Dalam melakukan diagnosis, hal yang perlu diperhatikan yaitu derajat atau
kedalaman luka bakar, luas area tubuh yang terkena, lokasi, penyebab luka bakar,
dan kelainan atau penyakit komorbid yang menyertai pasien. Klasifikasi dan
derajat kedalaman luka bakar dapat terlihat pada Tabel 3.
Gambar 5.5 Pasien dengan luka bakar derajat 2 dangkat akibat air kuah panas,
luka berwarna pink pucat, CRT < 3 detik, nyeri (+).
Gambar 5.6 Sketsa kedalaman kerusakan pada luka bakar luka bakar derajat 2B
(deep partial thickness burn). Pada luka bakar derajat 2 dalam terdapat kerusakan
pleksus kapiler yang menyebabkan berpindahnya hemoglobin akibat pecahnya sel
darah merah kedalam interstisial/soft tissue sehingga berwarna merah, yang pada
penekanan terdapat pemanjangan pengisian kapiler (>3 dtk).
Gambar 5.9. Salah satu cara membedakan derajat 2 dangkal dan dalam. Dangkal,
bila capillary refill lebih cepat atau kurang dari 3 detik.
Gambar 5.10 Bila setelah ditekan terdapat capillary refill dalam darah lambat,
maka daerah tersebut merupakan derajat 2 dalam. Terlihat bekas tekanan jari
memerah kembali kurang dari 3 detik
Gambar 5.11 Luka bakar derajat 3 tampak gambaran pembuluh daarah yang
trombosis di bawah eskar.
Menurut American Burn Association, luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi 3
berdasarkan berat ringannya.
Metode yang baik dan cepat untuk mengestimasi luas luka bakar dari
menengah hingga luas pada dewasa. Tubuh dibagi menjadi beberapa area bernilai
9%. Kurang akurat pada anak-anak.
Perhitungan untuk dewasa ( dua gambar paling atas), perhitungan untuk
anak-anak kurang dari 1 tahun ( gambar kanan bawah), dan anak-anak
berusia kurang lebih 5 tahun ( gambar kiri bawah). Setelah berusia lebih 1
tahun, setiap pertambahan umur, perhitungan presentase di kepala
dikurangi 1% dan presentase pada setiap kaki ditambah bahkan 0,5%,
hingga anak berusia 10 tahun akan sama perhitungannya dengan orang
dewasa.
c. The Lund and Browder Chart.
Metoda yang baik dan akurat untuk mengestimasi luas luka bakar dari
menengah ke besar pada dewasa dan anak-anak.
B
Gambar 5.15 Gambar A: luka bakar derajat II A (superficial-mid dermal burn),
warna kemerahan, CRT <2 dtk pada ekstermitas atas superior kanan. Gambar B:
luka bakar derajat II A (Mid dermal burn) dengan bulla (+), CRT >2dtk lambat.
Gamcar C: luka bakar derajat IIa-IIb.
Beberapa contoh kasus tampilan luka bakar derajat II b – III
Gambar 5.16 Tampak pada gambar sebelah kanan atas luka bakar deep dermal
(2B) berwarna red cherry, CRT >3 dtk. Gambar tengah ( tangan dan pergelangan
adalah luka bakar dalam derajat III dengan eskar melingkar ditangan.
Terapi Cairan
Pasien dewasa yang memerlukan resusitasi yaitu menderita luas luka bakar
> 20% dan anak-anak luas luka bakar > 10% menggunakan formula resusitasi
dengan berdasarkan Berat Badan (Kg) dan persen luas permukaan terbakar (%
TBSA). Rekomendasi cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan solusi
kristaloid.
Formula yang umum dipakai dalam memulai reusitasi cairan kritaloid
(Parkland/Baxter Formula) yaitu 3-4 ml/KgBB/%TBSA dalam 24 jam pertama.
Resusitasi cairan, tanpa memperhatikan jenis cairan yang dipakai dan
banyaknya estimasi cairan yang diperlukan, harus mencapai target Urine Output
(UO) sebanyaknya 0,5-1,0 ml/kgBB/jam pada dewasa dan 1,0-1,5 ml/kgBB/jam
pada anak.
Parkland Formula:
3 – 4ml x kgBB x %TBSA
Menggunakan cairan RL, 50% total perhitungan cairan dibagi menjadi 2 tahap
dalam waktu 24 jam pertama. Tahap 1 diberikan 8 jam dan tahap 2 16 jam
setelahnya.
Untuk pasien anak dengan prinsip yang sama menggunakan Formula Parkland +
Cairan Rumatan : 3-4 ml x kgBB x %TBSA dan ditambah rumus Maintenance
dengan 5% dextrose (glukosa) dalam 0,45% (1/2 normal) saline.
(1500xTBSA) + ((25+%LB)xTBSA))
Catatan : Observasi dan dicatat perjam pada chart monitoring. Adapun untuk
mengetahui TBSA dapat dilihat pada lampiran tabel body surface area dihalaman
lampiran belakang.
Pemasangan kateter urin menjadi sangat penting pada pemantauan dan menjadi
suatu keharusan dilakukan pada:
Asidosis yang jelas (pH <7,35) pada analisa gas darah menunjukkan adanya
perfusi jaringan yang tidak mencukupi dan menyebabkan asidosis laktat, maka
dapat dilakukan penambahan cairan resusitasi merupakan indikasi, bila tindakan
gagal dan dijumpai adanya hemochromogen di urin, pertimbangkan pemberian
bikarbonat setelah konsul dengan dokter anestesi.
Masalah yang sering dijumpai saat resusitasi selama pemantauan ketat dapat
terjadi oliguria. Dapat ditindak lanjuti dengan meningkatkan jumlah tetesan cairan
(diuretikum hanya diberikan pada penderita dengan hemokromogen di urin dan
kadang pada penderita luka bakar luas).
Prinsip Intervensi
Kapan harus diresusitasi Luka bakar derajat dua atau tiga dengan luas lebih
? dari > 20%
Bagaimana harus dimulai Gunakan rumus 4 mL/Kg/%TBSA, berikan
? setengah dari jumlah volume pada 8 jam pertama
Yang harus diperhatikan Pastikan luas luka bakar dengan tepat
dalam memberikan meninjau kembali formula cairan yang diberikan,
cairan sebelum ditransfer tetesan infus, dan urin output secara teratur
ke unit luka bakar ?
Titrasi ? Gunakan formula untuk menentukan jumlah tetesan
infus
Pantau urin output setiap 1-2 jam
Pikirkan untuk memberikan bolus atau tingkatkan
jumlah tetesan infus ketika terjadi oliguria
Kurangi infusan sebanyak kurang lebih 10% dari
pemberian atau 100 mL/h ketika urin output
>50mL/h
Cairan koloid ? Pertimbangkan Albumin 5% ketika jumlah cairan
lebih dari 120%-200% dari jumlah yang dihitung
Pantau adanya edema ? Ulangi pemeriksaan edema, tekanan jalan nafas dan
volume tidal
Periksa tekanan kandung kemih ketika jumlah
cairan mencapai > 200-250 ml/kg atau > 500 mL/h
Tabel 6.1. Ringkasan resusitasi cairan pada luka bakar fase akut (24 jam
pertama). (Clinical Plastic Surgery 36. Obert Cartoto, MD. Fluid Resuscitation of
the Thermally injured Patient, hal 57-8, Elsevier; 2009)