignol G, Poiree B, Meslier M, et al. Prevalence, risk factors and clinical implications of malnutrition in French Comprehensive
Cancer Centres. Br J Cancer 2010;102: 966–71.
12. American Society of Anesthesiologists. Practice guidelines for perioperative blood management: An updated report by the American Society of Anesthesiologists
Task Force on Perioperative Blood Management. Anesthesiology 2015;122:241–75.
13. Ip HYV, Abrishami A, Peng PWH, Wong J, Chung F. Predictors of postoperative pain and analgesic consumption: A qualitative systematic review. Anesthesiology
2009;111:657–77.
14. Mavros MN, Athanasiou S, Gkegkes ID, Polyzos KA, Peppas G, Falagas ME. Do psychological variables affect early surgical recovery? PLoS ONE 2011;6:e20306.
15. Rollins KE, Javanmard-Emamghissi H, Lobo DN. Impact of mechanical bowel preparation in elective colorectal surgery: A meta-analysis. World J Gastroenterol
2018;24:519–36.
16. Sanders G, Mercer SJ, Saeb-Parsey K, Akhavani MA, Hosie KB, Lambert AW. Randomized clinical trial of intravenous fluid replacement during bowel preparation for
surgery. Br J Surg. 2001;88:1363–5.
17. Rao W, Zhang X, Zhang J, Yan R, Hu Z, Wang Q. The role of nasogastric tube in decompression after elective colon and rectum surgery : A meta-analysis. Int J
Colorectal Dis. 2011;26:423–9.
18. Verma R, Nelson RL. Prophylactic nasogastric decompression after abdominal surgery. Cochrane Database Syst Rev. 2007;3:CD004929.
19. McLeod RS, Geerts WH, Sniderman KW, Greenwood C, Gregoire RC, Taylor BM, et al. Subcutaneous heparin versus low-molecular-weight heparin as
thromboprophylaxis in patients undergoing colorectal surgery : Results of the Canadian colorectal DVT prophylaxis trial : A randomized, double-blind trial. Ann
Surg. 2001;233:438–44.
20. Brower RG. Consequences of bed rest. Crit Care Med. 2009;37:422–8.
21. Greco M, Capretti G, Beretta L, Gemma M, Pecorelli N, Braga M. Enhanced recovery program in colorectal surgery : A meta-analysis of randomized controlled trials.
World J Surg. 2014;38:1531–41.
22. Thiele RH, Rea KM, Turrentine FE, Friel CM, Hassinger TE, Goudreau BJ, et al. Standardization of care: Impact of an enhanced recovery protocol on length of stay,
complications, and direct costs after colorectal surgery. J Am Coll Surg. 2015;220:430–43.
23. Nelson G, Kiyang LN, Crumley ET, Chuck A, Nguyen T, Faris P, et al. Implementation of enhanced recovery after surgery (ERAS) across a provincial healthcare system:
The ERAS Alberta colorectal surgery experience. World J Surg. 2016;40:1092–103.
24. Savaridas T, Serrano-Pedraza I, Khan SK, Martin K, Malviya A, Reed MR. Reduced medium-term mortality following primary total hip and knee arthroplasty with an
enhanced recovery program: A study of 4,500 consecutive procedures. Acta Orthop. 2013;84:40–3.
25. Gustafsson UO, Oppelstrup H, Thorell A, Nygren J, Ljungqvist O. Adherence to the ERAS protocol is associated with 5-year survival after colorectal cancer surgery: A
retrospective cohort study. World J Surg. 2016;40:1741–7.

CDK-286/ vol. 47 no. 5 th. 2020 339

Anda mungkin juga menyukai