0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
95 tayangan21 halaman
Dokumen tersebut membahas respon metabolik tubuh terhadap trauma. Terdapat dua fase yaitu fase ebb yang hipometabolik dan fase flow yang hipermetabolik. Perubahan metabolik ini merupakan respon tubuh untuk mencapai keseimbangan dan penyembuhan dari cedera."
Dokumen tersebut membahas respon metabolik tubuh terhadap trauma. Terdapat dua fase yaitu fase ebb yang hipometabolik dan fase flow yang hipermetabolik. Perubahan metabolik ini merupakan respon tubuh untuk mencapai keseimbangan dan penyembuhan dari cedera."
Dokumen tersebut membahas respon metabolik tubuh terhadap trauma. Terdapat dua fase yaitu fase ebb yang hipometabolik dan fase flow yang hipermetabolik. Perubahan metabolik ini merupakan respon tubuh untuk mencapai keseimbangan dan penyembuhan dari cedera."
tiga jenis kematian : sudden golden hour, beberapa hari/ beberapa minggu; sepsis atau multiple organ failure (Bahten, 2008). Penanganan berpusat luka dan sumber infeksinya. Pada kenyataannya perubahan metabolisme respon-respon ini secara umum dapat diperkirakan. (Frayn, 1986). Respon trauma; kompleks homeostasis dan penyembuhan luka berjalan baik & kesembuhan. merusak homeostasis tubuh. penanganan memperhatikan proses metabolisme pada penderita. (Hill, 1998).
Dengan memahami perubahan , manifestasi
klinisnya, respon pasien, seorang ahli bedah menangani pasiennya dengan baik ( Way, 2003). Trauma = superfisial; luka atau cedera. dampak psikologis dan sosial. trauma adalah kejadian yang bersifat holistik dan dapat menyebabkan hilangnya produktifitas seseorang. Penanggulangan trauma bukan hanya masalah dirumah sakit Trauma berat : ggn faal yang penting ; kegagalan fungsi membran sel, gangguan integritas endotel, kelainan sistem imunologi, koagulasi intravaskuler menyeluruh (DIC= Disseminated intravascular coagulation). Pada keadaan normal trauma dg ggn singkat = reaksi adaptif dan bermanfaat untuk hospes.
cedera lama/ bila ggn sekunder seperti infeksi,
merusakgangguan fungsi sistem organ.
Pada trauma percepatan energy expenditure
(energi yang digunakan), produksi glukosa, siklus glukosa dihati dan otot. Profil metabolik akibat trauma mayor hiperkatabolisme & autokanobalisme
Mula-mula terjadi proteolisis di otot
diikuti oleh erosi organ viseral dan protein sirkulasi.
Malnutrisi protein akut yang timbul
diikuti oleh disfungsi jantung, paru, hati, gastrointertinal dan imunologi. Komplikasi lanjut berupa infeksi bisa memperpanjang keadaan hipermetabolisme atau hiperkatabolisme, multiple organ failure.
Patofisiologi trauma meliputi respon
kardiovaskuler seketika, respon peradangan yang terjadi beberapa jam setelah cedera, dan akhirnya respon metabolik. Respon Kardiovaskular Perdarahan, kerusakan jaringan dan kecemasan. Meliputi tiga fase:
Detak jantung dan tahanan pembuluh tepi
meninggi untuk mempertahankan tekanan darah.
Setelah kehilangan sepertiga volume darah,
tekanan darah turun dan diikuti bradikardi
Pada akhirnya ketika kira-kira 44% darah
hilang, detak jantung meningkat lagi. Respon hormonal
Rangsangan simpatik Hormon-hormon;
katekolamin, glukagon dan kortisol ( fase flow) serta meningkatkan insulin.
Selama repon peradangan ada peningkatan
produksi sitokin (TNF-a, IL-1, IL-6, IL-10
Efek sentral sitokin meningkatnya suhu
tubuh dan menstimulasi hormon counter- regulatory untuk mensekresi lebih lanjut. (Reid, 2004) Secara klasik respon . Fase flow metabolik menurut :regenerasi dan Cuthbertson perbaikan. Fase ini Fase Ebb : ditandai dengan reduksi aktifitas meningkatnya aktifitas metabolisme, penurunan metabolisme dan temperatur tubuh dan temperatur tubuh. mobilisasi persediaan (Frayn 1986, Hill 1998, energi tubuh, disertai Reid penurunan kemampuan untuk pemakaianya. sampai 24 j Pemicu dari respon ini adalah kombinasi dari nyeri (nosiseptor) dan hipopolemik (blood loss) yang akan mempengaruhi saraf autonom, sehingga mempengaruhi sistem kardio vaskuler (hipertensi, tahikardi, dll) serta meningkatkan aktifitas metabolisme (glikogenolisis, lipolisis, dll). Fase Ebb Fase Flow Hipometabolik Hipermetabolik Penurunan temperatur Peningkatan suhu Penurunan pemakaian energi Peningkatan pemakaian energi Prod. Glukosa normal Peningkatan prod glukosa Katabolisme protein ringan Profound protein katabolisme Meningkatnya glukosa darah Naik/normal glukosa darah Katekolamin meningkat Naik/normal katekolamin Glukokortikoid meningkat Naik/normal glukokortikoid Insulin rendah Naiknya insulin Glukagon meningkat Naik/normalnya glukagon Penurunan cardiac output Naiknya kardiak output Perfusi jaringan menurun Perfusi jaringan normal
Protein dipecah asam amino dibakar langsung untuk mendapat tenaga oleh otot, hati, ginjal untuk glukoneogenesis / sintesis lain. Sintesis urea dan pembuangan nitrogen urin bertambah dan timbul keadaan keseimbangan nitrogen negatif yang tetap ada selama adanya cidera. Trauma berat; katabolisme pasien pada resiko pelarutan jaringan. Hiperglikemi sering menyertai trauma. Hiperglikemi disebut juga sebagai Diabetes stress atau hiperglikemia trauma. Kecepatan glukoneogenik akan dua-tiga kali lipat pada trauma berat serta tercermin berupa kenaikan tingkat produksi glukosa. Pemberian substrat eksogen dalam bentuk glukosa memnyebabkan berkurangnya produksi glukosa endogen dan terhambatnya pengeluaran nitrogen tubuh karena glukosa eksogen iktu berperan dalam glukoneogenesis. Pada manusia normal, infus glukosa sangat mengurangi jumlah nitrogen urin dan kecepatan produksi urea. walaupun glukosa dalam jumlah sedang bermanfaat dalam bentuk melindungi protein atau oksidasi langsung untuk tenaga, namun glukosa dalam jumlah besar tidak selalu lebih baik dan mungkin malah berbahaya dalam bentuk penimbunan lemak hati dan produksi CO2 berlebihan. Produksi CO2 berlebihan bisa bersifat buruk pada individu stress parah dengan gangguan fungsi paru-paru. Respon terhadap trauma dapat dibagi ke dalam 2 fase yaitu fase ebb dan fase flow. Pada fase-fase perubahan metabolik pasca trauma dapat dimengerti sebagai terjadinya suatu refleks saraf perifer dan sistem imun memalui sitokin susunan saraf pusat sebagai koordinator yang akan mengatur hormon kaunteregulator sehingga memberikan respon tubuh terhadap trauma. Perubahan ini bersamaan dengan perubahan oksigenasi jaringan, dan mediator lain seperti sitokin, membuat suatu tahap perubahan metabolisme untuk mencapai tahap penyembuhan. Perubahan respon metabolisme dapat berakibat penyembuhan, namun jika terjadi berkepanjangan dapat menimbulkan multiple organ failure
Pemahaman respon metabolik terhadap trauma sangat penting
untuk menentukan langkah-langkah perawatan pada pasien trauma.
Bahten, L.C.V., 2008, Endocrine and metabolic response povolemic patient treated at a trauma center in Brazil, World Journal of Emergency Surgery. 3:28, 1-8. Frayn, K. N., 1986, Hormonal control of metabolism in Trauma and Sepsis. Clinical Endocrinology, 24: 577-599 Hill, A.G., 1998, Metabolic response to severe injury (review), British Journal of Surgery, 85: 884-890. Sabiston, C. D. 1995, Buku Ajar Bedah, cetakan ke-2, EGC, Jakarta Wim de jong, 2003, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi ke-2, EGC, Jakarta, hal. 90-92. Way, W.L., Doherty, G.M., 2003, Current Surgical Diagnosis & Treatment, edisi 11, Mc. Graw Hill, New York, hal 100-111.